Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Wilayah Kecamatan terara dibagi dalam 2 (dua) wilayah kerja Puskesmas yakni

Puskesmas Rarang dan Puskesmas Terara. Puskesmas Rarang berdiri pada tanggal 23

Mei tahun 2007 dengan luas wilayah sekitar 30,75 km2. Wilayah kerjanya adalah

sebagian dari wilayah kerja Kecamatan Terara yang membawahi 8 Desa yaitu:

a. Desa Lando

b. Desa Jenggik

c. Desa Rarang

d. Desa Rarang Tengah

e. Desa Rarang Selatan

f. Desa Rarang Batas

g. Desa Embung Kandong

h. Desa Selagik

Kondisi geografis keadaan tanah terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, namun

semua wilayah memiliki akses jalan yang mudah dijangkau dengan kendaraan mobil

ataupun motor sampai ke dusun.

Batas wilayah kerja Puskesmas Rarang, yaitu:

Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Montong Gading


Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Lombok Tengah

Sebelah Timur : Wilayh Kerja PKM Terara, dan PKM Montong Betok

Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Lombok Tengah.

Luas gedung Puskesmas Rarang sebesar 64 x 53 m2 pada lahan seluas 3.000 m2

dengan kondisi bangunan kurang baik karena belum rehab pasca gempa. Terdiri dari

Ruang Pendaftaran, Ruang Farmasi, Ruang P-Care, Ruang Konseling, Poli KIA, Poli

Gigi, Poli MTBS, Poli Umum, Ruang Laboratorium, Ruang imunisasi, Ruang UKP,

Ruang Program (UKM), Ruang Kepala Puskesmas, Ruang TU, Ruang Aula, Ruang Gizi,

Dapur Gizi, Gudang Alkes, Gudang Obat, RRI dan UGD. Terdapat masih banyak

kekurangan yang menyebabkan kegiatan layanan belum maksimal, salah satunya ruangan

yang rata-rata sempit.

Secara geografis Puskesmas Rarang mempunyai letak pada lokasi yang kurang

strategis yaitu terletak agak jauh dari jalan raya utama, akses jalan masuk ke Puskesmas

masih kurang memadai, sebagian masyarkat berada ditempat yang cukup jauh dari

Puskesmas Rarang sehingga masyarakat memilih menggunakan faskes terdekat dan yang

memiliki akses jalan yang lebih memadai.

Secara demografis jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Rarang pada tahun

2021 sebanyak 33.610 jiwa (Laki-lai 13,444 jiwa atau 40.00%) dan perempuan 20.166

jiwa atau 60.00%) dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 9.695 KK.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Puskesmas Rarang didukung oleh

sarana dan prasarana yang terdiri dari 2 (dua) unit Puskesmas Pembantu, 7 Poskesdes, 55

Posyandu Keluarga, 2 Unit Puskel dan 5 unit sepeda motor dinas.

2. Analisis Univariat

a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian, umur responden dikategorikan menggunakan umur

strugesss dengan umur terendah 25 tahun dan umur tertinggi 48 tahun dapat dilihat

pada table berikut ini.

Tabel 4.1 Kategori Umur Responden

Umur Frekuensi Presentase(%)


20-29 tahun 31 77.5
30-39 tahun 6 15.0
40-49 tahun 3 7.5
jumlah 40 100.0
(Sumber : data Primer, 2022)

Berdasarkan table 4.1 di atas, diketahui bahwa respnden yang berumur 20-29

tahun sebanyak 31 orang ( 77,5%), berumur 30- 39 tahun sebanyak 6 orang ( 15,0%),

berumur 30-49 tahun sebanyak 3 orang (7,5 ).

b. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian, pekerjaan responden dapat dilihat pada table berikut ini:

Table 4.2 Kategori Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Presentase


Ibu rumah tangga 23 57.5
Pedagang 6 15.0
Petani 11 27.5
jumlah 40 100
(Sumber Data Primer, 2022)
Berdasarkan tablel diatas diketahui bahwa responden tidak bekerja (ibu rumah

tangga) sebanyak 23 orang (57,5%), bekerja sebagai pedagang sebanyak 6 orang

(15,0%) dan bekerja sebagai petani sebanyak 11 orang (27,5%).

c. Pendidikan

Dari hasil penelitian didapat distribusi responden berdasarkan pendidikan pada table

dibawah ini :

Table 4.3 Kategori Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Presentase


SD 14 35.0
SMP 13 32.5
SMA 13 32.5
jumlah 40 100
(Sumber Data Primer, 2022)

Berdasarkan table 4.3 menunjukkan bahwa dari 40 responden dengan pendidikan

SD sebanyak 14 responden (35.0%), pendidikan SMP sebanyak 13 responden

(32,5%),, pendidikan SMA sebanyak 13 orang (32,5%).

d. Pengetahuan Demam Tifoid

Dari hasil penelitian didapat distribusi responden berdasarkan pengetahuan

pada table dibawah ini :

Table 4.4 Kategori Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Presentase


Baik 9 22.5
Cukup 11 27.5
Kurang baik 20 50.0
jumlah 40 100
Table 4.5 diatas menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan baik

sebanyak 9 orang (22,5%), pengetahuan cukup baik sebanyak 11 orang (27,5)

pengetahuan kurang baik sebanyak 20 orang (50,0%).

e. Tindakan Pencegahan

Dari hasil penelitian didapat distribusi responden berdasarkan tindakan

pencegahan pada table dibawah ini :

Table 4.5 Kategori Tindakan Pencegahan

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


Baik 14 35.0
Cukup 26 65.0
Jumlah 40 100
(Sumber Data Primer, 2022)

Berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa dari 40 respnden kelompok dengan

tindakan demam tifoid baik sebanyak 14 orang (35,0%), dan kelompok dengan

tindakan cukup sebanyak 26 responden (65.0&).

f. Penatalaksanaan

Dari hasil penelitian didapat distribusi responden berdasarkan penatalaksanaan

pada table dibawah ini :

Table 4.5 Kategori Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Frekuensi Presentase


Baik 12 30.0
Kurang baik 28 70.0
Jumlah 40 100

Table 4.5 diatas menunjukkan responden yang memiliki penatalaksanaan baik

sebanyak 12 orang (30.0%) dan tindakan kurang baik sebanyak 28 orang (70.0%).
3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan orangtua

tentang demam tifoid dengan tindakan pencegahan dan penetalaksanaan demam tifoid di

Puskesmas Rarang dengan menggunakan analisa data Chi-Square table 2x2 p – 0,.001<a

(0.05). sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan orangtua

tentang demam tifoid dengan tindakan pencegahan dan penatalaksanaan demam tifoid di

Puskesmas Rarang dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 4.6 Hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang demam tifoid dengan tindakan
pencegahan di Puskesmas Rarang.

Tindakan pencegahan
Pengetahuan Total p-value
Kurang Baik Baik
n % n % n %
Kurang 13 32,5 7 17,5 20 50
Cukup 7 17,5 5 12,5 12 30
0,001
Baik 5 12,5 3 7,5 8 20
Total 25 62,5 15 37,5 40 100
Sumber data primer, Januari 2022

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 40 responden yang memiliki

pengetahuan kurang, sebanyak 13 responden (32,5%) mempunyai tindakan pencegahan

demam tifoid kurang baik dan 7 responden (17,5%) baik. Dari 12 responden yang

mempunyai pengetahuan cukup, yang mempunyai tindakan pencegahan demam tifoid

kurang baik sebanyak 7 resonden (17,5%) dan baik sebanyak 5 responden (12,5%). Dari

8 responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 5 responden (12,5%)


mempunyai tindakan pencegahan demam tifoid kurang baik dan baik sebanyak 3

responden (7,5%).

Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 0,001 (<0,05) artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan demam tifoid

di Puskesmas Rarang.

Tabel 4.6 Hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang demam tifoid dengan
penatalaksanaan demam tifoid di Puskesmas Rarang.

Tindakan pencegahan
Pengetahuan Total p-value
Kurang Baik Baik
n % n % n %
Kurang 13 32,5 7 17,5 20 50
Cukup 7 17,5 5 12,5 12 30
0,001
Baik 5 12,5 3 7,5 8 20
Total 25 62,5 15 37,5 40 100

4. Pembahasan

a. Hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan tindakan pencegahan demam

tifoid

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

sinifikan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan tindakan pencegahan demam

tifoid di Puskesmas Rarang, p=0,01. Dari 40 responden yang berpengetahuan kurang

sebanyak 13 reponden (32,5%) kurang baik dalam tindakan pencegahan demam

tifoid. Dari 12 resonden yang berpengetahuan cukup sebanyak7 responden (17,5%)

baik dalam tindakan pencegahan demam tifoid. Dari 8 responden yang mempunyai
pengetahuan baik sebanyak 3 responden (7,5%) baik dalam tindakan pencegahan

demam tifoid.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Nanda (dkk) di Universitas Syeh Kuala Banda Aceh pada tahun 2016 dengan jenis

penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 316 responden didapatkan hasil

yaitu pengetahuan terhadap pencegahan penyakit demam tifoid pada mahasiswa

fakultas keperawatan Universitas Syeh Kuala Banda Aceh (p=0,015) yang

menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap tindakan (Syilvie

De Nada, 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh agus Widodo (dkk) di wilayah kerja

Puskesmas Jatiyoso Karanganyer pada tahun 2012, dengan melakukan metode

penelitian cross sectional didapatkan hasil adanya hubungan tingkat pengetahuan

dengan upaya pencegahan kekambuhan demam tifoid pada penderita demam tifoid di

wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyer tahun 2012 dengan jumla 58

responden didapatkan hasil (p=0,013) kurangnya pengetahuan ini menyebabkan

kekambuhan demam tifoid (Widoyono, 2011)

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan tentang

segi positif dan negative tentang suatu hal yang mempengaruhi sikap dan perilaku.

Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orng dewasa dimulai dari domain

kognitif, dalam arti si objek tahu terlebih dahulu stimulus atau materi tentang objek

diluarnya sehingga akan menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan
selanjutnya akan memunculkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap

objek yang diketahuinya (Haslinda, 2016)

Anda mungkin juga menyukai