Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

Oleh :

DIAN PURNOMO

2022090021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS GRESIK

TAHUN 2021/2022
Laporan Pengesahan dan Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Nn.”DR” Dengan Diagnosa Medis VERTIGO+OBSERVASI


VOMITING Di Unit Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Grha Husada Gresik.

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

Dian Purnomo
(2022090021)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Kepala Ruang Rawat Inap


Rumah Sakit Grha Husada

Istiroha,.S.Kep.Ns. M.Kep Novia Echa,.S.Kep.Ns

CI Ruangan
Rumah Sakit Grha Husada

Rudianto,.S.Kep.Ns
LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

1. Konsep Medis

a. Pengertian

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan oleh gangguan
alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit dengan
demikian vertigo bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan
suatu kumpulan gejala atau satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, untoble), otonomik (pucat, peluh dingin, mual dan muntah
dizziness lebih mencerminkan keluhan rasa gerakan yang umum tidak
spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan perasaan yang sulit dilukiskan
sendiri oleh penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi ini sebagai
nggliyer, sedangkan giddiness berarti dizziness atau vertigo yang
berlangsung singkat(Sutarni et al., 2019).
Gangguan pada otak kecil tersendiri bisa mengakibatkan vertigo yang
jarang sekali ditemukan. Namun, pasokan oksigen ke otak yang kurang
sehingga bisa menjadi penyebabnya. Ada beberapa jenis obat yang bisa
menimbukan radang kronis telinga dalam. Keadaan ini juga dapat
menimbulkan vertigo misalnya, (kina, salisilat, dan streptomisin)(Sumarliyah
& Hadi Saputro, 2019).
Vertigo merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan
sistem vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun
tidak jarang gejala vertigo ini yang menjadi gangguan sistematik lainnya
misalnya (obat, hipotensi, penyakit endokrin, dan sebagainya) (Herlina &
Rika Nofia, 2017).
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah
yangberasal dari Bahasalatin vertere yang berarti memutar. Vertigo
seringkali dinyatakan sebagai rasa pusing,sempoyongan, rasa melayang,
badan atau dunia sekelilingnya berputar- putar (Pulungan, 2018).
Menurut Data World Health Organization (WHO) 2019 menunjukkan
sekitar miliarorang di dunia menderita Vertigo. Artinya, 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis menderitaVertigo, hanya 36,8% di antaranya yang
minum obat. Jumlah penderita Vertigo di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada miliar orang yang
terkenaVertigo.Diperkirakan juga setiap tahun ada juta orang meninggal
akibat Vertigo dankomplikasi. Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian
Rendra 2019, prevalensi Vertigo diIndonesia sebesar 50% dari orang tua
yang berumur 75 tahun (Miralza diza, 2019).
Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi
berputar yangakan meningkat dengan perubahan posisi kepala
(Kusumastuti & Sutarni, 2018).Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang
menjadi pucat (pallor) terutama di daerahmuka dan peluh dingin (cold
sweat). Gejala ini selalu mendahului munculnya gejalamual/muntah dan
diduga akibat sistem saraf simpatik (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Vertigo bukan suatu gejala pusing saja, tetapi merupakan
suatukumpulan gejala atausatu sindroma yang terdiri dari gejala somatik
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat,peluh dingin, mual, muntah), dan
pusing. Vertigo perlu dipahami karena merupakankeluhan nomer 3 paling
sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktekumum, bahkan
pada orang tua sekitar 75 tahun, 50% datang ke dokter dengan
keluhanpusing (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Vertigo adalah pergerakan tubuh atau lingkungan sekitar yang
sebenarnya mengikuti atau tidak mengikuti oleh gejala organ di bawah
pengaruh saraf otonom dan mata (Nurhartati, Musfirah, & Suryanti, 2021).
vertigo merupakan satu bentuk gangguan keseimbanganatau
gangguan orientasi di ruangan atau lingkungan sekitar (Sihombing, 2021).
b. Etiologi
1) Penyebab vertigo akibat serpihan Kristal Menurut (Sutarni et al., 2019).
Penyebab vertigo dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a) Otologi
Otologi ini merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering), dapat
disebabkan oleh BPPV (benign paroxysmal positional vertigo),
penyakit Meniere, parase N. VIII (vestibulokoklearis) maupun otitis
media.
b) Neurologis
Merupakan 23-30%
(1.) Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum
(2.) Ataksia karena neuropati
(3.) Gangguan visus
(4.) Gangguan serebelum
(5.) Seklerosis multiple yaitu suatu penyakit saat sistem kekebalan
tubuh menggerogoti lapisan pelindung saraf
(6.) Malformasi chiari, yaitu anomaly bawaan di mana serebelum
dan medulla oblongata menjorok ke medulla spinalis melalui
foramen magnum.
(7.) Vertigo servikal.
c) Interna
Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan
kardiovaskuler. Penyebabnya biasanya berupa tekanan darah yang
naik atau turun, aritma kordis, penyakit jantung koroner, infeksi,
hipoglikemia, serta intoksikasi obat, misalnifedipin, benzodiazepine,
Xanax (Sutarni et al., 2019).
d) Psikiatrik
Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya pemeriksaan
klinis dan laboratoris menunjukkan hasil dalam bebas normal
Penyebabnya biasanya berupa depresi, fobia, ansietas, serta
psikosomatis.
e) Fisiologis
Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita
berada di tempat tinggi.
2) Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan antara telinga dengan otak dan di dalam otak sendiriVertigo
juga berhubungan dengan kelainan lainnya, selain kelainan padatelinga,
saraf yang menghubungkan telinga dalam dengan otak, serta di
otak,misalnya kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang
terjadisecara tiba-tiba (Putri & Sidharta, 2016). Faktor yang mempengaruhi
vertigodibagi menjadi :
a) Usia : usia lanjut terjadi berbagai perubahan struktural berupa
degenerasi dan atrofi pada sistem vestibular, visual dan
proprioseptifdengan akibat gangguan fungsional pada ketiga sistem
tersebut. Usialanjut dengan gangguan keseimbangan memiliki risiko
jatuh 2-3 kalidibanding usia lanjut tanpa gangguan keseimbangan.
Tiap tahunberkisar antara 20-30% orang yang berusia lebih dari 65
tahun seringlebih banyak berada di rumah saja karena masalah
mudah jatuh.
b) Stress berat : Tekanan stres yang terlampau besar hingga
melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala
seperti sakit kepala,gampang marah, dan tidak bisa tidur. Salah satu
respons yang muncul dariakibat stres adalah gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur.
c) Keadaan lingkungan : motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
d) Gaya hidup, Obat-obatan : alkohol, Gentamisin
e) Kelainan sirkulasi : transient ischemic attack (gangguan fungsi otak
sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian
otak)pada arteri vertebral dan arteri basiler
f) Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan
beningparoxysmal positional vertigo)
3) Faktor predisposisi penyakit vertigo diantaranya Motion sickness,
Perilymphatic fistula, Vestibular migraine, dan Labirinitis. Sedangkan
faktorpresipitasinya antara lain Arteriosklerosis, Intoksikasi dan Nyeri
kepala(Pulungan, 2018).
c. Tanda dan gejala
1) Gejala klinis yang menonjol vertigo dapat pula dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu:
a) Vertigo proksimal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau
hari,menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi dan di antara
seranganpenderita bebas dari keluhan.Berdasarkan gejala penyertanya
di bagi:
(1.) Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging, sindrom
menire,arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar,
kelainanontogeny, tumor fossa poaterior.
(2.) Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilepsi,
migrain,vertigo anak.
(3.) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: posisional
proksimalbenigna (Sutarni et al., 2019).
b) Vertigo kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak
membentukserangan- serangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya
dibagi:
(1.) Keluhan telinga: otitis media kronis, tumor
serebelopontin,meningitis TB, labirinitis kronis, lues serebri
(2.) Tanpa keluhan telinga: konstusio serebri, hipoglikemia,
ensefalitispontis, kelainan okuler, kardiovaskular dan psikologis,
posttraumaticsindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.
(3.) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi
orthostatic,vertigo servikalis (Sutarni et al., 2019).
c) Vertigo akut
Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
(1.) Ada pada keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin,
perdarahanlabirin, herpes zoster otikus.
(2.) Tidak ada pada keluhan telinga: neuritis vestibularis,
sclerosismultiple, oklusi arteri serebeli inferior posterior,
ensefalitisvestibularis, sclerosis multiple, hematobulbi (Sutarni et
al., 2019).
d. Klasifikasi
a) Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular dan non vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo
perifer dan vertigo sentral. Vertigo dapat dibagi menjadi dua yaitu:
(1.) VertigoVestibular
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasamengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk
menjagakeseimbangan. Vertigo timbul pada gangguan sistem
vestibular, yangmenimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodic,
diprovokasi olehgerakan kepala, dan bias disertai rasa mual
muntah(Sutarni et al., 2019).
(a.) Vertigo vestibular perifer
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis.Vertigo
vestibularperifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan
posisikepala,dengan rasa berputar yang berat,disertai
mual/muntah dankeringat dingin.Bila disertai gangguan
pendengaran berupa tinnitusatau ketulian dan tidak disertai
gejala neurologis fokal seperti,hemiparesis,diplopia perioral
parastesia,penyakit paresisfasialis.Penyebabnya antara lain
adalah begin paroxysmal positional vertigo(BPPV),penyakit
miniere ,neuritisvesti oklusia,labirin,labirinitis.
(b.) Vertigovestibularsentral
Timbul pada lesi di nucleus vestibularis di batang otak atau
thalamussampai ke korteks serebri.Vertigo vestibular sentral
timbulnya lebihlambat ,tidak terpengaruh oleh gerakan
kepala.Rasa berputarnyaringan jarang disertai rasa
mual/muntah,atau kalau ada ringansaja.Tidak disertai gangguan
gangguan pendengaran.Bisa disertaigejala neurologis fokal
seperti disebut .Penyebabnya antara
lainmigraine ,CVD,tumor,epylepsi demielinisasi dan
degenerasi(Sutarni et al., 2019).
Tabel : Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer Dengan Sentral

Gejala Perifer Sentral


Bangkitan Lebih mendadak Lebih lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Mual/ muntah/ keringatan ++ +
Gangguan pendengaran +/- +/-
Tanda fokal otak - +/-
(2.) Vertigo non vestibular
Timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual
menimbulkan sensasi bukan berputar,melainkan rasa
melayang,goyangberlangsung konstan /kontinu,tidak disertai rasa
mual/muntah,serangandiasanya dicetuskan oleh gerakan objek
disekitarnya,misalnya di tempatkeramaian atau lalu lintas macet.
Penyebab antara polineuropati,meliopatiartrosis servikalis trauma
leher,presinkope,hipotensi,ortostatik,hiperventilasi tension,headache
hipoglikemi,penyakit sistemik. Perbedaanvertigo vestibur dan
nonvestibular sebagai berikut (Sutarni et al., 2019).

Tabel : Perbedaan Vertigo Vestibular Dengan Non Vestibular


Vertigo
Gejala Vertigo vestibular
Nonvestibular
Melayang,
Sifat vertigo Rasa berputar
goyang
Kontinu/
Serangan Episodik
konstan
Mual/ muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus Gerakan kepala -
Gerakan obyek
visual
Situasi pencetus -
keramaian, lalu
lintas

e. Patofisiologi
Lesi unilateral pada jalur vestibular akan menyebabkan terjadinya sindroma
vestibular sebagai konsekuensi dari ketidakseimbangan tonus. Ada dua macam
sindrom klinis yang relevan yaitu spatial hemineglect dan the pusher syndrome
yang terjadi apabila lesi terdapat di daerah thalamus atau di hemisfer otak.
Sindroma ini biasanya didapati pada pasien stroke. Spatial hemineglect terjadi
apabila terdapat gangguan atau kerusakan di bagian otak yang bertanggung
jawab atas orientasi ruang. Hal ini akan menyebabkan pasien tidak dapat
mempersepsikan objek di salah satu sisi. The pusher syndrome adalah sebuah
gejala yang biasanya ditemui pada pasien post-stroke di mana pasien akan
cenderung memposisikan badannya ke arah tubuh yang mengalami kelemahan.
Pada sindroma ini terjadi salah persepsi pada impuls yang disalurkan. Pasien
dengan sindroma ini juga memiliki gangguan pada persepsi visual, proprioseptif
dan pergerakan motorik sehingga menyulitkan mereka untuk memahami postur
dan keseimbangan tubuhnya. Kondisi ini merefleksikan disfungsi dari orientasi
ruang, atensi dan kontrol postur tubuh. Penyakit yang melibatkan fungsi
vestibular sentral ini tidak hanya melibatkan konvergensi input multisensor tetapi
juga integrasi sensorimotor dengan memori spasial, orientasi, atensi, navigasi
dan interaksi tubuh dan lingkungan ketika bergerak. Ketika ada kerusakan atau
gangguan pada otak yang berfungsi mempersepsikan impuls terkait
keseimbangan ini, maka respon yang terbentuk tentu tidak akan normal.
Perubahan posisi dan gerak kepala yang diinformasikan melalui sistem
vestibular normalnya akan membuat mata tetap stabil ketika memandang. Hal ini
yang mana telah disebutkan sebelumnya yaitu dengan mekanisme VOR.
Apabila terdapat gangguan pada salah satu komponen VOR misalnya batang
otak maka impuls yang diteruskan akan salah dipersepsikan. Akibatnya pasien
akan mengalamivertigo yang disertai dengan nistagmus danketidakseimbangan
postur tubuh(Pracilia & Kurniawan, 2021).

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan


diagnosis vertigo adalah pemeriksaan pendengaran (audiological testing).
Pemeriksaan ini dapat mengetahui ada tidaknya penurunan fungsi pendengaran
pada pasien dengan vertigo. Selain itu, bisa juga dilakukan caloric testing untuk
mengevaluasi fungsi dari labirin untuk membantu membedakan vertigo yang
terjadi termasuk tipe perifer atau sentral. Pemeriksaan radiologis merupakan alat
investigasi yang penting apabila didapatkan kecurigaan penyebab vertigo adalah
di sentral. Gejala klinis seperti vertigo yang terjadi tiba-tiba dan tidak diprovokasi
oleh perubahan posisi, berhubungan dengan sakit kepala baru di daerah
oksipital, berhubungan dengan ketulian tetapi tidak ada riwayat Meniere disease,
vertigo akut dengan head impulse test normal, dan berhubungan dengan tanda
neurologis sentral seperti ataksia trunkal merupakan pertimbangan untuk segera
dilakukan pemeriksaan radiologis. MRI lebih direkomendasikan ketika pasien
memiliki kecurigaan penyakit seperti sklerosis multipel, infark vaskular, atau
tumor di serebelopontin. CT-scan lebih direkomendasikan untuk mendeteksi
adanya abnormalitas tulang petrosa atau perdarahan serebelum dan sebagai
alat untuk follow up vertigo yang diinduksi trauma (Pracilia & Kurniawan, 2021).
CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan tulang atau tumor
yang menekan saraf. Jika dicurigai adanya infeksi, sampel cairan dari telinga
atau sinus dan tulang belakang dapat diambil. Pemeriksaan angiogram,
dilakukan karena adanya penurunan sirkulasi darah ke otak. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk melihat apakah ada penyumbatan pada pembuluh darah yang
menuju ke otak, Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatri,
laboratorium (Kurniawan, 2022).
g. WOC Vertigo
h. Komplikasi
Menurut Sumarliyah, (2019) adapun Komplikasi yaitu:
1) Stoke
2) Obstruksi peredaran darah di labirin
3) Penyakit meniere
4) Infeksi dan inflamasi

i. Penatalaksanaan
1) Tatalaksana Serangan Akut Vertigo
Serangan akut vertigo terlepas dari apapunpenyebabnya, akan
menghilang sendiri dalam 24-48jam karena ada efek kompensasi dari
batang otak.Selama fase akut, terapi suportif seperti tirah baring
danpemberian vestibular blocking agents dapat mengurangigejala yang
terjadi. Kombinasi dari antihistamin danantiemetik adalah obat yang sering
digunakan.
2) Tatalaksana Spesifik Sesuai Penyebab
Penyebab vertigo yang berbahaya adalah TIA atau stroke. Kondisi ini
umum terjadi khususnya pada pasien yang memiliki faktor risiko
kardiovaskular. Manajemen yang dapat dilakukan adalah melakukan
rujukan ke rumah sakit dengan segera dan melakukan pemeriksaan
radiologis. Modifikasi faktor risiko kardiovaskular dan terapi antikoagulan
dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut. Untuk mengatasi
vertigo yang disebabkan oleh migrain vestibular dapat diberikan profilaksis
migrain yaitu agonis reseptor serotonin (obat golongan Triptan). Apabila
penyebabnya berupa tumor atau kelainan seperti Dandy Walker Syndrome
maka tindakan operatif dapat dipertimbangkan. Pada vertigo juga dapat
dilakukan rehabilitasi untuk mengatasi intolerasi gerak dan masalah
keseimbangan pada pasien apabila penyakit yang mendasari sudah tidak
menimbulkan masalah. Tujuan dari rehabilitasi ini adalah meningkatkan
stabilitas gaze, meningkatkan stabilitas postur tubuh, mencegah vertigo,
dan meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Rehabilitasi ini memfasilitasi perbaikan dari mekanisme keseimbangan
yang meliputi adaptasi, substitusi, somatosensorik dan
strategipostural(Pracilia & Kurniawan, 2021).
2. Konsep Keperawatan
2.1. Pengkajian
a. Identitas pasien : 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama saat MRS
Sensasi berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi
kepala berlangsung sebentar atau menetap, mual, muntah, pucat

2) Riwayat penyakit dahulu


Kebanyakan Sering terjadi berulang
c. Pola fungsi kesehatan
1) Nutrisi
- mual, muntah
2) Nyeri/Kenyamanan
- Sensasi berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi
kepala berlangsung sebentar atau menetap
2.2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003)
b. Nyeri Akut b.d agen pencedera Fisiologis (D.0077)
c. Defisit Nutrisi b.d Kurangnya asupan makanan (D.0019)
d. Nausea b.d Faktor Psikologis (D.0076)
e. Risiko Cedera b.d vertigo (D.0136)(PPNI, 2017)
2.3. Intervensi(PPNI, 2018), (PPNI, 2019)

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Pertukaran Observasi:
Gas  Monitor pola nafas, monitor saturasi
D.0003 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan oksigen
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler dalam batas normal  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
Pengertian : Kriteria Hasil: upaya napas
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Terapeutik
Kelebihan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Atur Interval pemantauan respirasi
atau Menurun Meningkat sesuai kondisi pasien
kekurangan 1 Tingkat Kesadaran Edukasi
oksigenasi   1 2 3 4 5  Jelaskan tujuan dan prosedur
dan/atau Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun pemantauan
eliminasi Meningkat Menurun  Informasikan hasil pemantauan, jika
karbondioksi 1 Dispneu perlu
da pada   1 2 3 4 5 Terapi Oksigen
membran 2 Bunyi napas tambahan Observasi:
alveolus-   1 2 3 4 5  Monitor kecepatan aliran oksigen
kapiler 3. Gelisah  Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
1 2 3 4 5  Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
4. Diaforesis
Terapeutik:
1 2 3 4 5  Bersihkan sekret pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Pertahankan kepatenan jalan napas
Memburuk Membaik  Berikan oksigen jika perlu
1. PCO2 Edukasi
 Ajarkan keluarga cara menggunakan
1 2 3 4 5 O2 di rumah
2. PO2 Kolaborasi
1 2 3 4 5  Kolaborasi penentuan dosis oksigen
3. Sianosis

1 2 3 4 5

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karak
Pengertian : Kriteria Hasil: durasi, frekuensi, kualita
Pengalaman Memburuk Cukup Sedang Cukup Membai nyeri
sensorik atau Memburuk Membaik k  Identifikasi skala nyeri
emosional yang 1 Frekuensi nadi  Identifikasi respons nye
berkaitan dengan   1 2 3 4 5  Identifikasi faktor yang m
kerusakan jaringan 2 Pola nafas dan memperingan nyeri
aktual atau   1 2 3 4 5  Identifikasi pengetahuan
fungsional, dengan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun keyakinan tentang nyeri
onset mendadak Meningkat Menurun  Identifikasi pengaruh ny
atau lambat dan 3 Keluhan nyeri kualitas hidup
berintensitas ringan   1 2 3 4 5  Monitor efek samping pe
hingga berat yang 4 Meringis analgetik
berlangsung kurang   1 2 3 4 5 Terapeutik:
dari 3 bulan. 5 Gelisah  Berikan teknik nonfar
1 2 3 4 5 untuk mengurangi ra
6 Kesulitan tidur  Kontrol lingkungan ya
1 2 3 4 5 memperberat rasa ny
 Fasilitasi istirahat dan
 Pertimbangkan jenis
nyeri dalam pemiliha
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi me
 Ajarkan teknik nonfar
untuk mengurangi ra
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberia
jika perlu

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status Observasi:
nutrisi terpenuhi.  Identifikasi status nutrisi
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi alergi dan intolera
Asupan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi perlunya penggun
nutrisi tidak Menurun Meningkat nasogastric
cukup untuk 1 Porsi makanan yang dihabiskan  Monitor asupan makanan
memenuhi   1 2 3 4 5  Monitor berat badan
kebutuhan 2 Berat Badan atau IMT Terapeutik:
metabolisme.  Lakukan oral hygiene sebelum
  1 2 3 4 5
 Sajikan makanan secara men
3 Frekuensi makan
sesuai
  1 2 3 4 5  Hentikan pemberian makana
4 Nafsu makan nasogastric jika asupan oral d
  1 2 3 4 5 Edukasi
5 Perasaan cepat kenyang  Anjurkan posisi duduk, jika m
  1 2 3 4 5  Ajarkan diet yang diprogramk
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi u
jumlah kalori dan jenis nutrien
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan pen
 Monitor adanya mual dan mu
Terapeutik
 Sediakan makanan yang tepa
pasien
 Berikan pujian kepada pasien
yang dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yg b
terjangkau
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nausea Tingkat Nausea Manajemen Mual
D.0076 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat Observasi
nausea menurun  Identifikasi pengalaman mual
 Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis.bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
Pengertian : Kriteria Hasil:
efektif)
Perasaan tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis,nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
nyaman pada Menurun Meningkat  Identifikasi factor penyebab mual (mis.pengobatan dan procedure)
bagian 1 Nafsu makan  Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)
belakang   1 2 3 4 5  Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
tenggorok atau Meningkat Cukup sedang Cukup menurun  Monitor asupan nutrisi dan kalori
lambung yang meningkat menurun Terapeutik:
dapat  Kendalikan factor lingkungan penyebab mual (mis.bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
2 Keluhan mual
mengakibatka  Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis.kecemasan, ketakutan, kelelahan)
  1 2 3 4 5  Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
n muntah
3 Perasaan ingin muntah  Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna, jika perlu
  1 2 3 4 5 Edukasi
4 Perasaan asam dimulut  Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
 Anjurkan sring membersihakn mulut, kecuali jika merangsang mual
  1 2 3 4 5
 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendh lemak
5 Sensai panas  Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music,
  1 2 3 4 5 akupresur)
6 Sensasi dingin Kolaborasi
1 2 3 4 5  Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Manajemen Muntah
7 takikardia Observasi
1 2 3 4 5  Identifikasi karakteristik muntah (mis. Warna, konsistensi, adanya darah, waktu, frekuensi dan durasi)
 Periksa volume muntah
8 Diaphoresis  Identifikasi riwayat diet (mis,makanan yang disuka, tidak disuka, dan budaya)
1 2 3 5  Identifikasi factor penyebab muntah (mis.pengobatan dan rosedure)
 Identifikasi kerusakan esophagus dan faring posterior jika muntah terlalu lama
9 Jumlah saliva  Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
1 2 3 4 5  Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
memburuk Cukup sedang Cukup Membaik
 kontrol factor lingkungan penyebab muntah (mis.bau tak sedap, suara dan stimulus visual yang tidak menyenangkan)
memburuk membaik  kurangi dan hilangkan keadaan penyebab muntah (mis.kecemasan, ketakutan)
10 pucat  atur posisi untuk mencegah aspirasi
1 2 3 4 5  pertahankan kepatenan jalan napas
 bersihkan mulut dan hidung
11 Dilatasi Pupil  berikan dukungan fisik saat muntaj (mis.membantu mambungkuk atau menundukkan kepala)
1 2 3 4 5  berikan kenyamanan selama muntah (mis.kompres dingin didahi atau sediakan pakaian kering dan bersih)
 berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 m3nit setelah muntah
12 Frekuensi Menelan
Edukasi
1 2 3 4 5  anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung muntah
 anjurkan memperbanyak istirahat
 ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola muntah (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music,
akupresur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Tingkat Cedera Manajemen Keselamatan Lingkungan
Cedera Observasi:
D.0136 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jamkeparahan dan cedera  Identifikasi kebutuhan keselamatan
yang diamati atau dilaporkan menurun.  Monitor perubahan status keselamatan
Pengertian : Kriteria Hasil: lingkungan
Berisiko Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Terapeutik:
mengalami Meningkat Menurun  Hilangkan bahaya keselamatan, Jika
bahaya atau 1 Kejadian Cedera memungkinkan
kerusakan   1 2 3 4 5  Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
fisik yanng 2 Luka/Lecet risiko
menyebabka   1 2 3 4 5  Sediakan alat bantu kemanan linkungan (mis.
n seseorang Pegangan tangan)
3 Pendarahan
tidak lagi  Gunakan perangkat pelindung (mis. Rel
1 2 3 4 5
sepenuhnya samping, pintu terkunci, pagar)
sehata atau 4 Fraktur Edukasi
dalam 1 2 3 4 5  Ajarkan individu, keluarga dan kelompok
kondisi baik risiko tinggi bahaya lingkungan
Pencegahan Cidera
Observasi:
 Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cidera
 Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking
elastis pada ekstremitas bawah
Terapeutik:
 Sediakan pencahayaan yang memadai
 Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
lingkungan rawat inap
 Sediakan alas kaki antislip
 Sediakan urinal atau urinal untk eliminasi di
dekat tempat tidur, Jika perlu
 Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
 Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
 Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh
ke pasien dan keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan
duduk beberapa menit sebelum berdiri
DAFTAR PUSTAKA

Herlina, A., & Rika Nofia, V. (2017). Efektifitas Latihan Brandt Daroff Terhadap
Kejadian Vertigo Pada Subjek Penderita Vertigo. Jurnal Medika Saintika,
8(2). http://syedzasaintika.ac.id/jurnal
Kurniawan, I. C. (2022). Pendampingan asuhan keperawatan medikal bedah pada
pasien dengan gangguan sistem saraf (Vertigo) di Ruang Flamboyan RSU
Banjar.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed., Vol. 3). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan
Keperawatan (1st ed., Vol. 2). DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed., Vol. 2). Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Pracilia, S., & Kurniawan, S. N. (2021). Central vertigo. Journal of Pain.
https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2021.002.02.4
Pulungan, P. (2018). Hubungan Vertigo Perifer dengan Kualitas Tidur. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sumarliyah, E., & Hadi Saputro, S. S. (2019). Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Pengaruh Senam Vertigo (Canalit Reposition Treatment) Terhadap
Keseimbangan Tubuh Pada Pasien Vertigo. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 4(1).
Sutarni, S., Malueka, R. G., & Ghofir, A. (2019). Bunga Rampai Vertigo (3rd ed.).
Gadjah Mada University Press.
 

Anda mungkin juga menyukai