TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kepatuhan
1. Pengertian
resep obat yang benar-benar diambil oleh pasien selama periode yang
dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau
nasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu
kognitif dan afektif apa yang penting untuk memprediksi kepatuhan dan
juga penting perilaku yang tidak patuh. Pada waktu-waktu belakangan ini
5
6
minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai
anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak
populasi medis yang kronis adalah sekitar 20% hingga 60%. Dan pendapat
tidak mematuhi tujuan atau mungkin melupakan begitu saja atau salah
aktif, sadar dan kolaboratif dari pasien terhadap perilaku yang mendukung
kesembuhan.
7
kesembuhannya.
sebagai berikut:
membantu
dilakukan
layanan kesehatan
Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang
b. Kualitas Interaksi
seberapa jauh mereka mematuhi nasihat dokter, tidak ada kaitan antara
orang pasien dengan gagal ginjal kronis tahap akhir yang harus mematuhi
dimensi yang utama dari model tersebut sangat berguna sebagai peramal
cukup lama serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
a. Segi Penderita
penyakitnya tersebut.
komunikasi antara dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter
dengan pasien.
orang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia
katakan secara umum diterima sebagai sesuatu yang sah atau benar.
pentingnya pengobatan.
B. Konsep Perawat
1. Defini Perawat
asuhan keperawatan.
2. Peran Perawat
Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku dan gerak gerik
seseorang yang diharap oleh orang lain sesuai dengan kedudukan dalam
system, tingkah laku dan gerak gerik tersebut dapat dipengaruhi oleh
kerjanya.
perawatan kesehatan.
3. Fungsi Perawat
perawat sesuai dengan perannya dan dapat berubah mengikuti keadaan yang
ada (Hidayat, 2019). Tindakan perawat yang bersifat mandiri tanpa instruksi
tindakan dan akibat yang timbul pada klien yang menjadi tugas
pada klien.
menunda pelayanan.
6) See the patient point of view, perawat mencoba memahami klien dari
kondisinya.
C. Konsep Phlebitis
1. Pengertian Phlebitis
yang disebabkan oleh kateter vena ataupun iritasi kimiawi zat adiktif dan
vena yang disebabkan oleh iritasi kimia, mekanik, maupun oleh bakteri. Di
tandai oleh adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah
disekitar daerah penusukan atau sepanjang vena dan dapat keluar pus atau
Kata inflamasi berasal dari bahasa latin yaitu Inflammare yang berarti
berarti inflamasi pada pembuluh darah vena. Gejala klinis dari inflamasi
2. Klasifikasi Phlebitis
a. Phlebitis superficial
vena yang berada langsung di bawah kulit. Phlebitis jenis ini jarang
lebih mudah.
namun juga bisa terjadi di lengan. Pada phlebitis ini, sumbatan dari
bakterial, phlebitis yang berhubungan dengan kondisi pasien dan post infus.
a. Phlebitis Mekanik
didinding vena. Hal ini bisa disebabkan oleh kateter yang terlalu besar
atau tidak sesuai dengan ukuran vena, trauma saat pemasangan kateter,
kateter 20-22 yaitu ukuran yang paling kecil dapat digunakan sebagai
19
diperlukan.
b. Phlebitis Kimia
yang tidak sepenuhnya kering dan ikut masuk kedalam pembuluh darah
c. Phlebitis Bakterial
Phlebitis post infus yaitu inflamasi yang terjadi setelah 48 jam sampai
kejadian phlebitis post infus ini, antara lain : (1) Tehnik pemasangan
kateter yang tidak baik; (2) Pada pasien dengan retardasi mental; (3)
Kondisi vena yang tidak baik; (4) Pemberian cairan terlalu asam atau
vena.
Manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari suatu infeksi ditemukan dari
b. Nyeri bila ditekan (saat palpasi, gejala yang dilaporkan oleh pasien)
4. Komplikasi Phlebitis
Phlebitis yang masih ditahap awal biasanya akan membaik setelah kanula
terbentuk trombus dalam pembuluh darah pada lokasi insersi. Trombus yang
kematian mendadak. Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu infeksi aliran
5. Pencegahan Phlebitis
b. Rotasi kateter
c. Aseptic dressing
a. Selalu waspada.
awal yang diberikan hanya beberapa jam, durasi yang aman sebaiknya
kurang dari 3 (tiga) jam untuk mengurangi waktu campuran yang iriatif
diharapkan dari terapi tersebut serta efek samping yang mungkin dapat
terjadi
seperti selang (tubing), semua wadah cairan serta alat penusuk botol infus
perlu dilakukan pengecekan tanggal expired dan warna dari cairan infus
akan ditusuk, apakah memenuhi kriteria dari terapi yang akan diberikan
atau tidak. Jenis dan ukuran dari kateter yang akan digunakan perlu
dipilih dengan benar dan harus sesuai dengan terapi juga kondisi vena.
terjadinya phlebitis.
e. Pemberian Heparin
tabel berikut :
terjadinya phlebitis antara lain terdiri dari faktor internal dan eksternal.
a. Usia
Menurut Fitriyani (2015), pada usia lanjut atau lebih dari 60 tahun,
vena menjadi rapuh, tidak elastis dan mudah hilang (kolaps). Vena kecil
b. Jenis Kelamin.
c. Status nutrisi
dimiliki.
memiliki vena yang tipis dan mudah rapuh, sehingga perlu diberikan
d. Keadaan vena
Kondisi vena yang kecil, rapuh, mudah rusak dan vena yang sudah
e. Faktor penyakit
juga pada penyakit gagal ginjal kronik erat kaitannya pada posisi
adalah :
27
jenis cairan yang pekat dan penggunaan material cateter dari tevlon
aman.
mengkerut. Contohnya:
2) Ringer laktat
serta untuk menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pada
3) Nacl 0,2%
diberikan dengan cepat dan dalam jumlah besar. Hal ini juga dapat
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
8) Albumin 25
ukuran kateter yang besar pada vena yang kecil dapat mengiritasi dinding
perifer yang menjadi tempat pemasangan infus antara lain vena sefalilika
dan vena metacarpal. Secara anatomis struktur dari vena sefalika yaitu
fibrus dan dibatasi oleh selapis tunggal sel epitel gepeng. Sedangkan
kecil, elastisitas lapisan venanya lebih tipis, kurang kuat dan kurang
(Wiranata, 2018).
kateter dengan ukuran yang kecil seharusnya menjadi pilihan utama pada
teknik aseptik dan perawatan infus yang tidak baik. Jenis bakteri yang
lain perawatan infus yang kurang intens, teknik pemasangan yang kurang
aseptik serta pemasangan infus yang lama dan tidak diganti sesuai
(Darmawan, 2015).
Menurut Tietjen (2016), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
a. Rotasi rutin atau pemindahan kanula harus dilakukan setiap 72-96 jam
polikateter lebih baik dari pada jarum logam karena tidak menembus
b. Pada pemakaian jangka pendek (<48 jam) penggunaan jarum lurus atau
butterfly dapat risiko iritasi karena terbuat dari plastik dan juga risiko
jam asal kering (jika basah, lembab, atau lepas segera di lakukan
penggantian)
f. Set infus harus diganti jika terjadi kerusakan atau secara rutin setiap
1. Pengertian SOP
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
Kotamobagu, 2019).
2. Tujuan SOP
Tujuan SOP antara lain (SOP Rumah Sakit Dr. Kariadi, 2011) :
32
organisasi
petugas/pegawai terkait.
inefisiensi
3. Fungsi SOP
Fungsi SOP antara lain (SOP Rumah Sakit Dr. Kariadi, 2011) :
c. Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah
a. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat
secara konsisten.
b. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu
c. SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bias
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk
jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus /
pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke
dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini sering
merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak,
dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang
7. Tujuan
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,
Menurut Perry dan Potter (2017), keuntungan dan kerugian terapi intravena
adalah :
a. Keuntungan
absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat
untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang
b. Kerugian
Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan
tinggi, kontrol pemberian yang tidak baik bias menyebabkan “speed shock”
flebitis kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat
tambahan.
35
Menurut Perry dan Potter (2017), tempat atau lokasi vena perifer yang
sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer
kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah
sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital
median, vena median lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (vena
a. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat
tingkat kesadaran
d. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering
untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi
f. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan
sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit vena
pengganti
pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misalnya pasien
dengan stroke
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke
Kotamobagu adalah :
1) Perhatikan tekhnik aseptis saat membuka set infuse steril dan cairan IV
38
2) Kelm selang, buka tutup penusuk dan tusukkan ke bagian botol atu
4) Buka klem pengatur tetesan dan alirkan cairan melalui selang sehingga
5) Jika alat elektronik digunakan, ikuti manual prosedur yang ada dan atur
b. Berikan posisi supine pada klien. Letakkan alas di bawah lengan klien
1) Gunakan vena dibagian distal terlebih dahulu pada lengan tangan yang
tidak dominan
2) Hindari area yang nyeri saat di palpasi, area luka, jaringan skar, edema,
infeksi
shunt dialysis
pasang tourniquet tidak terlalu kencang dan tidak lebih dari 2 menit.
dan palpasi vena yang memungkinkan untuk punksi. Jika vena tidak
institusi, dengan gerak sirkular mulai dari tengah ke arah luar punksi
dominan dan behel menghadap keatas dan sudut 10-30 derajat. Kateter
dapat ditusukkan tepat di atas vena atau dari sisi vena. Masukkan plastic
atau stabilkan atau tahan kateter dengan tangan non dominan dan
menggunakan kassa
rapikan
p. Beri labe, tanggal, jam lokasi punksi vena dan ukuran kateter yang
s. Rapikan semua + alat dan buang di tempat yang telah di tentukan. Lepas
a. Flebitis
atau rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan
pembengkakan.
41
b. Infiltrasi
c. Iritasi vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit
di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH
d. Hematoma
area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang
berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang
tempat penusukan.
e. Tromboflebitis
f. Trombosis
g. Occlusion
dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area
aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
h. Spasme vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar
vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin,
iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran
i. Reaksi vasovagal
Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi
otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan
a. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
b. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda
infeksi
d. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
f. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus
telah rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil