Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti

kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif merupakan ilusi

gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap

lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar. (Iskandar Junaidi,

2013). Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan menyusahkan

sebagian besar manusia. Umumnya keluhan vertigo menyerang sebentar saja ; hari ini terjadi,

besok hilang. Namun, ada juga vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa bulan atau

beberapa tahun. Pada umumnya vertigo yang terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah, dan

makanan/minuman tertentu. Selain itu, vertigo bisa bersifat fungsional dan tidak ada

hubungannya dengan perubahan-perubahan organ di dalam otak. Otak sendiri sebenarnya

tidak peka terhadap nyeri. Artinya, pada umumnya vertigo tidak disebabkan oleh kerusakan

yang terjadi di dalam otak. Namun, suatu ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau

pembuluh darah besar di dalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat pada kepala.

(Iskandar Junaidi, 2013).

Vertigo terjadi pada sekitar 32 % kasus, dan sampai dengan 56,4 % pada populasi

orangtua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari

studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia dilaporkan sekitar 15 % anak

paling tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian

besar (hampir 50 %) diketahui sebagai “ paroxysmal vertigo” yang disertai dengan

gejalagejala migrain (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia) Vertigo merupakan salah satu

gejala sakit kepala yang sering disertai pusing yang berputar. Menurut data di Amerika

keluhan pusing merupakan alasan 5,6 juta orang berkunjung ke klinik. Menurut beberapa

penelitian menyatakan bahwa 1/3 orang mengeluhkan pusing mengalami vertigo. Angka

1
kejadian vertigo sendiri tidak banyak hanya 4,9% (vertigo terkait migrain sebanyak 0,89%

dan benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) sebanyak 1,6%). Walaupun vertigo bukan

merupakan salah satu penyakit yang banyak dikenal orang dan dengan angka kejadian yang

tinggi, namun seseorang dengan vertigo dapat berbahaya karena berisiko jatuh saat

beraktivitas akibat gangguan keseimbangan hingga kehilangan kesadaran/pingsan.

1.2 Batasan Masalah


Laporan kasus ini membahas mengenai vertigo, definisi, epidemiologi, etiologi,

Klasifikasi, patofisiologi, Faktor resiko, Gejala klinis, diagnosis, diagnosa banding,

dan penatalaksanaan

1.3 Tujuan Penulisan


Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior di SMF

Neurologi RSUD Solok.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam

mempelajari,mengidentifikasi, dan mengembangkan teori yang telah

disampaikan mengenai vertigo.


b. Bagi institute pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan yang

kaitannya dengan pelayanan kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan

vertigo.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi

pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama

2
dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke

dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa

vertigo, presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral),

lightheadness, disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri).

Vertigo - berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada

sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan

oleh gangguan pada sistim keseimbangan.

2.2 Epidemiologi

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan prevalensi

sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidikiepidemiologi dizziness, yang

meliputi vertigo dan non vestibulardizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan

yang paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari

keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah

studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria (2:1),

sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.

Vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan sampai dengan56,4% pada populasi usia

tua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak tidakdiketahui, tetapi dari studi

yang lebih baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia,dilaporkan sekitar 15% anak tidak

pernahmerasakan sekali serangan pusing dalamperiode satu tahun. Sebagian besar (hampir

50%) diketahui sebagai “paroxysmal vertigo” yang disertai dengan gejala-gejala migren

(pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia).

2.3 Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat

kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau

banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan

keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
3
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh

kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di

dalam otaknya sendiri. Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi

tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.

Penyebab umum dari vertigo:

1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.


2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis

di dalamtelinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal

positional
4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit

maniere,
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,

sklerosismultipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,

persyarafannya atau keduanya.


7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena

berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic

attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

2.4 Klasifikasi

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di

perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).

1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar

penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi baik. Yang

termasuk dalam kelompok ini antara lain :

a. Mabuk gerakan (motion sickness)


Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)

berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan sangat

4
bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang

memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu

mobil bergerak.
b. Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness).

Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis

semisirkularis dan otolit.


c. Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor oleh

karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang gejala-gejala vegetatif.

2. Patologik :

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis

vestibulocochlear (N. VIII)

Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda batang otak

lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan neurologis lainnya

misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri cebellar postero inferior. Pada pasien

seperti ini perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red flag pada pasien dengan vertigo meliputi

 Sakit kepala
 Gejala neurologis
 Tanda neurologis

Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik. Vertigo akut

biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo kronik memiliki mekanisme

multifaktorial. Dizziness yang kronik lebih sering terjadi pada usia tua karena insiden

penyakit komorbid yang lebih besar.

Tabel 1. Perbedaan umum Vertigo perifer dan Vertigo sentral

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral


Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam, Sistem vertebrobasiler dan

saraf perifer) gangguan vaskular (otak, batang

5
otak, serebelum)

Penyebab Vertigo posisional paroksismal iskemik batang otak,

jinak (BPPV), penyakit maniere, vertebrobasiler insufisiensi,

neuronitis vestibuler, labirintis, neoplasma, migren basiler

neuroma akustik, trauma


Gejala gangguan Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi,

SSP gangguan sensibilitas dan fungsi

motorik, disartria, gangguan

serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi Ya Tidak
Jadi cape Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga Kadang-kadang Tidak ada

berdenging dan

atau tuli
Nistagmus + -

spontan
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum.

Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi

gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi

motorik, rasa lemah.

Vertigo perifer memiliki beberapa episode berdasarkan lama waktu berlangsungnya

serangan vertigo :

a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik


Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh

perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling

sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh

6
trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis

umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.


b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere

mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan

tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada

penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah

mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.

Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik

mungkin dijumpai nistagmus.

Tabel 2. klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral

Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala otonom (++) (-)
Gangguan pendengaran (+) (-)

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan nystagmus.

Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter, bolak balik, ritmis, dengan

frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap

aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan

atau dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar,

kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.
Tabel 3. Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut :

No. Nystagmus Vertigo Sentral Vertigo Perifer


1. Arah Berubah-ubah Horizontal /

horizontal rotatoar
2. Sifat Unilateral / bilateral Bilateral

3. Test Posisional
- Latensi Singkat Lebih lama
- Durasi Lama Singkat
7
- Intensitas Sedang Larut/sedang
- Sifat Susah ditimbulkan Mudah

ditimbulkan
4. Test dengan rangsang (kursi Dominasi arah Sering ditemukan
jarang ditemukan
putar, irigasi telinga)
5. Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat

Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam

bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigobisa terus

berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Sesuai kejadiannya,

vertigo ada beberapa macam yaitu :

 Vertigo spontan

Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari Penyakitnya

sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan Endolimfa yang meninggi.

Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah ke jurusan lirikan kedua bola mata.

 Vertigo posisi

Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena

perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada kelainan

servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.

 Vertigo kalori

Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting ditanyakan

pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini

dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah

betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut

diragukan.

2.5 Patofisiologi

8
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan

ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya dengan apa yang

dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam

sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus

menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.

Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang

menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N.III,IV dan VI, susunan

vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan

tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler

memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual

dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal,

informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor

vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya

dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa

penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu

orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat

keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau

ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan

terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons

penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat

berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.

Ada beberapa teori yang menerangkan kejadian ketidakseimbangan tubuh: 3

1. Teori Rangsang Berlebihan (Overstimulation)


Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan

hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul

vertigo, nistagmus, mual dan muntah.


2. Teori Konflik Sensorik
9
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari

berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan

proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan

kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik disentral

sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),

ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang,

berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang

berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai

penyebab.
3. Teori Neural Mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teoriini

otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jikapada

suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan polagerakan yang telah

tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jikapola gerakan yang baru

tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadimekanisme adaptasi sehingga

berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.


4. Teori Otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai

usahaadaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistem

simpatisterlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan.


5. Teori Neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teoriserotonin

(Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmitertertentu dalam

mempengaruhi sistem saraf otonom yang menyebabkan timbulnyagejala vertigo.


6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau

perananneurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada

prosesadaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres

yangakan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan

kadarCRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang

selanjutnyamencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim


10
sarafparasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang seringtimbul

berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitassimpatis, yang

berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasisetelah beberapa saat

akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

2.6 Gejala Klinis

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer,

sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada

sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala pendengaran.

Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo dapat horizontal, vertical atau rotasi.

Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga

dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari

sisi yang berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika sementara

biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya berasal dari sentral dan

disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan

jenis yang paling jarang ditemukan. Jika sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika

menetap disebabakan oleh sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus. Impulsi

diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan sebagai sensais didorong atau

diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik pada telinga dalam atau

proses sentral sinyal otolit.

Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien

dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya. Sedangkan pasien

dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan berputar ketika pasien menoleh

pada sisi telinga yang mengalami gangguan. Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya

universal pada pasien dengan vertigo otologik dan sentral.Gejala pendengaran biasanya

berupa tinnitus, pengurangan pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh ditelinga.Gejala

sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan sensivitas visual.Gejala
11
nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak terlalu memiliki makna pada

penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada pasien dengan disfungsi telinga namun sering

digunakan pada pasien vertigo yang berhubungan dengan problem medic.

Suatu informasi penting yang didapatkan dari anamnesis dapat digunakan untuk membedakan

perifer atau sentral meliputi:

 Karekteristk Dizziness

Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi

berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau hanya

suatu perasaan yang berbeda (kebingungan)

 Keparahan

Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute

vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa hari

kedepan. Pada Meniere’s disease, pada awalnya keparahan biasanya meningkat dan

kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan pasien mengeluh vertigo ynag menetap

dan konstan mungkin memilki penyebab psikologis.

 Onset dan durasi vertigo

Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostik yang signifikan, semakin lama

durasi vertigo maka kemungkinan kearah vertigo sentral menjadi lebih besar. Vertigo

perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali pada

cerebrovascular attack. Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada

vertigo sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya

menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan

ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau torsional

dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan

nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya involunter, bolak

12
balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari

refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis

atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu seperti

test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau

menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.

2.7 Diagnosa

1. Anamnesa

Suruh penderita melukiskan keluhannya dengan kata-katanya sendiri apa yang ia maksudkan

dengan pusing tersebut.

1. Anamnesis khusus mengeni vertigonya :


 Rasa gerakan palsu dari tubuh atau sekitarnya (rasa berputar, rasa terapung)
 Rasa tidak enak di kepala: kepala ringan, hubungannya dengan penglihatan dan

kesadaran.
 Kecendrungan untuk jatuh
 Pengaruh lingkungan atau situasi
 Adakah suatu posisi perubahan posisi tubuh
 Apakah stres psikis mengawali timbulnya serangan
 Keluhan dari telinga, penekanan pada telinga, rasa tertutupnya telinga, tinitus ,

tuli
2. Anamnesis intoksikasi/ pemakaian obat-obatan :

 Streptomisin
 Antikonvulsan
 Gentamisin
 Anti Hipertensi
 Asam Ekatrinik
 Kanamisin
 Penenang
 Neomisin
 Alkohol
 Fenilbutaso
 Klinin

13
2. Pemeriksaan Neurologis 4

a) Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua

mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30

detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya. Pada

kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang

menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita

tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang

baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

b) Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada

ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya

akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c) Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat

dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan

vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan

gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi,

14
kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang

lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

d) Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)


Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk

tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan

tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke

arah lesi.

e) Uji Babinsky-Weil

15
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan

dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler

unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

Fungsi Vestibuler

a. Uji Dix Hallpike

Perhatikan adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kanan dan kiri

Kepala putar ke samping

Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi terlentang)

16
Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa

Cara Melakukan Uji Dix-Hallpike

 Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan

cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di bawah garis horisontal

 Kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul

dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya

perifer atau sentral.

 Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode

laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau

menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).

17
 Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1

menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

3.Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin


b) Foto Rontgen tengkorak, leher
c) Neurofisiologi
d) Elektroensefalografi(EEG)
e) ENG merupakan studi obyektif berdasarkan rekaman gerakan mata (nystagmus)
f) Nystagmography (VNG) untuk mengamati nistagmus yang sensitifdengan kamera

video inframerah.
g) Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI)

2.8 Penatalaksanaan

Secara umum, penatalaksanaan medikamentosa mempunyai tujuan utama:

mengeliminasi keluhan vertigo, memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan

mengurangi gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa golongan obat yang

dapat digunakan untuk penanganan vertigo di antaranya adalah:

a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan

vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua

preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu sediaan antivertigo.


b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo

yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya

adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin.

Mekanisme antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui,

tetapi diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral.


c. Histaminergik

18
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di

beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan

prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek

vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah

dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik,

dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek samping relatif

jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual


d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada

pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik merupakan

neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui dengan pasti,

tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistaminik (H1) berpengaruh

pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4

sampai 12 jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai antiemetik,

seperti domperidon dan metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini

terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang

berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif,

parkinsonisme, distonia akut, dan sebagainya.


e. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di tempat

khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan

terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedatif, akan

memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek farmakologis utama dari

benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan, relaksasi otot,

19
amnesia anterograd, serta antikonvulsan. Beberapa obat golongan ini yang sering

digunakan adalah lorazepam, diazepam, dan klonazepam.


f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam

sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel.

Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler. Flunarizin

dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang diindikasikan untuk

penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga digunakan sebagai obat migren.

Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata fl unarizin dan sinarizin

mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta antihistamin-1. Flunarizin dan

sinarizin dikonsumsi per oral.


g. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara hati-

hati karena adanya efek adiksi.


h. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai

antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai

prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen, serta

diperkirakan mempunyai efek sebagai “antikalsium” pada neurotransmisi.

Beberapa efek samping penggunaan asetilleusin ini di antaranya adalah gastritis

(terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di tempat injeksi

20
BAB III
KESIMPULAN

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-

olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual

dan kehilangan keseimbang. Vertigo bisa langsung hanya beberapa saat atau bisa

berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika

berbaring diam,tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama

sekali.
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang

mengalami kerusakan, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Vertigo perifer terjadi jika

terdapat gangguan disaluran yang disebut semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang

bertugas mengontrol keseimbanagn. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan

vertigo perifer antara lain penyakit seperti benign paroxsysmal positional vertigo.
Sedangkan vertigo sentral adalah vertigo yang terjadi akibat gangguan

keseimbangan tubuh di sistem saraf pusat , baik di pusat integrasi(serebelum dan batang

otak) atau di area repersepsi (Cortex). Penyebab vertigo sentral antara lain adalah

perdarahan atau iskemik diserebelum, nucleus vestibuler, koneksinya di batang

21
otak,tumor disistem saraf pusat, infeksi, trauma dan sklerosis multiple. Vertigo biasanya

diderita oleh populasi usia tua karena adanya faktor resiko yang berkaitan diantaranya:

hipertensi,dm,aterosklerosis dan stroke.

DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono (Ed). Kapita Selekta Neurologi. Ed. 2, Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press, 2010.


2. Mundhenke, Markus. Vertigo: A Common Problem. Journal of Biomedical Therapy.

Vol. 4, No.2. 2010.


3. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009 may 30th].

Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin duniakedokteran.html.


4. Joesoef AA. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press; 2000 p.341-59.


5. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R,

Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jaarta : EGC.1997. Hal 39-

45.
6. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat, 2008.
7. Baehr M, Frostscher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS, Edisi $. Jakarta: EGC,

2010.
8. Sura DS, Newell S. Vertigo Diagnosis and management in the primary care. British

journal of medical practitioners, volume 3, No 4. 2010.


9. Baloh RW, Honrubia V. Clinical neurophysiology of the vestibular system. FA davis

company. Philadelphia. 1990.


10. Brandt T. Vertigo and diziness, in: Asbury AK et a. Disease of the nervous system:

clinical neurobiology. Vol 1.WB sauders.philadelphia. 1992 ; 451-67.


11. Zatonski T, temporale H, Halonowska J, Krecicki T. Current Views on Treatment of

Vertigo and Dizziness. Journal Medicine Diagnostic Method. 2014.

22
23

Anda mungkin juga menyukai