DI RUANG ISOLASI
RS EMC TANGERANG
DISUSUN OLEH:
IRMA RODIYANA
NIM : 11192075
JAKARTA SELATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan dunia saat ini menjadi sorotan dan sangat penting untuk
mendapatkan perhatian dari ilmuan kesehatan dan masyarakat umum adalah penyakit
akibat virus corona. Corona Virus Disease-19 atau yang lebih populer dengan istilah
COVID-19 telah ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) atau Badan
Kesehatan Dunia sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia (KMMD) pada tanggal 30 Januari 2020 dan akhirnya ditetapkan sebagai
Pandemi pada tanggal 11 Maret 2020 (Kelia dkk, 2020). Pandemi merupakan wabah
yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas (KBBI,
2020) sedangkan pandemi sebagai pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya
penyakit koronavirus 2019 di seluruh dunia dan sampai bulan April 2020 telah
menginfeksi lebih dari 210 negara (WHO, 2020). Di Indonesia, kasus covid-19
pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 02 Maret sejumlah dua kasus (Nurani, 2020).
Pada bulan Mei 2020, angka kematian juga masih terus terjadi walaupun diimbangi
dengan jumlah kesembuhan pasien. Secara global kasus covid-19 sebanyak 4.170.424
kasus dengan 287.399 kasus kematian (WHO Report, 2020). Di Indonesia
penambahan jumlah kasus terkonfirmasi terus meningkat, dimana pada bulan Mei
masih berada pada angka 10.551 kasus dengan 800 orang meninggal dunia
(Kompas.com), akan tetapi hingga 16 Juni 2020 kasus bertambah cukup signifikan
menjadi berjumlah 40.400 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2231 kematiaan
(Kemkes RI, 2020).
Covid-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang
ditemukan pada tahun 2019 yang selanjutnya disebut Sars-Cov 2 (Severe Acute
Respratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berukuran sangat kecil (120-160 nm)
yang utamanya menginfeksi hewan termasuk diantaranya adalah kelelawar dan unta.
Saat ini penyebaran dari manusia ke manusia sudah menjadi sumber penularan utama
sehingga penyebaran virus ini terjadi sangat agresif. Penularan penyakit ini terjadi
dari pasien positif covid-19 melalui droplet yang keluar saat batuk dan bersin (Han Y,
2020). Akan tetapi diperkirakan juga bahwa virus ini menyebar dari orang yang tidak
bergejala namun hasil pemeriksaan menunjukkan positif covid-19. Selain itu, telah
diteliti bahwa virus ini dapat hidup pada media aerosol (yang dihasilkan melalui
nebulizer) selama setidaknya 3 jam (Susilo dkk, 2020).
Proses perjalanan penyakit ini masih belum banyak diketahui, namun diduga tidak
berbeda jauh dengan perjalanan penyakit dari virus pernafasan lainnya yang sudah
diketahui (Li X dalam Susilo, 2020). Pada manusia apabila virus ini masuk ke dalam
saluran pernafasan dapat mengakibatkan kerusakan alveoli paru dan menyebabkan
gagal nafas. Akan tetapi banyak orang yang terinfeksi Sars-Cov 2 ini mengalami
gejala ringan sampai sedang pada saluran pernafasan yang dapat sembuh dengan
sendirinya dan tidak memerlukan penanganan khusus. Bagi kelompok orang dengan
masalah kesehatan lain seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit pernafasan kronis,
diabetes dan kanker, jika mengalami infeksi covid 19 ini dapat mengalami masalah
yang lebih serius (WHO, 2020).
Penetapan kasus atau istilah medisnya adalah pemeriksaan diagnosis covid-19
dilakukan dengan pemeriksaan PCR (Poymerase Chain Reaction) yng dikenal luas
dengan sebutan swab. Adapun penatalaksanaan pasien dengan Covid-19 meliputi
pemberian terapi definitif (etiologi), pemberian obat-obatan simtomatik sesuia gejala
yang muncul dan terapi suportif untuk mendukung pengobatan lain serta
meningkatkan daya tahan tubuh (Susilo dkk,2020). Cara terbaik untuk mencegah
penyakit ini adalah dengan memutus mata rantai penyebaran covid-19 melalui isolasi,
deteksi dini dan melakukan proteksi dasar yaitu melindungi diri dan orang lain dengan
sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan hand
sanitizer, menggunakan masker dan tidak menyentuh area muka sebelum mencuci
tangan, serta menerapkan etika batuk dan bersin dengan baik (Dirjen P2P Kemkes RI,
2020). Sampai dengan saat ini belum ada vaksin spesifik untuk penanganan covid 19
dan masih dalam tahap pengembangan penelitian (WHO, 2020).
Upaya pemutusan mata rantai penyebaran covid-19 memerlukan pemahaman dan
pengetahuan yang baik dari seluruh elemen termasuk masyarakat. Pengetahuan adalah
suatu hasil dari rasa ingin tahu melalui proses sensoris, terutama pada mata dan
telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan juga merupakan domain terpenting
dalam terbentuknya perilaku (Donsu, 2017). Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa factor, antara lain tingkat Pendidikan, pekerjaan, umur, factor lingkungan
dan fsktor social budaya (Notoatmodjo 2010). Kepatuhan adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan perilaku masyarakat dalam menggunakan masker.
Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan pasien menggunakan masker.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan tergantung pada banyak faktor,
termasuk pengetahuan, motivasi persepsi, dan keyakinan terhadap upaya pengontrolan
dan pencegahan penyakit.
Manfaat penggunaan masker diantarannya, menghindari paparan polusi udara,
mencegah penularan dan penyebaran penyakit, melindungi wajah dari efek negatif
sinar matahari dan polusi. sumber
Pada kasus pandemi covid-19 di Indonesia, pengetahuan masyarakat tentang covid-19
sangat diperlukan sebagai dasar masyarakat dalam menunjukkan perilaku pencegahan
penularan covid-19. Dari hasil observasi peneliti pada 15 orang pasien di rawat di RS
EMC Tangerang dengan covid, 2 orang yang selalu menggunakan masker setiap saat,
5 orang yang kadang di pakai kadang tidak, dan 8 orang yang tidak pernah pakai
masker bila tidak di perintahkan oleh perawat. Melihat kebanyakan pasien tidak patuh
menggunakan masker, maka efek negatif bila tidak menggunakan masker, dapat
menularkan ke orang lain dan memperlambat proses penyembuhan karena
terkontaminasi dengan lingkungan sekitar
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang hubungan
pengetahuan pasien dengan kepatuham penggunaan masker sebagai upaya
pencegahan penularan COVID-19 yang dirawat di ruang isolasi RS EMC Tangerang.
B. Rumusan Masalah
Covid-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang
ditemukan pada tahun 2019 yang selanjutnya disebut Sars-Cov 2 (Severe Acute
Respratory Syndrome Coronavirus 2)
Saat ini penyebaran dari manusia ke manusia sudah menjadi sumber penularan utama
sehingga penyebaran virus ini terjadi sangat agresif. Penularan penyakit ini terjadi
dari pasien positif covid-19 melalui droplet yang keluar saat batuk dan bersin (Han Y,
2020).
Akan tetapi diperkirakan juga bahwa virus ini menyebar dari orang yang tidak
bergejala namun hasil pemeriksaan menunjukkan positif covid-19. Selain itu, telah
diteliti bahwa virus ini dapat hidup pada media aerosol (yang dihasilkan melalui
nebulizer) selama setidaknya 3 jam (Susilo dkk, 2020).
Corona Virus Disease-19 atau yang lebih populer dengan istilah COVID-19 telah
ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) atau Badan Kesehatan Dunia
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KMMD) pada
tanggal 30 Januari 2020 dan akhirnya ditetapkan sebagai Pandemi pada tanggal 11
Maret 2020 (Kelia dkk, 2020). Pandemi merupakan wabah yang berjangkit serempak
di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas (KBBI, 2020) sedangkan pandemi
sebagai pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit coronavirus 2019
di seluruh dunia dan sampai bulan April 2020 telah menginfeksi lebih dari 210 negara
(WHO, 2020).
Data studi pendahuluan, peneliti memperoleh data dari 15 orang pasien di rawat di RS
EMC Tangerang dengan covid, 2 orang yang selalu menggunakan masker setiap saat,,
5 orang yang kadang di pakai kadang tidak, dan 8 orang yang tidak pernah pakai
masker bila tidak di perintahkan oleh perawat.
Melihat kebanyakan psien covid 19 yang di rawat di ruang isolasi tidak patuh
menggunakan masker. Alasannya karena tidak nyaman selalu menggunakan
masker,nafas terasa sesak. Hal ini berdampak terhadap resiko penularan ke tenaga
kesehatan dan memperlambat proses penyembuhan pasien. Maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut “apakah ada hubungan pengetahuan pasien
dengan kepatuhan penggunaan masker sebagai uapaya pencegahan penularan covid-
19 yang di rawat di RS EMC Tangerang”?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien dengan kepatuhan penggunaan
masker sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19 di ruang isolasi RS EMC
Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden pasien (umur, jenis kelamin)
b. Mengetahui gambaran kepatuhan pasien dalam menggunakan masker sebagai
upaya pencegahan penularan covid-19 di RS EMC Tangerang.
c. Mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang penularan covid-19 yang di
rawat di RS EMC Tangerang.
d. Manganalisis hubungan pengetahuan pasien dengan kepatuhan penggunaan
masker sebagai uapaya pencegahan penularan covid-19 yang di rawat di RS
EMC Tangerang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan dengan penelitian ini perawat dapat menambah pengetahuan tentang
manfaat penggunaan masker serta bisa menjadi edukator maupun penyuluh
kesehatan kepada pasien guna terhindar dari penularan penyakit.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Sebagai referensi atau bahan tambahan ilmu baru tentang hubungan pengetahuan
pasien dengan kepatuhan penggunaan masker yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pranoto (2007), patuh adalah suka
menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuia
aturan dan berdisiplin. Kepatuhan ini dapat dibedakan menjadi dua perintah yaitu
patuh penuh (total compliance) dan tidak patuh (non compliance) (Sarafino,
2003). Kepatuhan (compliance) juga dikenal sebagai ketaatan (adherence), adalah
derajat dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang ada (Kaplan and
Shadock, 2005). Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan
berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007), patuh adalah suka
menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah hasil perilaku
sesuai aturan dan berdisiplin, Slamet (2007) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan)
sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh dokter atau orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan
sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah
derajat dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang telah ada dan
ditetapkan sebagai aturan yang harus dilaksanakan.
2) Akomodasi
Suatu usaha yang harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien
yang dapat mempengaruhi kepatuhan.
3) Modifikasi faktor lingkungan dan social
Hal ini berarti membangun dukungan socsial dari kelurga dan teman-teman,
kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan
terhadap sesuatu.
4) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
5) Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan,
masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang
belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasas seseorang, maka
cara berifikir semakin matang dan sikap makin positif (Notoatmodjo, 2007).
3. Kriteria Kepatuhan
1) Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah maupun aturan dan
semua aturan maupun perintah tersebut dilakukan dan semuanya benar (75-
100%).
2) Cukup patuh adalah suatu tindakan yang melaksanakan suatu tindakan atau
perintah dan aturan hanya sebagian dari yang ditetapkan atau dengan
sepenuhnya namun tidak sempurna (50-75%).
1. Pengertian Pengetahuan
2. Tujuan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), tujuan dari pengetahuan terdiri dari dua, yaitu :
3. Tingkat Pengetahuan
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menyatakan (Notoatmodjo, 2005).
2) Memahami (comprehension)
3) Penerapan (Application)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
Cara ini disebut metode ilmiah atau lebih popular atau disebut dengan
metodologi penelitian. Akhirnya, lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini dikenal dengan penelitian ilmiah.
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Umur
Umur yang dimaksud disini adalah umur individu yang terhitung mulai saaat
dilahirkan sampai berulang tahun. Dengan bertambahnya umur, maka
bertambaha pula pengalaman yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga
pengetahuan seseorang juga ikut bertambah. Dengan bertambahnya umur
seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental).
Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat ketegori perubahan, yaitu
perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
4) Minat
5) Pengalaman
6) Kebudayaan
7) Informasi
Kemudahan memperolah informasi dapat membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Sesuia dengan teori yang diungkapkan oleh (Notoatmodjo, 2007) bahwa semakin
baik kemampuan analisis dan sistensis yang dimiliki seseorang maka tingkat
pengetahuannya semakin baik. Teori menurut Lwrence Green dalam Notoatmodjo
(2003) faktor yang memengaruhi kepatuhan meliputi predisposisi (predisposinf
faktor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor pendorong (reinforcing
facor), faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi, motivasi, sikap, dll). Faktor
pemungkin (enabling faktor) meliputi jarak antara rumah denan fasilitas kesehatan
dan fisilitas kesehatan yang tersedia, dan faktor reinforcing (kebijakan,
pengawasan, peraturan).
Covid-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru
yang ditemukan pada tahun 2019 yang selanjutnya disebut Sars-Cov 2 (Severe
Acute Respratory Syndrome Coronavirus 2).
Virus ini berukuran sangat kecil (120-160 nm) yang utamanya menginfeksi hewan
termasuk diantaranya adalah kelelawar dan unta. Saat ini penyebaran dari manusi
ke manusia sudah menjadi sumber penularan utama sehingga penyebaran virus ini
terjadi sangat agresif. Penularan penyakit ini terjadi dari pasien positif covid-19
melalui droplet yang keluar saat batuk dan bersin (Han Y, 2020). Akan tetapi
diperkirakan juga bahwa virus ini menyebar dari orang yang tidak bergejala
namun hasil pemeriksaan menunjukkan positif covid-19. Selain itu, telah diteliti
bahwa virus ini dapat hidup pada media aerosol (yang dihasilkan melalui
nebulizer) selama setidaknya 3 jam (Susilo dkk, 2020).
Proses perjalanan penyakit ini masih belum banyak diketahui, namun diduga tidak
berbeda jauh dengan perjalanan penyakit dari virus pernafasan lainnya yang sudah
diketahui (Li X dalam Susilo, 2020). Pada manusia apabila virus ini masuk ke
dalam saluran pernafasan dapat mengakibatkan kerusakan alveoli paru dan
menyebabkan gagal nafas. Akan tetapi banyak orang yang terinfeksi Sars-Cov 2
ini mengalami gejala ringan sampai sedang pada saluran pernafasan yang dapat
sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan penanganan khusus. Bagi
kelompok orang dengan masalah kesehatan lain seperti penyakit kardiovaskuler,
penyakit pernafasan kronis, diabetes dan kanker, jika mengalami infeksi covid 19
ini dapat mengalami masalah yang lebih serius (WHO, 2020).
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang
dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu :
Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk
sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar
mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain
Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan
Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu
pihak rumah sakit untuk menjemput
Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk anda sampai
anda benar-benar sembuh
Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sakit
Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain
Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau
sedang Bersama orang lain
Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tis uke tempat smapah
7. Konsep masker
Masker adalah perlindungan pernapasan yang digunakan sebagai metode untuk
melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau kontaminan yang berada
di udara, perlindungan pernapasan atau masker tidak dimaksudkan untuk
menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi
digunakan untuk melindungi secara memadai pemakainya (Cohen & Birdner,
2012).
Saat ini mngnggunakan masker disarankan bagi orang yang berpergian untuk
mengantisipasi penularan virus Corona. Virus ini terdapat pada percikan air liur
orang yang sakit ketika ia bersin, batuk atau bahkan saat berbicara. Penularan
terjadi ketika percikan air liru terhirup orang lain yang ada disekitar. Masker juga
perlu digunakan apabila seseoranga berada di ruangan tertutup Bersama orang
lain, misalnya ketika dikantor.
Pilihan masker untuk virus Corona
Jenis masker sangat beragam. Beberapa di antaranya hanya berguna untuk
menangkal polusi tapi tidak bisa menangkal penularan virus Corona. Hingga saat
ini, ada 3 jenis masker untuk virus Corona yang disarankan kepada masyarakat :
1. Masker kain
Sesuai anjuran Kementrian Kesehatan RI, semua orang disarankan untuk
memakai masker ketika hrus berpergian keluar rumah, misalnya saat harus
bekerja atau membeli kebutuhan bulanan. Masker kain tetap dapat menghalau
sebagian percikan air liur yang keluar saat berbicara, mengehela napas,
ataupun batuk dan bersin.
Jadi, jika digunakan dengan benar, masker ini tetap dapat mengurani
penyebaran virus Corona di masyarakat, terutama dari orang yang terinfeksi
virus namun tidak memiliki gejala apa pun.
Meski begitu, selama beraktivitas di tempat yang cukup banyak orang,
alangkah baiknya untuk tetap melakukan physical distancing walaupun sudah
mengenakan masker kain. Jika anda sedang sakit dengan gejala batuk, atau
bersin yang jelas, lebih baik lakukan isolasi madiri di rumah. Selain itu, tidak
disarankan untuk menggunakan masker kain 2 kali. Jadi, sebisa mungkin cuci
masker kain setiap kali anda selesai memakainya.
2. Masker bedah
Masker bedah atau surgical mask merupakan jenis masker sekali pakai yang
mudah dijumpai dan sering digunakan tenaga medis saat bertugas. Masker
bedah efektif pilihan untuk mencegah penyebaran virus Corona karena
memiliki lapisan yang mampu menghalau percikan air liur.
Kebanyakan masker bedah terdiri dari 3 lapisan yang memiliki fungsi berbeda,
yaitu :
Lapisan luar, yang anti air
Lapisan tengah, yang berfungsi sebagai filter kuman
Lapisan dalam, yang berguna untuk menyerap cairan keluar dari mulut
Jika sedang sakit, anda lebih disarankan menggunakan masker dengan ketiga
fungsi tersebut karena efektif dalam mencegah penyebaran penyakit menular,
seperti virus Corona.
Meski efektif untuk menghadang virus Corona, karena stoknya yang makin
menipis, saat ini masker bedah lebih diutamakan untuk melindungi tenaga
medis yang bekerja di pelayanan kesehatan atau orang yang sedang sakit guna
mencegah penularan virus ke orang lain.
3. Masker N95
Masker N95 juga efektif untuk mencegah penularan virus Corona. Masker
yang cenderung lebih mahal dari masker bedah ini tidak hanya mampu
menghalau percikan air liur saja, tetapi juga partikel kecil di udara yang
mungkin mengandung virus.
Dibanding masker bedah, masker N95 terasa lebih ketat pada wajah karena
telah didesain secara pas untuk menutupi hidung dan mulut orang dewasa.
Pada anak-anak, penggunaan masker ini tidak disarankan karena ukuran
masker bisa terlalu besar sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
cukup.
Walaupun daya lindungnya lebih baik, masker N95 tidak disarankan untuk
penggunaan sehari-hari. Hal ini disebabkan desainnya yang membuat orang
yang memakai bisa sulit bernapas gerah, dan tidak betah memakainya dalam
jangka waktu yang agak lama.
Masker ini diutamakan untuk digunakan petugas medis yang memang kontak
secara langsung dengan penderita COVID-19, misalnya dokter dan perawat
yang bekerja di ruang isolasi khusus COVID-19 atau IGD.
Cara Penggunaan Masker yang Benar
Masker bedah dan masker N95 dapat digunakan untuk mencegah paparan
virus Corona. Namun, manfaat dari kedua masker ini hanya akan efektif jika
anda menggunakannya dengan benar.
Berikut adalah panduan menggunakan masker yang benar :
1. Pastika anda telah mencuci tangan dengan benar.
2. Jika anda menggunakan masker bedah, pastikan sisi luar adalah yang
berwarna hijau dan sisi dalam yang berwarna putih.
3. Pasang tali masker dengan baik. Jika tali masker perlu diikat, ikat bagian
atas terlebih dahulu, kemudian bagian bawahnya.
4. Pastikan masker menutupi hidung, mulut, dan dagu dengan sempurna.
Pastikan pula bagian yang ada logamnya berada di batang hidung.
5. Lekukkan strip logam mengikuti lekukan hidung hingga tidak ada
menyisakan luban.
6. Hindari menyentuh bagian tengah masker saat menggunakan dan melepas
masker.
7. Buang masker ke tempat sampah dan cuci tangan anda hingga bersih
setelah menggunakan masker.
E. Kerangka Teori
Skema Kerangka Teori
Tingkat pengetahuan:
Pengetahuan Kepatuhan
1. Tahu (know) COVID-19
2. Memahami (comprehesion) Pasien
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (syntesis) Definisi COVID-19 : Covid-19
6. Evaluasi (Evaluation) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh coronavirus
Menurut; Notoatmodjo (2007) jenis baru yang ditemukan
pada tahun 2019 yang
selanjutnya disebut Sars-Cov
2 (Severe Acute Respratory
Faktor yang mempengaruhi Syndrome Coronavirus 2).
pengetahuan:
Pencegahan COVID-19:
1. Terapkan physical distancing yaitu
menjaga jarak 1 meter
2. Gunakan masker saat beraktivitas
di tempat umum atau keramaian
3. Rutin mencuci tangan dengan air
dan sabun atau hand sanitizer