Oleh :
DIAN PURNOMO
2022090021
UNIVERSITAS GRESIK
TAHUN 2021/2022
Laporan Pengesahan dan Asuhan Keperawatan
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Dian Purnomo
(2022090021)
Mengetahui
CI Ruangan
Rumah Sakit Grha Husada
Rudianto,.S.Kep.Ns
LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO
1. Konsep Medis
a. Pengertian
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan oleh gangguan
alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit dengan
demikian vertigo bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan
suatu kumpulan gejala atau satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, untoble), otonomik (pucat, peluh dingin, mual dan muntah
dizziness lebih mencerminkan keluhan rasa gerakan yang umum tidak
spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan perasaan yang sulit dilukiskan
sendiri oleh penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi ini sebagai
nggliyer, sedangkan giddiness berarti dizziness atau vertigo yang
berlangsung singkat(Sutarni et al., 2019).
Gangguan pada otak kecil tersendiri bisa mengakibatkan vertigo yang
jarang sekali ditemukan. Namun, pasokan oksigen ke otak yang kurang
sehingga bisa menjadi penyebabnya. Ada beberapa jenis obat yang bisa
menimbukan radang kronis telinga dalam. Keadaan ini juga dapat
menimbulkan vertigo misalnya, (kina, salisilat, dan streptomisin)(Sumarliyah
& Hadi Saputro, 2019).
Vertigo merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan
sistem vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun
tidak jarang gejala vertigo ini yang menjadi gangguan sistematik lainnya
misalnya (obat, hipotensi, penyakit endokrin, dan sebagainya) (Herlina &
Rika Nofia, 2017).
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah
yangberasal dari Bahasalatin vertere yang berarti memutar. Vertigo
seringkali dinyatakan sebagai rasa pusing,sempoyongan, rasa melayang,
badan atau dunia sekelilingnya berputar- putar (Pulungan, 2018).
Menurut Data World Health Organization (WHO) 2019 menunjukkan
sekitar miliarorang di dunia menderita Vertigo. Artinya, 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis menderitaVertigo, hanya 36,8% di antaranya yang
minum obat. Jumlah penderita Vertigo di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada miliar orang yang
terkenaVertigo.Diperkirakan juga setiap tahun ada juta orang meninggal
akibat Vertigo dankomplikasi. Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian
Rendra 2019, prevalensi Vertigo diIndonesia sebesar 50% dari orang tua
yang berumur 75 tahun (Miralza diza, 2019).
Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi
berputar yangakan meningkat dengan perubahan posisi kepala
(Kusumastuti & Sutarni, 2018).Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang
menjadi pucat (pallor) terutama di daerahmuka dan peluh dingin (cold
sweat). Gejala ini selalu mendahului munculnya gejalamual/muntah dan
diduga akibat sistem saraf simpatik (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Vertigo bukan suatu gejala pusing saja, tetapi merupakan
suatukumpulan gejala atausatu sindroma yang terdiri dari gejala somatik
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat,peluh dingin, mual, muntah), dan
pusing. Vertigo perlu dipahami karena merupakankeluhan nomer 3 paling
sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktekumum, bahkan
pada orang tua sekitar 75 tahun, 50% datang ke dokter dengan
keluhanpusing (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Vertigo adalah pergerakan tubuh atau lingkungan sekitar yang
sebenarnya mengikuti atau tidak mengikuti oleh gejala organ di bawah
pengaruh saraf otonom dan mata (Nurhartati, Musfirah, & Suryanti, 2021).
vertigo merupakan satu bentuk gangguan keseimbanganatau
gangguan orientasi di ruangan atau lingkungan sekitar (Sihombing, 2021).
b. Etiologi
1) Penyebab vertigo akibat serpihan Kristal Menurut (Sutarni et al., 2019).
Penyebab vertigo dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a) Otologi
Otologi ini merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering), dapat
disebabkan oleh BPPV (benign paroxysmal positional vertigo),
penyakit Meniere, parase N. VIII (vestibulokoklearis) maupun otitis
media.
b) Neurologis
Merupakan 23-30%
(1.) Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum
(2.) Ataksia karena neuropati
(3.) Gangguan visus
(4.) Gangguan serebelum
(5.) Seklerosis multiple yaitu suatu penyakit saat sistem kekebalan
tubuh menggerogoti lapisan pelindung saraf
(6.) Malformasi chiari, yaitu anomaly bawaan di mana serebelum
dan medulla oblongata menjorok ke medulla spinalis melalui
foramen magnum.
(7.) Vertigo servikal.
c) Interna
Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan
kardiovaskuler. Penyebabnya biasanya berupa tekanan darah yang
naik atau turun, aritma kordis, penyakit jantung koroner, infeksi,
hipoglikemia, serta intoksikasi obat, misalnifedipin, benzodiazepine,
Xanax (Sutarni et al., 2019).
d) Psikiatrik
Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya pemeriksaan
klinis dan laboratoris menunjukkan hasil dalam bebas normal
Penyebabnya biasanya berupa depresi, fobia, ansietas, serta
psikosomatis.
e) Fisiologis
Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita
berada di tempat tinggi.
2) Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan antara telinga dengan otak dan di dalam otak sendiriVertigo
juga berhubungan dengan kelainan lainnya, selain kelainan padatelinga,
saraf yang menghubungkan telinga dalam dengan otak, serta di
otak,misalnya kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang
terjadisecara tiba-tiba (Putri & Sidharta, 2016). Faktor yang mempengaruhi
vertigodibagi menjadi :
a) Usia : usia lanjut terjadi berbagai perubahan struktural berupa
degenerasi dan atrofi pada sistem vestibular, visual dan
proprioseptifdengan akibat gangguan fungsional pada ketiga sistem
tersebut. Usialanjut dengan gangguan keseimbangan memiliki risiko
jatuh 2-3 kalidibanding usia lanjut tanpa gangguan keseimbangan.
Tiap tahunberkisar antara 20-30% orang yang berusia lebih dari 65
tahun seringlebih banyak berada di rumah saja karena masalah
mudah jatuh.
b) Stress berat : Tekanan stres yang terlampau besar hingga
melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala
seperti sakit kepala,gampang marah, dan tidak bisa tidur. Salah satu
respons yang muncul dariakibat stres adalah gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur.
c) Keadaan lingkungan : motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
d) Gaya hidup, Obat-obatan : alkohol, Gentamisin
e) Kelainan sirkulasi : transient ischemic attack (gangguan fungsi otak
sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian
otak)pada arteri vertebral dan arteri basiler
f) Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan
beningparoxysmal positional vertigo)
3) Faktor predisposisi penyakit vertigo diantaranya Motion sickness,
Perilymphatic fistula, Vestibular migraine, dan Labirinitis. Sedangkan
faktorpresipitasinya antara lain Arteriosklerosis, Intoksikasi dan Nyeri
kepala(Pulungan, 2018).
c. Tanda dan gejala
1) Gejala klinis yang menonjol vertigo dapat pula dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu:
a) Vertigo proksimal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau
hari,menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi dan di antara
seranganpenderita bebas dari keluhan.Berdasarkan gejala penyertanya
di bagi:
(1.) Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging, sindrom
menire,arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar,
kelainanontogeny, tumor fossa poaterior.
(2.) Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilepsi,
migrain,vertigo anak.
(3.) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: posisional
proksimalbenigna (Sutarni et al., 2019).
b) Vertigo kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak
membentukserangan- serangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya
dibagi:
(1.) Keluhan telinga: otitis media kronis, tumor
serebelopontin,meningitis TB, labirinitis kronis, lues serebri
(2.) Tanpa keluhan telinga: konstusio serebri, hipoglikemia,
ensefalitispontis, kelainan okuler, kardiovaskular dan psikologis,
posttraumaticsindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.
(3.) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi
orthostatic,vertigo servikalis (Sutarni et al., 2019).
c) Vertigo akut
Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
(1.) Ada pada keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin,
perdarahanlabirin, herpes zoster otikus.
(2.) Tidak ada pada keluhan telinga: neuritis vestibularis,
sclerosismultiple, oklusi arteri serebeli inferior posterior,
ensefalitisvestibularis, sclerosis multiple, hematobulbi (Sutarni et
al., 2019).
d. Klasifikasi
a) Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular dan non vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo
perifer dan vertigo sentral. Vertigo dapat dibagi menjadi dua yaitu:
(1.) VertigoVestibular
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasamengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk
menjagakeseimbangan. Vertigo timbul pada gangguan sistem
vestibular, yangmenimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodic,
diprovokasi olehgerakan kepala, dan bias disertai rasa mual
muntah(Sutarni et al., 2019).
(a.) Vertigo vestibular perifer
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis.Vertigo
vestibularperifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan
posisikepala,dengan rasa berputar yang berat,disertai
mual/muntah dankeringat dingin.Bila disertai gangguan
pendengaran berupa tinnitusatau ketulian dan tidak disertai
gejala neurologis fokal seperti,hemiparesis,diplopia perioral
parastesia,penyakit paresisfasialis.Penyebabnya antara lain
adalah begin paroxysmal positional vertigo(BPPV),penyakit
miniere ,neuritisvesti oklusia,labirin,labirinitis.
(b.) Vertigovestibularsentral
Timbul pada lesi di nucleus vestibularis di batang otak atau
thalamussampai ke korteks serebri.Vertigo vestibular sentral
timbulnya lebihlambat ,tidak terpengaruh oleh gerakan
kepala.Rasa berputarnyaringan jarang disertai rasa
mual/muntah,atau kalau ada ringansaja.Tidak disertai gangguan
gangguan pendengaran.Bisa disertaigejala neurologis fokal
seperti disebut .Penyebabnya antara
lainmigraine ,CVD,tumor,epylepsi demielinisasi dan
degenerasi(Sutarni et al., 2019).
Tabel : Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer Dengan Sentral
e. Patofisiologi
Lesi unilateral pada jalur vestibular akan menyebabkan terjadinya sindroma
vestibular sebagai konsekuensi dari ketidakseimbangan tonus. Ada dua macam
sindrom klinis yang relevan yaitu spatial hemineglect dan the pusher syndrome
yang terjadi apabila lesi terdapat di daerah thalamus atau di hemisfer otak.
Sindroma ini biasanya didapati pada pasien stroke. Spatial hemineglect terjadi
apabila terdapat gangguan atau kerusakan di bagian otak yang bertanggung
jawab atas orientasi ruang. Hal ini akan menyebabkan pasien tidak dapat
mempersepsikan objek di salah satu sisi. The pusher syndrome adalah sebuah
gejala yang biasanya ditemui pada pasien post-stroke di mana pasien akan
cenderung memposisikan badannya ke arah tubuh yang mengalami kelemahan.
Pada sindroma ini terjadi salah persepsi pada impuls yang disalurkan. Pasien
dengan sindroma ini juga memiliki gangguan pada persepsi visual, proprioseptif
dan pergerakan motorik sehingga menyulitkan mereka untuk memahami postur
dan keseimbangan tubuhnya. Kondisi ini merefleksikan disfungsi dari orientasi
ruang, atensi dan kontrol postur tubuh. Penyakit yang melibatkan fungsi
vestibular sentral ini tidak hanya melibatkan konvergensi input multisensor tetapi
juga integrasi sensorimotor dengan memori spasial, orientasi, atensi, navigasi
dan interaksi tubuh dan lingkungan ketika bergerak. Ketika ada kerusakan atau
gangguan pada otak yang berfungsi mempersepsikan impuls terkait
keseimbangan ini, maka respon yang terbentuk tentu tidak akan normal.
Perubahan posisi dan gerak kepala yang diinformasikan melalui sistem
vestibular normalnya akan membuat mata tetap stabil ketika memandang. Hal ini
yang mana telah disebutkan sebelumnya yaitu dengan mekanisme VOR.
Apabila terdapat gangguan pada salah satu komponen VOR misalnya batang
otak maka impuls yang diteruskan akan salah dipersepsikan. Akibatnya pasien
akan mengalamivertigo yang disertai dengan nistagmus danketidakseimbangan
postur tubuh(Pracilia & Kurniawan, 2021).
f. Pemeriksaan Penunjang
i. Penatalaksanaan
1) Tatalaksana Serangan Akut Vertigo
Serangan akut vertigo terlepas dari apapunpenyebabnya, akan
menghilang sendiri dalam 24-48jam karena ada efek kompensasi dari
batang otak.Selama fase akut, terapi suportif seperti tirah baring
danpemberian vestibular blocking agents dapat mengurangigejala yang
terjadi. Kombinasi dari antihistamin danantiemetik adalah obat yang sering
digunakan.
2) Tatalaksana Spesifik Sesuai Penyebab
Penyebab vertigo yang berbahaya adalah TIA atau stroke. Kondisi ini
umum terjadi khususnya pada pasien yang memiliki faktor risiko
kardiovaskular. Manajemen yang dapat dilakukan adalah melakukan
rujukan ke rumah sakit dengan segera dan melakukan pemeriksaan
radiologis. Modifikasi faktor risiko kardiovaskular dan terapi antikoagulan
dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut. Untuk mengatasi
vertigo yang disebabkan oleh migrain vestibular dapat diberikan profilaksis
migrain yaitu agonis reseptor serotonin (obat golongan Triptan). Apabila
penyebabnya berupa tumor atau kelainan seperti Dandy Walker Syndrome
maka tindakan operatif dapat dipertimbangkan. Pada vertigo juga dapat
dilakukan rehabilitasi untuk mengatasi intolerasi gerak dan masalah
keseimbangan pada pasien apabila penyakit yang mendasari sudah tidak
menimbulkan masalah. Tujuan dari rehabilitasi ini adalah meningkatkan
stabilitas gaze, meningkatkan stabilitas postur tubuh, mencegah vertigo,
dan meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Rehabilitasi ini memfasilitasi perbaikan dari mekanisme keseimbangan
yang meliputi adaptasi, substitusi, somatosensorik dan
strategipostural(Pracilia & Kurniawan, 2021).
2. Konsep Keperawatan
2.1. Pengkajian
a. Identitas pasien : 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama saat MRS
Sensasi berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi
kepala berlangsung sebentar atau menetap, mual, muntah, pucat
1 2 3 4 5
Herlina, A., & Rika Nofia, V. (2017). Efektifitas Latihan Brandt Daroff Terhadap
Kejadian Vertigo Pada Subjek Penderita Vertigo. Jurnal Medika Saintika,
8(2). http://syedzasaintika.ac.id/jurnal
Kurniawan, I. C. (2022). Pendampingan asuhan keperawatan medikal bedah pada
pasien dengan gangguan sistem saraf (Vertigo) di Ruang Flamboyan RSU
Banjar.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed., Vol. 3). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan
Keperawatan (1st ed., Vol. 2). DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed., Vol. 2). Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Pracilia, S., & Kurniawan, S. N. (2021). Central vertigo. Journal of Pain.
https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2021.002.02.4
Pulungan, P. (2018). Hubungan Vertigo Perifer dengan Kualitas Tidur. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sumarliyah, E., & Hadi Saputro, S. S. (2019). Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Pengaruh Senam Vertigo (Canalit Reposition Treatment) Terhadap
Keseimbangan Tubuh Pada Pasien Vertigo. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 4(1).
Sutarni, S., Malueka, R. G., & Ghofir, A. (2019). Bunga Rampai Vertigo (3rd ed.).
Gadjah Mada University Press.