Anda di halaman 1dari 7

Bagaimana cara mengutip

Gunawan, IMK, Saraswati, PAI, & Putra, PMGA (2020). Hubungan antara obesitas dengan risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral. Jurnal
Internasional Ilmu Kesehatan & Kedokteran, 3 ( 1), 35-41. https://doi.org/10.31295/ijhms.v3n1.124

Hubungan antara obesitas dengan risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral

I Made Kasmadi Gunawan


Dokter Umum, Rumah Sakit Umum Ari Canti, Gianyar, Indonesia Email penulis yang
sesuai: madekasmadigunawan@gmail.com

Putu Ayu Indah Saraswati


Dokter Umum, Rumah Sakit Umum Ganesha, Gianyar, Indonesia

Pande Made Gunawan Adi Putra


Konsultan Bedah Pencernaan, Rumah Sakit Umum Ari Canti, Gianyar, Indonesia

Abstrak--- Obesitas adalah keadaan kelebihan berat badan karena penumpukan lemak dalam jaringan adiposa sehingga dapat meningkatkan
tekanan intraabdomen. Peningkatan tekanan intraabdomen dapat meningkatkan risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan risiko obstruksi pada pasien dengan hernia inguinalis lateral. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional dengan melibatkan 152 responden dengan hernia inguinalis lateral di Rumah Sakit Umum Ari
Canti Januari 2018 - Agustus 2019. Teknik penelitian ini adalah pengambilan sampel yang berurutan dan data diperoleh dari medis pasien. catatan.
Sampel kemudian dianalisis dengan Chi-Square dan faktor pembaur stratifikasi dengan Mantel-Haenzel. Dari 152 responden, 71 (46,7%) mengalami
obesitas dan 81 (53,3%) tidak mengalami obesitas, 59 (38,8%) dengan obstruksi, 93 (61,2%) tanpa obstruksi. Ada hubungan antara obesitas dan
risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral (p = 0,032, OR = 2,058, CI = 1,061-3,993). Analisis Mantel-Haenzel menunjukkan bahwa sejarah angkat
berat (p =

0,125) dan riwayat alkohol (p = 0,077) sebagai faktor pembaur. Analisis homogenitas Breslow-Day menunjukkan bahwa sejarah pembesaran prostat
(p = 0,003) sebagai variabel perancu. Obesitas memiliki hubungan dengan risiko obstruksi pada pasien dengan hernia inguinalis lateral, dengan
riwayat variabel pengganggu berat badan, riwayat alkohol, dan riwayat pembesaran prostat.

Kata kunci --- riwayat alkohol, hernia inguinalis lateral, uji Mantel-Haenzel, obesitas, obstruksi.

1. Perkenalan

Hernia adalah tonjolan isi lambung dari rongga normal melalui defek pada fasia dan dinding abdomen muskuloskeletal, baik secara bawaan atau didapat,
yang memberikan kepada semua orang alat selain yang biasa melalui dinding (Scoot & Jones, 2003) . Pada 2005 - 2010, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperoleh data tentang hernia yang mencapai 19.173.279 orang. Data dari Departemen Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa
berdasarkan distribusi penyakit sistem pencernaan pasien rawat inap sesuai dengan penyebab penyakit di Indonesia pada tahun 2004, hernia
menempati urutan ke 8 dengan 18.145 kasus, 273 di antaranya meninggal. Dari total, 15.051 di antaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada
wanita (Departemen Kesehatan, 2004).

Hampir 75% dari hernia perut adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang paling sering ditemukan, sekitar 50%,
sedangkan hernia inguinalis medial adalah 25% dan hernia femoralis sekitar 15%. Populasi dewasa 15% yang menderita hernia inguinalis, 5-8%
pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai 45% pada usia 75 tahun. Hernia inguinal ditemukan 25 kali lebih banyak pada pria daripada wanita (Zendejas
et al., 2014) . Faktor risiko yang dapat menjadi etiologi hernia inguinalis adalah meningkatnya tekanan intra-abdominal seperti batuk kronis, sembelit,
olahraga berat, kerja berat, kelebihan berat badan, dan obesitas serta kelemahan otot dinding perut seperti jenis kelamin, genetika, dan usia tua. (Taman
et al., 2011) . Insiden hernia inguinalis lebih tinggi pada pasien

ISSN 2632-9433
Diserahkan: 18 November 2019 / Direvisi: 27 Desember 2019 / Diterima: 31 Januari 2020
35
36

dengan kelebihan berat badan dan obesitas dibandingkan dengan berat badan normal. Indeks massa tubuh juga berperan dalam meningkatkan tekanan
intraabdomen yang merupakan faktor etiologis utama dari hernia inguinalis. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama 2010, 32,9% di
Indonesia atau 78,2 juta orang kelebihan berat badan. Jika dibandingkan dengan data obesitas pada 2008 yang hanya 9,4 persen, dapat disimpulkan
bahwa tingkat obesitas di Indonesia semakin meningkat (Agustina, 2014) .

Saat ini, banyak orang cenderung salah dalam menerapkan pola kegiatan kehidupan sehari-hari. Perubahan pola aktivitas yang buruk dapat memicu peningkatan
indeks massa tubuh. Obesitas atau kelebihan berat badan secara alami akan memiliki tekanan internal yang lebih besar. Tekanan internal ini dapat dengan mudah
mendorong jaringan lemak dan organ internal ke hernia (Banafa & Aram,
2009) . Obesitas meningkatkan risiko hernia inguinalis 2 kali lebih besar dengan OR = 2,95 yang menunjukkan bahwa obesitas adalah faktor risiko hernia inguinalis. (Agustina,
2014) .

2 Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional. Populasi penelitian adalah pasien hernia di Rumah Sakit Umum Ari Canti pada
2018-2019. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa rekam medis pasien di Rumah Sakit Umum Ari Canti pada 2018-2019. Variabel penelitian terdiri
dari variabel independen berupa risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral, variabel dependen berupa obesitas, variabel teman sebaya berupa
riwayat keluarga, riwayat angkat berat, riwayat operasi, riwayat operasi, riwayat merokok, riwayat alkohol, riwayat konstipasi, riwayat pembesaran
prostat, riwayat diabetes, riwayat batuk kronis, riwayat asites, dan riwayat striktur uretra. Data dianalisis secara univariat untuk menghitung distribusi,
frekuensi, karakteristik responden, dan karakteristik masing-masing variabel penelitian. Analisis bivariat dilakukan untuk menentukan apakah ada
hubungan yang signifikan antara obesitas dan risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral dengan uji Chi-Square. Variabel perancu dianalisis
menggunakan uji Breslow-Day dan uji Mantel-Haenzel.

3. Hasil

Subjek penelitian adalah 152 rekam medis pasien hernia di Rumah Sakit Umum Ari Canti pada 2018-2019. Penelitian dilakukan dari Mei hingga
Agustus 2019.

Tabel 1
Karakteristik sampel penelitian (n = 152)

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)


Seks Pria 140 92,1%
Perempuan 12 7,9%
Kategori Umur Anak-anak (0-11 tahun) 2 1,3%
Remaja (12-25 tahun) 15 9,9%
Dewasa (26-44 tahun) 21 13,8%
Abad Pertengahan (45-59 tahun) 52 34,2%
Lansia (60-74 tahun) 53 34,9%
Lama (75-90 tahun) 9 5,9%
Sangat Tua (> 90 tahun) 0 0,0%
Kategori BMI Kurang berat 7 4,6%
Normal 50 32,9%
Kegemukan 24 15,8%
Saya gemuk 54 35,5%
Obesitas II 17 11,2%
Kegemukan Non Obesitas 81 53,3%
Obesitas 71 46,7%

Berdasarkan kriteria inklusif dan eksklusi ada 152 orang yang memenuhi kriteria penelitian. Berdasarkan statistik deskriptif pada data penelitian,
ditemukan bahwa terdapat 140 responden pria (92,1%) dan 12 wanita
37
responden (7,9%), mayoritas responden berusia 60-74 tahun dengan 53 orang (34,9%) dan 45-59 tahun dengan total 52 orang (34,2%) sedangkan
yang terendah adalah 0-11 tahun sebanyak 2 orang (1,3%) dengan usia rata-rata 52,11 ±
17.676 tahun.
Berdasarkan indeks massa tubuh yang diperoleh, setelah dikategorikan dalam kriteria WHO dalam kategori Asia, kecenderungannya lebih ke arah
kategori obesitas kelas I dengan 54 orang (35,5%), kemudian normal untuk 50 orang (32,9%), kelebihan berat badan sebagai sebanyak 24 orang
(15,8%), kategori obesitas kelas II adalah 17 orang (11,2%), dan kurus adalah 7 orang (4,6%) dengan indeks massa tubuh rata-rata 24,7 ± 4,158
kilogram. Total responden dengan non-obesitas adalah 81 orang (53,3%) dan obesitas 71 orang (46,7%).

Meja 2
Karakteristik hernia inguinalis lateral (n = 152)

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)


Lokasi Baik 81 53,3%
Kiri 68 44,7%
Bilateral 3 2,0%
Jenis hernia Reponible 46 30,3%
Tidak dapat dipulihkan 47 30,9%
Inkarserata 31 20,4%
Strangulata 28 18,4%
Halangan Non-halangan 93 61,2%
Halangan 59 38,8%
Durasi Hernia <1 tahun 83 54,6%
1-2 tahun 53 34,9%
> 2 tahun 16 10,5%
Ulang Utama 146 96,1%
Berulang 6 3,9%

Berdasarkan karakteristik lokasi hernia ditemukan bahwa ada 81 orang (53,3%) dengan lokasi hernia di sebelah kanan. Kemudian lokasi hernia di
sebelah kiri ditemukan di 68 orang (44,7%), sedangkan lokasi bilateral adalah 3 orang (2,0%). Untuk jenis hernia 47 orang (30,9%) memiliki hernia
yang tidak dapat diubah, kemudian 46 orang hernia yang dapat ditanggulangi (30,3%), kemudian 31 hernia yang dipenjara (20,4%), dan 28 orang
(18,4%)% memiliki hernia yang tercekik. Untuk kategori obstruksi, 93 orang (61,2%) tidak mengalami obstruksi sementara 59 orang (38,8%)
mengalami obstruksi.

Durasi hernia dalam penelitian ini paling banyak terjadi pada <1 tahun periode 83 orang (54,6%). Kemudian durasi 1-2 tahun adalah 53 orang
(34,9%) dan durasi> 2 tahun adalah 16 orang (10,5%). Untuk jenis hernia, jenis hernia primer yang paling dominan adalah 146 orang (96,1%) dan
jenis hernia berulang adalah 6 orang (3,9%).

Tabel 3 Sejarah faktor


risiko (n = 152)

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)


Sejarah keluarga 11 7,2%
Sejarah Angkat Berat 58 38,2%
Riwayat Bedah Perut 34 22,4%
Sejarah Merokok 33 21,7%
Sejarah Alkohol 26 17,1%
Sejarah Sembelit 11 7,2%
Sejarah Pembesaran Prostat 14 9,2%
Riwayat Diabetes Melitus 22 14,5%
Riwayat Batuk Kronis 31 20,4%
Sejarah Asites 5 3,3%
Sejarah Struktur Uretra 11 7,2%

Dalam penelitian ini ada beberapa faktor risiko, yaitu responden dengan riwayat keluarga mengalami hernia adalah 11 orang (7,2%), total 58 orang
(38,2%) memiliki riwayat angkat berat, kemudian 34 orang (22,4%) dengan riwayat
38

operasi sebelumnya, kemudian 33 orang (21,7%) dengan riwayat merokok, sekitar 26 orang (17,1%) memiliki riwayat minum alkohol, kemudian sebanyak
11 orang (7,2%) dengan riwayat sembelit, sebanyak 14 orang. orang (9, 2%) memiliki riwayat BPH sebelumnya, riwayat batuk kronis ditemukan pada 31
orang (20,4%), kemudian 5 orang (9,3%) dengan riwayat asites, dan 11 orang (7,2%) memiliki riwayat batuk kronis. riwayat striktur uretra sebelumnya.

Uji analisis bivariat untuk hubungan antara obesitas dan risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan prevalensi pada kelompok pasien dengan kategori obesitas menderita hernia tanpa halangan sebanyak 37
orang (39,8%) dan hernia tanpa halangan sebanyak 34 orang (57,6%). Pada kategori non-obesitas menderita hernia tanpa halangan sebanyak 56
orang (60,2%) dan hernia tanpa halangan sebanyak 25 orang (42,4%).

Tabel 4
Prevalensi obesitas dengan risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral

Halangan
Total
Non-Obstruksi Halangan
56 25 81
Hitungan Non-Obesitas
% dalam Obstruksi 60,2% 42,4% 53,3%
Kegemukan
Menghitung 37 34 71
Kegemukan
% dalam Obstruksi 39,8% 57,6% 46,7%
Menghitung 93 59 152
Total
% dalam Obstruksi 100,0% 100,0% 100,0%

Pengakhiran kesimpulan signifikansi diuji dengan uji analisis bivariat Chi-square dengan nilai eksak fisher diperoleh nilai p-0,032, yang merupakan
hasil signifikan atau nilai p <0,05. Ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara obesitas dan risiko obstruksi pada pasien dengan hernia
inguinalis lateral. Analisis statistik dilanjutkan dengan pengujian untuk mendapatkan rasio ganjil antara obesitas dan risiko obstruksi pada pasien
dengan hernia inguinalis lateral. Ada hubungan antara obesitas dan risiko obstruksi pada pasien dengan hernia inguinalis lateral dengan OR besar =
2,058.

Tes variabel perancu

Analisis statistik dilanjutkan dengan variabel perancu untuk menentukan faktor-faktor apa yang membingungkan antara hubungan obesitas dan
risiko obstruksi pada pasien dengan hernia inguinalis lateral.

Tabel 5 Uji Variabel


Mengacaukan

Tidak ada variabel COR AOR Breslow-Day Mantel- Informasi


Haenzel
1 Jenis kelamin 2,058 2.075 0,105 0,029 Tidak Merusak Variabel
2 Usia 2,058 2,353 0,813 0,022 Tidak Merusak Variabel
3 Durasi Hernia 2,058 2,353 0,813 0,022 Tidak Merusak Variabel
4 Keluarga 2,058 2.120 0,741 0,027 Tidak Merusak Variabel
5 Angkat berat 2,058 1,813 0,757 0,125 Variabel pengganggu
6 Operasi 2,058 2.060 0,107 0,031 Tidak Merusak Variabel
7 Merokok 2,058 1,983 0,873 0,044 Tidak Merusak Variabel
8 Alkohol 2,058 1,841 0,767 0,077 Variabel pengganggu
9 Sembelit 2,058 2,022 1.120 0,033 Tidak Merusak Variabel
10 BPH 2,058 2,071 0,003 0,023 Variabel pengganggu
11 DM 2,058 1,977 0,989 0,044 Tidak Merusak Variabel
12 Batuk Kronis 2,058 2,022 0,375 0,036 Tidak Merusak Variabel
13 Asites 2,058 2.079 0,502 0,031 Tidak Merusak Variabel
39
Berdasarkan analisis stratifikasi berbagai jenis variabel pada hubungan obesitas dengan risiko obstruksi pada pasien HIL, itu menunjukkan bahwa
riwayat angkat berat, riwayat alkohol, dan riwayat BPH adalah variabel perancu. Pada variabel weight lifting history, uji homogenitas Breslow-Day
diperoleh p-value = 0,757 (> 0,05) menunjukkan bahwa data homogen, maka uji Mantel-Haenzel diperoleh p-value = 0,125 (> 0,05) menunjukkan
bahwa angkat berat variabel sejarah adalah variabel perancu. Pada variabel riwayat alkohol, uji homogenitas Breslow-Day yang diperoleh nilai-p =
0,767 (> 0,05) menunjukkan bahwa data tersebut homogen, maka uji Mantel-Haenzel yang diperoleh p = 0,077 (> 0,05) menunjukkan bahwa
variabel sejarah angkat berat adalah pengganggu variabel. Dalam variabel historis BPH,

Tabel 6
Uji Nilai Rasio Ganjil Disesuaikan

Tidak Variabel ATAU 1 ATAU 2 COR AOR


1 Angkat berat 2,026 1.588 2,058 1,813
2 Alkohol 1,929 1,467 2,058 1,841
3 BPH 3.000 0,071 2,058 2,071

Berdasarkan analisis perancu variabel perancu pada hubungan obesitas dengan risiko obstruksi pada pasien HIL, menunjukkan bahwa variabel angkat
berat yang diperoleh ATAU 1 = 2,026 menunjukkan risiko besar pada pasien tanpa riwayat angkat berat, OR 2 = 1,588 menunjukkan risiko besar pada
pasien dengan riwayat angkat berat. = 1,813 menunjukkan risiko setelah disesuaikan. Dalam variabel riwayat alkohol yang diperoleh OR 1 = 1.929
menunjukkan risiko besar pada pasien tanpa riwayat alkohol, OR 2 = 1.467 menunjukkan risiko besar pada pasien dengan riwayat alkohol, aOR = 1.841
menunjukkan risiko besar setelah penyesuaian. Dalam variabel riwayat BPH yang diperoleh OR 1 = 3.000 menunjukkan risiko besar pada pasien tanpa
riwayat BPH, OR 2 = 0,071 menunjukkan risiko besar pada pasien dengan riwayat BPH, aOR =

2.071 menunjukkan risiko besar setelah disesuaikan.

4. Diskusi

Karakteristik demografis

Berdasarkan kriteria inklusif dan eksklusi ada 152 orang yang memenuhi kriteria penelitian. Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada data
penelitian, ditemukan bahwa terdapat 140 responden pria (92,1%) dan 12 wanita (7,9%), menunjukkan bahwa pria memiliki risiko lebih besar
menderita HIL daripada wanita. Ini mungkin karena beberapa faktor seperti anatomi analis inguinal pada pria lebih luas daripada wanita. Selain itu
intensitas pekerja lebih beresiko daripada wanita, seperti angkat berat dan aktivitas fisik lainnya. Sejarah BPH juga menyebabkan risiko HIL yang
lebih besar pada laki-laki.8 Berdasarkan mur mayoritas responden adalah 60-74 tahun dengan total 53 orang (34,9%) dan 45-59 tahun dengan total
52 orang (34,2) %) sedangkan yang terendah adalah 0-11 tahun sebanyak 2 orang (1,3%) dengan usia rata-rata 52,11 ± 17,676 tahun. (Banafa &
Aram, 2009) .

Dilihat dari indeks massa tubuh yang didapat, setelah dikategorikan dalam kriteria kategori Asia WHO, kecenderungannya lebih ke arah kategori
obesitas kelas I dengan total 54 orang (35,5%), kemudian normal untuk 50 orang (32,9%), kelebihan berat badan. oleh 24 orang (15,8%), kategori
obesitas derajat II adalah 17 orang (11,2%), dan kurus adalah 7 orang (4,6%) dengan indeks massa tubuh rata-rata 24,7 ± 4,158 tahun. Total
responden dengan non-obesitas adalah 81 orang (53,3%) dan obesitas 71 orang (46,7%).

Karakteristik hernia studi

Berdasarkan karakteristik lokasi hernia ditemukan bahwa ada 81 orang (53,3%) dengan lokasi hernia di sebelah kanan. Kemudian lokasi hernia di
sebelah kiri ditemukan di 68 orang (44,7%), sedangkan lokasi bilateral adalah 3 orang (2,0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Balamaddaiah G et al, menunjukkan bahwa hernia kanan paling banyak 48%, ini disebabkan oleh keterlambatan penurunan testis dan kegagalan
penutupan prosesus vaginalis paling sering di sebelah kanan. sisi. Untuk jenis hernia 47 orang (30,9%) memiliki hernia yang tidak dapat diubah,
kemudian 46 orang hernia yang dapat ditanggulangi (30,3%), kemudian 31 hernia yang dipenjara (20,4%), dan 28 orang (18,4%)%)
40

hernia tercekik. Untuk kategori obstruksi, 93 orang (61,2%) tidak mengalami obstruksi sementara 59 orang (38,8%) mengalami obstruksi. Hal ini
terkait dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan kesadaran pasien terhadap kondisi yang dialami, sehingga obstruksi dapat dicegah. Durasi
hernia dalam penelitian ini paling banyak terjadi pada <1 tahun periode 83 orang (54,6%). Kemudian durasi 1-2 tahun adalah 53 orang (34,9%) dan
durasi> 2 tahun adalah 16 orang (10,5%). Ada sebuah penelitian di mana 68% dari pasien hernia <1 tahun durasi operasi terjadi, ini karena
sebagian besar pasien tidak mencari bantuan medis, merasa terganggu dan sangat menyakitkan. Untuk jenis hernia, jenis hernia primer yang paling
dominan adalah 146 orang (96,1%) dan jenis hernia berulang adalah 6 orang (3,9%) (Aljubairy, 2017) . Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa
85,2% hernia primer dan 14,8% adalah hernia berulang, ini terkait dengan kualitas operasi yang dilakukan, sebagian besar di negara maju sudah
menggunakan teknologi yang baik, dan kesadaran pasien untuk mengurangi faktor risiko. (Goede et al., 2017) .

Faktor risiko untuk hernia inguinalis lateral

Peningkatan kronis pada tekanan intraabdomen yang dapat mendorong isi hernia melewati anulus internal yang cukup lebar dapat disebabkan oleh
konstitusi tubuh, orang kurus cenderung terkena hernia dari jaringan ikat mereka. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
sejumlah besar jaringan lemak dalam tubuh yang menambah beban kerja jaringan ikat pendukung dalam LMR (Locus minoris resistance) (Kockerling
& Simons, 2018; Brunicardi, 2005) . Mengangkat barang-barang berat yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh Anda, seringkali mengejan karena
sembelit atau gangguan saluran kencing, tumor yang menyebabkan penyumbatan usus, batuk kronis yang disebabkan oleh infeksi, bronkitis, asma,
emfisema, alergi, kehamilan dan riwayat asites juga dapat meningkatkan - Tekanan perut. Kelemahan jaringan / otot. Dinding perut karena usia,
malnutrisi, atau kelumpuhan saraf motorik juga merupakan faktor risiko untuk hernia inguinalis lateral.

(Townsend et al., 2004; Sjamsuhidajat & Jong, 2005) .


Selain itu merokok dikatakan meningkatkan risiko hernia inguinalis. Ini karena merokok akan menyebabkan cacat pada metabolisme jaringan
ikat dan meningkatkan risiko PPOK (Oberg et al., 2017) . Dalam studi Modena et al 2016 yang meneliti pengaruh merokok, alkohol, dan diabetes
mellitus pada otot kremastral pada pasien hernia inguinalis, merokok, alkohol, dan diabetes mellitus menyebabkan remodeling otot cremaster yang
akan menyebabkan kehilangan dukungan atau perubahan pada bagian ini yang semakin menguat. hubungan dengan terjadinya hernia inguinalis (Modena
et al., 2016).

Efek obesitas pada risiko obstruksi pada hernia inguinalis lateral

Obesitas adalah faktor risiko hernia inguinalis, ini karena obesitas atau kelebihan berat badan secara alami akan memiliki tekanan internal yang lebih besar.
Tekanan internal ini dapat dengan mudah mendorong jaringan lemak dan organ internal ke hernia (Banafa & Aram, 2009; Suiraoka et al., 2017; Wiardani et al., 2018)
. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa obesitas adalah faktor protektif untuk hernia inguinalis karena orang kurus yang cenderung terkena hernia
inguinalis karena sejumlah kecil jaringan ikat di perut, sehingga usus dengan mudah menonjol keluar karena jaringan ikat yang lemah (Agustina, 2014) .

5. Kesimpulan

Ada hubungan yang signifikan (nilai p <0,05) dengan nilai p = 0,032 dan OR = 2,058 antara obesitas dan risiko obstruksi pada pasien dengan hernia
inguinalis lateral. Ada tiga variabel perancu dalam bentuk sejarah angkat berat dengan uji Mantel-Haenzel p = 0,125 (> 0,05), aOR = 1,813. Riwayat
alkohol dengan uji Mantel-Haenzel p = 0,077 (> 0,05), aOR = 1,841. Riwayat BPH dengan uji Breslow-Day p = 0,003 (<0,05), aOR = 1,841.
41

Referensi
Agustina, VA (2014). Hubungan antara obesitas dengan kejadian hernia inguinalis. Jurnal Publik Unnes
Kesehatan, 3 ( 3). https://doi.org/10.15294/ujph.v3i3.3545
Aljubairy, AM (2017). Prevalensi Hernia Inguinalis dalam Kaitannya dengan Berbagai Faktor Risiko. Mikrobiologi EC, 9,
182-192.
Banafa, NS, & Aram, FO (2009). Faktor risiko hernia pada hadramout-yemen-studi kasus kontrol. Brunicardi, FC, & Schwartz, SI
(2005). Prinsip-prinsip operasi Schwartzs. Bukit McGraw.
de Goede, B., Timmermans, L., van Kempen, BJ, van Rooij, FJ, Kazemier, G., Lange, JF, ... & Jeekel, J.
(2015). Faktor risiko hernia inguinalis pada pria paruh baya dan lansia: hasil dari Studi Rotterdam. Bedah, 157 ( 3), 540-546. https://doi.org/10.1016/j.surg.2014.09.02

Köckerling, F., & Simons, MP (2018). Konsep hernia inguinalis saat ini. Obat visceral, 34 ( 2), 145-
150 https://doi.org/10.1159/000487278
Modena, SF, Caldeira, EJ, Peres, MAO, & Andreollo, NA (2016). Pengaruh tembakau, alkohol dan
diabetes pada kolagen otot kremaster pada pasien dengan hernia inguinalis. ABCD. Arquivos Brasileiros de Cirurgia Digestiva (São Paulo), 29 ( 4),
218-222. https://doi.org/10.1590/0102-6720201600040002
Öberg, S., Andresen, K., & Rosenberg, J. (2017). Etiologi hernia inguinalis: tinjauan komprehensif. Perbatasan di
operasi, 4, 52. https://doi.org/10.3389/fsurg.2017.00052
Park, CY, Kim, JC, Kim, DY, & Kim, SK (2011). Hernia inguinalis mengalami kelebihan berat badan dan obesitas
pasien. Jurnal Masyarakat Bedah Korea, 81 ( 3), 205-210. https://doi.org/10.4174/jkss.2011.81.3.205
Scott, DJ, & Jones, DB (2003). Hernia dan cacat dinding perut. Di Praktik Penting Bedah ( hlm. 335-
354). Springer, New York, NY. https://doi.org/10.1007/0-387-22744-X_25
Sjamsuhidajat, RWDJ, & De Jong, W. (2005). Buku-Ajar Ilmu Bedah.
Suiraoka, IP, Duarsa, DPP, Wirawan, IDN, & Bakta, IM (2017). Persepsi orang tua, guru, dan
ahli gizi pada obesitas anak dan hambatan untuk perilaku sehat: studi fenomenologis. Jurnal Internasional Ilmu Kesehatan, 1 ( 2), 1-11. https://doi.org/10.21744/ijhs.v

Townsend, CM, Beauchamp, R., Evers, B., & Mattox, K. (2004). Hernia. Buku Teks Operasi Sabiston.
Wiardani, NK, Adiatmika, I., Paramita, DP, & Tirtayasa, K. (2018). Persepsi wanita dewasa terhadap obesitas
dan strategi intervensinya di masyarakat. Jurnal Internasional Ilmu Kesehatan, 2 ( 2), 46-60.
https://doi.org/10.29332/ijhs.v2n2.158
Zendejas, B., Hernandez-Irizarry, R., Ramirez, T., Lohse, CM, Grossardt, BR, & Farley, DR (2014).
Hubungan antara indeks massa tubuh dan kejadian perbaikan hernia inguinalis: sebuah studi berbasis populasi di Olmsted County, MN. Hernia,
18 ( 2), 283-288. https://doi.org/10.1007/s10029-013-1185-5

Anda mungkin juga menyukai