TINJAUAN PUSTAKA
4
5
d. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kepatuhan, karena
semakin rendah tingkat pendidikan seseorang dapat berpengaruh pada
pola pikir dan daya serap saat menerima informasi.
e. Kualitas Pelayanan Medis
Pelayanan medis yang tidak baik maka dapat mempengaruhi
kenyamanan pasien dalam berobat, sebaliknya jika pelayanan medis
sangat baik maka akan membuat pasien merasa nyaman dalam
melakukan terapi atau pengobatan sehingga dapat menimbulkan
kepatuhan berobat.
f. Ketersediaan Asuransi
Dengan adanya asuransi kesehatan maka akan meringankan beban
pasien dari segi pembiayaan dari kemudahan yang didapat melalui
asuransi kesehatan, maka pasien akan lebih patuh untuk berobat
dibandingkan jika tidak mendapatkan asuransi kesehatan (Ayurini &
Parmitasari, 2015).
Berdasarkan pendapat Leventhal dkk; Rodin & Salovey; Sarafino; dan
Taylor (dalam De Clerq & Smet, 1994, hal. 80) disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan antara lain:
a. Aspek Psikososial Pasien
Kognisi terhadapat (etiologi) keluhan, jumlah, jenis dukungan sosial,
berkurangnya sumber informasi, kurangnya pengetahuan atau
pemahaman tentang cara dan tujuan pengobatan, dan keyakinan
keyakinan lainnya.
b. Ciri- Ciri Penyakit
Adherence atau ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis, karena
tidak adanya akibat buruk yang di rasakan atau resiko yang jelas jika
tidak mematuhi arahan medis.
c. Komunikasi antar Pasien dan Dokter
Ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosiaonal antara pasien
dengan dokter, ketidakpuasan pasien terhadap pengobatan yang
7
1. Self Efficacy
Peningkatan Self Efficacy merupakan peran penting dalam
keberhasilan pengobatan. Self Efficacy dijelaskan sebagai keyakinan
individu yang merupakan kehebatan individu untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Self Efficacy sangat penting bagi pasien untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi penyakitnya. Jika pasien merasa
lebih baik mereka akan mematuhi untuk pengobatannya.strategi
positif untuk intervensi Self Efficacy seperti dukungan sosial sangat
berguna bagi pasien. Dukungan dapat barasal dari penyedia layanan
kesehatan, keluarga, dan teman-teman, hal ini sangat penting dalam
membantu pasien untuk mengelola dan mengatasi dengan mudah.
2. Penentuan Nasib Sendiri
Penentuan nasib sendiri berkaitan dengan motivasi manusia dan
kepribadian. Hal ini didefinisikan sebagai keputusan pribadi untuk
melakukan sesuatu, membandingkan dengan pengaruh luar.
Penentuan nasib sendiri lebih tergantung atau cenderung pada
pertumbuhan yang melekat seperti kebutuhan psikologis. Penentuan
nasib sendiri menciptakan kepatuhan tingkat tinggi dalam perilaku
individu tertentu. Ketika pasien merasa puas, mereka akan memiliki
sikap positif dan mengatur perilaku mereka dengan baik. Selain itu,
penentuan nasib sendiri membentuk motivasi untuk membimbing
dan mengadaptasi perilaku untuk kesejahteraan. Sebaliknya, motivasi
penentuan nasib sendiri yang kurang baik dan ketidakpuasan
psikologis menyebabkan hasil yang buruk.
3. Otonomi
Otonomi pasien mempengaruhi keyakinan, gaya koping dan
praktek untuk kepatuhan pengobatan pasien. Regulasi otonom
mengarah pada perilaku kesehatan yang positif dan perubahan
perilaku jangka panjang. Regulasi otonom dianggap sebagai kontrol
8