PENDAHULUAN
1
2
lawan jenis, serta karena kurangnya pemahaman para remaja mengenai aspek
penting dalam menjaga kesehatan reproduksinya.
Kesehatan reproduksi sama halnya dengan kondisi kesehatan yang
umum. Agar mendapatkan kondisi yang sehat serta mampu menjaganya,
diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang baik dan tepat mengenai aspek-
aspek kesehatan reproduksi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut didapatkan
melalui berbagai cara. Pendidikan adalah cara yang paling efektif dan penting
untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting untuk dimiliki
oleh masyarakat, khususnya para remaja. Menurut survei yang dilakukan oleh
WHO (World Health Organisation) tahun 2011 mengungkapkan bahwa kelompok
usia 10 – 19 tahun mengisi sebanyak seperlima dari jumlah penduduk di seluruh
dunia. Sebanyak 83 % di antara penduduk remaja tersebut hidup di negara-negara
berkembang.
Di Indonesia pemberian pendidikan kesehatan reproduksi belum terlalu
banyak dilakukan. Pendidikan kesehatan reproduksi belum tercakup dalam
kurikulum sekolah. Meskipun keberadaan pendidikan kesehatan reproduksi dalam
kurikulum telah disarankan oleh WHO, tetpai hal ini dianggap terlalu banyak
mengandung pertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Di sisi lain, di
Indonesi sendiri memiliki banyak kasus terkait kesehatan reproduksi.
Menurut teori Piaget, kemampuan kognitif remaja termauk dalam tahap
formal operasional, di mana tingkah laku yang ditampilkan oleh remaja adalah
rasa kritis di mana segala hal harus rasional dan jelas. Hal ini menyebabkan
remaja sering mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya, rasa
ingin tahu yang merangsang adanya kebutuhan atau kegelisahan akan sesuatu
yang harus dipecahkan, dan jalan pikiran egosentris yang berkaitan dengan
penentangan terhadap pendapat atau pola pikir orang lain yang tidak sejalan
dengan pola pikir sendiri.
Oleh karenanya di masa remaja sering terjadi kebimbangan dan
kebingungan yang menjadikan remaja seringkali memutuskan sesuaru
berdasarkan apa yang dia pahami atau apa yang dia yakini. Hal ini tidak jarang
3
justru menimbulkan problem yang lebih besar tidak hanya bagi remaja itu secara
pribadi, tetapi juga melibatkan keluarga dan bahkan masyarakat di sekitarnya.