Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Prodi S1

Keperawatan tingkat I dan tingkat IV STIKES PEMKAB Jombang pada tanggal 17

sampai dengan 26 Mei 2016 dengan 41 responden. Hasil penelitian disajikan dalam dua

bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum memuat karakteristik jenis

kelamin, umur, dan tingkat angkatan kelas. Sedangkan data khusus adalah stres dan

kekambuhan gastritis.

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

STIKES PEMKAB Jombang yang terletak di Jl. Dr. Sutomo no. 75-77

Kabupaten Jombang adalah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang sudah teraktreditasi

BAN-PT (Lam PT Kes B). STIKES PEMKAB Jombang yang mempunyai program

S1 Keperawatan, Program Profesi NERS, DIII Kebidanan, DIII Keperawatan. Batas-

batas STIKES PEMKAB yaitu :

a) Sebelah Utara : Jl. Ki Hajar Dewantara

b) Sebelah Selatan : SMKN 1 Jombang

c) Sebelah Barat : MAN Jombang

d) Sebelah Timur : SMAN 3 Jombang


4.1.2 Data Umum

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 17 sampai dengan 26 Mei

Prodi S1 Keperawatan STIKES PEMKAB Jombang diperoleh data sebagai berikut:

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Prodi S1

Keperawatan tingkat I dan tingkat IV STIKES PEMKAB Jombang

pada tanggal 17 sampai dengan 26 Mei 2016

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1. Laki-laki 7 17,1
2. Perempuan 34 82,9
Total 41
Sumber : Data primer 2016

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (82,9%) responden

berjenis kelamin perempuan sejumlah 34 responden.

b. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Prodi S1

Keperawatan tingkat I dan tingkat IV STIKES PEMKAB Jombang

pada tanggal 17 sampai dengan 26 Mei 2016

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1. 18-20 Tahun 15 36,6

2. 21-25 Tahun 26 63,4


Total 41
Sumber : Data primer 2016

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar (63,4%) dari responden

berusia antara 21 tahun sampai 25 tahun sejumlah 26 responden.

c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kelas


Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kelas di Prodi S1

Keperawatan tingkat I dan tingkat IV STIKES PEMKAB Jombang

pada tanggal 17 sampai dengan 26 Mei 2016

No Tingkat Kelas Frekuensi Persentase (%)


1. Tingkat I 15 36,6

2. Tingkat IV 26 63,4
Total 41
Sumber : Data primer 2016

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar (63,4%) responden adalah

tingkat IV sejumlah 26 responden.

4.1.3 Data Khusus

1. Stres

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres di Prodi S1

Keperawatan tingkat I dan tingkat IV STIKES PEMKAB Jombang

pada tanggal 17 sampai dengan 26 Mei 2016

No Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%)


1. Normal 19 46,3
2. Ringan 12 29,3
3. Sedang 10 24,4
Total 41 100
Sumber : Data primer 2016

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa hampir dari setengahnya (46,3%)

responden stres pada tahap normal adalah sejumlah 19 responden.

2. Kekambuhan Gastritis

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kekambuhan gastritis di

Prodi S1 Keperawatan tingkat I dan tingkat IV STIKES PEMKAB

Jombang pada tanggal 17 sampai dengan 26 Mei 2016

Kekambuhan
No Frekuensi Persentase (%)
Gastritis
1. Tidak kambuh 14 34,1
2. Kambuh 27 65,9
Total 41 100
Sumber : Data primer 2016

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden (65,9%)

mengalami kekambuhan gastritis adalah sejumlah 27 responden.

3. Tabulasi Silang

Tabulasi silang tentang hubungan antara stres dengan kekambuhan

gastritis pada mahasiswa S1 keperawatan STIKES PEMKAB Jombang tahun

2016.

Tabel 4.6 Tabulasi silang hubungan antara stres dengan kekambuhan gastritis

pada mahasiswa S1 keperawatan STIKES PEMKAB Jombang tahun

2016

Gastritis
Tingkat Stres Tidak Kambuh Kambuh Total
% % %
Normal 11 57,9 8 42,1 19 100
Ringan 3 25,0 9 75,0 12 100
Sedang 0 0,0 10 100,0 10 100
Total 14 34,1 27 65,9 41 100
Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 19 responden yang

mengalami tingkat stres normal, sebanyak 11 sebagian besar dari responden

(57,9%) yang tidak mengalami kekambuhan gastritis. Dan dari 12 responden

yang mengalami tingkat stres ringan, sebanyak 9 sebagian besar responden

(75,0%) yang mengalami kekambuhan gastritis. Dan dari 10 responden yang

mengalami tingkat stres sedang, sebanyak 10 (100,0%) seluruhnya responden


yang mengalami kekambuhan gastritis. Hasil analisa melalui Uji stastika

menggunakan Spearman Rank pada taraf kesalahan 0,05 dan nilai sebesar 0,001,

dimana = 0,001 0,05 maka H1 diterima atau H0 ditolak artinya ada hubungan

antara stres dengan kekambuhan gastritis pada mahasiswa S1 keperawatan

STIKES PEMKAB Jombang. Nilai r = 0,503 menunjukkan adanya korelasi,

artinya stress berhubungan dengan gastritis. Menurut sugiyono (2010), bahwa

nilai r = 0.503 merupakan interpretasi koefisien korelasi yang sedang.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Stres

Berdasarkan Tabel 4.4. menunjukkan bahwa dari 19 responden hampir dari

setengahnya (46,3%) tidak mengalami stres. Tetapi dari 12 responden hampir dari

setengahnya (29,3%) mengalami stres ringan dan dari 10 responden sebagian kecil

(24,4%) mengalami stres sedang.

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan

tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stress membutuhkan koping dan adaptasi.

Sindrom adaptasi umum atau teori selye, menggambarkan stress sebagai kerusakan

yang terjadi pada tubuh tanpa memperdulikan apakah penyebab stress tersebut positif

atau negative. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memperhatikan stressor atau

penyebab tertentu. Stres dapat mengganggu tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun

penampilan individu di dalam lingkungan. Penyebab stress (stressor) dapat berasal

dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun social dan juga

muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan social, dan lingkungan luar

lainnya (Lestari, 2015).


Berdasarkan hasil penelitian dengan alat ukur kuesioner DASS 42 (Depression

Anxiety Stres Scale 42) untuk mengukur tingakt stres menunjukkan rata-rata

responden mengalami stres ringan dan sedang. Pada kuesioner terdapat cek list

pernyataan-pernyataan kondisi stres responden, dari hasil penelitian rata-rata

responden mudah mengalami kegelisahan dan emosi (terdapat pada item pernyataan

13 dan pernyataan 14) yang dapat menjadi sumber pemicu stres. Sehingga bisa

disimpulkan bahwa sumber pemicu stres yang diantaranya berasal dari lingkungan,

stresor sosial, fisiologi, serta pikiran yang bersinggungan dalam aktivitas sehari-hari

menjadi stresor seseorang mengalami stres dan berdampak pada kondisi fisik

diantaranya seseorang yang mempunyai riwayat gastritis atau maag akan mengalami

kekambuhan bahkan berulang dan mengalami gastritis kronis jika faktor pemicunya

tidak diatasi segera.

Berdasarkan tabulasi silang antara jenis kelamin dengan tingkat stres

didapatkan jenis kelamin yang paling banyak mengalami stress adalah perempuan

sebanyak 34 responden hampir seluruhnya (82,9%).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Walker (2002 &

Goff.A.M (2011) yang menemukan bahwa tingkat stress pada perempuan lebih tinggi

daripada laki-laki. Menurut Agolla & Ongori (2009), hal tersebut karena perempuan

lebih sering menggunakan mekanisme koping yang berorientasi terhadap tugas,

sehingga perempuan lebih mudah diidentifikasi jika mengalami kondisi stress.

Sedangkan laki-laki cenderung menggunakan mekanisme koping yang berorientasi

terhadap ego, sehingga laki-laki lebih santai dalam menghadapi stressor yang berasal

dari kehidupan akademik (dalam Choiro, 2014).

Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan cenderung mudah terserang

stress. Selain itu, pada factor psikologi, kebanyakan wanita adalah tipe pemikir keras.
Mereka akan cenderung memikirkan suatu hal secara mendalam. Meskipun hal itu

bertujuan positif untuk menanggulangi suatu masalah, terlalu banyak berpikir juga

merupakan penyebab kuat mengapa wanita rentan mengalami stress.

Berdasarkan tabulasi silang antara umur dengan tingkat stres didapatkan

bahwa mahasiswa yang berusia 21-25 tahun sebanyak 26 sebagian besar (63,4%) dari

responden mengalami stres.

Umur merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres,

semakin bertambah umur seseorang, semakin mudah mengalami stres (Lestari, 2015).

Aminullah (2008) menyatakan bahwa pada usia produktif sering berhadapan dengan

tantangan, dan apabila tidak mampu mengaturnya bisa berpotensi stress. Selain itu

semakin tinggi usia, dapat mempengaruhi tingkat stress seseorang (Choiro, 2014).

Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umur 18-20 tahun yang mengalami

stress ringan dan sedang sejumlah 7 mahasiswa dari tingkat I sedangkan 15

mahasiswa dari tingkat IV lebih banyak mengalami stress. Hal ini dikarenakan

mahasiswa berada dalam rentang usia poduktif sehingga memiliki kesibukan yang

padat, pola makan yang tidak teratur, dan stress akibat pengaruh lingkungan.

4.2.2 Kekambuhan Gastritis

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan data bahwa dari 41 responden dalam

penelitian, mahasiswa yang tidak mengalami kekambuhan gastritis sebanyak 14

hampir dari setengahnya (34,1%) responden, sedangkan yang mengalami

kekambuhan gastritis sebanyak 27 sebagian besar (65,9%) dari responden.

Kekambuhan gastritis merupakan timbulnya kembali gejala yang dirasakan

sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering

mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. Kekambuhan penyakit gastritis

pada tingkat berat dapat beresiko terjadinya kebocoran lambung dan perdarahan
(Kistanti, 2012). Kekambuhan penyakit gastritis dapat disebabkan karena kontak

berulang atau peningkatan factor ofensif atau factor yang menyebabkan kerusakan

mukosa lambung yang terdiri dari asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim

pankreas, infeksi Helicobacter pylory yang bersifat gram-negatif, OAINS (obat anti

inflamasi nonsteriod), alkohol, dan radikal bebas (Pangestu, 2003 dalam Kistanti,

2012). Kekambuhan berulang juga dapat disebabkan oleh faktor stress psikologi yang

sering dialami oleh setiap orang karena pengaruh gaya hidup (Kistanti, 2012).

Banyaknya mahasiswa yang mengalami kekambuhan gastritis disebabkan

karena kurang perhatiannya mahasiswa terhadap kesehatan. Pola istirahat dan pola

makan yang tidak teratur akibat stres yang berkepanjangan dihadapi mahasiswa

sehingga menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Dari tingkat I yang

mengalami kekambuhan gastritis sebanyak 11 mahasiswa (73,3%) hal ini dapat

disebabkan karena adaptasi pada awal memasuki perguruan tinggi dan proses

pembelajaran perkuliahan. Sedangkan dari tingkat IV mengalami kekambuhan

gastritis sebanyak 16 mahasiswa (61,5%) hal tersebut dapat disebabkan mahasiswa

yang sedang menyusun skripsi melakukan proses belajar secara individual. Kondisi

tersebut berbeda dengan kondisi ketika mahasiswa mengikuti mata kuliah lain

umumnya dilakukan secara klasikal. Selain itu dalam menyelesaikan skripsi memiliki

banyak tuntutan yang harus diselesaikan. Hal tersebut dapat menjadi tekanan pada

mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Tekanan yang terjadi secara terus-menerus

akan memicu mahasiswa mengalami stress dan menyebabkan terjadinya kekambuhan

gastritis.

Berdasarkan tabulasi silang antara jenis kelamin dengan kekambuhan gastritis

didapatkan bahwa jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan dengan jumlah 34

responden (82,9%), sedangkan laki-laki sejumlah 7 responden (17,1%).


Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati

(2010) dan data Kemenkes RI (2011), dimana jenis kelamin terbanyak menderita

gastritis adalah perempuan. Dalam penelitian Anggtita (2012), menyatakan bahwa

jenis kelamin memiliki hubungan dengan persepsi gangguan lambung dimana

perempuan 3 kali lebih beresiko mengalami gangguan lambung dibandingkan pria,

hal ini bisa dikarenakan laki-laki lebih toleransi terhadap rasa sakit dan gejala gastritis

daripada perempuan. Selain itu juga bisa disebabkan oleh mekanisme hormonal.

Menurut Prio (2009), yang menyatakan bahwa hormon wanita lebih reaktif daripada

laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sekresi lambung diatur

oleh mekanisme saraf dan hormonal. Pengaturan hormonal berlangsung melalui

hormone gastrin. Hormon ini bekerja pada kelenjar gastrik dan menyebabkan aliran

tambahan getah lambung yang sangat asam.

Hal tersebut bisa dikarenakan mayoritas mahasiswa yang ada di Prodi S1

Keperawatan adalah perempuan. Selain itu, perbedaan karakteristik individu

menyebabkan adanya perbedaan respon yang diberikan terhadap stress. Sehingga

pada perempuan tingkat kekambuhan gastritis lebih tinggi daripada laki-laki karena

seseorang yang mudah stress akan mudah mengalami penyakit fisik adalah satunya

adalah gejala gastritis.

4.2.3 Hubungan Antara Stres Dengan Kekambuhan Gastritis Pada Mahasiswa S1

Keperawatan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Prodi S1 Keperawatan STIKES

PEMKAB Jombang diketahui bahwa ada hubungan antara stres dengan kekambuhan

gastritis.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mengalami kekambuhan gastritis sebanyak 27 responden (65,9%).


Dari hasil uji statistik Spearman Rank diperoleh angka signifikan atau nilai

probabilitas (0,001) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau ( < ), maka

data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan Antara Stres dengan

Kekambuhan Gastritis pada mahasiswa S1 Keperawatan STIKES PEMKAB

Jombang.

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan

ini dapat mengakibatkan pembekakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel

akan gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya

proses inflamasi pada lambung (Ardian, 2013). Kondisi psikologis seseorang dapat

memicu terjadinya kekambuhan gastritis. Peningkatan stres yang berarti terjadi

peningkatan rangsangan saraf otonom akan merangsang peningkatan sekresi gastrin

dan merangsang peningkatan asam hidroklorida (HCL) (Ratu & Adwan, 2013).

Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan persarafan,

misalnya dalam kondisi cemas, stres, marah melalui serabut parasimpatik vagus akan

terjadi peningkatan transmitter asetilkolin, histamine, gastrin releasing peptide yang

dapat meningkatkan sekresi lambung (Sukarmin, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Miftachul Choiro dan Kusdariyah pada

tahun 2014, bahwa mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir mengalami

stres yang diakibatkan oleh tugas yang menumpuk sehingga menyebabkan harus

bekerja tanpa mengenal waktu, tidak rileks dan serba tergesa-gesa. Pada beberapa

mahasiswa juga mengeluhkan sejak pengerjaan skripsi, mereka mengalami beberapa

gejala gastritis antara lain nyeri pada epigastrium, perasaan begah pada perut, mual

dan muntah. Sehingga mahasiswa sering mengalami kekambuhan gastritis.

Teori keperawatan yang dikemukakan oleh Lawrence Green menganalisis

perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor
luar lingkungan (nonbehavior causes). Faktor lingkungan adalah segala faktor baik

fisik, biologis maupun social budaya yang langsung atau tidak langsung dapat

mempengaruhi derajat kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,

tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping

itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Nursalam,

2014).

Pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti bahwa ada keterkaitan

hubungan antara stres dengan kekambuhan gastritis. Hal ini disebabkan stres

psikologis dapat mempengaruhi terhadap perubahan kimia tubuh seseorang. Dari hasil

peneliti diketahui bahwa telah terjadi perubahan signifikan antara stres psikologis

yang dirasakan, dengan timbulnya penyakit perlukaan pada lambung dan usus dua

belas jari, adanya kekacauan terhadap hormon endokrin, dan meningkatnya tekanan

darah. Salah satu reaksi tubuh terhadap stres adalah mual, pedih pada ulu hati,

kembung. Gastritis sendiri merupakan masalah pencernaan yang dapat muncul karena

stress.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan di bahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang

hubungan antara Stres dengan Kekambuhan Gastritis pada Mahasiswa S1 Keperawatan

STIKES PEMKAB Jombang di Prodi S1 Keperawatan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di bab 4, dapat disimpulkan bahwa :

a. Tingkat stress pada mahasiswa tingkat IV di STIKES PEMKAB Jombang sebagian

mengalami stres ringan dan sedang.

b. Mahasiswa tingkat IV sebagian besar mengalami kekambuhan gastritis.

c. Ada hubungan antara stres dengan kekambuhan gastritis pada mahasiswa S1

Keperawatan STIKES PEMKAB Jombang.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah:

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan hendaknya menyediakan bimbingan konseling untuk

mahasiswa dari tingkat awal sampai akhir, untuk membantu mahasiswa dalam

mengurangi masalah dan dapat memberikan solusi dalam memecahkan suatu

masalah.

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memahami kembali hasil

penelitian yang telah didapatkan dengan harapan jika memungkinkan akan mampu

menerapkan penelitian pada populasi yang lebih besar dan waktu yang lebih lama,

71
sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian

ini.

5.2.3 Bagi Responden

Bagi mahasiswa penderita gastritis hendaknya menjaga kesehatannya untuk

mencegah kekambuhan gastritis dengan cara menjaga pola makan secara teratur,

istirahat cukup, olahraga dan relaksasi yang cukup. Di samping itu, ada juga

beberapa teknik singkat untuk mengurangi stress misalnya dapat melakukan napas

dalam, tertawa, pijat, membaca, dan bercakap-cakap.


DAFTAR PUSTAKA

A Lukluk, Z. dan Bandiyah, S. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka
Medika

Boyd dan Nihart. 1998. Psychiatric Nursing & Contemporary Practice. 1st edition.
Lippincot-Raven Publisher: Philadelphia. http://www.google book.com. Diakses pada
tanggal 7 Februari 2016.

Choiro, M. 2014. The Relationship Between Stress Level and Gastritis Symptoms Case of
grade IV Students in Thesis Progress of Hang Tuah Health Academy Surabaya.

Dinas Kesehatan. 2014. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang (SPM Bidang
Kesehatan) Tahun 2014.

Diyono dan Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan (Edisi 1).
Jakarta: Kencana.

Hartati, S. 2014. Hubungan Pola Makan Dengan Resiko Gastritis Pada Mahasiswa Yang
Menjalani Sistem KBK. JOM PSIK Vol 1, No. 2.

Hidayat, AA. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Kistanti, Y. 2012. Hubungan Antara Stres Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada
Pasien Gastritis Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang.

Kristanti, H. 2013. Mencegah Dan Mengobati 11 Penyakit Kronis (Edisi 1). Yogyakarta:
Citra Pustaka.

Lestari, T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Lovibond. 1995. Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42). http://www.swin.edu.au.


Diakses pada tanggal 16 Februari 2016. Pukul 14.05 WIB.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi 2). Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi 3). Jakarta: Salemba
Medika.

Priyoto. 2014. Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ratu dan Adwan. 2013. Penyakit hati, lambung, usus, dan ambeien. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Sukarmin. 2013. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan (Edisi 2). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai