Anda di halaman 1dari 4

KASUS 1 (HALUSINASI)

Pasien kelolaan individu berintial Ny. S merupakan salah satu orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) yang bertempat tinggal di RT 2 RW 10. Klien berusia 39
tahun. Keluarga klien menceritakan, dulunya klien adalah seorang yang pintar dalam
akademik yang dibuktikan dengan selalu ranking 1 atau 2 dari sekolah dasar (SD)
sampai sekolah menengah pertama (SMP). Klien tidak melanjutkan lagi ke jenjang
SMA dengan alasan klien sering mendengar suara-suara dan melihat hantu yang
menyebabkan klien tidak fokus untuk belajar.
Tindakan keluarga klien ketika mengetahui anaknya yang seolah-olah melihat
hantu adalah mendatangi dukun. Keluarga mempercayai bahwa anaknya diguna-guna
oleh tetangga dan pengobatan tersebut berlangsung selama 1 tahun. Dikarenakan tidak
kunjung sembuh maka keluarga baru menyadari bahwa anaknya memerlukan
pertolongan dengan membawa ke Rumah Sakit Jiwa. Akhirnya Ny.S terdiagnosa
Skizofrenia Paranoid di usianya yang masih muda yakni 15 tahun.
Ketika dilakukan pengkajian klien mendengar suara-suara yang menghina-hina
dirinya. Suara tersebut mengatakan dirinya jelek, gendut, tidak berdaya dan selalu
menyudutkannya. Klien mengatakan hal itu mengganggunya dan membuat dirinya
sangat kesal. Klien juga mengeluh tidak dapat tidur dimalam hari. Didukung dari data
keluarga, klien selalu teriak-teriak apabila mendengar suara tersebut, membanting2
barang dan bahkan sering kali kabur dari rumah.

KASUS 2 (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)


Tn. K berusia 28 tahun merupakan salah satu ODGJ. Alasan masuk adalah klien
mengamuk dengan memukul tetangga sebelah rumahnya. Klien sudah berulang kali
keluar masuk rsj dengan alasan mengamuk, dan terdiagnosa Skizofrenia Paranoid
selama 4 tahun. Klien selalu mondar mandir, menunjukan bahasa tubuh negatif seperti
tampak tatapannya tajam dan ekspersi wajah tegang. Tidak ada satu orangpun teman
diruangan yang berani untuk berinteraksi dengannya. Ketika dilakukan pengkajian,
klien tampak menggempalkan tanggannya dan emosi yang mudah berubah-ubah.
Klien mengatakan sakit hati dengan ayahnya. Ayahnya sering memukul klien dari
kecil sampai tumbuh dewasa, jarang bertegur sapa dengan ayahnya walaupun berada di
satu rumah. Ibu klien menjelaskan bahwa suaminya seseorang yang keras. Mempunyai
anak dengan kondisi seperti ini membuat ia tidak konsentrasi dan mengganggu
pekerjaan. Selain itu ayah klien menyerahkan sepenuhnya kepada istrinya untuk
merawat anaknya. Klien mengungkapkan lebih nyaman berada di rumah sakit karena
ketika dirumah ia tidak mendapatkan perhatian dari sosok yang seharusnya
memperhatikannya. Lingkungan sekitar rumah juga selalu menghinanya dengan
sebutan orang gila. Klien merasa dirinya tidak berdaya dan tidak berguna.

KASUS 3 (WAHAM)
Ibu I merupakan pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid, saat ini
telah berusia 57 tahun dan tinggal bersama ke 4 anaknya. Ibu I diketahui sering kabur
dari rumahnya dan dibawa oleh anaknya ke RSJ. Saat pertamakali dilakukan
pengkajian Ibu I menunjukkan ekspresi wajah curiga dan bertanya kepada perawat,
“kenapa dia dibawa kesini?, kalian petugas dari Bank ya?. Setelah diberikan
penjelasan I bersedia untuk berbicara dengan perawat, saat ini Ibu I merasa kesal
dengan anak-anaknya, dia mengatakan pada tahun 2012 uang tabungannya dicuri dan
disalah gunakan oleh anak ke empat dan anak ke lima. Uang tabungan tersebut adalah
uang pribadi dan almarhum suaminya, dikumpulkan selama bertahun-tahun kemudian
dihabiskan oleh anak-anaknya tanpa pemberitahuan dan izin terlebih dahulu. Sejak
saat itu terjadi konflik keluarga diantara Ibu I dengan anak-anaknya, terutama anak ke
4 dan ke 5. Dia merasa kesal dan sangat kecewa, dan perasaan tersebut masih
dirasakan sampai saat ini.
Selain itu dari hasil pengkajian terhadap keluarga didapatkan informasi bahwa Ibu I
sering marah-marah, mengusir orang-orang yang datang ke rumahnya, serta tidak
pernah mau berinteraksi dengan oranglain dan tidak mau keluar rumah. Gejala
tersebut dirasakan terutama saat Ibu I mengalami masalah keuangan dan teringat
perilaku anak-anaknya.
Selama di bangsal, klien mencurigai semua teman-temannya dan perawat
diruangan. Klien merasa selalu ada yang memonitor dia dari jarak jauh. Klien
mengatakan ketakutan akan dikejar-kejar pegawai bank. Selain itu klien merasa
bahwa anaknya akan meracuninya agar dia segera meninggal. Setiap makan siang,
klien mencurigai minuman dan makanan yang diantar oleh perawat.

KASUS 4 (ISOS)
Tn. E (35 tahun) mengalami gangguan kejiwaan sejak tahun 2007. Faktor
penyebab adalah dituduh menjadi tersangka saat kehilangan brankas di indomaret.
Saat itu, ia menjabat menjadi asisten pemilik tokoh. Selain itu, Tn.E juga
mengalami gagal nikah dua kali dengan pacarnya. Hal tersebut membuat Tn sangat
terpukul, dan menarik diri dari lingkungan. Riwayat kekambuhan selama 13 tahun
terakhir sebanyak tiga kali yaitu tahun 2010, 2012, dan Maret 2018. Kekambuhan
saat itu diakibatkan karena tidak konsumsi obat dan Maret 2018 klien tidak keluar
rumah, tidak mau melakukan kegitan apapun serta tidak berbicara dengan siapapun
sehingga keluarga membawa klien ke RSJ.
Tn. E mengatakan tidak mau berkumpul bersama teman-teman atau keluarga
sehingga ia memilih untuk berdiam dikamar saja. Takut untuk interaksi dengan
oranglain. Ketika dilakukan pengkajian oleh perawat, respon verbal klien kurang
dan sangat singkat. Klien merasa selalu ditolak oleh orang lain, kejadian yang
sangat membekas adalah ketika klien gagal menikah untuk kedua kalinya. Klien
tampak sedih dan menunjukan ekspresi acuh terhadap lingkungan sekitar. Selama
bertahun tahun klien tidak pernah lagi keluar dari rumahnya.
Berdasarkan data dari keluarga, Tn.E memang merupakan seseorang dengan
kepribadian tertutup. Dari ia sekolah tidak pernah bercerita apapun yang terjadi
pada setiap fase kehidupannya. Tn E memilih untuk memendam semuanya.
Orangtuanya yang selalu berusaha untuk bertanya-tanya terkait apapun yang terjadi
pada anaknya tersebut. Selain itu, Tn E juga tidak memiliki teman dekat dan susah
untuk bersosialiasi.

KASUS 5 (HARGA DIRI RENDAH)


Tn.K berusia 25 tahun merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakaknya
seorang pilot yang sudah sukses, begitu juga dengan saudara perempuannya yang
merupakan seorang dokter. Klien mengatakan selalu dibanding-bandingkan dengan
saudaranya dan kurangnya pujian sehingga anak merasa rendah dan tidak berguna.
Klien juga mendapatkan statement negatif dari lingkungan sekitar.
Klien tampak sering menyendiri dikamar, bicara sedikit dan kontak mata
kurang. Klien mengatakan tidak percaya diri berhadapan langsung dengan orang
lain selain kakaknya, klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain.
Klien selalu menyalahkan dan mengkritik diri sendiri. Klien mengaku pernah
dilakukan pelecehan seksual oleh sepupunya ketika masih duduk di sekolah dasar,
Hal tesebut tidak ia ceritakan kepada siapapun karena klien merasa takut. Selama
proses interaksi, klien tidak mengakui bahwa dirinya sakit dan mengatakan tidak
memerlukan obat.
KASUS 6 (RESIKO BUNUH DIRI)
Ny.Y berusia 50 tahun dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri
di kamar mandi rumah pasien. Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan
pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya.
Terdapat anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.Klien mengatakan
hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Ada bekas luka dan memar pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien
menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan
TB 170cm.Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman
sekamar yg satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan
lingkungannya, klien sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang
berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek,
afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara
kadang tajam, terkadang terjadi blocking.

KASUS 7 (DEFISIT PERAWATAN DIRI)


Tn.T berusia 35 tahun dibawa kerumah sakit jiwa pada tanggal 29 juli 2020. Keluarga
klien mengatakan pasien pendiam sulit berpakaian, tidak mau mandi selama 3 hari,
tercium bau yang tidak sedap. Keluarga klien juga mengatakan klien pernah
mengalami gangguan jiwa saat klien kelas 3 SMA dan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa. Ketika dilakukan pengkajian, rambut terlihat acak-
acakan, pakaian tidak sesuai, kuku tampak kotor, gigi kotor disertai dengan bau serta
klien menarik diri ketika interaksi. Klien tidak mau berbicara dengan oranglain.
Selama proses komunikasi, kontak mata kurang dan menjawab pertanyaan dengan
berbelit-belit tidak sampai ke tujuan serta sering mendadak berhenti ditengah
pembicaraan. Seseorang yang dilihat tersebut membuat klien menolak meminum obat,
dengan alasan takut apa yang ia lihat akan hilang. Klien juga mengaku bahwa dirinya
tidak sakit dan tidak memerlukan obat.

Anda mungkin juga menyukai