TINJAUAN PUSTAKA
tindakan dan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter atau orang lain.
Namun Brown & Bussell (2011) menyebutkan bahwa konotasi keduanya sedikit
bahwa adherence adalah istilah yang lebih baik karena menunjukkan sifat
16
17
terkait resep dan larangan dari dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya.
pasien untuk patuh. Nonadherence pun menjadi concern utama dalam penelitian
Morisky (1986) terkait alat ukur kepatuhan minum obat. Berdasarkan hal
tersebut, istilah adherence yang memuat kesediaan pasien menjadi istilah yang
dirasa lebih tepat digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kepatuhan.
tersebut. Inheren dalam definisi ini adalah peran aktif dan sukarela yang
Vrijens et al, (2012), situasi seperti terlambat atau tidak memulai pengobatan
terhadap pengobatan dapat terjadi dalam salah satu atau kombinasi dari beberapa
situasi tersebut.
instruksi terkait resep dan larangan yang telah disepakati bersama prescriber
(dokter atau konselor) dengan tepat dan dilakukan atas kesediaan pribadi.
antaranya:
selain karena lupa. Pasien yang menunjukkan kepatuhan minum obat yang
c. Stopping the drug when feeling better, or starting the drug when feeling
kondisi tubuh menjadi lebih buruk atau ketika merasa tidak perlu lagi
merasa kondisi diri menjadi lebih baik atau sebaliknya, merasa lebih buruk,
pasien tetap bersedia melanjutkan pengobatan ketika tidak ada instruksi dari
kepatuhan minum obat tediri dari aspek forgetting, carelessness, dan stopping
the drug when feeling better, or starting the drug when feeling worse.
b. Treatment Characteristics
pengobatan. Efek samping yang berat dan pengobatan yang rumit seperti
dosis obat yang tinggi atau pengobatan yang dilakukan secara rutin
individu mencapai 90% ketika dosis obat yang dikonsumsi hanya satu pil
c. Personal Factors
adalah usia, gender, pola kepribadian, emosi, dan keyakinan diri. Orang yang
lebih tua menghadapi berbagai situasi yang membuat kepatuhan sulit untuk
21
dan rejimen yang mencakup banyak pengobatan. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Bianco dkk (2011) pada orang dewasa paruh baya
tersebut menunjukkan hanya terdapat 49% orang dewasa paruh baya yang
itu, ada pula penelitian lain yang menyebutkan bahwa anak-anak dan orang
dewasa muda pun juga memiliki masalah terkait kepatuhan. Sehingga, usia
d. Enviromental Factors
dampak besar terhadap kepatuhan minum obat, keadaan kesehatan dan akses
untuk minum obat. Orang dengan penghasilan rendah yang umumnya berlatar
pendidikan rendah atau berasal dari etnis minoritas memiliki keterbatasan dan
dalam minum obat lebih sering ditemukan pada orang dengan penghasilan
e. Cultural Norms
Keyakinan dan norma budaya memiliki pengaruh yang kuat tidak hanya
Penelitian lainnya menyebutkan suatu budaya yang kental akan nilai spiritual
positif yang menyokong kepatuhan minum obat pada orang yang terinfeksi
HIV.
f. Practitioner-Patient Interaction
seperti level keahlian yang dimiliki akan membantu pasien merasa percaya
bahwa dirinya ditangani oleh dokter yang kompeten. Selain itu, sikap hangat,
ramah, peduli yang ditunjukkan oleh dokter juga membantu membuat pasien
menjadi lebih patuh dalam menerima petunjuk dan intruksi dari dokter.
menganut agama Islam telah ditemukan pada beberapa penelitian yang dilakukan
23
di Negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Badahdah & Pedersen (2011) yang
ARV, dukungan sosial khususnya dukungan keluarga, rasa tanggung jawab dan
(Kelompok Dukungan Sebaya), LSM dan dari tokoh agama, serta hubungan baik
sendiri pada dasarnya adalah membaca Al Quran yang direfleksikan dalam diri
nya kepada Allah (Julianto & Subandi, 2015). Adapun Terapi al-Fatihah
24
surat al-Fatihah yang diikuti proses berpikir, memahami dan merasakan makna
secara mendalam ayat surat al-Fatihah yang dibaca (Maulana, 2017). Lebih
pemikiran pada sesuatu dan manifestasi dari sesuatu. Sedangkan intuisi adalah
tanpa proses berpikir secara sadar atau sudah menjadi kebiasaan berdasar
Fatihah, keutamaan dan manfaat dari membaca surat Al-Fatihah, efek yang
yang mengandung dialog antara Allah dan hamba secara langsung saat
b. Sesi kedua: “Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi
Maha Penyayang”
ayat pertama, yakni Allah selalu bersama umat-Nya serta Allah memiliki
sifat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hal ini dilakukan agar
berkah, rahmat dan pertolongan Allah serta hidup penuh dengan kasih dan
sayang Allah.
makna ayat kedua surah Al-fatihah. Peserta diajak untuk memahami dan
serta besar dan luasnya nikmat yang diberikan Allah. Di samping itu,
dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini yaitu saat hamba-Nya
menghayati bahwa kejadian dalam hidup ialah sebuah kebesaran Allah dan
manusia tidak akan pernah bisa menghitung luasnya nikmat Allah. Selain
itu, peserta juga diarahkan untuk menghayati bahwa semua yang terjadi
berharap kepada-Nya.
26
Pada sesi keempat ini, penjelasan mengenai makna ayat ketiga yakni
dalam hidup. Selain itu, dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini
penjelasan perihal makna ayat keempat dalam surah Al-Fatihah, yakni akan
itu, dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini yaitu saat hamba-
telah memuliakan-Ku”.
Pada sesi keenam ini, fasilitator menguraikan makna yang terdapat pada
nikmat akan beribadah, rasa cinta kepada Allah saat beribadah serta
hidup. Di samping itu, dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini
Allah menjawab “Ini antara Aku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang
ia minta”.
Sama seperti sesi-sesi sebelumnya, pada sesi ini fasilitator juga akan
menerangkan seputar makna yang terkandung dalam sebuah ayat pada surah
Al-Fatihah. Pada sesi ketujuh ini ayat yang akan dikupas yakni ayat keenam
surah Al-Fatihah. Ayat ini memuat makna bahwa hidayah adalah milik
Allah. Peserta pun kemudian diarahkan untuk menghayati bahwa Allah akan
Selain itu, dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini yaitu saat
“Inilah (hak) milik hamba-Ku, dan hambaKu akan memperoleh apa yang
dimintanya”.
Nikmat Kepada Mereka, Bukan (Jalan) Mereka Yang Dimurkai dan Bukan
mengenai makna ayat terakhir pada surah Al-Fatihah, yaitu ayat ketujuh.
Ayat ini mengandung makna bahwa jalan yang lurus ialah jalan bagi orang
samping itu, makna lain yang terkandung dalam ayat ini yakni kehidupan
membantu agar terhindar dari jalan yang penuh murka Allah. Pada sesi ini
juga akan diterangkan dialog yang termuat dalam ayat ini yaitu saat hamba-
langkah Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif terdiri atas delapan sesi yakni
pengenalan terapi dan pembahasan ayat 1-7 surah Al-Fatihah. Adapun di tiap
sesi yang mengupas satu persatu ayat memuat pola tahapan yang sama, yakni
Minum obat
Pola pikir yang meyakini bahwa hidupnya seperti diatur oleh obat yang dikonsumsi
serta percaya bahwa efek samping obat membuatnya menjadi tidak produktif dapat
dengan HIV Positif. Pola pikir tersebut kemudian melahirkan perasaan jenuh dan
ketidakpatuhan.
Menurut Brannon & Feist (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan ialah cultural norms. Lebih lanjut Brannon & Feist (2010) menerangkan
bahwa salah satu penelitian menyebutkan suatu budaya yang kental akan nilai
spiritual menjadi faktor positif yang menyokong kepatuhan minum obat pada orang
yang terinfeksi HIV. Hal ini terjadi karena orang-orang dalam budaya tersebut
yakin akan hal-hal yang diajarkan pada agamanya, seperti halnya takdir, kasih
sayang dan kuasa Allah, sehingga dapat lebih mendorongnya agar berusaha untuk
sembuh dan berharap Allah akan menolongnya dengan melihat usahanya tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian Yuniar, Handayani & Aryastami (2013) yang
internal yang mendukung kepatuhan minum obat ARV pada Orang dengan
HIV/AIDS (ODHA). Keyakinan terhadap agama atau yakin akan adanya Tuhan,
Sang Pencipta Alam yang maha kuasa, mewajibkan seseorang untuk melahirkan
sebagai tuntunan dan pedoman, bacaan yang tidak tepat dalam melafalkan ayat Al-
Quran dapat menjadikan ibadah shalat yang dilakukan tidak afdal sebab bacaan
yang berbeda sedikit saja akan mengubah arti atau makna dari ayat yang dibaca.
Sebagai kitab suci umat muslim, Al-Quran memuat banyak kandungan nilai tentang
Mendengar al-Quran merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
yang baik bagi individu. Sebagaimana penelitian Khan, Ahmad, Beg, Fakheraldin,
Alla, & Nubli (2010) yang mengungkapkan bahwa pembacaan Al Quran dengan
kebosanan, kelelahan, depresi, stres dan perilaku agresif dari tubuh manusia. Hal
senada juga ditemukan pada penelitian Julianto (2013) yang menunjukkan bahwa
penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa surat Al-Fatihah merupakan pembuka
dari setiap kebaikan, asas dari segala yang ma’ruf, surat yang dibaca berulang-ulang
seperti hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya:
mengembangkan cara berpikir yang lebih adaptif dan memberikan dampak lebih
baik pada perubahan fungsi afek dan perilaku. Pada penelitian Chattopadhyay dkk
kepatuhan terhadap terapi antiretroviral pada pasien yang terinfeksi HIV di India
lebih efektif. Hal tersebut dapat diasumsikan atas dasar bahwa Terapi Al-Fatihah
yang terjadi karena akan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan,
sedangkan perubahan yang didapat dari terapi kognitif perilaku hanya bersifat
Azizah, & Amelia (2017) tingkat religiusitas pun memiliki hubungan yang positif
dengan kepatuhan minum obat ARV pada wanita HIV Positif di Poli VCT RSUD
menjadi 8 sesi (Maulana, 2017). Pada sesi pertama, yaitu Pengenalan Program
keutamaan, manfaat, efek dan keistimewaan surah Al-Fatihah, serta tata cara
tersebut merupakan langkah awal bagi para peserta untuk mengubah pola pikir agar
menjadi lebih positif serta betujuan untuk membuka wawasan menjadi lebih luas.
Menurut penelitian Zhao, Sampson, Xia dan Jayaram (2015), kepatuhan terhadap
pengobatan terbukti secara signifikan lebih baik pada pasien yang menerima
Pada sesi ini, fasilitator juga akan membangun kedekatan dengan peserta
ringan di awal sesi dan pertanyaan terkait kesulitan-kesulitan yang dialami selama
karena mendapat dukungan sosial secara tersirat dari fasilitator maupun dari sesama
peserta lainnya. Menurut Brannon & Feist (2010) dukungan sosial secara tersurat
Di samping itu, kondisi pikiran yang positif yang didapat dari psikoedukasi singkat
yang diberikan dapat menjadi perantara yang baik antara dukungan sosial dan
memediasi hubungan antara dukungan sosial dan kepatuhan pada laki-laki dan
Sesi kedua membahas ayat pertama surah Al-Fatihah yakni “Dengan Menyebut
Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”. Pada sesi ini, dari proses
34
refleksi makna ayat 1, peserta akan memahami bahwa berkah, rahmat dan
pertolongan Allah selalu datang ketika memulai sebuah urusan dengan nama Allah.
Selain itu, dari proses penghayatan makna ayat 1, peserta juga akan merasakan
bahwa Allah selalu bersama dirinya sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
kemampuan untuk memandang positif hal-hal yang terjadi dalam hidup (Julianto &
Subandi, 2015). Oleh karena itu, peserta yang memiliki core beliefs “Saya pasti
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Badahdah & Pedersen (2011) pada wanita dengan
rentang usia 22-52 tahun yang hidup dengan HIV/AIDS. Subjek pada penelitiannya
maupun kesedihan yang dirasakan (Badahdah & Pedersen, 2011). Lebih lanjut
iman (keyakinan) seperti yang dilakukan oleh subjek pada penelitiannya tersebut
menjadi salah satu faktor yang mendukung kepatuhan pasien HIV terhadap
pengobatan ARV.
35
Sesi ketiga membahas ayat kedua surah Al-Fatihah yakni “Segala Puji Bagi
Tuhan Semesta Alam”. Pada sesi ini, dari proses refleksi makna ayat 2, peserta akan
memahami bahwa Allah adalah Pencipta, Pengatur dan Penguasa Alam ini. Selain
itu, dari proses penghayatan makna ayat 2, peserta akan menghayati bahwa kejadian
dalam hidupnya adalah sebuah kebesaran Allah dan manusia tidak akan pernah bisa
akan menghantarkan peserta pada rasa syukur kepada Allah. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Kustanti dan Pradita (2017) mengenai self efficacy penderita
memiliki self efficacy yang tinggi. Self efficacy atau keyakinan diri pun termasuk
Adapun pada sesi keempat, ayat surah Al-Fatihah yang didiskusikan adalah
ayat 3 yakni “Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”. Dari proses refleksi
makna ayat 3, peserta akan memahami bahwa Allah memiliki sifat Pengasih dan
Penyayang. Selain itu, dari proses penghayatan makna ayat 3, peserta dapat
merasakan bahwa motivasi dalam hidup ini adalah karena cinta kepada Allah, takut
kepada Allah dan pengharapan kepada Allah (Maulana, 2017). Oleh karena itu
peserta menjadi tergerak untuk melakukan sesuatu karena Allah untuk mendapat
kasih sayang-Nya. Upaya untuk mencari hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan,
mencari cinta dan perhatian Tuhan, serta fokus pada agama untuk berhenti
signifikan dikaitkan dengan kepatuhan minum obat yang lebih baik. Pernyataan
tersebut diungkapkan oleh Ayuk, Udonwa dan Gyuse (2017) dalam penelitiannya
antiretroviral yang sangat aktif pada pasien dewasa HIV/AIDS di Calabar, Nigeria.
Pada sesi selanjutnya, yakni sesi kelima, fasilitator dan peserta akan
mendiskusikan ayat 4 surat Al-Fatihah yang memiliki arti “Yang Menguasai Hari
Pembalasan”. Dari proses refleksi dan penghayatan makna ayat 4, peserta dapat
serta merasakan bahwa hidupnya akan dihitung dan dibalas (Maulana, 2017). Tidak
hanya terkait pembalasan di hari akhir, tetapi juga pada konteks kehidupan. Atas
kuasa Allah, hasil yang dipetik di masa depan adalah buah dari perilaku saat ini.
Peserta menjadi yakin bahwa Allah akan menghitung dan memberikan pembalasan
yang setara dengan upaya yang dikerahkannya, sehingga dapat mempercayai hasil
atau manfaat dari pengobatan yang peserta lakukan. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Kustanti dan Pradita (2017) diketahui bahwa sebagian besar penderita
HIV/AIDS di LSM Kebaya Yogyakarta memiliki self efficacy yang tinggi dalam
Lebih lanjut Kustanti dan Pradita (2017) menuturkan bahwa hal tersebut kemudian
pengobatan.
Berikutnya adalah sesi keenam yang memuat pembahasan terkait ayat 5 surah
Al-Fatihah yakni “Hanya Kepada Engkaulah Kami Menyembah dan Hanya Kepada
peserta dapat memahami bahwa hanya Allah tempat berserah diri menyembah dan
beribadah pada Allah. Adapun dari proses penghayatan makna ayat 5, peserta dapat
penghayatan makna ayat tersebut akan membentuk core beliefs “Saya lemah di
hadapan Allah, oleh karena itu saya menyandarkan diri kepada-Nya dan meminta
saya”. Core beliefs tersebut diharapkan akan membawa peserta pada keinginan
untuk semakin ingin mendekatkan diri pada Allah, sehingga dapat melakukan
ibadah dengan senang hati. Menurut Yuniar, Handayani dan Aryastami (2013),
melalui ceramah. Oleh karena itu, ibadah yang dilakukan beriringan dengan
keyakinan yang semakin diperkuat tersebut dapat dikatakan memicu motivasi untuk
hidup serta keinginan untuk sembuh/sehat yang lebih besar. Yuniar, Handayani &
Aryastami (2013) pun menuturkan bahwa motivasi untuk hidup dan keinginan
ARV.
Sesi selanjutnya adalah sesi ketujuh yakni pembahasan terkait ayat 6 surah Al-
Fatihah yang memiliki arti “Berikan Kami Petunjuk Jalan Yang Lurus”. Dari proses
refleksi dan penghayatan makna ayat 6, peserta dapat memahami bahwa hidayah
38
adalah milik Allah dan merasakan bahwa Allah akan memberikan hidayah apabila
harapan dan keyakinan akan masa depan yang diberkahi oleh hidayah Allah. Pada
penelitian Arriza, Dewi dan Kaloeti (2011) dikatakan bahwa optimism dan harapan
berat karena mengkonsumsi obat ARV dapat dihilangkan karena tergantikan oleh
menjalani proses pengobatan. Hal ini didukung dengan pernyataan Brannon dan
Feist (2010) yang mengatakan bahwa emosi termasuk dalam personal factors yang
Adapun sesi terakhir adalah sesi yang memuat pembahasan terkait ayat ketujuh
surah Al-Fatihah yang mengandung arti “(Yaitu) Jalan Orang-orang Yang Telah
Engkau Beri Nikmat Kepada Mereka, Bukan (Jalan) Mereka Yang Dimurkai dan
Bukan (Pula Jalan) Mereka Yang Sesat”. Dari refleksi makna ayat 7, peserta akan
memahami bahwa manusia harus selalu istiqomah dan menghindari jalan yang
penuh dengan murka Allah (Maulana, 2017). Oleh karena itu peserta akan menjauhi
hal-hal yang tidak disukai Allah, termasuk sikap pasrah atau tidak berupaya untuk
sembuh karena berputus asa dari rahmat Allah. Sebagaimana yang termuat dalam
batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Adapun dari proses penghayatan makna ayat 7, peserta akan merasakan bahwa
dengan istiqomah maka ia akan terhindar dari jalan yang dimurkai Allah. Maka
peserta akan menghilangkan sikap berputus asa yang tidak disukai Allah dan
menjadi konsisten dalam menjalani pengobatan sebagai bentuk ikhtiar agar dapat
istiqomah meraih hidayah Allah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anastasiades, Gupton, Fritz, Calzada dan Stillman (2016) yang menemukan
bahwa depresi dan keputusasaan memiliki dampak negatif yang signifikan pada
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa sesi kedua hingga sesi terakhir
mendiskusikan satu persatu ayat surah Al-Fatihah. Selain refleksi makna, hal lain
samping itu, peserta kemudian diwajibkan menerapkan terapi ini dalam kehidupan
sehari-hari. Tugas rumah atau penerapan yang ditugaskan oleh Fasilitator selama
masa terapi merupakan upaya untuk membantu peserta dalam mengubah perilaku
disfungsional secara kontinu. Ibu Rumah Tangga dengan HIV Positif diminta untuk
membaca surah Al-Fatihah secara reflektif intuitif minimal 3 kali selepas sholat
maghrib, sholat isya dan sholat subuh. Pembiasaan yang dilakukan tersebut akan
membentuk pola perilaku yang sehat. Menurut Machfoedz dalam Suharjana (2012)
salah satu cara membentuk perilaku adalah dengan kondisioning atau kebiasaan.
40
Ketika Ibu Rumah Tangga dengan HIV positif membiasakan merefleksikan dan
dengan HIV positif tersebut akan terbiasa dan tidak terbebani dengan kegiatan yang
ayat-ayat surah Al-Fatihah pun akan mengiringi dan membentuk perilaku yang
Subjek memiliki pikiran bahwa hidupnya seperti diatur oleh obat yang dikonsumsinya
dan meyakini bahwa efek samping obat pasti membuatnya menjadi tidak produktif.
Subjek memiliki perasaan bosan dan malas untuk segera minum obat serta merasa
seolah-olah semakin diyakinkan bahwa dirinya mengidap penyakit yang sangat berat.
Keterangan :
: Dampak
D. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif efektif
untuk meningkatkan kepatuhan minum obat ARV pada Ibu Rumah Tangga dengan
HIV positif. Kelompok Ibu Rumah Tangga dengan HIV Positif yang memperoleh
minum obat ARV yang lebih tinggi dibandingkan kelompok Ibu Rumah Tangga
dengan HIV Positif yang tidak mendapatkan intervensi Terapi Al-Fatihah Reflektif
Intuitif.