Anda di halaman 1dari 7

25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswi Politeknik Kesehatan Riau Prodi

Keperawatan Tanjungpinang, populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi

sebanyak 149 mahasiswi. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 108

mahasiswi. Hasil penelitian secara terperinci sebagai berikut :

4.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Mahasiswi
Politeknik Kesehatan Riau Prodi Keperawatan Tanjungpinang Tahun 2010

Umur (Thn) Frekuensi %

18- <20 47 43
20-<22 56 52
22-24 5 5

Jumlah 108 100

Dari tabel diatas didapatkan bahwa frekuensi mahasiswi terbesar adalah

berumur 20 sampai dengan kurang 22 tahun sebanyak 56 orang (52 %) dan frekuensi

mahasiswi terkecil adalah berumur 22 sampai dengan 24 tahun sebanyak 5 orang

(5%).

25
26

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Mahasiswi
Politeknik Kesehatan Riau Prodi Keperawatan Tanjungpinang Tahun 2010

Tempat Tinggal Frekuensi Persentase (%)

Asrama 10 9,3
Luar asrama 98 90,7

Jumlah 108 100

Dari tabel diatas didapatkan bahwa frekuensi mahasiswi terbesar adalah 98

orang (90,7 %) bertempat tinggal di luar asrama karena tingkat II dan III tidak di

wajibkan tinggal di asrama dan frekuensi mahasiswi terkecil adalah 10 orang (9,3 %)

bertempat tinggal di asrama.

4.1.2. Tingkat Stress Dan Siklus Menstruasi Responden

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stress dan Siklus Menstruasi di
Politeknik Kesehatan Riau Prodi Keperawatan Tanjungpinang Tahun 2010

Variabel Frekuensi Persentase (%)


1. Tingkat Stress
a. Ringan dan Berat 77 71,3

b. Tidak Stress 31 28,7

Jumlah 108 100

2. Siklus Menstruasi
a. Cepat atau lambat 61 56,5

b. Tidak ada 47 43,5


perubahan

Jumlah 108 100


27

Dari tabel diatas didapatkan bahwa Menstruasi karena pengaruh stress pada

mahasiswi menunjukkan bahwa termasuk dalam kategori ringan dan berat dengan

presentase terbesar yaitu sebanyak 77 orang (71,3 %) akan mempengaruhi siklus

menstruasi selebihnya stress tidak mempengaruhi cepat atau lambatnya siklus

menstruasi, dan kategori tidak mengalami stress dengan persentase terkecil yaitu

sebanyak 31 orang ( 28,7 %). Siklus menstruasi pada mahasiswi menunjukkan bahwa

termasuk dalam kategori cepat atau lambat dengan presentase terbesar yaitu 61 orang

(56,5 %) dan kategori tidak ada perubahan dalam siklus menstruasinya dengan

persentase terkecil yaitu 47 orang (43,5 %).

4.1.3. Hubungan Stress Terhadap Siklus Menstruasi Responden

Analisa bivariat dilakukan secara komputerisasi dengan uji chi-square pada

confident interval 95 % (α 0,05). Untuk melihat kemaknaan antara variabel

independen dan variabel dependen dilihat pada nilai p yang diperoleh. Apabila nilai

p ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi

Politeknik Kesehatan Riau Prodi Keperawatan Tanjungpinang. Analisa bivariat

dilakukan untuk melihat hubungan antara stress dengan siklus menstruasi pada

mahasiswi Politeknik Kesehatan Riau Prodi Keperawatan Tanjungpinang, dengan

hasil sebagai berikut :


28

Tabel 4.4
Hubungan Antara Stress Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Politeknik
Kesehatan Riau Prodi Keperawatan Tanjungpinang Tahun 2010

Siklus Menstruasi P Value


Cepat atau Tidak ada Jumlah (α = 0,05)
Stress
lambat perubahan
Frek (%) Frek (%) Frek (%)
Ringan dan
Berat 52 67,5 25 32,5 77 100
0,001
Tidak Stress 10 32,3 21 67,7 31 100

Jumlah 62 57,4 46 42,6 108 100

Jika di lihat dari tabel 4.4 terlihat bahwa Hubungan antar stress dengan siklus

menstruasi Pada Mahasiswi Politeknik Kesehatan Riau Prodi Keperawatan

Tanjungpinang menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami stress ringan dan

berat sebanyak 52 orang (67,5 %) yang mengalami cepat atau lambatnya siklus

menstruasi, dan yang tidak mengalami stress dengan siklus menstruasinya cepat atau

lambat sebanyak 10 orang (32,3 %). Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh

nilai p = 0.001 (≤ α = 0,05) maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi

Politeknik Kesehatan Riau Prodi Keperawatan.


29

4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Univariat

Mahasiswi Politeknik Kesehatan Riau Prodi Keperawatan Tanjungpinang berusia

antara 18 sampai dengan 24 tahun. Berdasarkan Tabel 4.1 persentase terbesar umur

mahasiswi adalah 20 sampai kurang 22 tahun yaitu sebanyak 52 %.

Menurut Suyono (2002), masa reproduksi dimulai dari masa pubertas pada umur

kira - kira 12 – 16 tahun dan berlangsung kurang lebih 35 tahun. Pada ovarium terjadi

perubahan - perubahan, kortek relatif lebih tipis dan mengandung banyak follikel

follikel primordial. Pada umumnya tingkatan stress sering terjadi pada usia dewasa

awal dimana terjadi akibat pengaruh hormon.

Dari tabel 4.2 didapatkan bahwa frekuensi mahasiswi terbesar adalah 90,7 %

bertempat tinggal di luar asrama, dan frekuensi mahasiswi terkecil adalah 9,3 %

bertempat tinggal di asrama. Karena pada saat penelitian mahasiswi tingkat I sudah

tinggal di luar asrama. Karena keterbatasan sarana asrama, maka mahasiswi tingkat II

dan III tidak diwajibkan tinggal di asrama.

Dari tabel 4.3 didapatkan bahwa menstruasi karena pengaruh stress pada

mahasiswi menunjukkan bahwa termasuk dalam kategori ringan dan berat dengan

presentase terbesar yaitu sebanyak 77 orang (71,3 %) akan mempengaruhi siklus

menstruasi selebihnya stress tidak mempengaruhi cepat atau lambatnya siklus

menstruasi, dan kategori tidak mengalami stress dengan persentase terkecil yaitu

sebanyak 31 orang ( 28,7 %). Siklus menstruasi pada mahasiswi menunjukkan bahwa

termasuk dalam kategori cepat atau lambat dengan presentase terbesar yaitu 61 orang
30

(56,5 %) dan kategori tidak ada perubahan dalam siklus menstruasinya dengan

persentase terkecil yaitu 47 orang (43,5 %).

Stress adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan

tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stress diketahui merupakan faktor etiologi

dari banyak penyakit. Salah satunya adalah menyebabkan gangguan pada menstruasi

(Isaacs, 2004). Sistem reproduksi wanita menjalani serangkaian perubahan siklik

yang teratur, yang disebut sebagai siklus menstruasi. Siklus ini ditandai dengan

perubahan-perubahan, dimana yang paling nyata terlihat adalah perdarahan

pervaginam secara berkala sebagai hasil dari pelepasan lapisan endometrium uterus

(Suyono, 2002).

4.2.2. Analisis Bivariat

Dari hasil analisis hubungan antara stress dengan siklus menstruasi pada Tabel

4.4 diperoleh mahasiswi yang mengalami stress ringan dan berat sebanyak 52 orang

(67,5 %) yang mengalami cepat atau lambatnya siklus menstruasi, dan yang tidak

mengalami stress dengan siklus menstruasinya cepat atau lambat sebanyak 10 orang

(32,3 %). Sedangkan mahasiswi yang mengalami stress ringan dan berat dalam siklus

menstruasinya tidak ada perubahan di dapatkan 25 orang (32,5 %) dan pada

mahasiswi yang tidak stress dalam siklus menstruasinya tidak mengalami perubahan

yaitu sebanyak 21 orang (67,7 %). Hasil uji analisis chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan P Value =

0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05).


31

Menurut teori (Insel & Roth, 2000) stressor yang membuat satu tuntutan baru

bagi suatu pekerjaan, meningkatkan panjang siklus menstruasi, jadi menunda periode

setiap bulannya. Sebagai tambahan mengenai meninggalkan keluarga atau memulai

satu pekerjaan baru, beberapa penelitian menunjukkan satu hubungan baru

meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan siklus yang lebih panjang. Dalam

pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stress melibatkan sistem neuroendokrinologi

sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Isaacs, 2004).

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mahbubah (2006) dari 74 responden

yang mengalami siklus menstruasinya normal yaitu polimenore (23,1 %).

Oligomenore (69,2 %) dan amenore (7,7 %), (44,6 %) responden cenderung

mengalami gejala stress berat. Diharapkan wanita dapat mengelola tingkat stressnya,

karena stress dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.

Maka jika dilihat memang benar ada hubungan antara stress dengan siklus

menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai