Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kepatuhan


2.1.1 Definisi kepatuhan
Kepatuhan merupakan salah satu komponen penting dalam
pengobatan. Dalam menggunakan obat ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan. Vrijens et al pada Tahun 2012 mengusulkan
taksonomi adherence dengan dasar konseptual baru yang terbagi menjadi
tiga elemen yaitu : Adherence to medications; Management of adherence;
Adherence-related sciences. Adherence to medications adalah proses
dimana pasien mengambil atau menggunakan obat mereka, seperti yang
ditentukan sebelumnya, yang terdiri dari : inisiasi, implementasi, dan
penghentian. Management of adherence adalah proses monitoring dan
mendukung kepatuhan pasien terhadap pengobatan oleh sistem kesehatan,
penyedia layanan, pasien, dan jaringan sosial. Adherence-related sciences
adalah disiplin ilmu yang mencari pemahaman mengenai penyebab
kesenjangan antara obat yang diresepkan dengan penggunaan obat
sebenarnya (Edi, 2015).

2.1.2 Teori Kepatuhan Pasien


1. Health Belief Model Theory
Dalam model ini perilaku kesehatan bergantung pada keyakinan
seseorang atau persepsi tentang penyakit yang diderita dan strategi apa
yang yang bisa dilakukan untuk menurunkan tingkat keparahan
penyakitnya.
2. Social Cognitive (Self- Efficacy) Theory
Sefl Efficacy merupakan keyakinan yang dimiliki individu tentang
kemampuan yang ada pada dirinya untuk melakukan satu perilaku
agar berhasil untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam teori ini perilaku
seseorang dipengaruhi oleh faktor- faktor, yaitu faktor kognitif, afektif
individu dan faktor lingkungan.

4
5

3. The Theory of Reasoned Action and Planned Behavior


Pada teori ini untuk memperkirakan dan menjelaskan perilaku
seseorang pada konteks yang lebih spesifik. Teori ini sikap seseorang
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sikap sebagai target evaluasi
perilaku yang diharapkan dan norma subjektif serta adanya
keterlibatan baik keluarga maupun komunitas.
4. The Transttheoretical Model
Model ini merupakan salah satu model perubahan perilaku positif
pada seseorang atau penyelesaian masalah yang sedang dihadapai
dalam konteks perilaku kesehatan
5. Applied Behavior Analytic Theory
Teori yang mendeskripsikan secara sistematis dan implemestasi
intervensi untuk merubah perilaku tertentu yang berdasarkan pada
prinsip ilmu pengetahuan dan perilaku (Fauzi & Nishaa, 2018).

2.1.3 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut penelitian Budiman, Chambri, & Bachtiar (2013, hal. 22.)


Faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah :
a. Umur
Umur memiliki pengaruh besar dalam kepatuhan seseorang dalam
menjalani pengobatan karena umur dapat meningkatkan motivasi
seseorang untuk hidup lebih sehat.
b. Faktor Sosial Ekonomi
Perekonomian seseorang berbeda, jika perekonomian atau pendapatan
keluarga tinggi maka tingkat kepatuhan pasien untuk menjalani terapi
atau pengobatan juga tinggi, sebaliknya pasien tidak patuh ketika
menjalani terapi atau pengobatan jika pendapatan keluarga rendah.
c. Efek Samping Pengobatan
Setiap terapi yang dilakukan oleh pasien memiliki efek samping, maka
semakin efek samping yang timbul tidak menyenangkan, pasien akan
semakin menghindari terapi pengobatan yang dilakukan dari sinilah
pasien tidak patuh dalam menjalani terapi pengobatannya.
6

d. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kepatuhan, karena
semakin rendah tingkat pendidikan seseorang dapat berpengaruh pada
pola pikir dan daya serap saat menerima informasi.
e. Kualitas Pelayanan Medis
Pelayanan medis yang tidak baik maka dapat mempengaruhi
kenyamanan pasien dalam berobat, sebaliknya jika pelayanan medis
sangat baik maka akan membuat pasien merasa nyaman dalam
melakukan terapi atau pengobatan sehingga dapat menimbulkan
kepatuhan berobat.
f. Ketersediaan Asuransi
Dengan adanya asuransi kesehatan maka akan meringankan beban
pasien dari segi pembiayaan dari kemudahan yang didapat melalui
asuransi kesehatan, maka pasien akan lebih patuh untuk berobat
dibandingkan jika tidak mendapatkan asuransi kesehatan (Ayurini &
Parmitasari, 2015).
Berdasarkan pendapat Leventhal dkk; Rodin & Salovey; Sarafino; dan
Taylor (dalam De Clerq & Smet, 1994, hal. 80) disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan antara lain:
a. Aspek Psikososial Pasien
Kognisi terhadapat (etiologi) keluhan, jumlah, jenis dukungan sosial,
berkurangnya sumber informasi, kurangnya pengetahuan atau
pemahaman tentang cara dan tujuan pengobatan, dan keyakinan
keyakinan lainnya.
b. Ciri- Ciri Penyakit
Adherence atau ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis, karena
tidak adanya akibat buruk yang di rasakan atau resiko yang jelas jika
tidak mematuhi arahan medis.
c. Komunikasi antar Pasien dan Dokter
Ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosiaonal antara pasien
dengan dokter, ketidakpuasan pasien terhadap pengobatan yang
7

diberikan, mendapat informasi dan pengawasan yang kurang (Ayurini


& Parmitasari, 2015).

2.1.4 Atribut Kepatuhan

1. Self Efficacy
Peningkatan Self Efficacy merupakan peran penting dalam
keberhasilan pengobatan. Self Efficacy dijelaskan sebagai keyakinan
individu yang merupakan kehebatan individu untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Self Efficacy sangat penting bagi pasien untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi penyakitnya. Jika pasien merasa
lebih baik mereka akan mematuhi untuk pengobatannya.strategi
positif untuk intervensi Self Efficacy seperti dukungan sosial sangat
berguna bagi pasien. Dukungan dapat barasal dari penyedia layanan
kesehatan, keluarga, dan teman-teman, hal ini sangat penting dalam
membantu pasien untuk mengelola dan mengatasi dengan mudah.
2. Penentuan Nasib Sendiri
Penentuan nasib sendiri berkaitan dengan motivasi manusia dan
kepribadian. Hal ini didefinisikan sebagai keputusan pribadi untuk
melakukan sesuatu, membandingkan dengan pengaruh luar.
Penentuan nasib sendiri lebih tergantung atau cenderung pada
pertumbuhan yang melekat seperti kebutuhan psikologis. Penentuan
nasib sendiri menciptakan kepatuhan tingkat tinggi dalam perilaku
individu tertentu. Ketika pasien merasa puas, mereka akan memiliki
sikap positif dan mengatur perilaku mereka dengan baik. Selain itu,
penentuan nasib sendiri membentuk motivasi untuk membimbing
dan mengadaptasi perilaku untuk kesejahteraan. Sebaliknya, motivasi
penentuan nasib sendiri yang kurang baik dan ketidakpuasan
psikologis menyebabkan hasil yang buruk.
3. Otonomi
Otonomi pasien mempengaruhi keyakinan, gaya koping dan
praktek untuk kepatuhan pengobatan pasien. Regulasi otonom
mengarah pada perilaku kesehatan yang positif dan perubahan
perilaku jangka panjang. Regulasi otonom dianggap sebagai kontrol
8

internal yang dirasakan, misalnya kepercayan dan pengambilan


keputusan, daripada kontrol eksternal seperti, persuasi atau motivasi
dari orang lain. Dengan adanya dukungan dari penyedia layanan
kesehatan, keluarga, dan teman- teman, pasien dapat mendorog
regulasi otonom dan meningkatkan kepatuhan pengobatan.
4. Pencegahan Kambuh
Pencegahan kambuh berhubungan dengan kepatuhan.
Kepatuhan yang buruk dan berkelanjutan dapat memperburuk
kondisi kesehatan secara keseluruhan, karena pasien akan kurang
menanggapi perawatan medis. Rencana perilaku dapat ditingkatkan
dari pendidikan tentang penyakit, ini bisa berkisar dari sekedar
memberikan informasi tentang pengobatan atau pengobatan hingga
meningkatkan kepatuhan. Pendidikan dapat mengarahkan pada
deteksi dini tanda-tanda peringatan dan pencegahan perkembangan
menjadi episode penuh. Intevensi yang mendidik pasien tentang
penyakit mereka yang dapat menyebabkan kepatuhan hasil jangka
panjang yang lebih besar (Lyu & Zhang, 2019).

2.1.5 Kepatuhan Pengobatan


Pasien dikatakan patuh dalam pengobatannya yaitu apabila seseorang
telah berhasil menyelesaikan pengobatannyasecara tertaur dan lengkap
tanpa terputus dengan jangka waktu selama minimal 6 bulan sampai 8
bulan, sedangkan pasien yang tidak patuh dalam pengobatannya apabila
frekwensi pengobatan tidak dilaksanakan secara tepat sesuai dengan renca
yang telah ditentukan. Seorang pasien dikatakan patuh dalam menjalani
pengobatannya yaitu apabila pasien minum obat sesuai dengan aturan
paket obat dan ketepatan waktu saat mengambil obat sampai masa
pengobatannya telah selesai. Pasien atau penderita dikatakan lalai apabila
pasien tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian
yang telah ditetapkan (Ibrahim, Elliya , & Pribadi , 2014).
9

2.2 Konsep Kanker Payudara


2.2.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah entitas patologi yang dimulai dengan
perubahan genetik pada sel tunggal dan kemungkinan untuk dapat
dipalpasi memerlukan waktu beberapa tahun. Jenis histologi kanker
payudara yang paling umum adalah karsimona duktus yang menginfiltrasi
(80% kasus), yaitu tumor muncul dari sistem pengumpul dan menginvasi
jaringan sekitar. Infiltrasi karsimona lobular menyebabkan 10% sampai
15% kasus. Tumor ini muncul dari epitelium lobular dan biasanya terjadi
sebagai area penebalan yang mendefinisikan penyakit di
payudara.infiltrasi karsimona duktus dan lobular biasanya menyebar ke
bagian tulang, hati, paru, adrenal, pleura, kulit atau otak (Smeltzer, 2015).

2.2.2 Tipe kanker payudara


Tipe kanker payudara melalui pemeriksaan mammogram
dikategorikan sebagai berikut :
1. Kanker payudara Non-Invasive adalah kanker yang terjadi pada bagian
kantung susu, yaitu penghubung antara kelenjar alveolus atau kelenjar
yang memproduksi susu dan puting susu. Pada kanker payudara non-
invasive ini, kanker penyebarannya belum ke bagian luar jaringan
kantung susu.
2. Kanker Payudara Insasive adalah kanker payudara yang telah
menyebar pada bagian luar kantung payudara dan menyerang pada
jaringan yang berada disekitarnya, bahkan penyebarannya bisa pada
bagian tubuh lainnya, seperti kelenjar limfa yang penyebarannya
melalui peredaran darah (Maharani, 2009).

2.2.3 Faktor Risiko Kanker Payudara


1. Usia Menarche
Usia menarche dini terkait dengan paparan hormon endogen yang
lebih lama dan juga pada individu itu sendiri kadar estrogen relatif
lebih tinggi selama usia produktif.
2. Paritas
Perempuan yang pernah melahirkan memiliki resiko lebih rendah
dibandingkan dengan yang tidak.
10

3. Usia Pada Kehamilan Anterm Pertama


Pasien yang kehamilan pertamanya aterm berusia lebih dari 35 tahun,
maka pasien memiliki risiko 40-60% lebih tinggi.
4. Menyusui
Menyusui dalam kisaran waktu yang lebih lama mengurangi risiko
kanker payudara. Resiko relatif berkurang 4,3% untuk setiap 12 bulan
menyusui.
5. Usia Menopouse
Kejadian kanker payudara berkurang pada usia menopouse dan
perempuan dengan usia menopouse lebih tua terkait dengan risiko
kanker yang lebih tinggi.
6. Hormon Eksogen
Perempuan yang menggunakan hormon pasca menopouse memiliki
peningkatan risiko kanker payudara dengan hubungan dosis respon
berdasarkan durasi penggunaan. Hormon tersebut memiliki efek yang
tampak lebih kuat pada perempuan kurus dibandingkan dengan
perempuan yang obesitas. Kombinasi estrogen dan progrestin
memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan estrogen saja.
7. Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh
Peningkatan produksi estrogen endogen dari hasil konversi dari
androgen oleh enzim aromatase pada lemak-lemak adiposa. Berat
badan yang berlebih diduga memiliki faktor risiko kanker payudara
(Arifputera, et al., 2019).

2.2.4 Strategi Pencegahan


Pasien yang berisiko tinggi dapat berkonsultasi dengan spesialis
mengenai strategi pencegahan, sebagai berikut :
a. Pemantauan jangka panjang, pemeriksaan payudara klinis sebanyak
dua kali dalam satu tahun dan dimulai pada usia 25 tahun, melakukan
mamografi setiap tahunnya dan kemungkinan MRI ( pada karier
BRCA1 dan BRCA2).
11

b. Pencegahan dengan kemo (chemoprevention) untuk mencegah


penyakit sebelum penyakit itu dimulai dan menggunakan tamoksifen
(Nolvadox) dan juga kemungkinan raloxsifen (Evista).
c. Mastektomi (“penurunan risiko”) profilaksis untuk pasien yang
memiliki riwayat keluarga yang kuat yang menderita kanker payudara,
diagnosis karsinoma lobular insitu (LCIS) atau hiperplasia atipikal,
mutasi gen BRCA, ketakutan yang berlebihan terhadap kanker (“fobia
kanker”) atau sebelumnya pernah megalami kanker disalah satu
payudaranya (Smeltzer, 2015).

Anda mungkin juga menyukai