Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang


cukup besar di antara penduduk dunia. Usia remaja merupakan masa peralihan
dari usia kanak-kanak menuju tahap dewasa yang ditandai dengan saat awal
terjadinya kematangan seksual pada seorang remaja. Perkembangan biologis dan
psikologis remaja dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan dan sosial. Oleh
karenanya remaja akan berusaha untuk melepaskan ketergantungannya dari orang
tua dan berusaha mencapai kemandirian agar dapat diterima dan diakui sebagai
orang dewasa.
Memasuki masa remaja yang diawali dengan tahap pematangan seksual,
mengharuskan remaja untuk mempersiapkan diri menerima beberapa perubahan-
perubahan yang akan dialaminya. Anak-anak yang mulai memasuki usia remaja
akan diperhadapkan pada keadaan-keadaan yang menuntut mereka untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian agar dapat menerima dan merasa nyaman
dengan perubahan yang mereka alami. Perubahan tersebut termasuk perubahan
bentuk tubuh baik itu pada remaja laki-laki maupun pada remaja perempuan.
Masalah remaja merupakan masalah yang membutuhkan perhatian
khusus dalam pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja timbul
disebabkan oleh remaja yang tidak siap memulai tahap baru di hidupnya dan tidak
dibekali dengan pemahaman dan pengetahuan tentang aspek yang berhubungan
dengan tahap remajanya. Remaja perlu untuk dibekali pengetahuan mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan tahap peralihannya dari masa kanak-kanak menuju
usia dewasa. Masalah yang dihadapi oleh para aremaja tidak hanya mencakup
perubahan kondisi fisik, tetapi juga terkait perubahan emosi, keadaan biologis,
mental dan sosial.
Perubahan keadaan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/hormonal
yang sangat ekstrim merupakan pemicu utama masalah kesehatan remaja. Hal ini
dikarenakan adanya dorongan fisik dan seksual yang disebabkan rasa tertarik pada

1
2

lawan jenis, serta karena kurangnya pemahaman para remaja mengenai aspek
penting dalam menjaga kesehatan reproduksinya.
Kesehatan reproduksi sama halnya dengan kondisi kesehatan yang
umum. Agar mendapatkan kondisi yang sehat serta mampu menjaganya,
diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang baik dan tepat mengenai aspek-
aspek kesehatan reproduksi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut didapatkan
melalui berbagai cara. Pendidikan adalah cara yang paling efektif dan penting
untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting untuk dimiliki
oleh masyarakat, khususnya para remaja. Menurut survei yang dilakukan oleh
WHO (World Health Organisation) tahun 2011 mengungkapkan bahwa kelompok
usia 10 – 19 tahun mengisi sebanyak seperlima dari jumlah penduduk di seluruh
dunia. Sebanyak 83 % di antara penduduk remaja tersebut hidup di negara-negara
berkembang.
Di Indonesia pemberian pendidikan kesehatan reproduksi belum terlalu
banyak dilakukan. Pendidikan kesehatan reproduksi belum tercakup dalam
kurikulum sekolah. Meskipun keberadaan pendidikan kesehatan reproduksi dalam
kurikulum telah disarankan oleh WHO, tetpai hal ini dianggap terlalu banyak
mengandung pertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Di sisi lain, di
Indonesi sendiri memiliki banyak kasus terkait kesehatan reproduksi.
Menurut teori Piaget, kemampuan kognitif remaja termauk dalam tahap
formal operasional, di mana tingkah laku yang ditampilkan oleh remaja adalah
rasa kritis di mana segala hal harus rasional dan jelas. Hal ini menyebabkan
remaja sering mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya, rasa
ingin tahu yang merangsang adanya kebutuhan atau kegelisahan akan sesuatu
yang harus dipecahkan, dan jalan pikiran egosentris yang berkaitan dengan
penentangan terhadap pendapat atau pola pikir orang lain yang tidak sejalan
dengan pola pikir sendiri.
Oleh karenanya di masa remaja sering terjadi kebimbangan dan
kebingungan yang menjadikan remaja seringkali memutuskan sesuaru
berdasarkan apa yang dia pahami atau apa yang dia yakini. Hal ini tidak jarang
3

justru menimbulkan problem yang lebih besar tidak hanya bagi remaja itu secara
pribadi, tetapi juga melibatkan keluarga dan bahkan masyarakat di sekitarnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah


bagaimana tingkat pengetahuan dan pemahaman remaja tentang kesehatan
reproduksi remaja setelah mendapatkan penyuluhan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kegiatan


penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada siswa
SMP Negeri 9 Palopo.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai pengaruh


penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada siswa
SMP Negeri 9 Palopo, memberi informasi terkait sebagai dasar untuk
penembangan kebijakan mengenai penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja,
dan memberi informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pnelitian lebih
lanjut tentang pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengethuan kesehatan
reproduksi remaja.

Anda mungkin juga menyukai