Anda di halaman 1dari 21

BAB 5

HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poli Tumbuh Kembang Anak dan Anak

Berkebutuhan Khusus RS Grha Husada yang terletak di Jalan Padi nomor 2

Komplek Perumahan Dinas PT Petrokimia Gresik, Kelurahan Karangturi,

Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, pada tanggal 22 November – 30 Desember

2021. Poli Tumbuh Kembang Anak merupakan salah satu layanan yang tersedia

di RS Grha Husada yang dibuka mulai November 2013. Letak dari bangunan Poli

Tumbuh Kembang Anak berada di selatan gedung RS Grha Husada, status

kepemilikan lahan merupakan sewa dari PT. Petrokimia Gresik dengan luas tanah

sebesar 627 m² dan bangunan sebesar 644 m² Layanan yang ada untuk saat ini

yaitu screening tumbuh kembang oleh dokter umum dan dokter spesialis anak,

terapi wicara, terapi perilaku, fisioterapi (ABK), terapi okupasi, psikiater dan

psikolog. Layanan dimulai setiap hari Senin - Jum'at jam 07.00-16.00, hari Sabtu

jam 07.00 - 14.00. Pada tahun 2021 Poli Tumbuh Kembang Anak RS Grha

Husada memiliki jumlah tenaga terapis sebanyak 15 orang (4 perawat, 4 terapis

wicara, 3 okupasi terapis dan 4 fisioterapis), 1 dokter umum dan 1 psikolog.

Jumlah pasien pada bulan desember 2021 sebanyak 294 pasien, dengan kasus

yang ada yaitu ADHD sebanyak 8 pasien , motoric delayed 27 pasien , speech

delayed sebanyak 161 pasien yang 36 diantaranya disertai motoric delayed,15

disertai ADHD, 11 disertai autisme, 1 disertai retardasi mental, 3 disertai down


sindrom, 1 disertai cerebral palsy, dan pasien dengan autisme sebanyak 98 pasien

yang 21 diantaranya disertai ADHD, 30 disertai motoric delayed, 1 disertai

retardasi mental , 1 disertai down syndrome , 5 disertai Global Development

Delayed , dan 3 disertai retardasi mental. Poli Tumbuh Kembang Anak RS Grha

Husada melayani pasien umum, BPJS, asuransi maupun rekanan dari perusahaan

dan anak perusahaan PT. Petrokimia Gresik.

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Karakteristik Reponden (Ibu) berdasarkan Umur di Poli Tumbuh

Kembang Anak RS Grha Husada Pada Bulan November – Desember 2021

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Umur
N (%) N (%)

25 – 30 thn 4 25 % 2 12 %

31 – 35 thn 8 50 % 8 50 %

36 – 40 thn 4 25 % 6 38 %

>41 thn 0 0% 0 0%

Total 16 100 % 16 100 %

Berdasarkan tabel 5.1 menjelaskan bahwa dari 16 responden pada kelompok

perlakuan setengahnya berada pada rentang umur 31-35 tahun berjumlah 8 orang

(50 %) sedangkan sebagian kecil berada pada rentang umur 25-30 dan 36-40

tahun masing-masing berjumlah 4 orang (25%). Sama halnya dari 16 responden

pada kelompok kontrol setengahnya berada pada rentang umur 31-35 tahun

berjumlah 8 orang (50%) sedangkan sebgian kecil berada pada rentang umur 25-

30 tahun berjumlah 2 orang (6%).


2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 5.2 Karakteristik Reponden (Ibu) Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Poli Tumbuh Kembang Anak RS Grha Husada Pada Bulan November –

Desember 2021

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Pendidikan
N (%) N (%)

Tidak Sekolah 0 0% 0 0%

SD 0 0% 0 0%

SMP 2 12 % 2 12 %

SMA 9 57 % 10 63 %

PT 5 31 % 4 25 %

Total 16 100 % 16 % 100 %

Berdasarkan tabel 5.2 menjelaskan bahwa dari 16 responden pada kelompok

perlakuan sebagian besar berpendidikan SMA yaitu 9 responden (57%) sedangkan

sebagian kecil berpendidikan SMP yaitu 2 responden (12%). Sama halnya dari 16

responden pada kelompok kontrol sebagian besar berpendidikan SMA yaitu 10

orang (63%) sedangkan sebagian kecil berpendidikan SMP yaitu 2 responden

(12%).

3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pekerjaan


Tabel 5.3 Karakteristik Reponden (Ibu) Berdasarkan Tingkat Pekerjaan di Poli

Tumbuh Kembang Anak RS Grha Husada Pada Bulan November – Desember

2021

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Pekerjaan
N (%) N (%)

PNS/BUMN/TNI 1 6% 2 12 %

Pegawai Swasta 7 44 % 6 38 %

Wiraswasta 3 19 % 4 25 %

Tidak Bekerja 4 25 % 3 19 %

Tenaga Kesehatan 1 6% 1 6%

Total 16 100 % 16 100 %

Berdasarkan tabel 5.3 menjelaskan bahwa dari 16 responden pada kelompok

perlakuan hampir setengahnya pekerjaan responden yaitu pegawai swasta

sebanyak 7 responden (44%) sedangkan sebagian kecil pekerjaan responden yaitu

BUMN dan Tenaga Kesehatan masing-masing yaitu 1 responden (6%). Sama

halnya dari 16 responden pada kelompok kontrol hampir setengahnya pekerjaan

responden yaitu pegawai swasta sebanyak 6 responden (38%) sedangkan sebagian

kecil pekerjaan responden Tenaga Kesehatan yaitu 1 responden (6%).

4. Karakteristik responden berdasarkan Lama anak ibu terdiagnosa Speech

Delay

Tabel 5.4 Karakteristik Reponden (Ibu) Berdasarkan Lama Anak Ibu

Terdiagnosa Speech Delay di Poli Tumbuh Kembang Anak RS Grha Husada

Pada Bulan November – Desember 2021

Lama Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Terdiagnosa N (%) N (%)

< 1 tahun 12 75 % 11 69 %

> 1 tahun 4 25 % 5 31 %

Total 16 100 % 16 100 %

Berdasarkan tabel 5.4 menjelaskan bahwa dari 16 responden pada kelompok

perlakuan sebagian besar lama terdiagnosa speech delay pada anak ibu <1 tahun

sebanyak 12 responden (75%) sedangkan sebagian kecil lama terdiagnosa speech

delay pada anak ibu >1 tahun sebanyak 4 responden (25%). Sama halnya dari 16

responden pada kelompok kontrol sebagian besar lama terdiagnosa speech delay

pada anak ibu <1 tahun sebanyak 11 responden (69%) sedangkan sebagian kecil

lama terdiagnosa speech delay pada anak ibu >1 tahun sebanyak 5 responden

(31%).

5. Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi yang diperoleh

Tabel 5.5 Karakteristik Reponden (Ibu) Berdasarkan Sumber Informasi Yang

Diperoleh

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Sumber Informasi
N (%) N (%)

Tidak Pernah 0 0% 0 0%

Media Cetak 10 62 % 11 69 %

Media Elektronik 6 38 % 5 31 %

Total 16 100 % 16 100 %

Berdasarkan tabel 5.5 menjelaskan bahwa dari 16 responden pada kelompok

perlakuan sebagian besar mendapat sumber informasi dari media cetak sebanyak

10 responden (62%) sedangkan hampir setengahnya mendapat sumber informasi


dari media elektronika sebanyak 6 responden (38%).Sama halnya dari 16

responden pada kelompok kontrol sebagian besar mendapat sumber informasi dari

media cetak sebanyak 11 responden (69%) sedangkan hampir setengahnya

mendapat sumber informasi dari media elektronik sebanyak 5 responden (31%).

5.1.3 Variabel Yang Diukur

1. Tingkat pengetahuan ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan bahasa

pada anak dengan speech delay usia pra sekolah sebelum dan sesudah

dilakukan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan ibu dalam stimulasi

kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan speech delay usia pra sekolah

sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual

Pre Post
Kelompok Pengetahuan
f (%) f (%)

Baik 4 25% 13 81%

Perlakuan Cukup 6 37,5% 3 19%

Kurang 6 37,5% 0 0%

Total 16 100% 16 100%

Baik 2 12,5% 2 12%

Kontrol Cukup 6 37,5% 9 57%

Kurang 8 50% 5 31%

Total 16 100% 16 100%

Berdasarkan tabel 5.6 menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan ibu dalam

stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan speech delay dari 16

responden pada kelompok perlakuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan


dengan media audiovisual hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup dan

kurang masing-masing sebanyak 6 responden (37,5%) dan sebagian kecil

memiliki pengetahuan baik sebanyak 4 responden (25%) sedangkan setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual sebagian besar

pengetahuan responden meningkat baik sebanyak 13 responden (81%). Sama

halnya pada kelompok kontrol bahwa tingkat pengetahuan ibu dalam stimulasi

kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan speech delay dari 16 responden

pada kelompok kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media

audiovisual hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup sebanyak 6

responden (37,5%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan baik sebanyak 2

responden (12%) sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan

media audiovisual sebagian besar pengetahuan responden meningkat cukup

sebanyak 9 responden (57%).

2. Sikap Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan Bicara Dan Bahasa Pada Anak

Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan

Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan Bicara

Dan Bahasa Pada Anak Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah Sebelum Dan

Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual

Pre Post
Kelompok Sikap
F (%) f (%)

Positive 5 31% 12 75%

Perlakuan Negative 11 69% 4 25%


Total 16 100% 16 100%

Positive 4 25% 5 31%


Kontrol
Negative 12 75% 11 69%

Total 16 100% 16 100%

Berdasarkan tabel 5.7 menjelaskan bahwa sikap ibu dalam stimulasi

kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan speech delay dari 16 responden

pada kelompok perlakuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media

audiovisual sebagian besar negative sebanyak 11 responden (69%) dan hampir

setengahnya positif sebnyak 5 responden (31%) sedangkan setelah diberikan

pendidikan kesehatan dengan media audiovisual hampir seluruhnya meningkat

positive sebanyak 12 responden (75%). Sama halnya pada kelompok kontrol

bahwa sikap ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan

speech delay dari 16 responden pada kelompok kontrol sebelum diberikan

pendidikan kesehatan dengan media audiovisual sebagian besar negative sebanyak

12 responden (75%) dan positife sebanyak 4 responden (25%) sedangkan setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual hampir setengahnya

meningkat positif sebanyak 5 responden (31%).

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual Terhadap

Pengetahuan Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan Bicara Dan Bahasa Pada

Anak Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah

Tabel 5.8 Perbedaan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovissual

Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan Bicara Dan Bahasa

Pada Anak Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah

Pengetahuan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Pre Tes Post Test Pre Test Post Test

f (%) F (%) f (%) F (%)

Baik 4 25% 13 81% 2 12,5% 2 12%

Cukup 6 37,5% 3 19% 6 37,5% 9 57%

Kurang 6 37,5% 0 0% 8 50% 5 31%

Total 16 100% 16 100% 16 100% 16 100%

Wilcoxon
Signed p= 0,002 p= 0,083
Rank Test
Mann
Whitney U p= 0,000
Test
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan hasil uji statistic wilcoxon signed rank test

tingkat pengetahuan responden pada kelompok perlakuan diperoleh nilai sign p=

0,002 dimana nilai p < 0,05 dan tingkat pengetahun responden pada kelompok

kontrol diperoleh nilai p= 0,083 dimana nilai p > 0,05, artinya ada perbedaan

pengetahuan pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan melalui media audiovisual sedangkan pada kelompok kontrol tidak

terdapat perbedaan signifikan sebelum dan sesudah mendapat terapi sesuai Rumah

Sakit. Hasil uji mann whitney U test menunjukkan pengetahuan ibu setelah

diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

adalah sebesar p= 0,000 sehingga nilai p < 0,05 maka H1 1 diterima yang artinya

Ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual terhadap

pengetahuan ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak Speech

Delay usia pra sekolah


4. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual Terhadap

Sikap Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan Bicara Dan Bahasa Pada Anak

Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah

Tabel 5.9 Perbedaan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovissual

Terhadap Sikap Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan Bicara Dan Bahasa Pada

Anak Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Sikap Pre Tes Post Test Pre Test Post Test

F (%) F (%) f (%) F (%)

Positive 5 31% 12 75% 4 25% 5 31%

Negative 11 69% 4 25% 12 75% 11 69%

Total 16 100% 16 100% 16 100% 16 100%

Wilcoxon
Signed p= 0,008 p= 0,564
Rank Test
Mann p= 0,015
Whitney U
Test
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan hasil uji statistic wilcoxon signed rank test

sikap ibu pada kelompok perlakuan diperoleh nilai sign p= 0,008 dimana nilai p <

0,05 dan sikap ibu pada kelompok kontrol diperoleh nilai p = 0,564 dimana nilai

p > 0,05, artinya ada perbedaan sikap pada kelompok perlakuan sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual sedangkan

pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil uji mann

whitney U test menunjukkan sikap ibu setelah diberikan pendidikan kesehatan


pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah sebesar p= 0,015

sehingga nilai p < 0,05 maka H11 diterima yang artinya Ada pengaruh pendidikan

kesehatan melalui media audiovisual terhadap sikap ibu dalam stimulasi

kemampuan bicara dan bahasa pada anak Speech Delay usia

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat pengetahuan ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan

bahasa pada anak dengan speech delay usia pra sekolah sebelum dan sesudah

dilakukan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu

sebelum diberi pendidikan kesehatan melalui media audiovisual pada kelompok

perlakuan berada pada kategori hampir setengahnya yaitu kurang sebanyak 6

responden (37,5%) dan cukup juga sebanyak 6 responden (37,5%) sedangkan

pada kelompok kontrol yang melalui terapi dari Rumah Sakit berada pada

kategori hampir setengahnya cukup sebanyak 6 responden (37,5%). Berdasarkan

uji wlcoxon signed rank test diperoleh nilai p<0,05 sehingga terdapat hasil yaitu

ada perbedaan kategori sebelum dan sesudah pendidikan pendidikan kesehatan

melalui media audiovisual pada kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok

kontrol tidak ada perbedaan signifikan kategori sebelum dan sesudah pendidikan

kesehatan menggunakan terapi sesuai dengan Rumah Sakit.

Berdasarkan data karakteristik demografi responden pada kedua kelompok

didapatkan bahwa mayoritas berada pada usia 31-35 yaitu berada pada masa

dewasa awal (early adulthood). Menurut Hurlock (1978) menyatakan bahwa pada
usia ini pengalaman telah dilalui individu menyebabkan kematangan pikiran yang

dapat meningkatkan pemahaman individu pada suatu hal yang baru.

Selain itu, responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

mayoritas yaitu berpendidikan SMA. Menurut Budiman dan Riyanto (2013),

mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak

pula informasi yang didapatkan sehingga akan memiliki pengetahuan yang lebih

baik. Pendidikan menurut Notoatmodjo (2007) adalah upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu maupun kelompok masyarakat,

sehingga dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari

pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka diharapkan semakin mudah pula dalam menerima pengetahuan

begitu juga sebaliknya, dan apabila pengetahuan tersebut kurang maka akan dapat

mengahambat sikap seseorang untuk dapat menerima nilai-nilai yang baru.

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden pada kelompok

perlakuan mayoritas SMA sebanyak 9 responden (57%). Tingkat pendidikan pada

kisaran ini diharapkan dapat menerima informasi dengan baik. Hasil penelitian ini

didukung dengan teori dimana pengetahuan kognitif merupakan dominan penting

untuk terbentuknya tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmojo,2005)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual,

pengetahuan responden pada kelompok perlakuan dari yang sebelumnya hanya 4

responden (25%) dengan kategori baik meningkat menjadi 13 responden (81%).

Hasil uji wlcoxon signed rank test menunjukkan ada perbedaan signifikan tingkat
pengetahuan ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan

speech delay sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui media

audiovisual .

Sedangkan pada kelompok kontrol yang hanya mendapat terapi dari

Rumah Sakit, pengetahuan responden dari yang sebelumnya hanya 6 responden

(37,5%) dengan kategori cukup meningkat menjadi 9 responden (57%). Namun

pada hasil uji wlcoxon signed rank test menunjukkan tidak ada perbedaan

signifikan tingkat pengetahuan ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan bahasa

pada anak dengan speech delay .

Media audiovisual adalah media instruksional yang modern sesuai dengan

perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi

media yang dapat dilihat dn didengar (Rohani,2007 dalam Mariani,2017). Media

audiovisual merupakan media perantara, penggunaan materi dan penyerapannya

melaui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang mampu

memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Proses membaca

menghasilkan pengetahuan dimana proses yang dapat masuk dalam otak manusia

yaitu 10% proses dari hal-hal yang dibaca, 20% proses dari hal-hal yang dilihat

serta 50% dari hal yang dilihat dan didengar, sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin banyak indra yang terlibat dalam proses belajar maka akan semakin

banyak informasi yang akan diserap (Nurhidayah,2010).

Selain itu menurut peneliti didalam penelitian ini, kurangnya proporsi

pengetahuan baik pada kedua kelompok ini dikarenakan mayoritas ibu sebagian

besar mendapatkan sumber informasi pada media cetak dimana pada media cetak
hanya berisikan pesan dengan gambar dan tulisan. Sehingga hal ini meyebabkan

pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas masih

ada yang berada dalam kategori kurang.

Dari hasil diatas, dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan dapat

dipengaruhi oleh : 1. Social ekonomi yaitu semakin baik ekonomi seseorang maka

tingkat pendidikan akan semakin tinggi sehingga dapat dengan mudah menerima

dan menyesuaikan degan hal yang baru, 2. Pengalaman dimana berkaitan dengan

umur seseorang yaitu semain tua umur seseorang maka kematangan pikiran dapat

meningkatkan pemahaman individu pada suatu hal yang baru, 3. Pendidikan yaitu

semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pola berfikir.

5.2.2 Sikap Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan Bicara Dan Bahasa Pada Anak

Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan

Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui sikap ibu sebelum diberikan

pendidikan kesehatan melalui media audio visual pada kelompok perlakuan

memperoleh rerata skor sebesar 23,0 dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

menjadi sebesar 42,0625. Sedangkan pada kelompok kontrol yang sebelumnya

memperoleh rerata skor sebesar 21,75 dan yang sesudahnya pada kelompok ini

menjadi 29,875. Pada hasil uji analisa data pada kelompok perlakuan

menggunakan uji wlcoxon signed rank test diperoleh nilai p<0,05. Sehingga

dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan signifikan terhadap sikap ibu dalam

stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan speech delay. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan


“predisposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi atau respon

seeseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Komponen sikap

terdiri dari kognitif, afektif dan konatif ( Notoatmojo, 2007). Jika komponen

tersebut sudah baik maka sikap akan menjadi baik pula.

Sedangkan pada kelompok kontrol yang menggunakan uji wlcoxon signed

rank test p value = 0,564 (p > 0,05) sehingga meskipun ada peningkatan sikap

dari negative ke positif namun pada hasil uji wlcoxon signed rank test

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan terhadap sikap ibu dalam stimulasi

kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan speech delay. Hal ini

dikarenakan pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatf yang

perhitungannya dengan menggunakan angka sebagai pengkategorian sehingga

efektifitasnya tidak terlalu terlihat.

Notoatmojo (2007), perilaku merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan “predisposisi”

tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi atau respon seeseorang

yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman

pribadi, kebudayaan, orang yang dianggap penting, media massa, institusi

pendidikan dan agama serta factor emosi dalam diri individu (Azwar,2010).

Dalam hal ini lama terdiagnosa merupakan pengalaman pribadi yang dapat

menentukan sikap ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak

speech delay. Berdasarkan tabel x.x pada kelompok perlakuan diperoleh ibu

dengan anak speech delay terdiagnosa <1 tahun sebanyak xx responden.


Sikap yang dimiliki oleh ibu tentang stimulasi kemampun bicara dan

bahasa pada anak dengan Speech Delay mencerminkan keyakinan mereka

terhadap kondisi Speech Delay pada Anak. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

menyimpulkan bahwa kelompok kontrol yang mendapat terapi Rumah Sakit tidak

terjadi perubahan sikap yang signifikan, informasi tentang stimulasi kemampuan

bicara dan bahasa pada anak dengan Speech Delay dari diskusi,maupun media

cetak,, spanduk atau gambar-gambar yang didapat kurang menambah pengetahuan

ibu, sehingga hal itu berpengaruh pada tidak terjadi peningkatan sikap positif pada

ibu tersebut

5.2.3 Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media

Audiovisual Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan

Bicara Dan Bahasa Pada Anak Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah

Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol

Tabel 5.8 menunjukkan hasil uji statistic menggunakan Uji Mann Whitney

U Test diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) artinya ada pengaruh pendidikan

kesehatan melalui media audiovisual Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Stimulasi

Kemampuan Bicara Dan Bahasa Pada Anak Dengan Speech Delay.

Penelitian ini menunjukkan hasil post test tingkat pengetahuan ibu pada

kelompok perlakuan lebih meningkat daripada pada kelompok kontrol sehingga

dapat diartikan pendidikan kesehatan menggunakan audiovisual lebih efektif

dalam memberikan pengaruh untuk meningkatkan pengetahuan ibu.

Menurut departemen kesehatan yang dikutip Effendy (2008), pendidikan

kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan


prinsipp-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan , dimana individu ,

keluarga, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu

bagaimana caranya dan melakukn apa yang bisa dilakukan secara perorangan atau

kelompok.

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia yakni indra penglihat, pendegar, pencium, peraba dan perasa.

Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata yang didasari pengetahuan

akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmojo,

2010).

Pada tahap memperoleh pengetahuan yang baru atau proses belajar tidak

terlepas juga dari media yang digunakan. Media audio visual yaitu media yang

melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses.

Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan

non-verbal yang terdengar layaknya media visual juga pesan verbal yang

terdengar layaknya media audio yang merupakan alat media yang digunakan

untuk menyampaikan pesan atau rangkaian pesan materi pembelajaran melalui

suara-suara ataupun bunyi yang direkam menggunakan alat perekam suara,

kemudian diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan menggunakan

sebuah alat pemutarnya. Proses komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang

disampaikan diterima secara utuh dan tidak membosakan. Hal ini sesuai dengan

pendapat mulyana (2005), menyatakan bahwa tingkat keberhasilan penyampaian


makna dari suatu pesan dipengaruhi oleh metode yang tepat dalam penyampaian

pesan.

Pada penelitian ini responden pada kelompok perlakuan menggunakan

media audio visual, selain mendapat informasi tentang Stimulasi Kemampuan

Bicara Dan Bahasa Pada Anak Dengan Speech Delay melalui pendengaran,

mereka juga dapat melihat tulisan atau gambar-gambar tentang cara-cara

menstimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak speech delay ketika

dirumah secara bersama-sama. Maka demikian dapat dinyatakan responden pada

kelompok perlakuan lebih memahami atas pesan kesehatan tentang yang telah

diberikan kepada mereka bila dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini dapt dilihat

pada tabel 5.6 dimana pengetahuan responden pada kelompok perlakuan yang

menggunakan media audio visual memiliki pengetahuan yang lebih baik sesudah

diberikan perlakuan daripada kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa pemilihan

media pendidikan kesehatan yang tepat dalam penyampaian pesan-pesan

kesehatan dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkat pengetahuan seseorang.

Pendidikan kesehatan dengan media audio visual lebih efektif meningkatkan

pengetahuan karena mencakup dua jenis media auditif (mendengar) dan visual

(melihat) yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar

untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan,

sikap, dan ide.

5.2.4 Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media

Audiovisual Sikap Ibu Dalam Stimulasi Kemampuan Bicara Dan Bahasa

Pada Anak Dengan Speech Delay Usia Pra Sekolah


5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian. Pada

penelitian ini ada beberapa keterbatasan yang dihadapi diantaranya adalah ;

1. Pengumpulan data dengan kuisioner memungkinkan responden menjawab

pertanyaan dengan tidak jujur dan tidak mengerti pertanyaan yang

dimaksud, sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif dan

menjadi tidak sesuai dengan pengetahuan sebenarnya.

2. Mengatur kontrak waktu ibu dengan anak speech delay di Poli Tumbuh

Kembang RS Grha Husada sehingga peneliti harus menyesuaikan jadwal

dengan masing – masing responden.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan ibu dalam stimulasi

kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan speech delay usia pra

sekolah sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui

media audiovisual.
2. Ada perbedaan signifikan sikap ibu dalam stimulasi kemampuan bicara

dan bahasa pada anak dengan speech delay usia pra sekolah sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual.

3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual terhadap

pengetahuan ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak

Speech Delay usia pra sekolah.

4. Ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual terhadap

sikap ibu dalam stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak Speech

Delay usia pra sekolah.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan saran yang dapat diberikan

oleh peneliti adalah ;

1. Bagi Ibu Dengan Anak Speech Delay

Sebaiknya memperbanyak pengetahuan tentang cara – cara menstimulasi

kemampuan bicara dan bahasa dengan Anak Speech Delay yang dapat

diperoleh terutama dari media audiovisual yang diberikan petugas kesehatan.

2. Bagi Rumah Sakit

Petugas kesehatan dapat menggunakan media audiovisual dalam melakukan

pendidikan kesehatan tentang bagaimana menstimulasi kemampuan bicara

dan bahasa pada anak dengan Speech Delay, karena pemberian pendidikan

kesehatan menggunakan media audiovisual dapat membantu meningkatkan

pengetahuan dan juga sikap ibu dalam menstimulasi kemampuan bicara dan

bahasa anak dengan Speech Delay.


3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian ini, membahas tentang pengaruh pendidikan kesehatan

melalui media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam

menstimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan Speech Delay

usia Pra Sekolah. Untuk itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan

penelitian tentang ketrampilan atau perilaku ibu dalam menstimulasi

kemampuan bicara dan bahasa pada anak dengan Speech Delay.

Anda mungkin juga menyukai