Belum ada kesepakatan yang jelas mengenai konsep dari PCC. Namun beberapa jurnal mencoba untuk
memberikan pendapatnya mengenai konsep dari PCC. Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada
tahun 1993 oleh Picker Institute bekerja sama dengan Harvard School of Medicine menjelaskan bahwa
PCC memiliki 8 dimensi yakni (Keene, n.d.) :
Beberapan penelitian lain seperti penelitian yang dilakukan oleh Moreau dan Hudon menjelaskan bahwa
PCC memiliiki enam komponen utama, yakni
Konsensus tingkat tinggi menyebutkan bahwa terdapat 9 model dan kerangka kerja untuk
mengidentifikasi PCC, 6 elemen inti berikut paling sering dikenali (Shaller 2007):
manusia juga terdiri dari fisik (body), pikiran (mind), jiwa (spiritnya) Setiap manusia
dipengaruhi 3 lingkaran:
– Keluarga
– Komunitas
– Kultur
Oleh karena itu pada saat pasien mengeluh gangguan kesehatan, perlu dikaji faktor-faktor
disekitarnya yg mungkin memicu atau menyebabkan gejala tersebut muncul selain
kemungkinan masalah pada biomediknya. Dimana status Kesehatan Individu dapat dipengaruhi
oleh:
– Behavior (Life style)
– Human Biology
– Pysical environment
– Psycho-Socio-Economic environment (PSE)
Selain kempat determinan tersebut, kesehatan seseorg maupun keluarga ditentukan oleh life
style yang mana merupakan interaksi antara Behavior dan PSE dan juga Pekerjaaan merupakan
interaksi PSE dan lingkungan Fisik.
Setiap upaya dokter baik pencegahan, pengobatan, penunjang dan rehabilitasi (rehab fisik dan
sosial) memerlukan upaya partisipasi angota keluarga lain. Partisipasi anggota keluarga
diperlukan untuk merawat & membantu penyelesaian masalah anggota keluarga yg sakit, karena
prinsip dasar kerja dokter yaitu Kemitraan dengan pasien dan keluarga dengan tujuan untuk
pemberdayaan pasien & keluarga sehingga mandiri.
3. MAMPU MELAKUKAN PENILAIAN UNSUR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGELOLAAN
KESEHATAN YANG BERSUMBER DARI MASYARAKAT
1. Penguatan komunitas: Pendekatan-pendekatan ini membangun kapasitas masyarakat untuk
mengambil tindakan terhadap kesehatan dan faktor-faktor penentu sosial kesehatan.
Masyarakat berkumpul untuk mengidentifikasi isu-isu lokal, merancang solusi dan membangun
aksi sosial yang berkelanjutan.
2. Relawan dan peran rekan: Pendekatan-pendekatan ini meningkatkan kemampuan individu untuk
memberikan nasihat, informasi dan dukungan atau mengatur kegiatan di komunitas mereka atau
komunitas lain. Anggota masyarakat menggunakan pengalaman hidup dan hubungan sosial
mereka untuk menjangkau orang lain
3. Kolaborasi dan kemitraan: Pendekatan ini melibatkan masyarakat dan layanan lokal yang bekerja
sama pada setiap tahap siklus perencanaan, mulai dari mengidentifikasi kebutuhan dan
menyepakati prioritas, hingga implementasi dan evaluasi. Melibatkan masyarakat akan
menghasilkan layanan yang lebih tepat, adil dan efektif.
4. Akses ke sumber daya komunitas: Pendekatan ini menghubungkan individu dan keluarga dengan
sumber daya masyarakat, bantuan praktis, kegiatan kelompok, dan peluang menjadi
sukarelawan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan meningkatkan partisipasi sosial.
Hubungan antara layanan kesehatan primer dan organisasi masyarakat sangatlah penting
1. Keterlibatan Komunitas: Faktor kunci dalam pendekatan ini adalah keterlibatan komunitas dalam
perencanaan, implementasi, dan evaluasi program kesehatan. Ketika komunitas secara aktif
terlibat, mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan mereka sendiri dan
dapat memberikan wawasan yang berharga.
2. Kesadaran akan Kesehatan Komunitas: Kesadaran tentang pentingnya fokus pada kesehatan
komunitas yang lebih besar, bukan hanya individu, adalah faktor pendukung. Ini mendorong
kolaborasi dan perencanaan yang lebih baik.
3. Keberlanjutan Program: Program kesehatan yang berkelanjutan dan terus-menerus mendukung
community-oriented care. Dalam jangka panjang, hal ini membantu membangun kepercayaan
dalam komunitas dan mencapai hasil yang lebih baik.
4. Kolaborasi Antar-Penyedia Pelayanan Kesehatan: Kerja sama antara berbagai penyedia layanan
kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dokter umum, serta pekerja sosial dan psikolog,
merupakan faktor pendukung yang penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang
terintegrasi.
5. Pendidikan dan Pelatihan: Pelatihan dan pendidikan bagi staf medis dan non-medis dalam
pengelolaan dan komunikasi dengan komunitas adalah penting. Ini membantu dalam memahami
kebutuhan komunitas dan memberikan pelayanan yang lebih efektif.
1. Kurangnya Sumber Daya Finansial: Salah satu hambatan utama adalah kurangnya sumber daya
finansial yang diperlukan untuk mendukung program-program community-oriented care.
Keterlibatan komunitas membutuhkan investasi yang cukup besar dalam hal waktu dan sumber
daya.
2. Perubahan dalam Budaya Organisasi: Terkadang, sistem kesehatan yang berfokus pada
perawatan individu perlu mengalami perubahan budaya dan struktural agar sesuai dengan
pendekatan community-oriented care. Perubahan ini mungkin sulit dan memerlukan waktu.
3. Resistensi dari Pihak Berkepentingan: Pihak-pihak tertentu dalam sistem kesehatan atau
komunitas mungkin memiliki kepentingan tertentu yang tidak sejalan dengan pendekatan ini,
dan mereka dapat menentang perubahan.
4. Ketidaksetaraan Akses dan Kualitas: Dalam beberapa kasus, ketidaksetaraan dalam akses dan
kualitas layanan kesehatan dapat menjadi hambatan. Komunitas yang kurang mendapat
perhatian mungkin menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pelayanan yang mereka
butuhkan.
5. Kurangnya Partisipasi Komunitas: Jika komunitas tidak aktif dalam partisipasi dan tidak memiliki
pemahaman tentang manfaat dari pendekatan ini, maka penerapan community-oriented care
dapat terhambat.
Keterbatasan Data dan Evaluasi: Kurangnya data dan evaluasi yang tepat dapat membuat sulit untuk
mengukur dampak dari program-program community-oriented care, dan hal ini dapat menjadi
penghambat dalam memperoleh dukungan.
Penerapan community-oriented care adalah proses yang kompleks dan memerlukan komitmen jangka
panjang dari berbagai pihak. Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, diperlukan perencanaan yang
matang, kolaborasi, dan dukungan finansial yang memadai.
Kesimpulannya, keterlibatan keluarga dalam pengobatan TB adalah penting karena berkontribusi pada
pencegahan penularan, dukungan psikososial, keberlanjutan pengobatan, pemantauan komprehensif,
pendidikan, pengurangan stigma, dan keberhasilan pengobatan. Ini menciptakan lingkungan perawatan
yang lebih baik untuk pasien TB dan membantu memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan
yang mereka butuhkan untuk pemulihan yang sukses
1. Menjamin ketersediaan akses layanan TB yang merata, bermutu, dan berkesinambungan bagi
masyarakat terdampak TB (akses universal) untuk menjamin kesembuhan pasien TB dalam
rangka menuju eliminasi TB.
2. Meningkatkan penemuan kasus dan mengurangi penundaan diagnosis serta wajib notifikasi
kasus Tb oleh seluruh pemberi layanan.
3. Meningkatkan kualitas diagnosis, perawatan, dan dukungan pasien dengan pengobatan sesuai
standar.
4. Meningkatkan kualitas manajemen program penanggulangan TB (kepemilikan dan
kepemimpinan program)
https://ppid.jemberkab.go.id/berita-ppid/detail/public-private-mix-ppm-dalam-menanggulangi-
tuberkulosis-di-kabupaten-jember
Semua pasien dengan riwayat pengobatan OAT harus diperiksa uji kepekaan OAT pada awal pengobatan.
Uji kepekaan dapat dilakukan dengan metode cepat atau rapid test (TCM, LPA lini 1 dan 2), dan metode
konvensional baik metode padat (LJ), atau metode cair (MGIT) . Bila terdapat laboratorium yang dapat
melakukan uji kepekaan obat berdasarkan uji molekular cepat dan mendapatkan hasil dalam 1-2 hari
maka hasil ini digunakan untuk menentukan paduan OAT pasien. Bila laboratorium hanya dapat
melakukan uji kepekaan obat konvensional dengan media cair atau padat yang baru dapat menunjukkan
hasil dalam beberapa minggu atau bulan maka daerah tersebut sebaiknya menggunakan paduan OAT
kategori I sambil menunggu hasil uji kepekaan obat. Pada daerah tanpa fasilitas biakan, maka pasien TB
dengan riwayat pengobatan diberikan OAT kategori 1 sambil dilakukan pengiriman bahan untuk biakan
dan uji kepekaan
UMUM_PNPK_revisi-1.pdf
1. Menjelaskan family support dalam pengobatan dan sudut pandang Islam
Para ahli fiqih ijma` berpendapat ke arah bahwa hukum berobat asalnya mubah, 3 hal ini berdasarkan
hadits Rasulullah SAW: ، ( إن هللا أن زل ال داء وال دواء: قال رسول هللا صلى هللا عليه وس لم: عن أبي الدرداء رضي هللا عنه قال
) وال تتداووا ب الحرام) ( رواه أب و داود، فتداووا، وجعل لكل داء دواء. Dari Abu Darda’ Radhiyaallahu Anhu berkata,
bersabda Rasulullah SAW: “Sesusngguhnya Allah telah menurunkan setiap penyakit dengan obatnya,
danmenjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya, maka berobatlah kalian, dan janganlah kalian berobat
dengan yang haram”.4
Dalam Al-Qur’an istilah keluarga disebut dengan Ahlun, sebagaimana terdapat dalam surah At-
Tahrim ayat 6 yang berbunyi: Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(At-Tahrim ayat 6)23
Selain itu keluarga dapat diartikan dzawil qurba sebagaimana terdapat dalam surah Al-Isra ayat 26
yang berbunyi: Artinya:”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.” (Al-Isra ayat 26)
Sakinah yang berarti ketenangan, ketentraman, dan kedamaian jiwa yang difahami dengan suasana
damai yang melengkapi rumah tangga di mana suami istri yang menjalankan perintah Allah SWT dengan
tekun, saling menghormati dan saling toleransi.
Dalam al-qur’an disebutkan sebanyak enam kali serta dijelaskan bahwa sakinah itu telah didatangkan
oleh Allah ke dalam hati Nabi dan orang-orang yang beriman. Daripada suasana tenang (sakinah),
sehingga rasa bertanggung jawab kedua belah pihak samakin tinggi. Firman Allah dalam surat Al Fath
ayat 4 Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah lah
tentara langit dan bumi dan adalah Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”. (Al Fath ayat 4)