Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pada bab ini akan membahas hasil dari penelitian tentang hubungan
kecemasan orang tua terhadap penggunaan gadget pada anak usia sekolah
dasar (7-12 tahun). Hasil yang dibahas yaitu gambaran umum lokasi
penelitian, karakteristik demografi responden dan variabel yang diukur. Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan diberikan interpretasi pada
masing- masing variabel yang akan diteliti.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Kedungringin 02 yang terletak di Jl.
Kedungringin, Mirijong, Kedungringin, Kec.Suruh, Kabupaten.
Semarang, Jawa Tengah 50776. SD Negeri Kedungringin 02 memiliki
akreditasi A, berdasarkan sertifikat 220/BAPSM/X/2016. Pembelajaran
di lakukan di pagi hari dalam seminggu, dalam seminggu pembelajaran
dilakukan selama 6 hari. Di SDN Kedungringin 02 memiliki 6 ruang
kelas dengan berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai, terdiri
dari ruang kelas 1 sampai ruang kelas 6.
2. Karakteristik Demografi Respoonden
Data umum yang disajikan dalam table ini meliputi usia orang tua,
jenis kelamin, pekerjaan orang tua.
Tabel 4. 1 Distribusi frekuensi karakteristik demografi responden
No Karakteristik Kriteria F %
1. Usia 26-35 tahun 14 26,4
36-45 tahun 28 52,8
46-55 tahun 11 20,7
Total 53 100
2. Jenis kelamin Laki-laki 14 26,4
Perempuan 39 73,6

30
No Karakteristik Kriteria F %
Total 53 100
3. PPekerjaan orang PNS 3 5,7
Tua IRT 36 67,9
Swasta 9 17,0
Lain-lain 5 9,4
Total 53 100
4. Pendidikan SD 5 9,4
SMP 9 16,9
SMA 32 60,3
Sarjana 7 13,2
Total 53 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari sampel 53


responden terdiri dari perempuan sebanyak 39 responden (73,6%) dan
laki-laki sebanyak 14 responden (26,4%). Sampel sebagian besar
responden berusia 26-35 tahun sebanyak 28 (52,8%), berusia 26-35 tahun
sebanyak 14 (26,4%) dan untuk usia 46-55 tahun sebanyak 11 (20,7%).
Sampel sebagian besar pekerjaan orang tua responden terdiri dari PNS 3
(5,7%), IRT 36 (67,9%), Swasta 9 (17%), dan sisanya Lan-lain 5 (9,4%).
Sampel Sebagian besar Pendidikan orang tua responden terdiri dari SMA
32 (60,3%), SD 5 (9,4%), SMP 9 (16,9%) dan Sarjana 7 (9,4%).
3. Pemaparan Hasil
a. Kecemasan Orang Tua
Distribusi frekuensi kecemasan orang tua dapat dilihat pada
table yang tertera dibawa ini :

31
Tabel 4. 2 Distribusi frekuensi kecemasan orang tua

Kecemasan Orang Frekuensi (f) %


B
Tua
Sangat Tinggi 13 24,5
Tinggi 14 26,4
Rendah 18 34,0
Sangat Rendah 8 15,1
Total 53 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas, dapat diketahui


bahwa kevemasan orang tua sebagian besar berada pada kategori rendah
yaitu sebanyak 18 (34,0%) responden, dalam kategori tinggi sebanyak 14
(26,4%) responden, dan dalam kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 13
(24,5%) responden, sedangkan dalam kategori sangat rendah hanya
terdapat 8 (15,1%) responden.
b. Penggunaan Gadget
Distribusi frekuensi penggunaan gadget pada anak SD Negeri
Kedungringin 02 dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi penggunaan gadget

Penggunaan Gadget Frekuensi (f) %


P
Sangat Tinggi 8 15,1
a
Tinggi 20 37,7
d
Rendah 15 28,3
a
Sangat Rendah 10 18,9
Total 53 100
t
Tabel 4.3 di ketahui sebagian besar penggunaan gadget pada anak SDN
Kedungringin 02 berada pada kategori tinggi dan rendah, dalam kategori
tinggi yaitu sebanyak 20 (37,7%) siswa dan dalam kategori rendah
sebanyak 15 (28,3%) siswa,. Dalam kategori sangat tinggi terdapat 8
(15,3%) siswa, sedangkan dalam katagori sangat rendah terdapat 10

32
(18,9%) siswa.
c. Hubungan kecemasan orang tua dengan penggunaan gadget
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Hubungan Kecemasan Orang Tua
Terhadap Penggunaan Gadget
Penggunaan Kecemasan Orang Tua
Gadget P-
Total
Sangat Sangat % Value
% Tinggi % Rendah %
Tinggi Rendah
Sangat 8 15,1 0 20,0 0 0,0 0 0,0 8 0,017
Tinggi
Tinggi 5 9,4 14 26,4 1 1,9 0 0,0 20

Rendah 0 0,0 0 0,0 15 28,3 0 0,0 15

Sangat Rendah 0 0,0 0 0,0 2 3,8 8 15,1 10


Total 13 24,5 14 26,4 18 34,0 8 15,1 53

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil dari uji sommers D yaitu


p=0.017, artinya p lebih kecil dari <0,05. Sehingga didapatkan hasil
bahwa adanya hubungan antara kecemasan orang tua terhadap
penggunaan gadget pada anak usia SD (7-12 tahun).

B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Usia adalah ukuran waktu yang menunjukkan lamanya seseorang
telah hidup atau mencerminkan tahapan perkembangan dalam
kehidupan seseorang (Safira&Nurdiawati,2020). Usia seseorang dapat
mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan mereka, termasuk
pandangan dan sikap terhadap penggunaan gadget. Dalam konteks ini,
kita akan menjelaskan bagaimana usia mempengaruhi kecemasan orang
tua terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak mereka (Padila,
Ningrum, Andri, Sartika, & Andrianto, 2021).
Ditinjau dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.1, dapat
disimpulkan bahwa karakteristik responden dapat dibagi menjadi tiga
kelompok usia, yaitu usia 26-35 tahun, usia 36-45 tahun, dan usia 46-55

33
tahun. Dalam kelompok usia 26-35 tahun, terdapat 14 responden
(26,4%) yang termasuk dalam kategori ini. Sedangkan dalam kelompok
usia 36-45 tahun terdapat 28 responden (52,8%), dan dalam kelompok
usia 46-55 tahun terdapat 11 responden (20,7%). Dari analisis tersebut,
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berada dalam kelompok
usia 36-45 tahun. Kelompok usia ini memiliki pandangan yang berbeda
terhadap penggunaan gadget dibandingkan dengan kelompok usia yang
lebih tua. Orang tua yang berusia 26-35 tahun mungkin memiliki
pengalaman yang lebih dekat dengan teknologi dan gadget, sehingga
mereka mungkin lebih terbiasa dan tidak terlalu cemas terhadap
penggunaan gadget oleh anak-anak mereka.
Di sisi lain, kelompok usia 36-45 tahun mungkin memiliki
kekhawatiran yang lebih besar terhadap penggunaan gadget oleh anak-
anak mereka. Mereka mungkin mengalami perubahan dalam teknologi
yang lebih cepat dan merasa cemas tentang pengaruh negatif gadget
terhadap perkembangan anak-anak mereka. Oleh karena itu, tingkat
kecemasan orang tua dalam kelompok usia ini mungkin lebih tinggi.
Kelompok usia 46-55 tahun, meskipun jumlah respondennya lebih
sedikit, mungkin memiliki kecemasan yang serupa dengan kelompok
usia 36-45 tahun. Mereka mungkin memiliki pengetahuan teknologi
yang lebih terbatas dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih
muda, sehingga kecemasan mereka terhadap penggunaan gadget oleh
anak-anak mungkin lebih tinggi, penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Budiman. F et.al, (2015).
Secara umum menurut Maramis, 2019. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa usia dapat mempengaruhi kecemasan orang tua
terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Orang tua yang
lebih muda mungkin lebih terbiasa dengan teknologi dan tidak terlalu
cemas, sementara orang tua yang lebih tua mungkin memiliki
kecemasan yang lebih besar karena kurangnya pengetahuan teknologi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa faktor lain seperti latar belakang

34
pendidikan, budaya, dan nilai-nilai individu juga dapat memengaruhi
tingkat kecemasan orang tua terhadap penggunaan gadget oleh anak-
anak mereka. Didukung oleh penelitian Diny Vellyana 2019.

b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki
dan perempuan. Jenis kelamin seseorang dapat memainkan peran
penting dalam mempengaruhi sikap dan kecemasan orang tua terhadap
penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Berikut adalah penjelasan
tentang bagaimana jenis kelamin mempengaruhi kecemasan orang tua
terhadap penggunaan gadget (Demak, & Suherman, 2016). Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Maryam dan Kurniawan A 2019,
menyatakan bahwa faktor jenis kelamin secara signifikan dapat
mempengaruhi kecemasan orang tua. Berdasarkan penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat dua kategori jenis kelamin dalam
responden, yaitu perempuan dan laki-laki. Dalam kelompok perempuan,
terdapat 39 responden (73,6%), sementara dalam kelompok laki-laki
terdapat 14 responden (26,4%).
Dari analisis tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah responden
perempuan lebih banyak daripada jumlah responden laki-laki. Hal ini
menunjukkan bahwa perempuan mungkin lebih berpartisipasi dalam
penelitian ini atau lebih proaktif dalam memberikan tanggapan terkait
kecemasan mereka terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak. Jenis
kelamin perempuan dapat mempengaruhi kecemasan orang tua terhadap
penggunaan gadget. Perempuan cenderung memiliki naluri
perlindungan yang lebih kuat, dan sebagai ibu, mereka mungkin merasa
lebih bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan perkembangan
anak-anak mereka menurut Anindya 2021. Oleh karena itu, kecemasan
orang tua perempuan terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak
mungkin lebih tinggi. Mereka mungkin lebih waspada terhadap poten
si dampak negatif gadget terhadap kesehatan, perilaku, dan hubungan

35
sosial anak-anak mereka.
Di sisi lain, laki-laki mungkin memiliki pandangan yang sedikit
berbeda terhadap penggunaan gadget (Field, 2013). Meskipun masih
peduli dengan perkembangan anak-anak, mereka mungkin cenderung
lebih toleran terhadap penggunaan gadget atau mungkin memiliki
pendekatan yang lebih santai dalam menghadapi teknologi. Namun,
penting untuk dicatat bahwa ini adalah generalisasi dan setiap individu
memiliki sikap yang unik terhadap masalah ini, terlepas dari jenis
kelamin mereka. Selain itu, kecemasan orang tua terhadap penggunaan
gadget juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
pendidikan, latar belakang budaya, dan nilai-nilai individu. Kecemasan
tidak selalu bergantung pada jenis kelamin, tetapi merupakan hasil
interaksi yang kompleks antara berbagai faktor dalam kehidupan
seseorang.
Dalam kesimpulan, jenis kelamin dapat mempengaruhi kecemasan
orang tua terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak. Perempuan
mungkin lebih cemas dan waspada terhadap potensi dampak negatif
gadget, sementara laki-laki mungkin memiliki pendekatan yang lebih
santai. Namun, penting untuk mengakui bahwa kecemasan tidak hanya
ditentukan oleh jenis kelamin, tetapi juga oleh faktor-faktor lain dalam
kehidupan seseorang didukung oleh penelitian Diny Vellyana 2019.
c. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan orang tua merujuk pada jenis pekerjaan yang
dijalankan oleh orang tua dalam kehidupan mereka. Pekerjaan orang tua
dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan mereka
terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak (Tirajoh, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa kategori pekerjaan
orang tua, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejumlah 3 orang (5,7%),
Ibu Rumah Tangga (IRT) sejumlah 36 orang (67,9%), pekerja swasta
sejumlah 9 orang (17,1%), dan lain-lain sejumlah 5 orang (9,3%).
Dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas

36
orang tua dalam penelitian ini merupakan ibu rumah tangga (IRT).
Jumlah responden dalam kategori IRT adalah yang terbanyak, mencapai
67,9%. Hal ini menunjukkan bahwa peran sebagai ibu rumah tangga
mungkin memiliki keterkaitan yang signifikan dengan kecemasan
terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak. Ibu rumah tangga
mungkin lebih cemas karena mereka memiliki peran utama dalam
mengasuh dan merawat anak-anak sepanjang hari. Mereka mungkin
lebih sadar akan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh penggunaan
gadget dalam hal kesehatan dan perkembangan anak-anak mereka.
Kecemasan ini bisa dipicu oleh keinginan untuk melindungi anak-anak
mereka dari potensi risiko yang terkait dengan penggunaan gadget yang
berlebihan.
Di sisi lain, orang tua yang bekerja sebagai PNS, pekerja swasta,
atau dalam kategori lainnya mungkin memiliki kecemasan yang
berbeda terkait penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Mereka
mungkin memiliki perhatian yang sama terhadap dampak negatif
gadget, tetapi juga dihadapkan pada tuntutan dan keterbatasan waktu
yang dihasilkan dari pekerjaan mereka. Kecemasan mereka dapat
dipengaruhi oleh tantangan yang terkait dengan mengatur waktu dan
mengawasi penggunaan gadget oleh anak-anak di tengah kesibukan
mereka.
Dalam konteks penelitian ini, hasil menunjukkan bahwa ibu
rumah tangga (IRT) mungkin memiliki kecemasan yang lebih tinggi
terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Namun, perlu
diingat bahwa ini hanya mencerminkan data yang ditemukan dalam
sampel penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk memahami secara lebih mendalam bagaimana pekerjaan orang
tua secara spesifik dapat mempengaruhi tingkat kecemasan terhadap
penggunaan gadget oleh anak-anak.
d. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor yang

37
mempengaruhi pola asuh terhadap anaknya. Penelitian yang dilakukan
Ling menyebutkan orang tua dengan latar pendidikan sekolah dasar dan
menengah pertama tidak dapat merawat anaknya sebaik orang tua
dengan latar pendidikan yang lebih tinggi (Fan Ling, 2019).
Orang tua dengan latar pendidikan tinggi umumnya mengetahui
tahap penerapan pola asuh yang sesuai dengan tahap perkembangan
anaknya, sedangkan orang tua dengan latar pendidikan rendah
cenderung memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kebutuhan
perkembangan anak, kurang menunjukkan pengertian, dan
mendominasi anak (Ariani, 2020).Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan, bahwa pendidikan responden diketahui dari jumlah 53
orang, yang berpendidikan SMA 32 orang (60,3%), SD 9 orang
(16,9%), SMP 9 orang (16,9%) dan untuk sarjana 7 orang (9,4%).
Penelitian yang dilakukan oleh Gulo (2018) menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap kecemasan orang
tua terhadap pengguaan gadget pada anak, pada penelitian ini juga
ditemukan bahwa responden dengan pendidikan yang lebih rendah lebih
banyak mengalami kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian di
lapangan, tidak ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara
orang tua yang berpendidikan rendah dengan orang tua yang
berpendidikan tinggi. Suatu informasi dan pengalaman tidak hanya
dapat diperoleh dalam pendidikan formal, setiap orang dapat
memperolehnya dari berbagai sumber, sehingga tidak dapat dipungkiri
bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan apapun dapat memiliki
manajemen kecemasan yang baik dalam menghadapi suatu
permasalahan (Dinda dkk., 2022).

2. Kecemasan Orang Tua


Penelitian ini mengungkapkan bahwa sejumlah besar responden,
khususnya 27 orang (52,8%), mengalami tingkat kecemasan yang sangat
tinggi atau tinggi terkait penggunaan gadget oleh anak-anak mereka.

38
Kekhawatiran berlebihan ini berakar pada ketakutan bahwa anak-anak
mereka dapat menyalahgunakan fasilitas yang disediakan dan
mengembangkan perilaku adiktif, yang pada gilirannya dapat
menghambat kemajuan akademik mereka. Kecemasan yang dialami oleh
orang tua dapat dikaitkan dengan dampak negatif dari penggunaan gadget
yang berlebihan pada anak dan preferensi mereka untuk terlibat dengan
gadget daripada fokus pada studi mereka.
Para orang tua mengungkapkan kekhawatiran akan terganggunya
belajar anaknya akibat penggunaan gadget yang berlebihan. Tidak hanya
di rumah, siswa juga cenderung menghabiskan waktu bermain gadget
dengan teman-temannya sepulang sekolah sehingga mengabaikan
pelajaran dan sering pulang larut malam. Temuan ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maya Ferdiana (2017), yang
menunjukkan bahwa ketika aktivitas belajar siswa terganggu secara
signifikan oleh penggunaan gadget yang berlebihan, dapat
mengakibatkan penurunan prestasi akademik, penarikan sosial, dan
kecanduan. Akibatnya, orang tua mengalami kekhawatiran dan
kecemasan yang meningkat tentang kesejahteraan anak-anak mereka.
Menariknya, orang tua yang menunjukkan tingkat kecemasan
rendah cenderung memiliki kepercayaan pada penggunaan gadget yang
bertanggung jawab oleh anaknya. Mereka percaya bahwa anak-anak
mereka dapat mengelola penggunaan gadget mereka secara efektif sambil
memanfaatkan aplikasi pendidikan yang mendukung kurikulum sekolah
mereka. Orang tua ini secara aktif membimbing anak-anak mereka dalam
mengoperasikan aplikasi yang relevan, menggabungkan materi pelajaran
dengan aktivitas yang menarik untuk mempertahankan minat mereka.
Penting untuk dicatat bahwa tingkat kecemasan orang tua dapat
bervariasi secara alami, dan tingkat tinggi dan rendah memiliki implikasi
positif dan negatif. Namun, terlepas dari tingkat kecemasannya,
kesadaran, pendampingan, dan pengawasan orang tua sangat penting
dalam memantau perkembangan teknologi dan penggunaan gadget

39
anaknya.
Studi ini menggarisbawahi perlunya intervensi dan dukungan orang
tua untuk mengatasi masalah yang terkait dengan penggunaan gadget
yang berlebihan. Kecemasan orang tua tentang penggunaan gadget anak-
anak mereka mencerminkan kekhawatiran mereka yang tulus terhadap
kesejahteraan dan prestasi akademik mereka. Sangat penting untuk
mengembangkan strategi yang menyeimbangkan antara penggunaan
gadget dan keterlibatan akademik. Memberikan panduan tentang
penggunaan gadget yang bertanggung jawab, menetapkan batasan yang
jelas, dan mempromosikan manajemen waktu yang efektif dapat
membantu mengurangi kecemasan orang tua dan mengurangi
konsekuensi negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan pada
pembelajaran anak.
Sebagai kesimpulan, penelitian menyoroti prevalensi kecemasan
orang tua terkait penggunaan gadget anak-anak, dengan proporsi
responden yang signifikan melaporkan tingkat kecemasan yang tinggi.
Kecemasan ini bermula dari kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan
gadget dan dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap prestasi belajar
anak. Orang tua mengungkapkan kekhawatiran akan terganggunya
kegiatan akademik dan sifat adiktif dari penggunaan gadget yang
berlebihan. Dengan mengakui kekhawatiran ini dan menerapkan
langkah-langkah yang tepat, seperti bimbingan orang tua, penggunaan
gadget yang bertanggung jawab dapat didorong, mengurangi kecemasan
orang tua, dan memastikan lingkungan teknologi yang lebih sehat untuk
perkembangan anak.
3. Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Sekolah SD (7-12 tahun)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa,
khususnya 20 orang (37,7%), termasuk dalam kategori tinggi dalam
penggunaan gadget. Intensitas penggunaan gadget yang tinggi di
kalangan anak-anak dapat dikaitkan dengan fitur dan fungsionalitas
menarik yang ditawarkan oleh gadget. Kecanggihan gadget

40
memungkinkan mereka untuk memenuhi berbagai kebutuhan siswa, dan
kehadiran aplikasi, seperti game dan media pendidikan, semakin
mendorong keterikatan mereka dengan gadget. Hasil ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fadilah (2019 ), yang
mendukung anggapan bahwa siswa tertarik pada gadget karena fiturnya
yang menarik dan ketersediaan aplikasi yang beragam.
Penggunaan media sosial pada gadget secara signifikan dapat
menyebabkan siswa lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan
gadget daripada belajar atau melakukan kegiatan produktif lainnya.
Paparan gadget dan platform media sosial yang meningkat ini dapat
menyebabkan kecanduan di kalangan remaja, yang pada akhirnya
membentuk kebiasaan yang tidak sehat. Penggunaan gawai yang
berlebihan dapat menghambat aktivitas fisik dan menghambat keinginan
siswa untuk terlibat dalam aktivitas lain yang bermakna, seperti yang
digarisbawahi oleh penelitian yang dilakukan oleh Ameliola dan Nugraha
(2013).
Contoh rendahnya penggunaan gadget di kalangan pelajar biasanya
disebabkan oleh terbatasnya akses ke paket data atau terbatasnya
penggunaan komunikasi. Anak-anak mungkin tidak memiliki
kemampuan untuk mengakses berbagai aplikasi karena cepat habisnya
paket data atau hak istimewa komunikasi yang terbatas. Rendahnya
penggunaan gadget juga dapat dipengaruhi oleh aplikasi game yang
kurang menarik dan penggunaan gadget dengan spesifikasi yang lebih
rendah. Dalam kasus tersebut, anak-anak terutama mengikuti petunjuk
orang tua mereka terkait penggunaan gadget, sehingga intensitas
penggunaan menjadi lebih rendah. Minimnya penggunaan gadget
membuat anak lebih mengutamakan interaksi sosial dalam keluarga,
membina komunikasi dan lingkungan yang lebih komunikatif.
Sebaliknya, penggunaan gadget yang tinggi dapat menghadirkan
tantangan, terutama ketika orang tua berusaha memberikan arahan atau
menetapkan aturan selama acara keluarga atau acara penting. Oleh

41
karena itu, sangat penting untuk menumbuhkan pemahaman bersama di
antara anggota keluarga mengenai tujuan utama penggunaan gadget dan
menetapkan batasan yang tepat untuk memastikan penggunaan gadget
yang seimbang di antara anak-anak. Dengan mempromosikan
komunikasi terbuka dan menetapkan pedoman yang jelas, keluarga dapat
mengatasi tantangan yang terkait dengan penggunaan gadget yang tinggi
dengan lebih baik dan menjaga keseimbangan yang sehat antara
keterlibatan gadget dan aktivitas keluarga lainnya.
Singkatnya, penelitian ini menggarisbawahi prevalensi penggunaan
gadget yang tinggi di kalangan pelajar, terutama didorong oleh fitur yang
menarik, fungsi yang canggih, dan beragam aplikasi yang tersedia di
gadget. Ini mengintensifkan keingintahuan dan keterlibatan siswa dengan
gadget. Di sisi lain, penggunaan gadget yang berlebihan, terutama dalam
konteks media sosial, dapat menyebabkan berkurangnya waktu belajar
dan kecanduan di kalangan remaja. Sebaliknya, penggunaan gadget yang
terbatas dapat disebabkan oleh pembatasan akses, aplikasi yang kurang
menarik, atau bimbingan orang tua. Keseimbangan antara penggunaan
gadget dan aktivitas lainnya sangat penting, diperlukan pemahaman antar
anggota keluarga dan komunikasi yang efektif untuk membentuk pola
penggunaan gadget yang sehat.
4. Hubungan Kecemasan Orang Tua Terhadap Penggunaan Gadget
Pada Anak Usia Sekolah Dasar (7-12 tahun)
Hasil penelitian dengan perhitungan somers diperoleh nilai
signifikan p-value sebesar 0,017 (p<0,050%) sehingga dapat dinyatakan
ada hubungan antara kecemasan orang tua dengan penggunaan gadget
pada anak usia sekolah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
kecemasanorang tua mempengaruhi penggunaan gadget siswa sehingga
menyebabkan orang tua cenderung khawatir terhadap anak-anak mereka
pada saat bermain gadget.
Menurut Sarwono (2012) kecemasan atau ansietas merupakan takut
yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Cemas

42
mengandung arti pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi dengan sebaik–baiknya. Sedangkan
menurut Spielberger dalam Putri dkk (2014:155) mengemukakan
kecemasan atau ansietas merupakan reaksi emosional yang tidak
menyenangkan terhadap bahaya nyata atau imaginer yang disertai
dengan perubahan pada sistem saraf otonom dan pengalaman subjektif
sebagai tekanan, ketakutan dan kegelisahan. Gangguan ansietas juga
dapat diartiakan sebagai kondisi tegang yang dialami oleh seseorang
secara berlebihan atau tidak pada tempatnya dan ditandai oleh perasaan
khawatir tidak menentu (Maramis, 2009).
Kecemasan yang dialami oleh orang tua anak usia sekolah dasar
sering muncul dari kekhawatiran tentang penggunaan gadget anak
mereka, terutama terkait dengan waktu yang berlebihan di media sosial,
peningkatan isolasi, dan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi.
Orang tua khawatir aplikasi gadget dapat membuat anak lebih egois,
kecanduan bermain game, dan memberikan kemudahan akses konten
yang tidak pantas. Kekhawatiran ini berasal dari ketakutan akan
dampaknya pada kesejahteraan anak mereka, interaksi sosial, dan kinerja
akademik. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara intensitas
penggunaan gadget dengan adiksi pada anak usia sekolah dasar. Studi
menunjukkan bahwa semakin banyak anak terlibat dengan gadget,
semakin tinggi kemungkinan kecanduan game atau penggunaan gadget
secara berlebihan. Winoto (2013) menyatakan bahwa banyak remaja
yang awalnya menggunakan gadget hanya untuk bermain game, namun
lambat laun menjadi kebiasaan dan memperoleh kesenangan dari
penggunaan gadget yang berkepanjangan.
Perilaku adiktif ini dapat menyebabkan pengabaian aktivitas lain,
seperti belajar atau terlibat dalam interaksi sosial. Jumlah waktu yang
dihabiskan anak-anak menggunakan gadget semakin memprihatinkan.
Studi, seperti yang dilakukan oleh Saruji et al. (2017), menemukan

43
bahwa anak-anak, termasuk mereka yang duduk di bangku sekolah dasar,
dapat menghabiskan lebih dari tujuh jam sehari menggunakan gadget
untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pendidikan, komunikasi, dan
bermain game. Misalnya, penelitian yang dilakukan di SDN
Kedungringin 02 mengungkapkan bahwa anak-anak menghabiskan
waktu lebih dari tiga jam setiap hari untuk bermain gadget, melebihi
waktu yang dialokasikan untuk belajar. Penggunaan gadget yang
berlebihan ini dapat memengaruhi manajemen waktu anak secara
keseluruhan dan berpotensi memengaruhi kinerja akademik mereka.
Kecemasan orang tua tentang penggunaan gadget anak mereka
diperparah dengan potensi konsekuensi negatif yang terkait dengan
penggunaan yang berlebihan. Tersedianya berbagai aplikasi dan website
di gadget memudahkan anak mengakses konten yang mungkin tidak
pantas atau berbahaya.
Orang tua khawatir paparan konten semacam itu dapat berdampak
buruk pada perkembangan dan kesejahteraan anak mereka. Selain itu,
sifat adiktif dari penggunaan gadget dapat menyebabkan berkurangnya
interaksi sosial, isolasi, dan keasyikan dengan pengalaman virtual
daripada aktivitas dunia nyata. Memahami hubungan antara kecemasan
orang tua dan penggunaan gadget pada anak usia sekolah dasar sangat
penting untuk mengatasi masalah ini secara efektif. Dengan melakukan
penelitian di bidang ini, menjadi mungkin untuk mengembangkan
strategi dan intervensi yang mempromosikan penggunaan gadget yang
bertanggung jawab, mengurangi efek negatif, dan mengurangi kecemasan
orang tua. Menerapkan pedoman penggunaan gadget, membina
komunikasi terbuka antara orang tua dan anak, dan mempromosikan
pendekatan yang seimbang terhadap teknologi dapat berkontribusi pada
kebiasaan yang lebih sehat, peningkatan kinerja akademik, dan
peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan untuk anak usia sekolah
dasar.

44
5. Keterbatasan Penelitian
a. Penelitian ini terkendala dalam kurangnya pemahaman responden
dalam pengisian lembar kuisoner. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
tidak dapat langsung diterapkan pada populasi orang tua secara
keseluruhan dan adanya kemungkinan hasil yang diperoleh kurang
akurat.
b. Kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan perolehan analisa data,
maka diharapkan adanya penelitian yang lebih lanjut dengan sampel
yang lebih luas, penambahan faktor lain, dan instrumen yang lebih
lengkap lagi.
c. Penelitian ini terkendala oleh keterbatasan kepemilikan gadget pada
responden, karena tidak semua responden memiliki gadget.

45

Anda mungkin juga menyukai