Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian tentang hubungan mekanisme koping dan disabilitas dengan

keputusasaan pada pasien stroke iskemik di RS Prima Pekanbaru dilakukan pada

tanggal 29 November-29 Desember 2021 terhadap 28 responden, diperoleh hasil

sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,
Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawinan, Dan Lama
Menderita Stroke pada Pasien Stroke Iskemik

NO Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Umur
26-35 thn 1 3,6
36-45 thn 6 21,4
45-55 thn 4 14,3
56-65 thn 17 60,7
Total 28 100
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 12 42,9
Perempuan 16 57,1
Total 28 100
3 Tingkat Pendidikan
SMP 7 25,0
SMA 13 46,4
Perguruan Tinggi 8 28,6
Total 28 100
4 Pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT/Pensiun 7 25,0
Petani 4 14,3
Buruh 1 3,6
Swasta 4 14,3
Wiraswasta 7 25,0
PNS/TNI/POLRI 5 17,9
Total 28 100
5 Status Perkawinan
Menikah 17 60,7
Duda/Janda 4 39,3
Total 28 100
6 Lama Menderita Stroke
0-12 bulan 21 75
1-2 tahun 7 25
Total 28 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa mayoritas responden pada kelompok

umur 56-65 tahun sebanyak 17 responden (60,7%). Karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan sebanyak 16 responden

(57,1%). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, responden

terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 responden

(46,4%). Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan, mayoritas responden

adalah tidak bekerja/IRT/pensiun dan wiraswasta yaitu sebanyak 7 responden

(25,0%). Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan, sebagian besar

pasien menikah sebanyak 17 responden (60,7%) dan karakteristik responden

berdasarkan lama menderita stroke mayoritas ditemukan adalah 0-12 bulan sebanyak

21 responden (75%).

2. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisa yang dilakukan untuk memperoleh

gambaran dari variabel yang diteliti baik variabel terikat maupun variabel bebas

yang kemudian ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.


a. Mekanisme Koping

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping
Pada Pasien Stroke Iskemik

No Mekanisme Koping Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Adaptif 15 53,6
2 Maladaptif 13 46,4
Total 28 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa bahwa mayoritas pasien stroke

iskemik menggunakan mekanisme koping adaptif sebanyak 15 responden (53,6%)

dan minoritas menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 13 responden

(46,4%).

b. Disabilitas

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Disabilitas
Pada Pasien Stroke Iskemik

No Disabilitas Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Ringan 2 7,1
2 Sedang 8 28,6
3 Berat 5 17,9
4 Sangat Berat 13 46.4
Total 28 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa mayoritas tingkat disabilitas pasien

stroke iskmemik mayoritas adalah disabilitas sangat berat dengan jumlah 13

responden (46,4%) dan minoritas adalah disabilitas ringan dengan jumlah 2

responden (7,1%).
c. Keputusasaan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Keputusasaan
Pada Pasien Stroke Iskemik

No Keputusasaan Frekuensi (f) Persentase(%)


1 Normal 7 25,0
2 Ringan 6 21,4
3 Sedang 11 39,3
4 Berat 4 14,3
Total 28 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas tingkat keputusasaan pasien

stroke iskmemik yang terbanyak adalah keputusasaan sedang dengan jumlah 11

responden (39,3%) dan minoritas adalah keputusasaan berat dengan jumlah 4

responden (14,3%).

3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel yaitu

hubungan mekanisme koping dan disabilitas dengan keputusasaan pada pasien

stroke iskemik dengan menggunakan uji statistic chi-square.

Hasil penelitian terhadap hubungan mekanisme koping dan disabilitas dengan

keputusasaan pada pasien stroke iskemik di RS Prima Pekanbaru diuraikan sebagai

berikut:
a. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Keputusasaan Pada Pasien

Stroke Iskemik Di RS Prima Pekanbaru

Tabel 4.5
Hubungan Karakteristik Responden Dengan Keputusasaan Pada
Pasien StrokeIskemik Di RS Prima Pekanbaru

Krakteristik Keputusasaan
Normal Ringan Sedang Berat Total P-value
Umur n % n % n % n % n %
26-35 thn 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 1 3,6% 1 3,6%
36-45 thn 3 10,7% 0 0,0% 1 3,6% 2 7,1% 6 21,4% P=0,025
45-55 thn 1 3,6% 2 7,1% 0 0,0% 1 3,6% 4 14,3% α= 0,05
56-65 thn 3 10,7% 4 14,3% 10 35,7% 0 0,0% 17 60,7%
Total 7 25,0% 6 21,4% 11 39,3% 4 14,3% 28 100%
Jenis Kelamin
Laki-laki 4 14,3% 5 17,9% 3 10,7% 0 0,0% 12 42,9% P=0,035
Perempuan 3 10,7% 1 3,6% 8 28,6% 4 14,3% 16 57,1% α= 0,05
Total 7 25,0% 6 21,4% 11 39,3% 4 14,3% 28 100%
Pendidikan
SMP 5 17,9% 0 0,0% 2 7,1% 0 0,0 % 7 25,0% P=0,035
SMA 1 3,6% 3 10,7% 7 25,0% 2 7,1% 13 46,4% α= 0,05
PT 1 3,6% 3 10,7% 2 7,1% 2 7,1% 8 28,6%
Total 7 25,0% 6 21,4% 11 39,3% 4 14,3% 28 100%
Pekerjaan
Tdk Bekerja
IRT/
Pensiun 2 7,1% 1 3,6% 2 7,1% 2 7,1% 7 25,0%
Petani 0 0,0% 1 3,6% 3 10,7% 0 0,0% 4 14,3%
P=0,019
Buruh 0 0,0% 1 3,6% 0 0,% 0 0,0% 1 3,6%
α= 0,05
Swasta 0 0,0% 2 7,1% 0 0,0% 2 7,1% 4 14,3%
Wiraswasta 5 17,9% 0 0,0% 2 7,1% 0 0,0% 7 25,0%
PNS/TNI/ 0 0,0% 1 3,6% 4 14,3% 0 0,0% 5 17,9%
POLRI
Total 7 25,0% 6 21,4% 11 39,3% 4 14,3% 28 100%
Perkawinan
Menikah 6 21,4% 4 14,3% 3 10,7% 4 14,3% 17 60,7%
Cerai/ 1 3,6% 2 71% 8 28,6% 0 0,0% 11 39,3%
Duda/Janda
Total 7 25,0% 6 21,4% 11 39,3% 4 14,3% 28 100%
Lama Menderita
Stroke
0-12 bulan 4 14,3% 2 7,1% 11 39,3% 4 14,3% 21 75,0% P=0,008
1-2 tahun 3 10,7% 4 14,3% 0 0,0% 0 0,0% 7 25,0% α= 0,05
Total 7 25,0% 6 21,4% 11 39,3% 4 14,3% 28 100%

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa hasil uji chi-Square pada kelompok

umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan lama

menderita stroke menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan dengan

keputusasaan dimana nilai p-value<0.05, yaitu umur p-value=0,025, jenis

kelamin p-value=0,035, pendidikan p-value=0,035, pekerjaan p-value=0,019,

status perkawinan p-value=0,022.

b. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Keputusasaan Pada Pasien Stroke


Iskemik Di RS Prima Pekanbaru

Tabel 4.6
Hubungan Mekanisme Koping Dengan Keputusasaan Pada
Pasien Stroke Iskemik Di RS Prima Pekanbaru

Mekanisme Keputusasaan
Koping Normal Ringan Sedang Berat Total
N % n % N % N % N %
Adaptif 6 21,4 5 17,9 3 10,7 1 3,6 15 53,6 P=0,024
Maladaptif 1 3,6 1 3,6 8 28,6 3 10,7 13 46,4 α= 0,05
Total 7 25,0 6 21,4 11 39,3 4 14,3 28 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa hasil uji chi-Square pada variabel

mekanisme koping adaptif didapatkan mayoritas mengalami keputusasaan normal


sebesar 21,4% padaa variabel mekanisme koping maladaptif mayoritas mengalami

keputusasaan sedang 28,6%.

Hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai p-value=0,024 (p-value<0.05)

maka data Ha1 diterima yang berarti ada hubungan mekanisme koping dengan

keputusasaan pada pasien stroke di Rumah Sakit Prima Pekanbaru.

c. Hubungan Disabilitas Dengan Keputusasaan Pada Pasien Stroke Iskemik Di


RS Prima Pekanbaru

Tabel 4.7
Hubungan Disabilitas Dengan Keputusasaan Pada
Pasien Stroke Iskemik Di RS Prima Pekanbaru

Keputusasaan
Disabilitas
Normal Ringan Sedang Berat Total
N % N % n % n % N %
Ringan 1 3,6 1 3,6 0 0,0 0 0,0 2 7,1 P=0,024
Sedang 4 14,3 3 10,7 0 0,0 1 3,6 8 28,6 α= 0,05
Berat 1 3,6 1 3,6 1 3,6 2 7,1 5 17,9
Sangat Berat 1 3,6 1 3,6 10 35,7 1 3,6 13 46,4
Total 7 25,0 6 21,4 11 39,3 4 14,3 28 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa hasil uji chi-Square pada variabel

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan hubungan variabel disabilitas dengan

keputusasaan, responden yang mengalami disabilitas sangat berat mengalami

keputusasaan sedang sebesar 35,7%.

Hasil uji statistic chi-square diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas

(0,024) lebih rendah standart signifikan dari 0,05 (p<α), maka data Ha2 diterima

yang berarti ada hubungan disabilitas dengan keputusasaan pada pasien stroke di

Rumah Sakit Prima Pekanbaru.


BAB V
PEMBAHASAN

A. Inteprestasi dan Hasil Diskusi

1. Karakteristik Responden

a) Umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

pada kelompok usia 56-65 tahun dengan presentase 60,7% sebanyak 17

responden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Heri,dkk (2019) terhadap 47 pasien stroke dimana kelompok usia 55-65

tahun merupakan kelompok usia yang mengalami insiden stroke paling

banyak.

Faktor usia merupakan salah satu yang mempengaruhi terjadinya

stroke. Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Hal ini

berkaitan dengan proses generasi yang terjadi secara alamiah pada lansia,

dimana pembuluh darah menjadi lebih kaku karena adanya plak yang

menempel pada pembuluh darah (Burns, 2019). Stroke pada usia muda

juga bisa terjadi yang diakibatkan oleh gaya hidup yang kurang sehat

seperti sering mengkonsumsi makanan siap saji, minuman berakohol dan

kurang olahraga. Pada usia dibawah 40 tahun juga bisa disebabkan oleh

kadar kolesterol yang tinggi, hipertensi serta stress yang berkepanjangan

(Pudiastuti, 2011).
b) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

adalah perempuan dengan presentase 57,1% sejumlah 16 responden.

American Heart Association (2020) mengungkapkan bahwa serangan

stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Laki-

laki memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang stroke, hal ini

mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung lebih banyak perokok. Merokok

dapat merusak lapisan pembuluh darah, dikarenakan orang yang merokok

memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding orang yang

tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen dapat menyebabkan

terjadinya penebalan pembuluh darah sehinggga pembuluh darah menjadi

sempit dan menganggu aliran darah darah ke otak sehinggga terjadinya

stroke (sya’diah, 2018).

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berisiko terkena stroke.

Hasil penelitian menyatakan mayoritas pasien stroke iskemik yang ada di

RS Prima adalah perempuan yaitu 57,1% dengan jumlah 16 responden.

Penelitian yang dilakukan di Inggris dan dirilis dalam jurnal neurologi

(2020) yang melibatkan 1,3 juta wanita di Inggris dengan rata-rata berusia

>57 tahun menyatakan faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena stroke

pada wanita adalah wanita lebih rentan terkena penyakit autoimun,

menopause, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, kurang olahraga, kualitas

tidur, penggunaan alat kontrasepsi yang berlebihan dan merokok.


c) Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat

pendidikan responden adalah SMA dengan presentase 46,4% sejumlah 13

responden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardhani

yang menyebutkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA

sebanyak 14 orang (63,6%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Heri, dkk

(2019) menyebutkan pasien yang mengalami stroke iskemik paling banyak

terjadi pada tingkat SMA dan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 13 pasien

(27,7%). Meskipun hasil tersebut menunjukkan perbedaan yang tidak

signifikan, tetapi terdapat kecenderungan bahwa orang dengan tingkat

pendidikan rendah akan berpotensi untuk mengalami stroke.

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung akan mendapatkan

informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak

informasi yang diperoleh semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

tentang kesehatan serta akan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang

manajemen kesehatannya (Notoatmodjo, 2010).

d) Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas status

pekerjaan responden adalah tidak bekerja/IRT/pensiun dan wiraswasta

dengan presentase 25,0% sejumlah 7 responden. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Arfina (2017) terhadap 142 pasien

stroke dimana status pekerjaan rata-rata responden dalam penelitian ini

adalah tidak bekerja atau ibu rumah tangga (IRT) dan pensiun.
Faktor risiko terjadinya stroke salah satunya adalah kurangnya latihan

fisik. Latihan fisik secara teratur dapat membantu mengurangi timbulnya

penyakit jantung dan stroke (sya’diahl, 2018). Pasien yang tidak memiliki

pekerjaan juga memungkinkan mengalami stres yang lebih berat karena

memikirkan tentang bagaimana mendapatkan penghasilan. Salah satu

pemicu stroke seperti stres akan membuat kalenjar adrenal dan tiroid

bekerja lebih keras sehingga kalenjar tersebut akan meningkatkan produksi

hormone adrenalin, tiroksin dan kortisol sebagai hormone utama stres

(Laily, 2016).

e) Status Perkawinan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas status

perkawinan pasien adalah menikah dengan persentase 60,7% sejumlah 17

responden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Ardi (2017), proporsi responden yang telah menikah lebih besar dengan

jumlah 63 orang (64,3%).

Meskipun status perkawinan bukan merupakan faktor risiko terjadinya

stroke, namun status perkawinan merupakan bentuk dukungan sosial

terhadap seseorang. Dengan adanya pasangan hidup dapat memberikan

dukungan untuk menjalankan hidup sehat dan positif.

2. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Keputusasaan Pada Pasien


Stroke Iskemik
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas mekanisme

koping responden terbanyak yaitu adaptif sebanyak 15 responden dengan


persentase 53,6%). Hasil uji statistic menunjukkan p-value yang diperoleh

adalah 0,024 nilai ini menunjukkan bahwa p-value <0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan mekanisme koping dengan keputusasaan

pada pasien stroke iskemik di RS Prima Pekanbaru.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ajeng

(2017) tentang mekanisme koping pasien stroke yang mengalami disability,

menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki mekanisme koping

adaptif (baik) yaitu sebanyak 21 pasien (70,0%). Hal ini didukung

berdasarkan data yang diperoleh bahwa mayoritas pasien berusaha

mendekatkan diri kepada Tuhan dan berbagi pendapat dengan teman atau

keluarga, tidak menghindar dari masalah dan menganggap masalah yang ada

harus diselesaikan. Hal tersebut sesuai dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi strategi koping dalam pembentukan mekanisme koping

diantaranya keyakinan atau tantangan positif terhadap masalah yang dihadapi,

keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan dukungan

sosial yang dilakukan oleh keluarga (Nasir dan Muhith, 2011),

Mekanisme koping yang baik tentu mempengaruhi stres. Menurut

Sya’diah (2018) penderita stroke harus menjaga kondisi psikologisnya

sehingga tidak megalami keadaan yang berujung stres yang dapat menurunkan

kesehatan dan dapat menimbulkan serangan stroke. Terjadinya serangan

stroke umumnya dipicu dari psikologis pasien yang merasa menyerah dan

putus asa terhadap penyakit dan kondisi tubuhnya yang mengalami kecacatan
atau kelumpuhan jangka panjang pasca stroke sehingga penderita tidak dapat

melakukan aktifitas seperti sebelumnya.

3. Hubungan Disabilitas Dengan Keputusasaan Pada Pasien Stroke Iskemik

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas tingkat

disabilitas responden terbanyak adalah sangat berat sebanyak 13 responden

dengan persentase 36,4%. Hasil uji statistic menunjukkan p-value yang

diperoleh adalah 0,024 nilai ini menunjukkan bahwa p-value <0,05. Maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan disabilitas dengan keputusasaan pada

pasien stroke iskemik di RS Prima Pekanbaru.

Disabilitas yang dialami responden pada penelitian ini dapat dikategorikan

menjadi tidak ada, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 7,1% responden mengalami disabilitas ringan, 28,6%

mengalami disabilitas sedang, 17,9% mengalami disabilitas berat dan 46,4%

mengalami disabilitas sangat berat. Penilaian tingkat disabilitas dalam

penelitian ini diukur berdasarkan kognisi, mobilitas, self-care, berinteraksi,

melakukan aktivitas sehari-hari dan kemampuan pasrtisipasi responden dalam

kegiatan sosial.

Salah satu faktor yang mempengaruhi disabilitas adalah usia. Hal ini

sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Munir (2016) yang

mengemukakan semakin tua penderita stroke maka semakin tinggi tingkat

disabilitas yang dialami. Pasien stroke yang mengalami tingkat disabilitas

tinggi tidak dapat hidup mandiri dan menjadi ketergantungan sehingga


menimbulkan keterbatasan untuk aktivitas sehari-hari dan menimbulkan rasa

keputusasaan dalam menjalani aktivitasnya.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Sebagian besar pasien mengalami kelemahan pada salah satu ekstremitas

atas sehingga harus dibantu saat pengisian kuesioner.

2. Penurunan fungsi kognitif menyebabkan perlunya dilakukan pembacaan

kuesioner secara berulang-ulang oleh peneliti sehingga memerlukan waktu

yang lebih lama dalam pengisian kuesioner.

3. Ada beberapa pasien yang takut untuk mengisi kuesioner dengan alasan

takut pelayanan yang diberikan akan berubah, sehingga responden mengisi

kuesioner dengan terpaksa dan tidak jujur,


BAB VI
PENUTU

Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “hubungan mekanisme koping

dan disabilitas dengan keputusasaan pada pasien stroke iskemik di RS Prima

Pekanbaru”, dapat disimpulkan bahwa :

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan (57,1%)

dengan rentang usia terbanyak pada kategori 56-65 tahun (60,7%). Tingkat

pendidikan responden terbanyak adalah SMA (46,4%). Status perkawinan

terbanyak menikah (60,7%) dan sebagian besar responden tidak bekerja

(25,0%) dengan lama menderita stroke rata-rata 0-12 bulan.

2. Mekanisme koping responden stroke iskemik sebagian besar adaptif

(53,6%).

3. Tingkat disabilitas responden stroke iskemik sebagian besar sangat berat

(46,4%).

4. Tingkat keputusasaan responden stroke iskemik sebagian besar sedang

(13,3%)

5. Terdapat hubungan antara mekanisme koping dengan keputusasaan karena

nilai p-value 0,024 < 0,05

6. Terdapat hubungan antara disabilitas dengan keputusasaan karena nilai

p-value 0,024 < 0,05


B. Saran

1. Bagi instansi kesehatan

Diharapkan dapat terus mengembangkan ilmu kesehatan khususnya

keperawatan keluarga dan komunitas dalam memberikan informasi, edukasi

dan meningkatkan promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dalam

upaya peningkatkan pengetahuan masyarakat terkait faktor terjadinya stroke.

2. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

memberikan intervensi bagi pasien dan keluarga saat memberi perawatan

kepada pasien stroke iskemik sehingga meningkatkan kualitas hidup dan

semangat agar pasien mampu menerima kondisinya walaupun dengan

keterbatasan fisik.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai saran dan masukkan

bagi peneliti selanjutnya dengan jumlah responden yang lebih besar serta

pengambilan data yang lebih lengkap yang berhubungan dengan

keputusasaan seperti penyakit penyerta, dukungan keluarga, dan kepatuhan

dalam menjalankan program pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA

Arfina, A (2017). Hubungan mekanisme koping dan disabilitas dengan keputusasaan


pada pasien stroke. Universitas Sumatra Utara, Medan, Indonesia
Andrytha,G. Budi,T & Jeini Ester,N. (2020). Hubungan antara hipertensi, diabetes
melitus, dan hiperkolesterolemia dengan kejadian stroke iskemik. Volume 1 (1),
1
American Heart Association (AHA)/American Stroke Association (ASA). (2021).
Impact of COVID-19 Infection on the Outcome of Patients With Ischemic
Stroke. Diperoleh tanggal 31 agustus 2021 Diakses dari
https://www.ahajournals.org/doi/abs/10.1161/STROKEAHA.121.034883
Burns, D. (2019). Landasan Teori Keperawatan Untuk Pasein Dewasa- Foundation
of Adult Nursing. Yogyakarta : Andi Offset
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan (ed. 8 vol. 3). Singapura: Elsevier.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.

Dunn, S. L. (2005). Hopelessness as a response to physical illness. Journal of


Nursing Scholarship, 37(2): 148-154. Diperoleh tanggal 31 Agustus 2021
diakses dari http://www.perpusnas.go.id.

Haryono, B dan Utami, Putri M. (2019). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :


Pustaka Buku Press

Heri, P, Kusuma dan Made, O. (2019). Perbedaan kejadian depresi pasca-stroke pada
pasien stroke iskemik lesi hemisfer kiri dan kanan di RSUP Sanglah. Vol.8, (3)

Ikawati, Z. (2018). Tata Laksana Terapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Yogyakarta :
Bursa Ilmu

Irianto. (2018). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis.
Bandung : ALFABETA

Javier, F. (2020). Stress perception and Stress causes: Coping support technics with
the Positive Psychology Approach. Vol.5 (3).
Journal Of Translational Neurosciences (2021). Stress perception and Stress causes:
Coping support technics with the Positive Psychology Approach. Diperoleh
tanggal 01 september 2021. Diakes dari
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/stress-perception-and-stress-causes-coping-
support-technics-with-the-positive-psychology-approach.pdf

Kemenkes, RI. (2018). Riset kesehatan dasar 2018. Diakses dari


http://www.litbang.depkes.go.id/sites/Riskesdas 2018.

Kemenkes, RI. (2018). Profil kesehatan Indonesia 2018. Diakses dari


http://www.depkes.go.id/profil kesehatanIndonesia2018

Laily, SR. (2016). Karakteristik penderita stroke dan hipertensi. Diakses dari
http://ojss.unud.ac.id/

Maria,M & Nang, R. (2019). Disabilitas klien pasca stroke terhadap depresi. 10 (3)

Miftahul,R.Irma,F.&Ropika,N.(2019).Hubungan ketidakmampuan fisik dengan


keputusasaan pada paien stroke di rumah sakit stroke nasional bukit tinggi.

Muhammad,A.(2011). Analisis ketidakmampuan fisik dan kognitif dengan


keputusasaan pada pasien stroke di makassar.Universitas Indonesia

Munir, B dan Purnamasari,Y. (2016). Determinan yang mempengaruhi depresi pada


pasien stroke infark di RS Saiful Anwar Malang. Neurologi Journal. 2,(2),
59-62

Nasir, A dan Abdul, M. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa, Pengantar dan


Teori. Jakarta:Salemba Medika

National Library of Meducine (NIH). (2012). Association of coping style, cognitive


errors and cancer-related variables with depression in women treated for
breast cancer. Diambil pada 2021. Diakses dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22859828/

Padila. (2019). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Pudiastuti. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika

Siti,N & Bram, B. (2019). Mekanisme koping dan respon ketidakberdayaan pada
pasien stroke. 11, (1)

Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Buku Press


Setiadi, A. (2013). Kumpulan Kuesioner dan Intrumen Penelitian
kesehatan.Yogyakarta : Nuha Medika

Sya’diah, H. (2018). Keperawatan Lanjut Usia. Sidoarjo : Indomedia Pustaka

Syahrus, Ahmad S. (2019). Altruisme Hukum-Kepedulian Terhadap Penyandang


Disabilitas. Yogyakarta : UII Press

Stroke Association.(2012). Emotional changes after stroke. diakses dari


http://www.stroke.urg.uk

Titik, A.Ollyvia F.Erma F. (2020). Identifikasi aktivitas fisik pada pasien pasca
Stroke Identification of Physical Activities in Post Stroke Patients. 11 (1),
91-96
Wardhani, I.O (2017). Hubungan Antara Karakteristik Pasien Stroke Dan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi, h.9-12
World Health Organization (WHO). (2018). International classification of
functioning, disability and health. diakses dari http://cpwg.net/resources/who-
2018

Anda mungkin juga menyukai