Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tuntungan, Kecamatan


Pancur Batu. Dengan luas 112.53 km² dengan ketinggian diatas
permukaan laut sekitas ±45000 meter. Dan batas wilayah disebelah
utara dengan kecamatan Sunggal dan Medan, disebelah selatan
dengan kecamatan Sibolangit, disebelah Timur berbatasan dengan
Pancur Batu, dan dibagian Barat berbatasan dengan Kutalimbaru.
wilayah kerja UPT Puskesmas Tuntungan terdiri dari 15 Desa yakni :
Bintang Meriah, Sugau, Tiang Layar, Durin Simbelang, Namo Riam,
Pertampilen, Salam Tani, Desa Hulu, Tengah, Namo Simpur, Desa
Lama, Namorih, Tuntungan I, Tuntungan II, dan Durin Tonggal. Dengan
jumlah Penduduk sebanyak 104.303 jiwa. (BPS Kabupaten Deli
serdang, Kecamatan Pancur Batu, 2020). UPT Puskesmas Tuntungan
didukung oleh fasilitas diantaranya : Ruang Kepala Puskesmas, Ruang
Dokter Umum, Ruang gigi, Ruang Anak, Ruang KIA ( Kesehatan Ibu
dan Anak ), KB (Keluarga Berencana ), Ruang Apotek, Ruang
Administrasi, Ruang Tunggu Pasien.

4.2. Hasil Penelitian


4.2.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian di UPT Puskesmas Tuntungan Kec.

Pancur Batu tahun 2022 diketahui data karakteristik responden

berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan pekerjaan yang

diperoleh dari 93 responden. Hasil data karakteristik responden disajikan

dalam bentuk tabel dibawah ini:

39
40

Tabel 4.1.
Data Karakteristik Responden di UPT Puskesmas Tuntungan
Kec. Pancur Batu Tahun 2022

No Data Demografi Frekuensi Presentase (%)


1 Umur
< 40 tahun 25 26,9
40-50 tahun 27 29,0
51-60 tahun 24 25,8
> 61 tahun 17 18,3
Jumlah 93 100
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 43 46,2
Perempuan 50 53,8
Jumlah 93 100
3 Pendidikan
SD 5 5,4
SMP 40 43,0
SMA 38 40,9
Perguruan Tinggi 10 10,8
Jumlah 93 100
4 Agama
Islam 44 47,3
Kristen 49 52,7
Jumlah 30 100
5 Pekerjaan
Pensiunan 3 3,2
IRT 25 26,9
Wiraswasta 42 45,2
Petani 20 21,5
PNS 3 3,2
Jumlah 93 100
Berdasarkan tabel 4.1 data karakteristik responden menunjukkan

bahwa mayoritas pengkajian responden adalah sebagai usia 40-50 tahun

sebanyak 27 orang (29,0%), jenis kelamin wanita sebanyak 50 orang

(53,8%), beragama Kristen sebanyak 49 orang (52,7%), jenjang

pendidikan terakhir SMP sebanyak 40 orang (43,0%), dan bekerja sebagai

wiraswasta sebanyak 42 orang (45,2%).


41

4.2.2 Kejadian Hipertensi Pada Pasien Pengunjung di Puskesmas

Pancur Batu

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan sistol

berada di atas 140 mmHg dan tekanan diastol berada di atas 90 mmHg.

Distribusi frekuensi data kejadian hipertensi pada pasien pengunjung di

Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Data Kejadian Hipertensi Pada Pasien Pengunjung di
UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

No Kejadian Hipertensi Frekuensi Persentase (%)


1 Hipertensi (≥140/90 mmHg) 67 72,0
2 Tidak Hipertensi (<140/90 26 28,0
mmHg)
  Jumlah 93 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa kejadian hipertensi

pada pasien pengunjung di Puskesmas Pancur Batu mayoritas mengalami

hipertensi sebanyak 67 orang (72,0%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 26 orang (28,0%).


42

4.2.3 Gaya Hidup Pada Pasien Pengunjung di Puskesmas Pancur

Batu

Distribusi frekuensi kategori gaya hidup pada pasien pengunjung di

Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Gaya Hidup Pada Pasien Pengunjung di Puskesmas
Tuntungan Kec. Pancur Batu

No Gaya Hidup Frekuensi Persentase (%)


1 Baik 45 48,4
2 Tidak Baik 48 51,6
  Jumlah 93 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa gaya hidup pasien

penderita hipertensi di Puskesmas Tuntungan mayoritas memiliki gaya

hidup yang tidak baik sebanyak 48 orang (48,4%) dan minoritas memiliki

gaya hidup yang baik sebanyak 45 orang (48,4%).

4.2.4 Aktivitas Fisik Pasien Pengunjung di Puskesmas Pancur Batu

Distribusi frekuensi aktivitas fisik pasien pengunjung di Puskesmas

Pancur Batu dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pasien Pengunjung di Puskesmas
Pancur Batu

No Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)


1 Cukup 37 39,8
2 Tidak Cukup 56 60,2
  Jumlah 93 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa kebiasaan aktivitas

fisik yang dilakukan oleh pasien pengunjung pada penderita hipertensi di


43

Puskesmas Tuntungan mayoritas melakukan aktivitas fisik yang tidak

cukup sebanyak 56 orang (60,2%), sedangkan yang cukup dalam

melakukan aktivitas fisik sebanyak 37 orang (39,8%).

4.2.5 Pola Makan Pasien Pengunjung di Puskesmas Tuntungan Kec.

Pancur Batu

Distribusi frekuensi pola makan pasien pengunjung di Puskesmas

Tuntungan Kec. Pancur Batu dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pola Makan Pasien Pengunjung di Puskesmas
Tuntungan Kec. Pancur Batu

No Pola Makan Frekuensi Persentase (%)


1 Baik 41 44,1
2 Tidak Baik 52 55,9
  Jumlah 93 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa pola makan pasien

pengujung pada penderita hipertensi di Puskesmas Tuntungan mayoritas

menjalani pola makan tidak baik sebanyak 52 orang (55,9%).

4.2.6 Kebiasaan Istirahat/Tidur Pasien Pengunjung di Puskesmas

Pancur Batu

Distribusi frekuensi kebiasaan istirahat/tidur pada pasien

pengunjung pada penderita hipertensi di Puskesmas Tuntungan Kec.

Pancur Batu dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:


44

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Istirahat/Tidur Pada Pasien Pengunjung di
Puskesmas Tuntungan Kec.Pancur Batu

No Kebiasaan Istirahat/Tidur Frekuensi Persentase (%)


1 Cukup 38 40,9
2 Tidak Cukup 55 59,1
  Jumlah 93 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa kebiasaan

istirahat/tidur yang dilakukan pada pasien hipertensi di Puskesmas

Tuntungan mayoritas memiliki kebiasaan istirahat yang tidak cukup

sebanyak 55 orang (59,1%), sedangkan responden yang memiliki

kebiasaan istirahat yang cukup sebanyak 38 orang (40,9%).

4.2.7 Kebiasaan Merokok Pasien Pengunjung di Puskesmas Pancur

Batu

Distribusi frekuensi kebiasaan merokok pada pasien pengunjung

pada penderita hipertensi di Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Pada Pasien Pengunjung di
Puskesmas Tuntungan Kec.Pancur Batu

No Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentase (%)


1 Merokok 50 53,8
2 Tidak Merokok 43 46,2
  Jumlah 93 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa pasien penderita

hipertensi di Puskesmas Tuntungan mayoritas memiliki kebiasaan

merokok sebanyak 50 orang (53,8%), sedangkan yang tidak merokok

sebanyak 43 orang (46,2%)


45

4.2.8 Analisis Bivariat

4.2.8.1 Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien

Hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Data analisis hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi

pada pasien penderita hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan Kec.

Pancur Batu tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8
Tabulasi Silang Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi Pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Kejadian Hipertensi
Total p-
Gaya Hidup Ya Tidak
value
f % f % f %
Baik 24 25,8 21 22,6 45 48,4
Tidak Baik 43 46,2 5 5,4 48 51,6 0,000
Total 67 72,0 26 28,0 93 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 67 orang yang

mengalami hipertensi, 43 orang (43%) yang gaya hidupnya tidak baik dan

24 orang (29,0%) yang baik, sedangkan yang tidak mengalami hipertensi

sebanyak 26 orang dan memiliki gaya hidup yang baik sebanyak 21 orang

(22,6%) sedangkan yang gaya hidupnya tidak baik sebanyak 5 orang

(5,4%).

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05)

artinya Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa ada hubungan

antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien penderita

hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan tahun 2022.


46

4.2.8.2 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien

Pengunjung di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Data analisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi

pada pasien pengunjung di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9
Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi
Pada Pasien Pengunjung di Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Kejadian Hipertensi
Total p-
Aktivitas Fisik Ya Tidak
value
f % f % f %
Cukup 19 20,4 18 19,4 37 39,8
Tidak Cukup 48 51,6 8 8,6 56 60,2 0,000
Total 67 72,0 26 28,0 93 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 67 orang yang

mengalami hipertensi terdapat 48 orang (51,6%) diantaranya melakukan

aktifitas yang tidak cukup dan 19 orang (20,4%) melakukan aktifitas yang

cukup, Berbeda dengan responden yang tidak mengalami hipertensi

sebanyak 26 orang kebanyakan mereka melakukan aktifitas yang cukup

sebanyak 18 orang (19,4%) dan yang melakukan aktivitas tidak cukup

sebanyak 8 orang (8,6%).

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05)

artinya Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa ada hubungan

antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien penderita

hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan tahun 2022.


47

4.2.8.3 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien

Pengunjung di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Data analisis hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi

pada pasien pengunjung di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10
Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada
Pasien Pengunjung di Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Kejadian Hipertensi
Total p-
Pola Makan Ya Tidak
value
f % f % f %
Baik 21 22,6 20 21,5 41 44,1
Tidak Baik 46 49,5 6 6,5 52 55,9 0,000
Total 67 72,0 26 28,0 93 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa yang mengalami

hipertensi sebanyak 67 orang diantaranya terdapat 46 orang (49,5%) yang

pola makannya tidak baik dan 21 orang (22,6%) yang pola makannya

baik. Berbeda halnya, pada orang yang tidak mengalami hipertensi

kebanyakan mereka memiliki pola makan yang baik sebanyak 20 orang

(21,5%) dan yang pola makannya tidak baik sebanyak 6 orang (6,5%).

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05)

artinya Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa ada hubungan

antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien penderita

hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan tahun 2022.


48

4.2.8.4 Hubungan Kebiasaan Istirahat/Tidur dengan Kejadian Hipertensi

Pada Pasien Pengunjung di UPT Puskesmas Tuntungan Kec.

Pancur Batu

Data analisis hubungan kebiasaan istirahat/tidur dengan kejadian

hipertensi pada pasien pengunjung di UPT Puskesmas Tuntungan Kec.

Pancur Batu tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11
Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Istirahat/Tidur dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Pengunjung di Puskesmas Tuntungan Kec.
Pancur Batu

Kejadian Hipertensi
Kebiasaan Total p-
Ya Tidak
istirahat/tidur value
f % f % f %
Cukup 20 21,5 18 19,4 38 40,9
Tidak Cukup 47 50,5 8 8,6 55 59,1 0,001
Total 67 72,0 26 28,0 93 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 67 orang yang

mengalami hipertensi diantaranya 47 orang (50,5%) memiliki kebiasaan

istirahat/tidurnya yang tidak cukup dan 20 orang (21,5%) memiliki

kebiasaan istirahat/tidurnya yang cukup. Responden yang tidak

mengalami hipertensi sebanyak 26 orang ditemukan 18 orang (19,4%)

yang kebiasaan istirahat/tidurnya cukup dan 8 orang (8,6%) yang

kebiasaan istirahat tidurnya tidak cukup.

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05)

artinya Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa ada hubungan

antara kebiasaan istirahat/tidur dengan kejadian hipertensi pada pasien

penderita hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan tahun 2022.


49

4.2.8.5 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada

Pasien Pengunjung di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur

Batu

Data analisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi pada pasien pengunjung di UPT Puskesmas Tuntungan Kec.

Pancur Batu tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12
Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Pengunjung di Puskesmas Tuntungan Kec.
Pancur Batu

Kejadian Hipertensi
Kebiasaan Total p-
Ya Tidak
Merokok value
f % f % f %
Tidak Merokok 26 28,0 17 18,3 43 46,2
Merokok 41 44,1 9 9,7 50 53,8 0,021
Total 67 72,0 26 28,0 93 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat yang mengalami hipertensi

sebanyak 67 orang terdapat pasien yang memiliki kebiasaan merokok

sebanyak 41 orang (44,1%) dan yang tidak merokok sebanyak 26 orang

(28,0%), sedangkan pasien yang tidak hipertensi sebanyak 26 orang

(28%) dan sebagian besar tidak merokok sebanyak 17 orang (18,3%) dan

yang merokok sebanyak 9 orang (9,7%).

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,021 (p < 0,05)

artinya Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa ada hubungan

antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien

penderita hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan tahun 2022.


50

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Hubungan Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi pada

Pasien Hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur

Batu

Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat dilihat dari 93 responden

bahwa 67 orang yang mengalami hipertensi diantaranya 43 orang yang

gaya hidupnya tidak baik dan 24 orang yang gaya hidupnya baik,

sedangkan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 26 orang dan yang

gaya hidupnya baik sebanyak 21 orang sedangkan yang gaya hidupnya

baik sebanyak 5 orang.

Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan Chi-Square

diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) artinya Ho ditolak dan H 1 diterima, yang

berarti bahwa ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian

hipertensi pada pasien penderita hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan

tahun 2022.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suoth et al.,

(2014) mengenai hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi

dimana dalam penelitian ini juga menemukan adanya hubungan anatara

gaya hidup dengan kejadian hipertensi.

Gaya hidup tersebut adalah Pola makanan yang baik, aktifitas fisik

dan olahraga cukup, istirahat/tidur 7-8 jam perhari, dan tidak merokok

(Watson, 2013).
51

4.3.2 Aktivitas Fisik dan Kejadian Hipertensi pada Penderita

Hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Berdasarkan data pada tabel 4.9 terlihat bahwa dari dari 67 orang

yang mengalami hipertensi terdapat 48 orang diantaranya melakukan

aktifitas yang tidak cukup dan 19 orang tidak melakukan aktifitas yang

cukup, Berbeda dengan responden yang tidak mengalami hipertensi

sebanyak 26 orang kebanyakan mereka melakukan aktifitas yang cukup

sebanyak 18 orang dan yang melakukan aktivitas tidak cukup sebanyak 8

orang.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jufri et al.,

(2012) mengenai hubungan antara gaya hidup dengan kejaian hipertensi

didapatkan hasil bahwa yang mengalami aktifitas tidak cukup lebih banyak

sebanyak 51 responden dari 62 responden dan 30 orang mengalami

hipertensi.

Semakin jarang orang beraktifitas maka peluang untuk terjadinya

hipertensi semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar

responden merupakan anggota rumah tangga dimana aktivitas fisik tidak

terlalu banyak. Hal ini sesuai teori yang mengatakan bahwa secara teori,

aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang pergerakkan

anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana

yang sangat penting bagi pemulihan fisik, mental, dan kualitas hidup yang

sehat bugar. Aktifitas fisik adalah pergerakkan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting


52

bagi pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat. Aktifitas fisik

mingguan apapun disamping kegiatan hidup rutin sehari-hari mempunyai

daya proteksi terhadap kematian kardiovaskuler. Aktifitas fisik sudah

memberi dampak proteksi, asalkan dilakukan secara rutin hampir setiap

hari, yang terpenting adalah keteraturan. Selain itu sejumlah studi juga

menunjukkan bahwa oalhraga teratur, mengurangi beberapa factor resiko

terhadap penyakit jantung koroner termasuk hipertensi (Pakpahan, 2016).

Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup

agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat

dilakukan bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu berjalan kaki, berkebun,

mencuci pakaian, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa

belanjaan atau berupa olahraga yaitu: pushup, lari ringan, bermain boal,

berenang, senam, bermain tenis, yoga, fitnes, angkat beban/berat.

(Hendra, 2018)

Orang yang kurang aktifitas fisik cenderung memiliki curah jantung

yang tinggi. Semakin tinggi curah jantung, maka semakin besar oksigen

yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurangnya aktifitas fisik

menyebabkan kurangnyan pembakaran energi oleh tubuh sehingga

kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam

tubuh. Penyimpanan yang berlebihan akan mengakibatkan hipertensi.

(Hendra, 2018)
53

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Syahroni dan Lisa tahun

2020, lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 30 orang. Mayoritas

mengalami aktifitas fisik tidak aktif yaitu 12 orang dan minoritas memiliki

aktifitas fisik aktif yaitu 18 orang.

Menurut asumsi peneliti banyaknya lansia yang mengalami

hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan, terjadi karena aktifitas fisik yang

tidak baik. Orang yang kurang aktifitas fisik cenderung memiliki curah

jantung yang tinggi. Semakin tinggi curah jantung, maka semakin besar

oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurangnya aktifitas fisik

menyebabkan kurangnyan pembakaran energi oleh tubuh sehingga

kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam

tubuh. Penyimpanan yang berlebihan akan mengakibatkan hipertensi.

4.3.3. Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita

Hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Berdasarkan data pada tabel 4.10 terlihat bahwa dari 93 responden

yang diteliti terdapat 52 orang yang pola makannya tidak baik dan

diantaranya 46 orang yang mengalami hipertensi dan 6 orang yang tidak

hipertensi, sedangkan yang pola makannya baik sebanyak 41 orang yang

diantaranya 21 orang mengalami hpertensi dan 20 orang tidak hipertensi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Jufri (2012) mengenai hubungan antara gaya hidup dengan kejadian

hipertensi di Kabupaten Sinjai juga menemukan adanya hubungan antara

pola makan dengan kejadian hipertensi, bahwa pola makan yang tidak
54

baik lebih banyak sebanyak 37 orang dari 62 responden dan 29 yang

mengalami hioertensi dan 12 yang tidak mengalami hipertensi. Ini terbukti

dengan banyaknya responden yang mengatakan bahwa pernah

mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi,

garam natrium tinggi, makan dan minuman yang diawetkan.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa konsumsi

lemak dan garam natrium tinggi yang berlebih mempunyai pengaruh kuat

pada resiko penyakit jantung koroner dan stoke, efek lain pada lipid darah,

dan tekanan darah tinggi (WHO, 2018).

Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi

yang seimbang serta yang di butuhkan oleh tubuh. Pola makan yang

sehat dan seimbang bukan hanya menjaga tubuh tetap bugar dan sehat

tapi juga bisa terhindar dari berbagai penyakit termasuk hipertensi. Pola

makan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi karena

pengkonsumsian makanan yang tidak sehat seperti jeroan, keripik asin,

otak-otak, makanan dan minuman yang didalam kaleng (sarden, kornet).

Hal ini dikarenakan makanan diatas tidak sesuai dengan kalori yang

dibutuhkan dan mengandung banyak bahan pengawet, pola makan

tersebut dapat memicu terjadinya hipertensi (Muhammadun, 2010).

Berdasarkan penelitian Syahroni dan Lisa (2020) bahwa Kebiasaan

makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan

membentuk pola perilaku makan berdasarkan kemauan dan rasa suka.

Kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat memperbesar angka


55

kejadian munculnya berbagai penyakit degeneratif salah satunya penyakit

hipertensi. Beberapa kebiasaan makan yang perlu dihindari atau dikurangi

jumlahnya karena dapat menimbulkan hipertensi antara lain Roti, biscuit,

kue-kue yang dimasak dengan garam dapur yang berlebih, daging asap,

dendeng, abon, ikan asin, ikan kaleng, udang kering, telur asin, dll.

sementara itu, kebiasaan mengkonsumsi makanan yang baik dapat

melindungi tubuh dari hipertensi, seperti Beras, kentang, singkong, terigu,

tapioca, hankue, gula, bihun, kue kering yang dimasak tanpa garam

dapur, dll.

Konsumsi garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah

karena naiknya kandungan natrium di sel-sel otot halus pada dinding

arteri. Kandungan natrium yang tinggi memudahkan masuknya kalsium ke

dalam sel-sel, yang pada akhirnya menyebabkan kontraksi dan

mempersempit diameter internal arteri. Terdapat beberapa bukti bahwa

seseorang yang memiliki riwayat hipertensi di keluarganya, tidak memiliki

kemampuan yang cukup baik untuk mengeluarkan garam dalam

tubuhnya. Lanjut usia biasanya lebih sensitif dengan garam (Mouliza,

2020).

Menurut analisis peneliti responden memiliki kebiasaan makan

yang tidak baik sehingga menyebabkan penyakit hipertensi karena

mengonsumsi makanan yang tinggi garam, lemak dan bersantan, roti,

biskuit serta makanan yang diawetkan. Makanan tersebut tidak baik

dikonsumsi karena mengandung tinggi natrium, pengawet serta makanan


56

yang berlemak dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah

sehingga tekanan darah dapat meningkat.

Menurut asumsi peneliti banyaknya lansia yang mengalami

hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan, terjadi karena kebiasaan makan

yang tidak baik. Kebiasaan makan yang baik mengandung makanan

sumber energi sumber zat pembangun dan zat sumber pengatur, karena

semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh

serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam

jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari

yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Kebiasaan

mengonsumsi makanan yang tidak sehat memperbesar angka kejadian

munculnya berbagai penyakit degeneratif salah satunya penyakit

hipertensi. Beberapa jenis makanan yang perlu dihindari atau dikurangi

jumlahnya karena dapat menimbulkan hipertensi antara lain adalah

makanan yang rendah lemak, garam yang berlebih. Asupan kalium yang

berasal dari makanan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran dalam

jumlah cukup mungkin dapat melindungi tubuh dari hipertensi, dan

berperan dalam menurunkan tekanan darah.

4.3.4 Kebiasaan Istrahat/Tidur dengan Kejadian Hipertensi pada


Penderita Hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan Kec.
Pancur Batu
Berdasarkan data pada tabel 4.11 terlihat bahwa dari 93 responden

yang diteliti terdapat 55 responden yang kebiasaan istirahat/tidurnya tidak


57

cukup, diantaranya 47 orang yang mengalami hipertensi dan 8 orang yang

tidak hipertensi, sedangkan 38 responden yang kebiasaan

istirahat/tidurnya cukup diantaranya 20 orang mengalami hipertensi dan

18 orang tidak hipertensi.

Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Simanullang (2011) mengenai pengaruh gaya hidup

terhadap status kesehatan lansia di Puskesmas Darusalam Medan

dimana dalam penelitian ini ditemukan kebiasaan istirahat yang tidak

cukup sebanyak 57 orang. Pengaruh kebiasaan istirahat dengan

kesehatan lansia salah satunya hipertensi.

Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Simanullang (2011) mengenai pengaruh gaya hidup

terhadap status kesehatan lansia di Puskesmas Darusalam Medan

dimana dalam penelitian ini ditemukan kebiasaan istirahat yang tidak

cukup sebanyak 57 orang. Pengaruh kebiasaan istirahat dengan

kesehatan lansia salah satunya hipertensi.

Kebiasaan istirahat adalah model, bentuk atau corak tidur dalam

jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur

dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan

kondisi tidur dan kepuasan tidur (Depkes RI, 2008). Kebutuhan istirahat

lansia harus cukup apabila kebutuhan istirahat tidak cukup maka tubuh

akan lemas dan tidak bergairah. Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan

badan kita. Kurang tidur dapat menyebabkan badan lemas, tidak ada
58

semangat, lekas marah dan stres (Santoso, 2009). Apabila stres

berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang

menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara

waktu dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali.

Jika stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang

tersebut mengalami hipertensi (Junaidy, 2010).

4.3.5 Kebiasaan Merokok dan Kejadian Hipertensi pada Penderita

Hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu

Berdasarkan data pada tabel 4.12 terlihat bahwa dari 93 responden

yang diteliti terdapat 50 responden yang merokok, diantaranya 41 orang

yang mengalami hipertensi dan 9 orang yang tidak hipertensi, sedangkan

yang tidak merokok sebanyak 43 orang, diantaranya 26 orang yang

mengalami hipertensi dan 17 orang yang tidak hipertensi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa yang tidak merokok lebih banyak dari pada yang

merokok, hal ini mungkin disebabkan mayoritas jenis kelamin responden

adalah perempuan dan banyak yang sudah menghentikan kebiasaan

merokok karena penyakit mereka terutama hipertensi, namun ada yang

tidak bisa berhenti merokok karena terbiasa dan sulit untuk berhenti

walaupun sudah sering mencoba berhenti merokok.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Jufri et al., (2012)

mengenai hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di

Kabupaten Sinjai juga menemukan adanya responden yang tidak merokok


59

lebih banyak sebanyaka 50 orang dari 62 responden dan 24 yang

mengalami hipertensi dan 26 yang tidak hipertensi.

Dalam hal ini lansia masih perlu mendapat perhatian, sebaiknya

lansiabagar mengurangi kebiasaan merokok dan bahkan sampai tidak

merokok lagi, karena merokok dapat mengganggu kerja paru-paru normal.

Selain itu kebiasaan merokok dapat menyebabkan datangnya berbagai

penyakit termasuk salah satunya penyakit kardiovaskular karena jumlah

nikotin yang terdapat dalam darah yang dapat menyebabkan

terganggunya sistem sirkulasi darah dalam tubuh yang dapat

menyebabkan terjadinya kejadian hipertensi.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa apabila makin

banyak kita menghisap rokok maka akan mengganggu kerja paru-paru

yang normal, karena hemoglobin lebih mudah membawa karbondioksida

daripada membawa oksigen, jika terdapt karbondioksida dalam paru-paru,

maka akan dibawa oleh hemoglobin sehingga tubuh memperoleh

pemasukan oksigen yang kurang dari biasanya. Kandungan nikotin dalam

rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat mempengaruhi bagian

tubuh yaitu dapat mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebih cepat

dalam satu menit daripada dalam keadaan normal. Selain itu zat yang

dihisap melalui rokok seperti zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan

karbonmonoksida dibawa masuk kedalam aliran darah. Selanjutnya zat ini

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, sehingga mengakibatkan

tekanan darah tinggi. Selain itu merokok pada penderita tekanan darah
60

tinggi, semakin meningkatkan resiko kerusakan pembuluh arteri (Karyadi,

2002).

Menurut asumsi peneliti banyaknya lansia yang mengalami

hipertensi di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur Batu tahun 2022,

terjadi karena kebiasaan merokok. Orang yang mempunyai riwayat

hipertensi disarankan untuk berhenti merokok. Rokok dapat menyebabkan

hipertensi karena rokok memiliki banyak sekali kandungan kimia yang

jahat untuk tubuh, yaitu nikotin, karbonmonoksida (CO), tar, dan lainnya.

Kandungan dari rokok tersebutlah yang dapat memicu hipertensi.


61

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPT Puskesmas Tuntungan Kec. Pancur

Batu. Gaya hidup yang tidak baik dari pasien hipertensi disebabkan

oleh pola makan yang tidak baik, aktifitas fisik dan olahraga yang tidak

cukup, istirahat/tidur yang tidak cukup, dan kebiasaan merokok.

2. Hasil penelitian mengenai aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi

diperoleh bahwa sebagian besar orang yang mengalami hipertensi

diantaranya melakukan aktifitas yang tidak cukup.

3. Hasil penelitian mengenai pola makan dengan kejadian hipertensi

diperoleh bahwa sebagian besar orang yang mengalami hipertensi

diantaranya memiliki pola makan yang tidak baik.

4. Hasil penelitian mengenai kebiasaan istirahat/tidur dengan kejadian

hipertensi diperoleh bahwa sebagian besar orang yang mengalami

hipertensi diantaranya memiliki kebiasaan istirahat/tidur yang tidak

cukup.

5. Hasil penelitian mengenai kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi diperoleh bahwa sebagian besar orang yang mengalami

hipertensi diantaranya memiliki kebiasaan merokok.


62

5.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran

dari peneliti, yaitu:

1. Bagi tempat penelitian

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan gaya

hidup dengan kejadian hipertensi untuk semua umur dan perlu

dilakukan penelitian untuk hubungan macam-macam gaya

hidupnya.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Petugas pelayanan kesehatan khususnya bagian keperawatan

komunitas untuk lebih proaktif memberikan penyuluhan mengenai

gaya hidup sehat dan melakukan kunjungan secara berkala untuk

mengobservasi secara langsung penerapan gaya hidup sehat.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi Pendidikan Disarankan agar dengan informasi yang telah

diperoleh melalui penelitian ini dapat memberi manfaat dan

menambah perbendaharaan bacaan bagi mahasiswa mahasiswi

untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian berikutnya sampel lebih ditingkatkan untuk hasil yang

lebih representative dan untuk peneliti berikutnya diharapkan untuk

meneliti faktor-faktor gaya hidup yang lainnya, untuk mengetahui

apakah ada hubungannya atau tidak terhadap kejadian hipertensi.


63

Anda mungkin juga menyukai