PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ibu, kematian bayi dan meningkatnya kekurangan gizi pada balita. Dalam
status gizi, Indonesia berada pada posisi yang cukup kompleks karena
kekurangan vitamin A dan kekurangan zat besi (anemia), serta gizi lebih
prevalensi gizi buruk balita secara nasional adalah 5,4% (2007) dan 4,9%
13,0% tahun 2007 dan tahun 2010 (Litbangkes Kemenkes RI, 2010).
1
itu tidak sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi
tidak dapat mencukupi kebutuhan khususnya energi dan zat gizi mikro
Selanjutnya di Ghana, pemberian formula sprinkel zat besi dan zat seng
lebih baik dibandingkan sprinkel yang hanya mengandung zat besi dalam
meningkatkan status gizi mikro berupa zat seng, retinol, tocopherol dan
jagung yang difortifikasi pada anak umur 6-12 bulan mempunyai efek yang
meningkatkan status zat besi anak yang tinggal di daerah miskin. Hirve
rendah pada bayi dan anak yang mengalami anemia menunjukkan bahwa
2
sprinkel dosis rendah (12,5mg FF) sama baiknya dengan sprinkel dosis
tinggi (20 atau 30 mg FF, 20 mg MFP) dan DROPS (20 mg) dalam
ditambahkan zat gizi mikro (Chessa, 2008). Demikian pula dengan hasil
sprinkel (6 vitamin dan mineral), nutritabs (16 vitamin dan mineral) dan
nutritab yang berbasis lemak (16 vitamin dan mineral) ketiganya efektif
dalam mengurangi prevalensi defisiensi besi pada bayi (Adu dkk, 2008).
program intervensi perbaikan gizi bagi balita, yang diberi nama Taburia.
(MNP) atau Bubuk Tabur Gizi (BTG) yang menjadi strategi dalam
mengatasi anemia kurang zat besi dan kekurangan zat gizi mikro lainnya.
Studi efikasi tentang MNP, seperti sprinkle dan produk MNP-lokal lainnnya
3
Sprinkel merupakan salah satu cara efektif karena memiliki nilai
kandungan zat gizi mikro tinggi, tidak mengubah rasa, bau dan tekstur
berhasil dibuktikan oleh Hyder (2004) dan Zlotkin (2004), di mana lebih
dari 90% ibu menunjukkan penerimaan yang positif terhadap bau, warna
pemberiannya. Studi efikasi Taburin dan dua jenis sprinkel lainnya (Anuka
untuk menyembuhkan anemia pada anak, yaitu taburin 43% , anuka 54%
4
Berkaitan dengan efektifitas program kesehatan, penilaian
Paru dengan strategi DOTS adalah kepatuhan minum OAT yang tidak
pada cakupan imunisasi Kota Depok dengan cakupan UCI sebesar 31,6%
dan angka cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) sebesar 38,4%. Hasil
5
Kabupaten Asahan tahun 2006 hanya 7,14%. Hasil ini sangat rendah
90%. Hal tersebut dipengaruhi oleh peran petugas (p= 0,024), dan reaksi
akan terlepas dari konsep kepatuhan itu sendiri. Kyngas, et.al (2000)
yang umum, akan tetapi hal tersebut memunculkan terminologi lain yang
6
Tingkat kepatuhan mengkonsumsi Taburia dapat meningkatkan
Taburia masih sebatas pada studi efikasi, yaitu tingkat kepatuhan yang
Taburia yang dikonsumsi. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian efektifitas
B. Rumusan Masalah
gizi balita.
penelitian adalah :
7
c. Bagaimana faktor-faktor pendorong atau penguat ibu balita dalam
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
atau penguat ibu balita dalam pemberian Taburia pada balita (6-
24 bulan).
D. Manfaat Penelitian
8
3. Diharapkan dapat menambah wawasan gizi bagi masyarakat di lokasi