Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara

stres dengan perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan

Kesehatan Universitas Negeri Makassar. Data yang akan disajikan dalam bentuk

tabel dan narasi.

A. Hasil Penelitian

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar

merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas Negeri Makassar.

Pada tahun 1961, merupakan awal berdirinya Jurusan Pendidikan Jasmani

dalam lingkup FKIP Universitas Hasanuddin. Setelah FKIP Lepas menjadi

IKIP yang berdiri sendiri, jurusan Pendidikan Jasmani berubah menjadi

Sekolah Tinggi Olahraga (STO) dengan ketua Drs.Anwar Djamidin dari

Fakultas Kedokteran Unhas. Pada tahun 1977 pemerintah mengintegrasikan

STO kedalam IKIP dan bernama FKIK menjadi FPOK (Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan) setelah IKIP dikonversi menjadi Universitas

Negeri Makassar (UNM), FPOK berubah menjadi FIK (Fakultas Ilmu

Keolahragaan).

Seiring dengan konversi IKIP menjadi Universitas Negeri Makassar

(UNM) sejak tahun 1999 berdasarkan keputusan Presiden No.93 tahun 1999

tanggal 4 agustus 1999, FPOK juga mengalami perubahan menjadi Fakultas

Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM). Salah satu


amanah dalam konversi IKIP menjadi UNM adalah perluasan mandat

sehingga FIK UNM, disamping membina kependidikan juga membina non

kependidikan.

Kampus Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas

Negeri Makassar adalah salah perguruan tinggi negeri yang ada di Kota

makassar. Alamat Fakultas Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri

Makassar adalah di Jalan Wijaya Kusuma No. 14 Banta Bantaeng

Kecamatan Rappocini Makassar. Tersedia beberapa program studi di

antaranya adalah Studi Ilmu Keolahragaan, Pendidikan Olahraga dan

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi atau PENJASKES, Ilmu Gizi,

Administrasi Kesehatan, Fisioterapi

4.2 Analisis Univariat


4.2.1 Data Umum
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi berikut ini memberikan gambaran responden yang
berdasarkan usia mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan
Kesehatan Universitas Negeri Makassar.
Presentase
Usia Jumlah
(%)
12-15 tahun 0 0
16-18 tahun 8 10,53
19-21 tahun 68 89,47
Jumlah 76 100
Sumber data: Data Umum Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan

Dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar dengan usia 19-21 tahun

yaitu sejumlah 68 orang atau 89,47%.


2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Fakultas
Ilmu Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar.
Jenis Presentase
Jumlah
Kelamin (%)
Wanita 20 26,32
Pria 56 73,68
Jumlah 76 100
Sumber data: Data primer diolah, 2017

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan sebagian besar

sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan

Dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar dengan jenis kelamin laki-

laki yaitu sejumlah 56 orang atau 73,68%.

4.2.2 Data Khusus

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Stres

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan stres mahasiswa Fakultas
Ilmu Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar.
Frekuensi Prosentase
No Stres
(F) (%)
1 Normal 21 27.6
2 Ringan 24 31.6
3 Sedang 22 28.9
4 Berat 7 9.2
5 Sangat Berat 2 2.6
Jumlah 76 100
Sumber : Data Umum Hasil Penelitian

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar yang

mengalami stres ringan 24 orang ( 31,6%). Dan sebagian kecil


mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas

Negeri Makassar yang mengalami stres sangat berat 2 orang (2,6%).

2. Karasteristik Responden Berdasarkan Perilaku Merokok

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku merokok pada
mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas
Negeri Makassar
Frekuensi Prosentase
No Perilaku
(F) (%)
1 Ya 41 53,9
2 Tidak 35 46,1
Jumlah 76 100
Sumber :Data Primer Hasil Penelitian

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa

berperilaku merokok sebanyak 41 orang (53,9%) dan sebagian kecil

mahasiswa tidak berperilaku merokok 35 orang (46,1%) di Fakultas

Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar.

4.3 Analisis Bivariat

Tabel 5.5
Distribusi tabel silang frekuensi Stres pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar.
Perilaku merokok
Total
Ya Tidak
Stress
F % F % F %
Normal 4 5,2 17 22,3 21 27,6
Ringan 20 26,3 4 5,3 24 31,6
Sedang 17 22,4 5 6,6 22 28,9
Berat 0 0 7 9,2 7 9,2
Sangat Berat 0 0 2 2,6 2 2,6
Total 41 53,9 35 46,1 76 100
P value 0,000
C 0,556
Sumber :Data Primer yang diolah
Tabel diatas menujukkan hasil analisis hubungan antara stres dengan

perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan

Kesehatan Universitas Negeri Makassar diperoleh dari stres normal

sebanyak 1 orang (1,3%), terdiri dari perilaku yang merokok 0 orang (0%)

dan perilaku yang tidak merokok 1 orang (1,3%). Dari total stres ringan 21

orang (27,5%) terdiri dari perilaku yang tidak merokok 16 orang (21,1%)

dan yang merokok 5 orang (6,5%). Stres sedang total 46 orang (60,5%),

terdiri dari tidak merokok 10 orang (13,2%) dan yang merokok 36 orang

(47,4%). Stres parah total 8 orang (19,5%) terdiri dari yang tidak merokok

8 orang (10,5%) dan yang merokok 0 orang (0%).

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan anaisis chi square dan

diolah menggunakan program statistik komputer SPSS version 16.0. Hasil

anaisis chi-square dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.6
Hasil anaisis chi-square
SPSS Value df Sig.
Pearson Chi-Square 33.998a 4 .000
Likelihood Ratio 39.225 4 .000
Linear-by-Linear Association .133 1 .715
N of Valid Cases 76
Sumber: Data yang diolah SPSS

Berdasarkan analisis chi-square dapat diketahui p-value hitung

(pearson chi square) adalah 33.998. Dengan menggunakan tingkat

keyakinan 95% ,α= 5%, df= (jumlah baris- 1) x ( jumlah kolom-1) = (4-1)

x (2-1) = 3, maka diperoleh nilai p-value tabel sebesar 5,991. Dengan

demikian dapat disimpukan p-value hitung 33,998 lebih besar dibanding p-


value tabel 5,991 dengan kata lain H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada

hubungan antara stres dengan perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar.

Sedangkan analisis koefisien kontingensi dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 5.7
Hasil Analisis Koefisien Kontingensi
Symmetric Measures Value Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .556 .000
N of Valid Cases 76
Sumber: Data yang diolah SPSS

Analisis kontingensi digunakan untuk mengetahui keeratan

hubungan antara variabel baris dan kolom berbentuk nominal. Dalam

kasus ini untuk mengetahui keeratan hubungan antara stres dengan

perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan

Kesehatan Universitas Negeri Makassar.

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien

kontingensi adalah 0,556. Kriteria hubungan antara variabel adalah bahwa

semakin mendekati niai 1, maka hubungan yang terjadi semakin erat dan

jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah. Karena nilai koefisien

kontingensi mendekati 1 maka berarti hubungan yang terjadi kuat. Hal ini

dapat diartikan bahwa antara variabel stres dengan perilaku merokok

memiliki hubungan yang sedang.


B. Pembahasan

4.1 Tingkat Stres Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan


Kesehatan Universitas Negeri Makassar
Dari hasil penelitian yang di dapat sebagian besar memiliki

tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan

Kesehatan Universitas Negeri Makassar yang mempunyai tingkat stres

ringan yaitu 24 orang (31,6%). Sebagian kecil mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar

mempunyai tingkat stres sangat berat yaitu 2 orang (2,6%).

Menurut hasil penelitian Saefullah (2010), menyatakan Stres

tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga pada remaja.

Banyak tantangan yang harus dihadapi remaja yang tidak kalah berat

dengan orang dewasa. Selain itu juga remaja harus menyesuaikan

dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, konflik dengan orang tua,

dan juga tekanan oleh sebaya. Semua ini yang membuat remaja

kadang mengalami tekanan atau stres melebihi orang dewasa.

Menurut teori Titik Lestari (2014), Stres merupakan reaksi yang

normal, gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan

maupun penampilan individu di dalam lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, Gejala stres disebabkan

Gejala fisik (Secara umum kondisi tubuh orang akan terkena stres

sering mengalami sakit kepala, gampang letih, mulut terasa kering,

napas memburu, sulit tidur dengan nyenyak, pencernaan terganggu,


sembelit, detak jantung yang kencang, serta berkeringat dingin).

Gejala Emosional (Sering merasa tersinggung dan mudah marah,

terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah,

sedih, serta mudah menangis). Gejala Intelektual (Orang yang stres

akan mudah lupa, kacau pikirannya.Daya ingat menurun, sulit

berkonsentrasi, suka melamun, pikirannya dipenuhi bayang-bayangan

kekhawatiran, dan kecemasan yang berlebihan).

Berdasarkan hasil penelitian di atas, faktor-faktor yang

mempengaruhi stres pada remaja adalah Daily hassle, Personal

stressor, Appraisal. Stres mempengaruhi setiap orang, bahkan anak-

anak, kebanyakan stres di usia remaja berkaitan dengan masa

pertumbuhan. Remaja khawatir akan perubahan tubuhnya dan mencari

jati diri. Stres pada remaja dapat juga di sebabkan karena tuntutan dari

orang tua, orang tua biasanya menuntut anaknya untuk mendapatkan

nilai yang bagus tempat belajar anaknya.

4.2 Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan


dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa nilai rata-rata

perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan

Kesehatan Universitas Negeri Makassar yang menjadi responden

dalam penelitian ini mempunyai perilaku merokok yaitu sejumlah 41

orang (53,9%.) Dan sebagian kecil mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar tidak

memiliki perilaku merokok sejumlah 35 orang (46,1%).


Menurut penelitian Sivan Tomkis dalam aula (2010) Perilaku

merokok pada remaja sebagian besar merupakan hasil dari proses

kognitif bahwa mereka memiliki antisipasi terhadap konsekuensi

terkait dengan perilaku-perilaku mereka. Perilaku merokok mereka

ditentukan oleh keyakinan mereka terhadap perilaku tersebut

diantaranya penghayatan sosial dan resiko kesehatan atau keuntungan-

keuntungan dari merokok yang berasal dari teman.

Perilaku merokok pada remaja sebagian besar merupakan hasil

dari proses kognitif bahwa mereka memiliki antisipasi terhadap

konsekuensi terkait dengan perilaku-perilaku mereka. Perilaku

merokok mereka ditentukan oleh keyakinan mereka terhadap perilaku

tersebut diantaranya penghayatan sosial dan resiko kesehatan atau

keuntungan-keuntungan dari merokok yang berasal dari teman.

Menurut penelitian,diantara remaja perokok terdapat 87% yang

mempunyai lebih sahabat yang perokok. Sebaliknya remaja yang tidak

merokok juga memiliki tidak kurang 87% sahabat yang tidak

merokok.

Menurut Silvan Tomkins dalam Aula (2010) menyebutkan perilaku

merokok terbagi menjadi empat tipe perilaku merokok berdasarkan

Management of affect theory. Tiga tipe tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, banyak

orang yang merokok dan mengurangi perasaan negatif, misalnya


saat mereka marah,cemas,dan gelisah,rokok dianggap sebagai

penyelamat.

b. Perilaku merokok adiktif ,hal ini dinamakan psychologal

additation oleh Green. Orang yang menunjukkan perilaku seperti

itu akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat

setelah efek rokok yang dihisapnya berkurang.

c. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan, seseorang

merokok bukan demi mengendalikan perasaannya, tetapi karena

benar-benar menjadi suatu perilaku yang bersifat otomatis,

sehingga seringkali dilakukan tanpa dipikirkan dan disadari.

Berdasarkan penelitian. Graham (dalam Ogden, 2000) membagi

dampak perilaku merokok menjadi dua, yaitu :

1. Dampak Positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi

kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa perokok

menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan

dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.

Smeet (1994) menyebutkan kentungan merokok (terutama bagi

perokok) yaitu mengurangi ketegangan ,membantu berkonsentrasi,

dukungan sosial dan menyenangkan.

2. Dampak Negatif

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang

sangat berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2008). Merokok bukanlah


penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit

sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian,

tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat

mengakibatkan kematian.

4.3 Hubungan Antara Stres dengan Perilaku Merokok Pada


Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan
Universitas Negeri Makassar
Berdasarkan Tabel 5.3 frekuensi responden berdasarkan stres

mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas

Negeri Makassar menunjukan hasil analisis hubungan antara stres

dengan perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar diperoleh

dari stres normal dengan total 21 orang (27,6%), terdiri dari perilaku

yang merokok 17 orang (48,4%) dan perilaku yang tidak merokok 9

orang (11,8%). Dari total stres ringan 36 orang (47,4%) terdiri dari

perilaku yang tidak merokok 15 orang (19,7%) dan yang merokok 21

orang (27,6%). Stres sedang total 12 orang (15,8%), terdiri dari tidak

merokok 4 orang (5,3%) dan yang merokok 8 orang (10,5%). Stres

parah total 2 orang (2,6%) terdiri dari yang tidak merokok 0 orang

(0%) dan yang merokok 2 orang (2,6%).

Berdasarkan hasil analisa data pada stres dengan perilaku

merokok dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara stres dengan perilaku merokok ditunjukan dengan besarnya

analisa korelasi nilai sebesar 0,000 dengan nilai koefisien kontigensi

0,283 yang di interprestasikan bahwa kekuatan hubungan antar


variabel pada tingkat rendah.

Menurut penelitian Sivan Tomkis dalam aula (2010) Perilaku

merokok pada remaja sebagian besar merupakan hasil dari proses

kognitif bahwa mereka memiliki antisipasi terhadap konsekuensi

terkait dengan perilaku-perilaku mereka. Perilaku merokok mereka

ditentukan oleh keyakinan mereka terhadap perilaku tersebut

diantaranya penghayatan sosial dan resiko kesehatan atau keuntungan-

keuntungan dari merokok yang berasal dari teman.

Perilaku merokok pada remaja sebagian besar merupakan hasil

dari proses kognitif bahwa mereka memiliki antisipasi terhadap

konsekuensi terkait dengan perilaku-perilaku mereka. Perilaku

merokok mereka ditentukan oleh keyakinan mereka terhadap perilaku

tersebut diantaranya penghayatan sosial dan resiko kesehatan atau

keuntungan-keuntungan dari merokok yang berasal dari teman.

Dari hasil penelitian yang di dapatkan ,sebagian besar dari

sampel perilaku merokok pada remaja sangat tinggi. Menurut hasil

penelitian Cleary dkk (2009) menyatakan bahwa 85%-90% orang

yang merokok secara teratur yang secara tidak langsung berarti bahwa

percobaan merokok pada remaja akan mendorong mereka untuk

merokok ketika dewasa.

Menurut Silvan Tomkins dalam Aula (2010) menyebutkan

perilaku merokok terbagi menjadi empat tipe perilaku merokok

berdasarkan Management of affect theory.Tiga tipe tersebut adalah


sebagai berikut.

a. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, banyak

orang yang merokok dan mengurangi perasaan negatif, misalnya

saat mereka marah, cemas, dan gelisah, rokok dianggap sebagai

penyelamat.

b. Perilaku merokok adiktif, hal ini dinamakan psychologal

additation oleh Green. Orang yang menunjukkan perilaku seperti

itu akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat

setelah efek rokok yang dihisapnya berkurang.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan seperti

halnya perilaku lain, perilaku merokok muncul karena adanya faktor

internal (faktor biologis dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial,

seperti terpengaruh oleh teman sebaya).Pada dasarnya perilaku

merokok merupakan sebuah perilaku kompleks yang melibatkan

beberapa tahap.Perilaku merokok pada remaja umumnya melalui

serangkaian tahapan yang ditandai oleh frekuensi dan intensitas

merokok yang berbeda pada setiap tahapnya.Diharapkan orang tua

dari remaja tersebut mampu mengarahkan atau mengawasi remaja

untuk mengurangi kebiasaan merokok dirumah. Pihak sekolah dapat

mengurangi kebiasaan merokok dengan cara memberikan peringatan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya sehingga

hasilnya belum optimal. Adapun kekurangan tersebut adalah sebagai


berikut:

1. Salah satu keterbatasan utama penelitian ini adalah sampel terbatas

pada perokok mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan

Universitas Negeri Makassar hal ini mengakibatkan tidak mewakili

semua perokok di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan

Universitas Negeri Makassar.

2. Ada beberapa mahasiswa yang tidak memperhatikan dengan serius

kuisoner yang diberikan oleh peneliti.

Keterbatasan variabel penelitian ini memungkinkan bagi peneliti

lainnya untuk dapat melakukan penelitian yang lebih komplek dari lingkup

yang lebih luas mengenai perilaku merokok pada mahasiswa. Dengan

demikian bisa diketahui dengan jelas penyebab mahasiswa berperilaku

merokok.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul hubungan stres dengan perilaku

merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan

Universitas Negeri Makassar dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Diketahui bahwa seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Dan

Kesehatan Universitas Negeri Makassar yang menjadi responden dalam

penelitian ini sebagian besar mempunyai tingkat stres ringan yaitu 24

mahasiswa (31,6%). Sebagian kecil mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar mempunyai

tingkat stres sangat berat yaitu 2 mahasiswa (2,6%).

2. Diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar yang

menjadi responden dalam penelitian ini mempunyai perilaku merokok

sejumlah 41 mahasiswa (53,9%.) Dan sebagian kecil mahasiswa

Fakultas Ilmu Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas Negeri

Makassar tidak memiliki perilaku merokok yaitu 35 mahasiswa

(46,1%).

3. Terdapat hubungan yang positif antara stres dan perilaku merokok pada

mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas

Negeri Makassar. Hubungan antara stres dengan perilaku merokok pada

mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas


Negeri Makassar tergolong sedang. Stres dengan perilaku merokok

dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres

dengan perilaku merokok ditunjukan dengan besarnya analisa korelasi

nilai sebesar 0,000 dengan nilai koefisien kontigensi 0,283 yang di

interprestasikan bahwa kekuatan hubungan antar variabel pada tingkat

rendah.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan temuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya.

Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang akan

mengembangkan penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan tolak ukur

bagi peneliti yang akan meneliti variabel lain yang berhubungan dengan

hubungan stres terhadap perilaku merokok.

2. Bagi mahasiswa

Dilihat dari perilaku merokok pada mahasiswa masih sangat tinggi dapat

dikurangi atau ditinggalkan karena tidak dapat menyelesaikan stres yang

dialaminya. Justru merokok dapat merugikan kesehatan dan tidak dapat

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mahasiswa. Diharapkan

orang tua dan pihak kampus memberikan perhatian dan peringatan

kepada mahasiswa terhadap bahayanya perilaku merokok bagi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai