Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN

TERHADAP POLA MAKAN PADA REMAJA


KELOMPOK 2
Masa remaja merupakan masa perubahan aspek sosial dan perubahan mental yang
mendalam hingga memasuki masa dewasa awal yang disertai dengan peningkatan
kerentanan untuk timbulnya masalah dan gangguan mental.

Pola makan remaja di Indonesia tergambar dari hasil survey yang dilakukan oleh
WHO, 2015 dalam Global School Health Survey menyebutkan bahwa sebesar
44,6% remaja tidak biasa sarapan dan sebagian besar remaja (93,6%) kurang
mengkonsumsi serat sayur dan buah. Sedangkan remaja yang mengalami
kecemasan berlebih sebesar 42,18% (WHO, 2015).

Kecemasan merupakan penyakit yang paling banyak terjadi di masyarakat sampai


saat ini. Kecemasan biasanya merupakan tanda-tanda penyakit jiwa atau gangguan
mental tetapi kecemasan yang berlebihan juga dapat membahayakan organ tubuh
kita (Batara, 2010).

Menurut Agustianto 2012 mengungkapkan bahwa kecemasan seringkali berdampak


pada kehidupan sehari-hari, seseorang yang cemas akan mempengaruhi nafsu
makannya.
Menurut Agustianto 2012 mengungkapkan bahwa kecemasan seringkali berdampak
pada kehidupan sehari-hari, seseorang yang cemas akan mempengaruhi nafsu
makannya.

Pengaturan konsumsi makanan seseorang atau sekelompok orang pada waktu


tertentu, termasuk jenis makanan, frekuensi makanan, dan ukuran porsi makan
dikenal sebagai pola makan. Untuk membentuk kebiasaan makan yang baik di masa
depan, menu makanan yang seimbang harus ditetapkan dan dipahami dengan baik
oleh setiap individu.

Gangguan kecemasan dipengaruhi oleh berbagai faktor; Namun, mengingat konteks


masalah yang ada saat ini, para peneliti hanya ingin menguji beberapa faktor
menggunakan variabel, khususnya pada tingkat kecemasan dan kebiasaan makan.
METODE
PENELITIAN
Penulisan manuskrip ini menggunakan metode survey dengan metode penelitian kuantitatif dan pendekatan
cross sectional dimana dalam pengumpulan data dilakukan dalam satu titik waktu.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang menurut BKKBN, 2021 yaitu seseorang yang berusia antara
10-24 tahun. Purposive sampling digunakan sebagai metode pengambilan sampel karena peneliti memiliki
kriteria inklusi untuk sampel, yaitu remaja berusia antara 10 dan 24 tahun.

Proses pengumpulan data didapatkan melalui instrument kuesioner yang akan disebarkan dalam bentuk Google
Form.

Peneliti menggunakan modifikasi alat ukur kecemasan DASS-42 dan kuisioner pola makan. Terdapat 42 macam
pernyataan dalam kuesioner Depression Anxiety and Stress Scale (DASS-42) yang disusun untuk mengukur
perasaan negatif seseorang akan depresi, kecemasan, dan stress (Samosir, 2021).
Dalam kuesioner ini terdapat 10 item pernyataan dengan jenis pernyataan negatif. 14 pernyataan memiliki
lima pilihan jawaban: tidak pernah (dengan skor 1), jarang sekali (dengan skor 2), kadang-kadang (dengan skor
3), sering (dengan skor 4), selalu (dengan skor 5). Nilai total dari 14 pernyataan tersebut minimal 1 dan
maksimal 70, dengan indikator penilaian:
Nilai 0-7 = Tingkat kecemasan normal
Nilai 8-9 = Tingkat kecemasan ringan
Nilai 10-14 = Tingkat kecemasan sedang
Nilai 15-19 = Tingkat kecemasan parah
Nilai >20 = Tingkat kecemasan sangat parah
HASIL
Tabel 1. Karakteristik Responden menurut jenis kelamin, umur,
dan jenjang pendidikan
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin    

Laki-laki 15 37,5%

Perempuan 25 62,5%

Usia    

13-15 tahun 12 30,0%

16-18 tahun 9 22,5%

19-22 tahun 19 47,5%

Jenjang Pendidikan    

SMP 11 27,5%

SMA 15 37,5%

Perguruan Tinggi 14 35,0%

Total 40 100%
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir setengahnya 15 responden
(37,5%) laki-laki dan sebagian besar 25 responden (62,5%) perempuan. Pada
karakteristik usia, responden dengan usia 13-15 tahun hampir setangahnya 12
respnden (30,0%), sedangkan responden dengan usia 16-18 tahun sebagian kecil 9
responden (22,5%), serta responden dengan usia 19-22 tahun hampir setengahnya
dengan 19 responden (47,5%). Jenjang pendidikan responden di tingkat pendidikan
SMP hampir setengahnya 11 responden (27,5%), sedangkan responden di tingkat
pendidikan SMA hampir setengahnya 15 responden (37,5%), serta responden
dengan tingkat Perguruan Tinggi hampir setangahnya 14 responden (35,0%).
Tabel 2. Identifikasi tingkat kecemasan responden

Tingkat kecemasan Frekuensi Presentase (%)

Normal 10 25,0%

Ringan 4 10,0%

Sedang 13 32,5%

Parah 6 15,0%

Sangat parah 7 17,5%

Total 40 100%

Berdasarkan pada tabel 2 hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan normal
sebagian kecil 10 responden (25,0%), sedangkan pada tingkat kecemasan ringan sebagian kecil 4
responden (10,0%), serta pada tingkat kecemasan sedang hampir setengahnya 13 responden
(32,5%), pada tingkat kecemasan parah sebagian kecil 6 responden (15,0%), serta pada tingkat
kecemasan sangat parah sebagian kecil 7 responden (17,5%).
Tabel 3. Identifikasi pola makan responden

Pola makan Frekuensi Persentase (%)

Buruk 7 17,5
Kurang baik 16 40,0
Baik 17 42,5

Total 40 100

Berdasarkan pada tabel 5 hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan buruk
sebagian kecil 7 responden (17,5%), sedangkan pola makan kurang baik hampir
setengahnya 16 responden (40,0%), serta pola makan baik hampir setengahnya 17
responden (42,5%).
PEMBAHASAN
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa sejumlah 40 responden remaja yang mengalami kecemasan tidak
mempengaruhi pola makannya dalam satu minggu terakhir, dengan nilai p= 0,181 (p<0,05) yang berarti terdapat
hubungan tetapi tidak signifikan. Hal ini juga dibuktikan dari hasil Analisa univariat yang dilakukan bahwa hampir
setengahnya 13 responden (32,5%) mengalami kecemasan sedang dan hampir setengahnya 17 responden (42,5%)
memiliki pola makan yang baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sitompul
& Wulandari, 2021) yang menyatakan bahwa responden yang mengalami kecemasan juga mempengaruhi pola
makannya yang kurang baik sebanyak 54,9% dari total 91 responden.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang lebih banyak
dibandingkan dengan tingkat kecemasan yang lain dan memiliki pola makan yang baik lebih banyak dibandingkan
dengan responden dengan pola makan kurang baik. Karena responden yang mengalami kecemasan akan tetap
menjaga pola makannya tetap baik dengan sarapan pagi, makan siang, dan makan malam
KESIMPULAN
Dari 40 responden, terdapat 13 responden (32,5%) yang mengalami tingkat kecemasan sedang
sedangkan pada pola makan dominan dengan pola makan baik yaitu 17 responden (42,5%).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan tetapi tidak signifikan antara variabel
tingkat kecemasan dengan variabel pola makan pada remaja.
SARAN
Agar dapat bermanfaat dalam pengembangan informasi yang mempunyai kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan Khususnya dalam pendidikan keperawatan tentang tingkat kecemasan terhadap pola makan pada remaja
 
Sebagai generasi penerus bangsa sebaiknya untuk remaja agar mempertahankan tingkat kecemasannya dengan perlunya mengikuti prnyuluhan kesehatan tentang kecemasan dan meningkatkan kegiatan olahraga terutama dipagi hari agar body image yang dimiliki lebih baik.
 
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.
Mengingat keterbatasan penelitian, maka pada penelitian berikutnya lebih mengembangkan penelitian in dengan memperhatikan agar penelitian tersebut dapat dilakukan dalam skala besar yaitu dengan jumlah variabel yang besar.

Anda mungkin juga menyukai