Anda di halaman 1dari 286

LAPORAN TAHUNAN

DINAS KESEHATAN
TAHUN 2020

• PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR


• DINAS KESEHATAN
• Jalan Ahmad Yani No. 100 Selong Telp. (0376) 2921033,
Fax. (0376) 2922926, Kode Pos 83612
• Email: dinkeskablotim@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
karunia dan perkenan-Nya jualah Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2020 dapat terlaksana dan tersusun dengan baik. Laporan
Tahunan ini berisi Pelaksanaan Kegiatan Bidang, Masalah dan Upaya
Pemecahan Masalah selama tahun 2020.

Laporan Tahunan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas


kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur. Dinas Kesehatan sebagai
salah satu instansi pemerintah di Kabupaten Lombok Timur diharuskan
menyampaikan laporan dimaksud sebagai wujud pertanggungjawaban
pelaksanaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Kinerja Dinas
Kesehatan diharapkan selalu berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya, walaupun kadang memang ada beberapa hal yang belum
memenuhi target yang diharapkan. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan dasar dalam
perbaikan perencanaan kegiatan pada tahun-tahun mendatang untuk mencapai
visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.
Kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah memberikan kontribusi. Semoga Laporan Tahunan Dinas
Kesehatan tahun 2020 ini dapat menjadi bahan evaluasi guna peningkatan
kualitas kinerja Dinas Kesehatan dalam mendukung terwujudnya masyarakat
Lombok Timur yang Adil, Sejahtera dan Aman.

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Lombok Timur

Dr.H.PATHURRAHMAN, SKM,M.AP
NIP. 19681231 199003 1 109

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page i


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................... 2
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN ................................................. 3
D. SUMBER DATA .................................................................. 3
BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LOMBOK TIMUR .................. 4
A. KONDISI GEOGRAFIS ........................................................ 4
B. KONDISI DEMOGRAFI ....................................................... 5
C. KEDUDUKAN STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK 7
DAN FUNFSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK
TIMUR ...............................................................................
1. Kedudukan ................................................................... 7
2. Struktur Organisasi…………………………………………….. 7
3. Tugas Pokok dan Fungsi………………………………………. 9
D. KONDISI SUMBER DAYA KESEHATAN .............................. 26
E. KONDISI SARANA DAN PRASARANA ................................. 29
BAB III. VISI, MISI, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI DINAS 31
KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR.............................
A. VISI DAN MISI .................................................................... 31
B. TUJUAN DAN SASARAN .................................................... 32
C. STRATEGI DAN KEBIJAKAN.............................................. 32
BAB IV. PENCAPAIAN PROGRAM/KEGIATAN DAN INDIKATOR 34
KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR.... 34
A. PENCAPAIAN REALISASI ANGGARAN KESEHATAN
KABUPATEN LOMBOK TIMUR ............................................ 34
1. Realisasi Anggaran Belanja Langsung……………………… 34
2. Ralisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung………………. 42
3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur…………………………………… 43
B. PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KESEHATAN ............... 44
1. Pencapaian Kinerja Berdasarkan Indikator Sasaran Kerja……… 44
2. Pencapaian Kinerja Berdasarkan Indikator SPM……………….. 47

BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG, MASALAH DAN UPAYA 53


PEMECAHAN MASALAH
A. BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT…………………………….. 53
1. Seksi Kesehatan Keluarga……………………………………. 53
2. Seksi Gizi Masyarakat……………………………………………. 72
3. Seksi Promosi Kesehatan…………………………………………. 114
B. BIDANG P3KL………………………………………………………….. 128
1. Seksi Penyehatan Lingkungan…………………………………. 128
2. Seksi Program Pemberantasan Penyakit…………………….. 144
3. Seksi Surveilans Efidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan
Bencana……………………………………………………………… 176
C. BIDANG SDMK DAN LITBANGKES 190
1. Seksi Pembiayaan Kesehatan……………………………………. 190

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page ii


2. Seksi Sumber Daya Kesehatan Dan Litbangkes…………. 204
3. Seksi Sarana Prasarana Dan Alat Kesehatan……………. 236
D. BIDANG PELAYANAN KESEHATAN……………………………… 244
1. Seksi Kefarmasian Makanan Dan Minuman……………….. 244
2. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan
Kesehatan Tradisional………………………………………….. 261

BAB VI. A. PENUTUP 282

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui beberapa program atau
kegiatan sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun
2019 dan dipertegas dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-
3708 Tahun 2020 Tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah), antara lain: 1). Program Penunjang Urusan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota; 2). Program Pemenuhan Upaya Kesehatan
Perorangan Dan Upaya Kesehatan Masyarakat; 3). Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesehatan; 4). Program Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan Dan Makanan Minuman; dan 5). Program Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan.
Program dan kegiatan tersebut dilakukan dengan memperhatikan
dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan
lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta globalisasi
dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.
Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat
serta upaya promotif dan preventif.
Indikator kinerja merupakan kunci sistem pemantauan dan evaluasi
sehingga indikator-indikator kinerja yang ada harus dapat diverifikasi secara
obyektif. Salah satu alat transformasi data yang merupakan bagian dari proses
pemantauan dan evaluasi yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur adalah Laporan Tahunan,yang berisi data tahunan dari hasil
pembangunan kesehatan. Sedangkan pada pembangunan kesehatan
diperlukan adanya upaya atau dukungan dan komitmen dari semua komponen

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 1


masyarakat yang dilaksanakan secara bersama-sama dan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator yang
meliputi indikator Angka Harapan Hidup, Angka Kematian, Angka Kesakitan
dan Status Gizi Masyarakat. Dalam penyajiannya diusahakan untuk
menampilkan berbagai data dan informasi yang menjawab visi dan misi
Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur, yakni ”Terwujudnya
Masyarakat Kabupaten Lombok Timur Yang Adil, Sejahtera dan Aman.”
B. Maksud dan Tujuan
Laporan Tahunan disusun untuk memberikan gambaran dan informasi
tentang hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai oleh Pemerintah
Kabupaten Lombok Timur khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur selama tahun 2020. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan ini disusun dari
data laporan kegiatan yang didapat dari masing-masing bidang dan bagian yang
ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran dan informasi hasil kegiatan/program
pembangunan, hambatan dan permasalahan bidang kesehatan di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hasil kegiatan Sekretariat;
b. Untuk mengetahui hasil kegiatan program Bidang Kesehatan
Masyarakat (KESMAS);
c. Untuk mengetahui hasil kegiatan program Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P3KL);
d. Untuk mengetahui hasil kegiatan program Bidang Pelayanan Kesehatan
(YANKES);
e. Untuk mengetahui hasil kegiatan program Bidang Sumber Daya
Kesehatan dan Pengembangan Penelitian Kesehatan.
C. Sistimatika Penyajian
Sistimatika penyajian Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2020 terbagi dalam 6 (enam) bab, yaitu:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 2


BAB I : Pendahuluan
BAB II : Gambaran Umum Kabupaten Lombok Timur
BAB III : Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Strategi Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
BAB IV : Pencapaian Program/Kegiatan dan Indikator Kinerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
BAB V : Pelaksanaan Kegiatan Bidang, Masalah dan Upaya
Pemecahan Masalah
BAB VI : Penutup

D. Sumber Data
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun
2020 disusun berdasarkan hasil pembangunan kesehatan di tingkat desa
(Pustu dan Polindes), kecamatan (Puskesmas) dan kabupaten berdasarkan
data dari Sekretariat Dinas, Bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Bidang Pelayanan
Kesehatan, serta Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Litbangkes pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 3


BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis
Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Nusa Tenggara Barat, dengan luas ±160.555 Ha atau ±1.605,55 Km². Secara
geografis, Kabupaten Lombok Timur mempunyai kedudukan yang sangat
penting dan strategis, baik dipandang dari segi pembangunan ekonomi,
pembangunan fisik prasarana maupun dari segi komunikasi dan perhubungan.
Kabupaten Lombok Timur berada di bagian timur Pulau Lombok yang bila
ditinjau dari letak geografis terletak antara 116°-117° Bujur Timur, dan 8°-9°
Lintang Selatan, dan pada ketinggian 0 meter sampai dengan 3.726 meter
diatas permukaan laut dengan temperatur udara antara 18o-32o Celcius,
adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa


Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Lombok tengah
Sebelah Timur : Selat Alas

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 4


Secara administratif, Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 21
kecamatan, 254 desa/kelurahan. Berdasarkan kondisi perwilayahan,
Kabupaten Lombok Timur mempunyai luas wilayah ±1.605,55 Km². Dari 21
kecamatan yang ada saat ini, kecamatan yang memiliki wilayah terluas yaitu
Kecamatan Sambelia ±245,22 Km² (16,9% dari luas wilayah Kabupaten
Lombok Timur), sedangkan wilayah kecamatan yang terkecil adalah
Kecamatan Sukamulia yaitu ±14,49 Km² (1,0 % dari luas wilayah Kabupaten
Lombok Timur).
Ketinggian wilayah Kabupaten Lombok Timur bervariasi antara 0 m di
atas permukaan laut pada daerah pantai sampai dengan 3.726 m dari
permukaan laut pada daerah pegunungan. Berdasarkan klasifikasi topografi,
maka untuk kelerengan antara 0 – 2% atau daerah yang datar mencakup
Kecamatan Jerowaru, Keruak, Labuhan Haji dan Pringgabaya dengan luas
keseluruhan mencapai 25.760 Ha. Untuk wilayah dengan kelerengan 2 – 15%
dan merupakan kriteria kelerengan yang dominan di Kabupaten Lombok Timur
mencakup wilayah Kecamatan Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Selong,
Sukamulia, Suralaga, Terara, Montong Gading, Sikur, Masbagik, Pringgasela,
Aikmel, Wanasaba, Suela dan Sambelia dengan luas wilayah keseluruhan
sekitar 96.763 Ha. Untuk wilayah dengan kelerengan antara 15 – 40 %
mencakup sebagian wilayah Kecamatan Suela, dan sebagian wilayah
Kecamatan Sembalun. Sedangkan wilayah yang paling curam dengan
kelerengan lebih dari 40% meliputi daerah Pegunungan Rinjani yang ada di
Kecamatan Sembalun dengan luas areal sekitar 13.810 Ha.

B. Kondisi Demografi
Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten yang terbanyak jumlah
penduduknya jika dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada di Provinsi
Nusa Tenggara Barat dan merupakan kabupaten yang berkembang cukup
pesat. Selain berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, juga
munculnya masalah kependudukan, dimana terjadi peningkatan jumlah
penduduk yang besar, penyebaran penduduk yang tidak merata, serta laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 5


Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Lombok Timur, bahwa jumlah penduduk Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020 sebanyak 1.208.594 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan
penduduk Kabupaten Lombok Timur adalah 752 jiwa per Km². Kecamatan
dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Masbagik, yakni
sebanyak 102.612 jiwa, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pringgabaya
sebanyak 98.323 jiwa dan Kecamatan Selong 91.615 jiwa. Sementara itu
Kecamatan Sembalun, Sambelia dan Sukamulia adalah tiga kecamatan yang
jumlah penduduk paling rendah, yaitu secara berurutan 20.491 jiwa, 32.461
jiwa dan 33.067 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Menurut BPS Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

NO KECAMATAN LUAS JUMLAH JUMLAH JUMLAH KEPADATA


WILAYA PENDUDUK RUMAH N
2 DESA KELUARAHAN DESA+KELURAHAN
H (km ) TANGGA PENDUDUK
per km2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 KERUAK 40,5 15 0 15 52.809 15.491 1303,9
2 JEROWARU 142,8 15 0 15 59.012 17.307 413,2
3 SAKRA 25,1 12 0 12 57.755 16.942 2301,0
4 SAKRA BARAT 32,3 18 0 18 51.417 15.082 1591,9
5 SAKRA TIMUR 37,0 10 0 10 44.834 13.150 1211,7
6 TERARA 41,4 16 0 16 70.296 20.623 1698,0
7 MONTONG 25,7 8 0 8 44.991
GADING 13.196 1750,6

8 SIKUR 78,3 14 0 14 73.122 21.447 933,9


9 MASBAGIK 33,2 10 0 10 102.612 30.099 3090,7
10 PRINGGASELA 134,3 10 0 10 54.666 16.035 407,0
11 SUKAMULIA 14,5 9 0 9 33.067 9.699 2280,5
12 SURALAGA 27,0 15 0 15 56.940 16.701 2108,9
13 SELONG 31,7 1 11 12 91.615 26.871 2890,1
14 LABUHAN HAJI 49,6 8 4 12 57.898 16.983 1167,3
15 PRINGGABAYA 136,2 15 0 15 98.323 28.838 721,9
16 SUELA 115,0 8 0 8 40.769 11.957 354,5
17 AIKMEL 122,9 14 0 14 46.768 13.718 380,5
18 WANASABA 55,9 14 0 14 64.135 18.811 1147,3
19 SEMBALUN 217,1 6 0 6 20.491 6.012 94,4
20 SAMBELIA 245,2 11 0 11 32.461 9.522 132,4
21 LENEK - 10 0 10 54.613 16.019 0,0
KABUPATEN/KOTA 1.605,7 239 15 254 1.208.594 54.503 752,7

Sumber: Kantor Statistik Kabupaten/Kota Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 6


C. Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur merupakan dinas otonomi
daerah yang secara struktur sepenuhnya berada dalam kewenangan
Pemerintahan Daerah, sedangkan hubungan dengan dinas kesehatan propinsi
adalah merupakan hubungan kerja fungsional, sehingga tugas-tugas bantuan
(dekonsentrasi) dibidang kesehatan di tingkat kabupaten dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
1. Kedudukan
a. Dinas Kesehatan Kabupaten adalah unsur pelaksana pemerintah
daerah dalam bidang kesehatan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
b. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
2. Struktur Organisasi
Susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur telah
ditetapkan dengan Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 35 Tahun 2016.
Adapun susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
terdiri atas:
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
b. Sekretariat, terdiri dari :
1) Sub Bagian Program dan Pelaporan;
2) Sub Bagian Keuangan;
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari :
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer,Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional;
2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan
Kesehatan;
3) Seksi Kefarmasian, Maknan dan Minuman.
d. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari :
1) Seksi Kesehatan Keluarga;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 7


2) Seksi Gizi Masyarakat;
3) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat.
e. Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan, terdiri dari :
1) Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Bencana;
2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
3) Seksi Penyehatan Lingkungan.
f. Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Litbang Kesehatan
1) Seksi Pembiayaan Kesehatan;
2) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan
Litbangkes;
3) Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan.
g. Unit Pelaksana Tehnis Dinas (UPTD)
h. Kelompok Jabatan Fungsional (Jafung)
Adapun bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur menurut Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor : 35
Tahun2016, adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur

PERBUP: 35/2016

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUB BAG. PROGRAM DAN SUB BAG. SUB BAG. UMUM


PELAPORAN KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG


P2 PENYAKIT DAN SUMBER DAYA
KESEHATAN
KESEHATAN LINGKUNGAN YANKES KESEHATAN DAN
MASYARAKAT
LITBANG

SEKSI
SEKSI YANKES PRIMER, SEKSI
SEKSI
KESEHATAN AKREDITASI & PEMBIAYAAN
SIK DAN BENCANA
KELUARGA KES.TRADISIONAL KESEHATAN

SEKSI SEKSI SEKSI


SEKSI PENCEGAHAN DAN YANKES RUJUKAN & PENGEMBANGAN SDM
GIZI MASYARAKAT PENGENDALIAN PENUNJANG KESEHATAN DAN
PENYAKIT PELAYANAN LITBANGKES

SEKSI SEKSI
PROMOSI DAN SEKSI SEKSI
KEFRMASIAN,
PEMBERDAYAAN KESEHATAN SARANA PRASARANA
MAKANAN &
KESEHATAN LINGKUNGAN DAN ALAT KESEHATAN
MINUMAN
MASYARAKAT

UPT

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 8


3. Tugas Pokok dan Fungsi
Agar tidak terjadi tumpang tindih tugas, fungsi dan tanggung jawab
dalam menjalankan pembangunan kesehatan di lingkup Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur perlu dibuat rincian tugas dan fungsi yang di
tuangkan dalam SK Bupati Lombok Timur Nomor 35 Tahun 2016, yang
isinya sebagai berikut:
a. Kepala Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. Kepala Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Dinas Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
Ø Perumusan kebijakan operasional dan rencana program di bidang
kesehatan masyarakat;
Ø Perumusan kebijakan operasional dan rencana program di bidang
pencegahan, pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan;
Ø Perumusan kebijakan operasional dan rencana program di bidang
pelayanan kesehatan;
Ø Perumusan kebijakan operasional dan rencana program di bidang
sumber daya kesehatan.

b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris Dinas yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.Sekretaris Dinas
Kesehatan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan penyusunan
program, pelaporan, pengelolaan keuangan serta urusan umum dan
kepegawaian.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Sekretaris Dinas Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyusunan Rencana Kerja Sekretariat dan Rencana Kerja Dinas;
Ø Penyusunan Konsep Rencana Strategis Dinas;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 9


Ø Penyusunan Konsep Kebijakan Pemerintah Daerah dibidang
Kesehatan;
Ø Penyusunan Konsep Kebijakan Dinas untuk pengelolaan program
dan pelaporan, keuangan, urusan umum dan kepegawaian;
Ø Pengorganisasian tugas dan kegiatan di lingkup Sekretariat;
Ø Pengorganisasian tugas dan program Sekretariat dengan bidang di
lingkup Dinas;
Ø Penyelenggaraan pembinaan administrasi program dan pelaporan,
keuangan serta administrasi urusan umum dan kepegawaian di
lingkup Dinas;
Ø Pembinaan administrasi dan aparatur pada Sub Bagian Program dan
Pelaporan, Sub Bagian Keuangan serta Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian;
Ø Penyelenggaran penilaian kinerja di lingkup Dinas;
Ø Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian, pemantauan dan
evaluasi kegiatan Sekretariat;
Ø Pelaporan pelaksanaan tugas dan kegiatan di lingkup Sekretariat
secara rutin dan berkala;
Ø Pelaporan pelaksanaan tugas dan program di lingkup Dinas secara
rutin dan berkala;
Ø Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
Sekretariat terdiri dari 3 (tiga) sub bagian, yakni Sub Bagian
Program dan Pelaporan, Sub Bagian Keuangan serta Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian.

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian


Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Dinas.Kepala Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 10


Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi sebagai berikut
:
Ø Penyusunan rencana kerja Sub Bagian Program dan Pelaporan;
Ø Penyiapan aparatur, peralatan dan perlengkapan serta
pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Program dan
Pelaporan;
Ø Pengkoordinasian tugas dan kegiatan Sub Bagian Program dan
Pelaporan dengan Sub Bagian lainnya di lingkup Sekretariat;
Ø Penyusunan bahan perumusan kebijakan Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian;
Ø Pelaksanaan kegiatan urusan umum, pengelolaan administrasi
kepegawaian dan administrasi perkantoran;
Ø Pelaksanaan urusan keperotokolan, hubungan masyarakat,
penyiapan rapat dinas dan pendokumentasian kegiatan Dinas;
Ø Pengelolaan kearsipan dan perpustakaan Dinas;
Ø Pelaksanaan urusan rumah tangga, ketertiban, keamanan dan
kebersihan di lingkungan kerja;
Ø Pemeliharaan dan perawatan kendaraan Dinas, peralatan dan
perlengkapan kantor dan asset lainnya;
Ø Penyiapan rencana kebutuhan, pengadaan sarana dan
prasarana, pengurusan, penyimpanan, pendistribusian dan
inventarisasi barang inventaris Dinas;
Ø Pengumpulan, pengelolaan, pemutahiran dan penyimpanan data
dan kartu kepegawaian di lingkungan Dinas;
Ø Penyiapan data dan dokumen administrasi kepegawaian sebagai
bahan pembinaan untuk peningkatan kapasitas dan kinerja
aparatur, penjabaran standar kompetensi, kenaikan pangkat,
daftar penilaian pekerjaan, daftar urut kepangkatan, sumpah/janji
pegawai, gaji berkala, pendidikan/pelatihan kepemimpinan, teknis
dan fungsional, ujian dinas dan peningkatan kesejahteraan
pegawai;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 11


Ø Penyiapan pelaksanaan peningkatan kapasitas dan kompetensi
aparatur melalui pendidikan dan pelatihan, ujian dinas, kenaikan
pangkat, dan promosi jabatan, penilaian kerja dan penjabaran
disiplin pegawai;
Ø Pelaksanaan penyiapan administrasi dan pengusulan pegawai
yang akan pensiun, serta pemberian penghargaan kepada
aparatur yang berprestasi;
Ø Pelaporan perkembangan dan kondisi aparatur, peralatan dan
perlengkapan rumah tangga, keprotokolan dan hubungan
masyarakat, ketatausahaan dan ketatalaksanaan, arsip dan
perpustakaan Dinas secara rutin dan berkala;
Ø Pelaporan pelaksanaan tugas dan kegiatan di lingkup Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian secara rutin dan berkala;
Ø Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian; dan
Ø Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

b. Sub Bagian Keuangan


Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub
Bagian Keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Sekretaris Dinas. Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai
tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Sub Bagian
Keuangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
Ø Penyusunan rencana kerja Sub Bagian Keuangan;
Ø Penyiapan aparatur, peralatan dan perlengkapan serta
pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Keuangan
Ø Pengkoordinasian tugas dan kegiatan Sub Bagian Keuangan
dengan Sub Bagian lainnya di lingkup Sekretariat;
Ø Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan administrasi
keuangan Dinas;
Ø Penyusunan bahan perumusan kebijakan Sub Bagian Keuangan;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 12


Ø Penghimpunan dan pengolahan rencana anggaran sekretariat
dan bidang sebagai bahan penyusunan rencana anggaran Dinas;
Ø Pelaksanaan kegiatan perbendaharaan, verifikasi dan pembukuan
keuangan anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung
Dinas;
Ø Pelaksanaan pengelolaan dokumen kontrak kerja dengan pihak
ketiga;
Ø Penyusunan laporan keuangan secara rutin maupun berkala
untuk Dinas;
Ø Penyusunan pelaporan perkiraan capaian target realisasi
keuangan Dinas;
Ø Pelaporan pelaksanaan tugas dan kegiatan di lingkup Sub Bagian
Keuangan secara rutin dan berkala;
Ø Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
Sub Bagian Keuangan;
Ø Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

c. Sub Bagian Program dan Pelaporan


Sub Bagian Program dan Pelaporan dipimpin oleh seorang
Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Dinas. Kepala Sub
Bagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan perencanaan program dan pelaporan
kegiatan dinas.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Sub Bagian
Program dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
Ø Penyusunan rencana kerja Sub Bagian Program dan Pelaporan;
Ø Penyiapan aparatur, peralatan dan perlengkapan serta
pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Program dan
Pelaporan;
Ø Pengkoordinasian tugas dan kegiatan Sub Bagian Program dan
Pelaporan dengan Sub Bagian lainnya di lingkup Sekretariat;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 13


Ø Penghimpunan, pengolahan dan penyiapan bahan penyusunan
konsep rencana strategis Dinas;
Ø Penghimpunan, pengolahan dan penyiapan rencana program
kerja dan kegiatan sekretariat dan bidang sebagai bahan
penyusunan konsep rencana program kerja dan kegiatan tahunan
Dinas;
Ø Penghimpunan dan pengolahan konsep kebijakan teknis masing-
masing bidang sebagai bahan penyusunan konsep kebijakan
Pemerintah Daerah di bidang kesehatan;
Ø Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Dinas;
Ø Pelaksanaan kompilasi hasil penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
masing-masing bidang;
Ø Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA-SKPD);
Ø Pengumpulan, pengolahan dan penyusunan data pelaksanaan
program dan kegiatan tahunan Dinas;
Ø Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja
Dinas;
Ø Pelaporan pelaksanaan tugas dan kegiatan di lingkup Sub Bagian
Program dan Pelaporan secara rutin dan berkala;
Ø Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
Sub Bagian Program dan Pelaporan;
Ø Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

c. Bidang Kesehatan Masyarakat


Bidang Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 14


Ø Penyiapan perumusan kebijakan operasional bidang kesehatan
masyarakat ;
Ø Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional bidang kesehatan
masyarakat ;
Ø Penyiapan bimbingan dan fasilitasi teknis bidang kesehatan
masyarakat;
Ø Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang kesehatan
masyarakat.
Bidang Kesehatan Masyarakat membawahi 3 (tiga) seksi yaitu :
a. Seksi Kesehatan Keluarga
Seksi Kesehatan Keluarga dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
KesehatanMasyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Kesehatan
Keluarga menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :
Ø Perumusan bahan kebijakan dan perencanaan program kegiatan
kesehatan keluarga;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan
kesehatan keluarga;
Ø Penyiapan bahan advokasi dan koordinasi kegiatan kesehatan
keluarga;
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan kesehatan
keluarga; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
kesehatan keluarga.

b. Seksi Gizi
Seksi Gizi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Gizi
menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 15


Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program
kegiatan pembinaan gizi masyarakat;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan
pembinaan gizi masyarakat;
Ø Penyiapan bahan advokasi dan koordinasi kegiatan pembinaan
gizi masyarakat kesehatan;
Ø Penyiapan sosialisasi pedoman kegiatan pembinaan gizi
masyarakat; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
pembinaan gizi masyarakat.

c. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat


Seksi Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Promosi
Kesehatan dan Peran Serta Masyarakat menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program
kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta
kesehatan kerja dan olah raga;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja
dan olah raga;
Ø Penyiapan bahan advokasi dan koordinasi promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja dan olah
raga;
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja
dan olah raga; dan
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja
dan olah raga.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 16


d. Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan
Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan
Kesehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi/advokasi, bimbingan
teknis, fasilitasi, dan laporan kegiatan pencegahan, pengendalian
penyakit dan kesehatan lingkungan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang
Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan perumusan kebijakan operasional Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan;
Ø Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan;
Ø Penyiapan koordinasi, advokasi, sosialisasi, bimbingan dan fasilitasi
teknis Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan; dan
Ø Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan.
Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan mempunyai 3(tiga) seksi di bawahnya yaitu :
1) Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan
Bencana
Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan
Bencana dipimpin seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan
Kesehatan Bencana mempunyai tugas pokok melaksanakan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 17


penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, melaksanakan
kebijakan teknis di bidang pengamatan penyakit dan
penanggulangan bencana.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Surveilans Epidemiologi,
Imunisasi dan Kesehatan Bencana menyelenggarakan fungsi sebagai berikut
:
Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
surveilan penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana,
Surveilan Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan
Karantina Kesehatan ( Penyakit Infeksi Emerging);
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan surveilan
penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan
Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina
Kesehatan ( Penyakit Infeksi Emerging);
Ø Penyiapan bahan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kegiatan surveilan
penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan
Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina
Kesehatan ( Penyakit Infeksi Emerging);
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan kegiatan surveilan
penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan
Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina
Kesehatan ( Penyakit Infeksi Emerging); dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan surveilan
penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan
Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina
Kesehatan ( Penyakit Infeksi Emerging);
Ø Penyiapan logistic untuk kegiatan kegiatan surveilan penyakit, imunisasi,
penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan Kesehatan Haji dan
Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina Kesehatan ( Penyakit Infeksi
Emerging).

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 18


2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dipimpin
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan
Kesehatan Lingkungan.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai
tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan
program, melaksanakan kebijakan teknis di bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program
kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit;
Ø Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit;
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan pencegahan
dan pengendalian penyakit; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit.

3) Seksi Kesehatan Lingkungan


Seksi Kesehatan Lingkungan dipimpin seorang Kepala Seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan.
Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana program dan
melaksanakan kebijakan teknis di bidang Kesehatan lingkungan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi
Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a) Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 19


kegiatan kesehatan lingkungan dan hygiene sanitasi pangan;
b) Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan
kesehatan lingkungan dan hygiene sanitasi pangan;
c) Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan
kesehatan lingkungan dan hygiene sanitasi pangan;
d) Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan kegiatan
kesehatan lingkungan dan hygiene sanitasi pangan; dan
e) Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
kesehatan lingkungan dan hygiene sanitasi pangan.

e. Bidang Pelayanan Kesehatan


Bidang Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, koordinasi, advokasi, bimbingan teknis, sosialisasi, pasilitasi
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelayanan kesehatan primer,
kesehatan rujukan, kefarmasian dan makanan minuman.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan perumusan kebijakan operasional Bidang Pelayanan
Kesehatan;
Ø Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional Bidang Pelayanan
Kesehatan;
Ø Penyiapan koordinasi, advokasi, sosialisasi, bimbingan dan fasilitasi
teknis Bidang Pelayanan Kesehatan; dan
Ø Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Bidang Pelayanan Kesehatan.
Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari Seksi Pelayanan
Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional, Seksi
Pelayanan Kesehatan Rujukan, dan Seksi Kefarmasian dan Makmin.
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 20


Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan
Kesehatan Tradisional mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, melaksanakan
kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi
dan Kesehatan Tradisional.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi
Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program
kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan
Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional;
Ø Penyiapan bahan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kegiatan
Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional;
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan kegiatan
Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional.

2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan


Kesehatan
Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang
Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 21


berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang
Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyiapan bahan penyusunan rencana program dan melaksanakan
kebijakan teknis di bidang Kesehatan Rujukan dan Penunjang
Pelayanan Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program
kegiatan Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang
Pelayanan Kesehatan;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan
Kesehatan;
Ø Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan
Kesehatan;
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Pelayanan
Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan Kesehatan; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan
Kesehatan.

3) Seksi Kefarmasian dan Makan Minuman


Seksi Kefarmasian dan Makan Minuman dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.
Kepala Seksi Kefarmasian dan Makan Minuman mempunyai
tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana
dan program, melaksanakan kebijakan teknis di bidang Kefarmasian
dan Makan Minuman.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 22


Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Kefarmasian dan
Makan Minuman menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
Kefarmasian dan Makan Minuman;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan Kefarmasian
dan Makan Minuman;
Ø Penyiapan bahan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kegiatan
Kefarmasian dan Makan Minuman;
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Kefarmasian dan
Makan Minuman; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Kefarmasian dan Makan Minuman.

f. Bidang Sumber Daya Kesehatan


Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
Kepala Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, koordinasi, advokasi, bimbingan teknis, sosialisasi, pasilitasi
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan Sumber Daya Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan perumusan kebijakan operasional Bidang Sumber Daya
Kesehatan;
Ø Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional Bidang Sumber Daya
Kesehatan;
Ø Penyiapan koordinasi, advokasi, sosialisasi, bimbingan dan fasilitasi
teknis Bidang Sumber Daya Kesehatan; dan
Ø Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Bidang Sumber Daya
Kesehatan.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 23


Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari Seksi Pembiayaan
Kesehatan, Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
dan Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan.
1) Seksi Pembiayaan Kesehatan
Seksi Pembiayaan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi
Pembiayaan Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program
kegiatan Pembiayaan Kesehatan;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan
Pembiayaan Kesehatan;
Ø Penyiapan bahan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kegiatan
Pembiayaan Kesehatan;
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Pembiayaan
Kesehatan; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Pembiayaan Kesehatan.

2) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program, melaksanakan kebijakan teknis
di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Ø Penyiapan rencana kerja sub bidang pendidikan dan pelatihan
penjenjangan dasar;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 24


Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program
kegiatan Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan dan Litbangkes;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan
Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan dan Litbangkes;
Ø Penyiapan bahan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kegiatan
Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan dan Litbangkes;
Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Pengembangan
dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan
Litbangkes; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan dan Litbangkes.

3) Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan


Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Kepala Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan perumusan kebijakan ,
koordinasi, advokasi, fasilitasi dan bimbingan, pengendalian serta
sosialisasi kegiatan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan .
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut :
Ø Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program
kegiatan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan;
Ø Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan;
Ø Penyiapan bahan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kegiatan
Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 25


Ø Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan; dan
Ø Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional


Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Dinas Kesehatan sesuai dengan keahlian dan
kebutuhan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga
dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai
kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja sedangkan jenis dan jenjang Jabatan Fungsional
diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

D. Kondisi Sumber Daya Kesehatan


Dalam upaya untuk meningkatkan jangkauan dan pemeratan
pelayanan kesehatan dilakukan penataan penempatan tenaga medis, baik
dokter spesialis, dokter umum maupun dokter gigi, serta tenaga paramedis
seperti bidan dan perawat, serta tenaga kesehatan lainnya. Data tahun 2020
menunjukkan jumlah tenaga kesehatan yang berstatus PNS tersebar
diwilayah Kabupaten Lombok Timur yang bertugas di Dinas Kesehatan
Kabupaten, Puskesmas dan rumah sakit sebanyak 1.307 orang. Rincian
kualifikasi ketenagaan kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur adalah sebagai berikut:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 26


Tabel 2.2.
Daftar Rincian Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan,
Pangkat/Golongan, Jabatan Struktural dan Fungsional pada Dinas Kesehatan
Tahun 2020
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 SD 5 Orang
2 SLTP 2 Orang
3 SLTA 143 Orang
4 D1 34 Orang
5 D2 - Orang
6 D3 653 Orang
7 D4 39 Orang
8 Ners 44 Orang
9 S1 351 Orang
10 S2 36 Orang
11 S3 1 Orang
Jumlah 1307 Orang

No Berdasarkan Pangkat/Golongan Jumlah


1 Pangkat/Golongan I 8 Orang
2 Pangkat/Golongan II 458 Orang
3 Pangkat/Golongan III 773 Orang
4 Pangkat/Golongan IV 68 Orang
Total 1.307 Orang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 27


No Berdasarkan Jabatan Jumlah

1 Eselon II/b 1 Orang

2 Eselon II/a 0 Orang

3 Eselon III/b 4 Orang


4 Eselon III/a 1 Orang
5 Eselon IV/b 26 Orang
6 Eselon IV/a 51 Orang
Total 1.307 Orang
No Berdasarkan Jabatan Fungsional Jumlah

1 Dokter umum 62 Orang


2 Dokter gigi 19 Orang
3 Perawat 365 Orang
4 Bidan 383 Orang
5 Perawat gigi 49 Orang
6 Sanitarian 81 Orang
7 Gizi 56 Orang
8 Apoteker 7 Orang
9 Asisten Apotker 29 Orang
10 Pranata Laboratorium 39 Orang
11 Teknisis Elektromedik 7 Orang
12 Penyuluh kesehatan 17 Orang
13 ADMINKES 3 Orang
14 Epidemiologi 1 Orang
15 K3 2 Orang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 28


E. Kondisi Sarana dan Prasarana
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan di Kabupaten Lombok Timur
ditunjang oleh sarana dan prasarana antara lain seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu, Puskel dan lain-lain.
Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur pada
tahun 2020 dapat dirinci sebagai berikut:

1) Rumah Sakit : 5 Buah


2) Puskesmas : 35 Buah
3) Puskesmas Pembantu (Pustu) : 87 Buah
4) Poskesdes : 244 Buah
5) Instalasi Farmasi Kabupaten : 1 Buah
6) Posyandu : 1.856 Buah
7) Posbindu : 146 Buah
8) Posyandu Asuhan Tokoh Agama : 45 Buah
9) Poskestren : 86 Buah
10)Pos UKK : 54 Buah
11)Pusat Informasi Kesehatan : 32 Buah
12)Puskesmas Keliling : 63 Buah
13)Perahu Bermotor : 2 Buah
14)Sepeda Motor di Puskesmas : 313 Buah
15)Sepeda Motor di Dinas Kesehatan : 25 Buah
16)Kendaraan Roda 4 di Dinas Kesehatan: 13 Buah
17)Komputer : 684 Buah
Banyaknya sarana kesehatan di wilayah Kabupaten Lombok Timur,
tidak berarti dapat menggambarkan bahwa semua daerah di wilayah kerja
Kabupaten Lombok Timur telah mendapatkan pelayanan kesehatan secara
merata. Hal ini disebabkan masih ada beberapa daerah yang karena letak
geografisnya sulit terjangkau pelayanan kesehatan yang memadai, masih
banyak desa di Kabupaten Lombok Timur yang terpencil seperti yang ada
diwilayah Kecamatan Sembalun, Belanting, Sambelia, Jerowaru, Keruak dan
desa-desa lainnya.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 29


Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kabupaten Lombok Timur untuk
menjangkau pelayanan kesehatan didaerah tersebut adalah dengan
memaksimalkan peran posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi. UKBM lainnya yang mempunyai peran penting dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan adalah Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) yang berfungsi sebagai tempat untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dan musyawarah masyarakat desa dalam bidang
kesehatan.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 30


BAB III
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR

A. VISI DAN MISI


1. Visi
Dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur tahun 2018-2023 tidak ditetapkan visi atau cita-cita yang
ingin dicapai dalam bidang kesehatan di Kabupaten Lombok Timur tetapi
mengacu pada Visi Kepala Daerah yang tertuang dalam RPJMD
Kabupaten Lombok Timur tahun 2018-2023 yaitu :
“Lombok Timur yang Adil, Sejahtera dan Aman”.
Lombok Timur Adil :
Hal ini bermakna perlakuan terhadap masyarakat di Kabupaten Lombok
Timur tidak berat sebelah kepada satu golongan tertentu karena semuanya
tergantung pada aspek kebenaran, kebaikan dan kepatutan dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.
Lombok Timur Sejahtera :
Hal ini bermakna pembangunan di Kabupaten Lombok Timur
memperhatikan kualitas sumber daya manusia dan keberpihakan kepada
kelompok masyarakat yang termarginalkan dalam pembangunan yang
berkelanjutan
Lombok Timur Aman:
Hal ini bermakna bahwa pembangunan di Kabupaten Lombok Timur
dengan memberikan rasa aman kepada masyarakat terutama kaum
perempuan, anak, difabel dan masyarakat miskin

2. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut maka perlu dituangkan dalam
bentuk misi yang dapat memberikan arah, tujuan yang ingin dicapai, dan
memberikan fokus terhadap program yang akan dilaksanakan serta untuk
menumbuhkan partisipasi semua pihak. Misi pembangunan kesehatan
Kabupaten Lombok Timur seperti yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 31


Lombok Timur tahun 2018-2023 adalah Meningkatkan mutu pendidikan dan
pelayanan kesehatan yang berdayasaing dengan biaya terjangkau.

B. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan dan sasaran jangka menengah dari masing-masing Misi yang
dicanangkan tersebut adalah sebagaimana dalam tabel berikut :
Tabel 3.1
Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2018 – 2023

MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR


Meningkatk Mewujudkan Menurunnya angka 1. Angka
an mutu sumber daya kematian Kematian Ibu
pendidikan manusia yang (AKI)
dan berkualitas
pelayanan melalui
kesehatan peningkatan
yang akses
berdayasai pelayanan
ng dengan kesehatan dan
biaya rujukan yang
terjangkau bermutu dan
terjangkau
2. Angka
Kematian
Bayi (AKB)

C. STRATEGI DAN KEBIJAKAN


Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan
tersebut diperlukan strategi dan kebijakan pembangunan kesehatan seperti
terdapat pada tabel di bawah ini.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 32


Tabel 3.2
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur Tahun
2018 – 2023

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan


Meningkatnya Menurunnya Peningkatan - Menjalin kerjasama
kualitas sumber angka akses dan dengan dokter spesialis
daya manusia kematian mutu untuk melakukan
melalui pelayanan kunjungan ke
peningkatan kesehatan puskesmas (melakukan
akses dan mutu pelayanan kesehatan
pelayanan bergerak) terutama
kesehtan dasar daerah terpencil.
- Peningkatan
kemampuan teknis dan
manajemen Puskesmas
dan pelaksanaan
akreditasi.
- Meningkatkan
ketersediaan obat yang
rasional dan BMHP.
- Peningkatan kualitas
sarana, prasarana serta
pemenuhan alat
kesehatan sesuai
standar.
- Peningkatan kualitas
dan kuantitas SDM.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 33


BAB IV
PENCAPAIAN PROGRAM/ KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2020

Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian program


kesehatan dan capaian indikator pelayanan kesehatan dengan menggunakan tolok ukur
target yang diuraikan sebagai berikut:
A. PENCAPAIAN REALISASI ANGGARAN PROGRAM KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR
1. Realisasi Anggaran Belanja Langsung
Pencapaian program dan kegiatan dalam belanja langsung yang
dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 dapat dilihat
dalam uraian berikut:
Tabel 4.1.
Ralisasi Anggaran Belanja Langsung
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

No. Program/Kegiatan Alokasi Biaya (Rp.)

Anggaran Realisasi %

1. Program Pelayanan Administrasi 622.727.000 548.541.933 88,09


Perkantoran

1 Penyediaan jasa komunikasi, 189.000.000 186.807.276 98,84


sumber daya air dan listrik

2 Penyediaan jasa pemeliharaan dan 17.000.000 6.281.157 36,95


perizinan kendaraan
dinas/operasional

3 Penyediaan jasa administrasi 247.670.000 224.260.000 90,55


keuangan

4 Penyediaan jasa kebersihan kantor 18.075.000 18.075.000 100,00

5 Penyediaan alat tulis kantor 17.516.000 17.516.000 100,00

6 Penyediaan barang cetakan dan 15.225.000 10.550.000 69,29


penggandaan

7 Penyediaan komponen instalasi 5.000.000 5.000.000 100,00


listrik/penerangan bangunan kantor

8 Penyediaan peralatan dan 66.651.000 58.802.500 88,22


perlengkapan kantor

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 34


9 Penyediaan peralatan rumah 10.000.000 10.000.000 100,00
tangga

10 Penyediaan bahan bacaan dan 3.240.000 - 0,00


peraturan perundang-undangan

11 Penyediaan makanan dan 15.000.000 11.250.000 75,00


minuman

12 Rapat-rapat koordinasi dan 18.350.000 - 0,00


konsultasi ke luar daerah

2. Program Peningkatan Sarana 1.362.971.714 1.345.095.750 98,69


dan Prasarana Aparatur

1 Pembangunan Rumah Dinas - -

2 Pengadaan Kendaraan 1.109.109.214,00 1.104.350.000 99,57


Dinas/Operasional

3 Pemeliharaan rutin/berkala gedung 157.022.500 156.268.000 99,52


kantor

4 Pemeliharaan rutin/berkala 62.600.000 55.237.750 88,24


kendaraan dinas/operasional

5 Pemeliharaan rutin berkala 5.000.000 - 0,00


perlengkapan gedung kantor

6 Pemeliharaan rutin/berkala alat 29.240.000 29.240.000 100,00


kesehatan

3. Program Peningkatan Kapasitas 109.520.000 72.718.000 66,40


Sumberdaya Aparatur

1 Peningkatan Kinerja Jabatan 109.520.000 72.718.000 66,40


Fungsional PNS

4. Program Manajemen 35.420.000 35.420.000 100,00


Pengelolaan Asset/Barang
Daerah

1 Peningkatan Pengelolaan 35.420.000 35.420.000 100,00


Asset/Barang Daerah (SIMDA
BMD)

5. Program Obat dan Perbekalan 8.887.540.507 8.758.314.733 98,55


Kesehatan

1 Pengadaaan Obat dan Perbekalan 8.838.521.507 8.716.495.733 98,62


Kesehatan

2 Peningkatan Mutu Penggunaan 49.019.000 41.819.000 85,31


Obat dan Perbekalan Kesehatan

6. Program Upaya Kesehatan 36.489.016.217 31.520.001.513 86,38


Masyarakat

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 35


1 Pemeliharaan dan pemulihan 30.840.000 28.890.000 93,68
kesehatan

2 Peningkatan kesehatan 623.882.000 358.322.000 57,43


masyarakat

3 Peningkatan pelayanan kesehatan 16.189.250 15.789.250 97,53


bagi pengungsi korban bencana

4 Penyediaan biaya operasional dan 6.741.354.467 5.120.204.000 75,95


pemeliharaan

5 Penyelenggaraan penyehatan 393.250.000 392.250.000 99,75


lingkungan

6 Pelayanan dan Pemeliharaan 2.627.000 2.627.000 100,00


Kesehatan Remaja

7 Pelayanan Kapasitas Petugas 16.842.500 - 0,00


Pelayanan Peduli Remaja (PKPR)
dan PPkt dan TPPO

8 Pencegahan dan Penanggulangan 10.827.000 10.827.000 100,00


Penyakit Tidak Menular (PTM)

9 Pelayanan Kesehatan Haji 30.600.000 30.600.000 100,00

10 Penyelenggaraan Biaya 28.489.804.000 25.492.256.349 89,48


Operasional Kesehatan (BOK)

11 Kewaspadaan dini terhadap 115.700.000 51.135.914 44,20


bencana

12 Kesehatan Kerja dan Olah raga 17.100.000 17.100.000 100,00

7. Program Pengawasan Obat dan 66.274.000 55.739.000 84,10


Makanan

1 Peningkatan pemberdayaan 10.435.000 8.100.000 77,62


konsumen/masyarakat di bidang
obat dan makanan

2 Peningkatan pengawasan 55.839.000 47.639.000 85,31


keamanan pangan dan bahan
berbahaya

8. Program Pengembangan Obat - - -


Asli Indonesia

1 Peningkatan promosi obat bahan - - -


alam indonesia di dalam dan di luar
negeri

2 Pembinaan dan pengawasan - - -


pengobatan tradisional dan
komplementer

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 36


9. Program Promosi Kesehatan dan 258.553.500 249.783.500 96,61
Pemberdayaan Masyarakat

1 Pengembangan media promosi dan 111.150.000 105.025.000 94,49


informasi sadar hidup sehat

2 Kesehatan Anak Sekolah dan GSS 7.287.000 7.287.000 100,00

3 Promosi kesehatan dalam 11.826.500 11.766.500 99,49


Peningkatan PHBS

4 Peran serta masyarakat dalam 16.056.000 16.056.000 100,00


upaya kesehatan

5 Promosi, sosialisasi dan koordinasi 104.731.000 102.146.000 97,53


Jaminan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (JPKM)

6 Verifikasi dan evaluasi penyaluran 7.503.000 7.503.000 100,00


Hibah/Bantuan Sosial

10. Program Perbaikan Gizi 62.114.000 54.714.000 88,09


Masyarakat

1 Penyusunan peta informasi 30.183.000 30.183.000 100,00


masyarakat kurang gizi

2 Pemberian tambahan makanan 26.336.000 18.936.000 71,90


dan vitamin

3 Penanggulangan Kurang Energi 5.595.000 5.595.000 100,00


Protein (KEP), Anemia Gizi Besi,
Gangguan Akibat kurang Yodium
(GAKY), Kurang Vitamin A, dan
Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

4 Pemberdayaan masyarakat untuk - - -


pencapaian keluarga sadar gizi

5 Penangulangan Gizi lebih - - -

11. Program Pengembangan 110.000.000 109.838.000 99,85


Lingkungan Sehat

1 Pengkajian pengembangan 15.000.000 15.000.000 100,00


lingkungan sehat

2 Penyuluhan menciptakan 15.000.000 15.000.000 100,00


lingkungan sehat

3 Sosialisasi kebijakan lingkungan - - -


sehat

4 Pelaksanaan pengelolaan 80.000.000 79.838.000 99,80


lingkungan hidup (UKL/UPL)

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 37


12. Program Pencegahan dan 38.493.847.636 37.048.414.097 96,25
Penanggulangan Penyakit
Menular

1 Penyemprotan/fogging sarang 114.202.000 110.350.000 96,63


nyamuk

2 Pelayanan vaksinasi bagi balita 26.440.000 26.440.000 100,00


dan anak sekolah

3 Pelayanan pencegahan dan 1.171.155.536 1.168.530.804 99,78


penanggulangan penyakit menular

4 Peningkatan survellance 12.719.500 12.700.000 99,85


Epidemiologi dan penanggulangan
wabah

5 Pencegahan dan pengendalian 171.860.000 167.710.000 97,59


penyakit malaria

6 Pencegahan dan pengendaian 5.000.000 5.000.000 100,00


penyakit kusta dan frambusia

7 Pencegahan dan pengendalian 4.400.000 4.400.000 100,00


penyakit hepatitis

8 Pencegahan dan pengendalian 2.590.000 2.590.000 100,00


penyakit diare dan infeksi saluran
pencernaan (ISP)

9 Penanganan corona virus disease 36.985.480.600 35.550.693.293 96,12


(COVID_19)

13. Program Standarisasi Pelayanan 2.645.310.000 682.595.000 25,80


Kesehatan

1 Evaluasi dan pengembangan 44.485.000 35.000.000 78,68


standar pelayanan kesehatan

2 Pembangunan dan pemutakhiran 7.810.000 7.810.000 100,00


data dasar standar pelayanan
kesehatan

3 Akreditasi Puskesmas 2.427.575.000 486.960.000 20,06

4 Perijinan Sarana Pelayanan 27.000.000 22.480.000 83,26


Kesehatan

5 BLUD Puskesmas 138.440.000 130.345.000 94,15

14. Program Pelayanan Kesehatan 1.644.892.250 1.072.689.600 65,21


Penduduk Miskin

1 Pelayanan operasi katarak 8.990.000 7.190.000 79,98

2 Pelayanan kesehatan THT 7.590.000 4.590.000 60,47

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 38


3 Pelayanan operasi bibir sumbing 4.350.000 4.350.000 100,00

4 Pelayanan sunatan masal 7.938.000 - -

5 Penanggulangan ISPA 4.800.000 4.800.000 100,00

6 Penanggulangan penyakit cacingan 7.590.000 7.590.000 100,00

7 Pelayanan kesehatan kulit dan 1.580.704.250 1.021.239.600 64,61


kelamin

8 pelayanan kesehatan akibat 4.040.000 4.040.000 100,00


lumpuh layu

9 Pelayanan Kesehatan Jiwa 18.890.000 18.890.000 100,00

15. Program Pengadaan, 22.973.517.500 22.487.802.575 97,89


Peningkatan dan Perbaikan
Sarana dan Prasarana
Puskesmas/ Puskemas
Pembantu dan Jaringannya

1 Pembangunan Puskesmas 14.248.512.768 14.051.829.000 98,62

2 Pembangunan Puskesmas - - -
Pembantu

3 Pengadaan Puskesmas Keliling 350.000.000 350.000.000 100,00

4 Pengadaan Sarana dan Prasarana 7.881.402.232 7.608.970.075 96,54


Puskesmas dan Jaringannya (DAK)

5 Rehabilitasi Sedang/Berat 493.602.500 477.003.500 96,64


Puskesmas Pembantu

6 Rehabilitasi Sedang/Berat - - -
Puskesmas

16. Program Kemitraan Peningkatan - - -


Pelayanan Kesehatan

1 Kemitraan peningkatan kualitas - - -


dokter dan paramedis

17. Program Peningkatan Pelayanan 58.980.000 - -


Kesehatan Anak Balita

1 Penyuluhan Kesehatan anak Balita 19.480.000 - -

2 Pelatihan dan pendidikan 39.500.000 - -


perawatan anak balita

18. Program Peningkatan Pelayanan 41.057.500 17.489.000 42,60


Kesehatan Lansia

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 39


1 Pelayanan pemeliharaan 16.057.500 - -
kesehatan

2 Pendidikan dan pelatihan 25.000.000 17.489.000 69,96


perawatan kesehatan

19. Program Peningkatan 3.809.263.500 2.572.732.988 67,54


Keselamatan Ibu Melahirkan dan
Anak

1 Penyuluhan Kesehatan bagi Ibu 12.721.500 12.721.500 100,00


Hamil dari Keluarga Kurang
Mampu

2 Pertolongan persalinan bagi ibu 3.792.720.000 2.560.011.488 67,50


dan kelurga kurang mampu

3 Peningkatan Pelayanan Kesehatan 3.822.000 - 0,00


Ibu dan Anak

20. Program Kebijakan dan 118.728.400 113.561.000 95,65


Manajemen Pembangunan
Kesehatan

1 Pengembangan Sistem 71.045.000 66.178.000 93,15


Perencanaan, Penganggaran dan
Penyusunan Dokumen Pelaporan

2 Pengembangan Sistem Informasi 47.683.400 47.383.000 99,37


Kesehatan Daerah (SIKDA)

21. Program Upaya Kesehatan 36.938.269.899 33.623.415.049 91,03


Perorangan

1 Penyediaan Jaminan Kesehatan 14.095.582.600 11.084.819.709 78,64


Nasional (JKN) Non Kapitasi

2 Peningkatan penanggulangan - -
narkoba

3 Jaminan Kesehatan Masyarakat 22.842.687.299 22.538.595.340 98,67


Miskin di Luar Tanggungan BPJS

22. Program Sumberdaya Kesehatan 177.225.500 163.968.400 92,52

1 Peningkatan Kualitas SDM 113.616.500 102.059.400 89,83


Kesehatan

2 Peningkatan pengelolaan sarana 63.609.000 61.909.000 97,33


prasarana dan alat kesehatan
puskesmas/jaringannya

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 40


3 Operasional program kegiatan 44.064.602.207 39.143.643.067 88,83
puskesmas non BLUD

4 Operasional program kegiatan 37.450.115.361 31.032.279.444 82,86


puskesmas BLUD

JUMLAH 236.419.946.691 210.708.756.649 89,12

Tabel tersebut di atas menunjukkan, bahwa realisasi belanja langsung


Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 sebesar
89,12% dari jumlah yang dianggarkan Rp. 236.419.946.691. Sedangkan
realisasi anggaran tahun 2019 tercapai sebesar 90,70%, berarti terjadi
penurunan sebesar 1,58% pada tahun ini.
Jumlah program kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Lombok
Timur sebanyak 22 program. Dari jumlah tersebut belum ada program yang
mencapai target 100%. Adapun rincian pencapaian Realisasi Anggaran
Program dibagi kedalam 3(tiga) kategori : 1) Program dengan pencapaian
realisasi anggaran ≥75% terdapat 14 program (63,63%); 2) Program dengan
pencapaian realisasi anggaran diantara 50-75% terdapat 3 program
(13,63%); dan 3) Program yang pencapaiannya dibawah 50% sejumlah 5
program (22,72%). Dibandingkan pencapaian tahun 2019, dari jumlah 36
program tercapai 33 program atau 91,66%, atau terjadi penurunan capaian
sebesar 28,03%. Terjadinya penurunan jumlah program kesehatan yang
diselenggarakan di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 disebabkan
adanya penyesuaian kegiatan (refocusing) akbiat dampak pandemic Covid-
19.
Realisasi anggaran pada tahun 2020 belum mencapai target 100%
disebabkan beberapa sebagai berikut :
1. Dana yang berjumlah besar seperti Jampersal, realisasi anggarannya
berdasarkan klaim dari Puskesmas yang diajukan oleh masing–masing
Puskesmas setiap bulannya setelah dilakukan pelayanan kepada pasien,
sesuai dengan jumlah pasien (peserta BPJS) yang dirawat di masing–
masing Puskesmas.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 41


2. Dana untuk akreditasi Puskesmas tidak dilaksanakan karena adanya
pandemi Covid_19 yaitu surat edaran dari Kementerian Kesehatan
untuk tidak dilaksanakan survey akreditasi puskesmas sampai waktu yg
ditentukan. Workashop akreditasi puskesmas nara sumbernya harus dari
pusat yang sudah terakreditasi juga karena pandemi ini tidak bisa
dilaksanakan.
3. JKN non Kapitasi realisasinya berdasarkan klem dari puskesmas.
4. Beberapa Program tidak dapat dilaksanakan atau pencapaian realisasi
anggaran dibawah 50% disebabkan anggaran tidak tersedia pada
Anggaran Tahun 2020 karena adanya penyesuaian kegiatan (refocusing)
akibat dampak pandemic Covid-19.

2. Ralisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung

Tabel 4.2

Alokasi dan Ralisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung


Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020
NO Belanja Pegawai Anggaran Realisasi %

1 Belanja Gaji dan Tunjangan 71.659.302.778 71.320.627.863 99,53

2 Belanja Tambahan Penghasilan 5.693.278.454 5.691.000.000 99,96


PNS
3 insentif Pemungutan Retribusi 24.449.032 0 0
Daerah
Jumlah 77.096.743.809 77.011.627.863 99,89

Belanja tidak langsung Dinas Kesehatan pada tahun 2020 mendapat


alokasi dana sebesar Rp. 77.096.743.809 dan yang berhasil terealisasi
sejumlah Rp. 77.011.627.863 (99,89%). Dibandingkan pencapaian tahun 2019,
maka terjadi peningkatan sebesar 0,73% pada tahun ini. Cakupan realisasi
anggaran belanja tidak langsung tidak dapat terealisasi 100% disebabkan
ada 1 item anggaran belanja yakni Insentif Pemungutan Retribusi Daerah
tidak dapat terlaksana disamping itu adanya pegawai yang meninggal dunia,
dan adanya mutasi keluar daerah serta pegawai yang diberhentikan karena

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 42


kinerja tidak baik.

3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
Realisasi pencapaian Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 dapat dilihat dalam uraian
berikut:

Tabel 4.3
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020
NO PAD Anggaran Realisasi %

1 Hasil Retribusi Daerah 23.001.787.067 14.546.055.071 63,24

Retribusi Jasa Umum 23.001.787.067 14.546.055.071 63,24

Retribusi Pelayanan Kesehatan 23.001.787.067 14.546.055.071 63,24

2 Lain-lain PAD yang sah 75.468.023.572 62.468.319.750 77,2


Jumlah 95.468.023.572 77.014.374.821 81,5

Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah


(PAD) dapat terealisasi sebesar 81,5 % yang terdiri dari Retribusi Daerah
tercapai sebesar 63,24% dan dan pendapatan lain-lain yang sah sebesar
77,2%. Bila pada tahun 2019 pencapaian Pendapatan Asli Daerah
terealisasi sebesar 72,45% , maka telah terjadi peningkatan sebesar
9,05%.
Bila dilihat realisasi anggaran pada tahun 2020 maka realisasi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak mencapai target 100%. Beberapa hal
yang menyebabkan tidak tercapainya target realisasi antara lain:
a. Masih kurangnya tenaga medis di Puskesmas terutama dokter dan
dokter gigi serta penambahan peserta JKN mandiri setiap bulan masih
kecil karena masih rendahnya motivasi masyarakat untuk mendaftarkan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 43


menjadi peserta BPJS secara mandiri yang menjadi dasar perhitungan
nilai kapitasi di tingkat puskesmas sehingga berpengaruh pada
kurangnya pendapatan yang diperoleh puskesmas.
b. Permasalahan pendapatan non kapitasi tidak tercapainya target yaitu
target pendapatan dana non kapitasi cukup tinggi , sehingga sulit untuk
dicapai dan jumlah kunjungan pasien peserta BPJS mengalami
penurunan karena adanya pandemi covid_19

B. PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KESEHATAN


1. Pencapaian Kinerja Berdasarkan Indikator Sasaran Kerja
Hasil kinerja pembangunan bidang kesehatan berdasarkan Indikator
Sasaran Kerja di Kabupaten Lombok Timur dapat disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.4.
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

No Sasaran Indikator Target Realisasi Capaian Kriteria Kode


Strategis Kinerja (%)
Utama
1 Angka 196 157 124% Sangat
Kematian Tinggi
Ibu (AKI)
per
100.000
Menurunnya Kelahiran
Angka Hidup
2 Kematian Angka 22 10 166% Sangat
Kematian tinggi
Bayi
(AKB)
per 1.000
Kelahiran
Hidup

a. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian ibu adalah merupakan angka yang
menunjukkan banyaknya kematian ibu dari setiap 100.000 kelahiran

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 44


hidup pada tahun tertentu (dinyatakan dengan per 100.000 kelahiran
hidup).
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator sangat
sensitif untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan
masyarakat. Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi
antara lain terutama tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil,
tingkat keberhasilan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) &
Keluarga Berencana (KB), kondisi lingkungan, dan sosial Ekonomi.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Lombok Timur tahun
2017 sebesar 22 kasus, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 34
kasus (124 per 100.000 Kelahiran Hidup), tahun 2019 angka
kematian ibu sebanyak 29 kasus (103 per 100.000 Kelahiran Hidup)
dan pada tahun 2020 angka kematian ibu maternal mencapai 157
per 100.000 Kelahiran Hidup. Target Angka Kematian ibu pada tahun
2020 yang ditetapkan adalah sebesar 196 per 100.000 Kelahiran
Hidup yang berarti masih lebih rendah dibandingkan target.
Bila dibandingkan dengan target nasional juga masih dibawah
target nasional yaitu 230 per 100.000 Kelahiran Hidup, sedangkan
bila dibandingkan dengan target propinsi 90 per 100.000 kelahiran
hidup maka Angka Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Lombok
Timur lebih tinggi. Angka Kematian Ibu lebih baik dibandingkan
target yang ditetapkan hal tersebut disebabkan karena program
kesehatan keluarga telah mencapai target yang ditentukan seperti
cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil ( 104,91%), pelayanan
kesehatan ibu bersalin (106%).
Capaian Angka Kematian Ibu (AKI) Propinsi Nusa Tenggara
Barat tahun 2020 adalah sebesar 90 per 100.000 Kelahiran Hidup
dengan 122 kasus serta 202.477 Kelahiran Hidup .Apabila
dibandingkan dengan capaian Kabupaten Lombok Timur maka
capaian Lombok Timur sangat tinggi.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 45


b. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi adalah merupakan angka yang
menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000
kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai
probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per 1000 kelahiran hidup).
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sangat
sensitif untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan
masyarakat. Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi
antara lain terutama tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil,
tingkat keberhasilan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) &
Keluarga Berencana (KB), kondisi lingkungan, dan sosial Ekonomi.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Lombok Timur
tahun 2018 sebanyak 227 atau 8 per 1000 kelahiran hidup dan
tahun 2019 angka kematian bayi sebesar 288 atau 10 per 1000
kelahiran hidup. Angka kematian bayi pada tahun 2020 sebesar 10,8
per 1.000 Kelahiran Hidup, dengan target sebesar 22 per 1000
kelahiran hidup yang berarti masih dibawah target.
Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDGs) angka kematian bayi termasuk ke dalam
Goals ke 3 : Menjamin Kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang disegala usia, dengan target pada
tahun 2030 diharapkan angka kematian bayi sekitar 12/1000 Kelahiran
Hidup, sehingga jika dibandingkan dengan target SDGs maka angka
kematian bayi di Kabupaten Lombok Timur masih lebih rendah.
Secara kasus jumlah kematian bayi di Kabupaten Lombok
Timur pada tahun 2020 sebanyak 297 kasus dengan beberapa
penyebab diantaranya adalah berat lahir rendah sebanyak 101 kasus
(34%), Asfiksia sebanyak 73 kasus (24,57%), kelainan bawaan
sebanyak 36 kasus (12,12%) dan sebab lain sebanyak 87 kasus
(29,29%). Jika dibandingkan dengan tahun 2019 kasus kematian bayi
mengalami kenaikan sekitar 9 kasus.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 46


Capaian Angka Kematian Bayi Propinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2020 adalah 8 per 1.000 Kelahiran Hidup dengan 859 kasus
kematian bayi dari 102.477 Kelahiran Hidup. Apabila dibandingkan
dengan angka capaian propinsi maka capaian Kabupaten Lombok
Timur masih tinggi.

2. Pencapaian Kinerja Berdasarkan Indikator SPM


Hasil kinerja pembangunan bidang kesehatan berdasarkan Indikator
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Kabupaten Lombok Timur dapat
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.5.
Capaian Indikator Kinerja Berdasarkan Indikator SPM
Dinas Kesehatan Tahun 2020

No Indikator Standar Pelayanan Satuan Tahun 2020


Mininal (SPM)
Target Realisa % Pencapaian
Program/Kegiatan si
1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil % 100 104,91 104,91 Tercapai

2 Pelayanan Kesehatan Ibu % 100 106,06 106,06 Tercapai


Bersalin
3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru % 100 106,22 106,22 Tercapai
Lahir
4 Pelayanan Kesehatan Balita % 100 96,22 96,22 Tidak
Tercapai
5 Pelayanan Kesehatan Pada Usia % 100 21,23 21,23 Tidak
Pendidikan Dasar Tercapai
6 Pelayanan Kesehatan Pada Usia % 100 46.08 46.08 Tidak
Produktif Tercapai
7 Pelayanan Kesehatan pada Usia % 100 109,01 109,01 Tercapai
Lanjut
8 Pelayanan Kesehatan Penderita % 100 20,03 20,03 Tidak
Hipertensi Tercapai
9 Pelayanan Kesehatan Penderita % 100 23,98 23,98 Tidak
Diabetes Melitus Tercapai
10 Pelayanan Kesehatan Orang % 100 67,27 67,27 Tidak
Dengan Gangguan Jiwa Berat Tercapai
11 Pelayanan Kesehatan Orang % 100 36,67 36,67 Tercapai
Dengan TB
12 Pelayanan Kesehatan Orang % 100 31,20 31,20 Tidak
Dengan Resiko Terinfeksi HIV Tercapai

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 47


Secara umum Dinas Kesehatan telah dapat merealisasikan pencapaian
pelayanan dasar SPM pada sasaran strategis untuk tahun 2020, dimana
dari 12 pelayanan dasar yang ditetapkan terdapat 4 (empat) pelayanan
dasar yang mencapai target dan 8 (delapan) pelayanan dasar belum
mencapai target.
Adapun capaian SPM bidang kesehatan tahun 2020 yang ditetapkan
dengan target pencapaian SPM dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pada tahun 2020 prosentase ibu hamil mendapat pelayanan ibu hamil
mencapai 104,91%, bila dibandingkan dengan target 100% maka
terjadi peningkatan. Hal ini disebabkan karena sistem pendataan kohort
ibu hamil sudah berjalan dengan baik, pendampingan ibu hamil oleh
bidan dan kader dengan pembagian wilayah binaan sudah maksimal,
kunjungan rumah dengan program P4K menjadi upaya yang sangat
bagus untuk mendapatkan kunjungan ibu hamil sekaligus menentukan
rencana kehamilan, adanya pendampingan minum obat tablet tambah
darah di beberapa puskesmas sangat membantu untuk melaksanakan
pengawasan rutin ibu hamil, adanya kelas ibu memotivasi ibu hamil
untuk tetap memeriksakan kehamilannya, adanya kelas pasangan
ramah anak (Parana) di beberapa desa sangat membantu ibu hamil.
Disamping itu penyebab capaian program melebihi target adalah realita
sasaran ibu hamil lebih besar dari sasaran yang ada pada target
program hasil hitungan statistic.

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Pada tahun 2020 persentase ibu bersalin mendapat pelayanan
persalinan sudah mencapai 106,06% jika dibandingkan dengan target
100 % maka terjadi peningkatan. Hal ini disebabkan karena program
P4K, kelas ibu, Parana sekaligus memotivasi ibu untuk persalinan di
nakes, kunjungan rumah ibu hamil menjelang perkiraan persalinan oleh
bidan dan kader, sistem pendampingan ibu hamil oleh kader dan
dukun, kemiitraan bidan dengan dukun beserta kader masih berjalan
bagus sehingga bisa mengalihkan fungsi dukun bersalin sebagai dukun

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 48


bayi untuk melakukan perawatan bayi di rumah dengan pendampingan
bidan, peningkatan kualitas pelayanan di polindes dan puskesmas
untuk persalinan dengan adanya peningkatan kompetensi bidan untuk
pertolongan persalinan, adanya 2 orang bidan di tiap polindes sehingga
bisa memberikan pelayanan yang maksimal, adanya pemanfaatan
kantong persalinan sehingga bisa mengetahui sasaran persalinan pada
bulan bersangkutan.

3. Pelayanan Kesehatan pada Bayi Baru Lahir


Pada tahun 2020 presentase bayi baru lahir mendapat pelayanan
kesehatan sudah mencapai 106,22%. Bila dibandingkan dengan taget
100%, maka terjadi peningkatan . Hal ini disebabkan karena
pemanfaatan kantong persalinanan neonatus sudah maksimal
sehingga bisa merencanakan jadwal kunjungan neonatal selanjutnya,
persalinan nakes yang tinggi sehingga pengawasan bayi baru lahir juga
bisa terlaksana dengan baik, kemitraan bidan dengan dukun serta
kader untuk pendampingan ibu nifas dan bayi, pembagian wilayah
binaan untuk pengawasan ibu dan bayi oleh bidan, dukun dan kader,
sistem pencatatan dan pelaporan yang sangat mendukung untuk
pemantauan ibu dan bayi.

4. Pelayanan Kesehatan Balita


Pada tahun 2020 persentase anak usia 0-59 bulan yang mendapatkan
pelayanan kesehatan balita mencapai 96,22% dan ini belum mencapai
target 100%. Hal ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman ibu
tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan anak sehingga ketika
sudah mendapatkan imunisasi dasar, ibunya malas membawa anaknya
ke posyandu, pada saat kunjungan ke posyandu, anak-anak sering di
bawa oleh keluarga yang lain seperti nenek, yang mana bukan orang
tua sehingga pesan yang disampaikan kurang maksimal diterima,
belum maksimalnya kegiatan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK) terlaksana karena belum semua bidan
terlatih SDIDTK, belum semua guru TK/PAUD terlatih SDIDTK

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 49


sehingga kegiatan ini balum bisa berjalan baik di sekolah yang
seharusnya melaksanakan kegiatan tersebut, sarana pendukung
seperti buku panduan SDIDTK, APE masih belum tersedia lengkap baik
di polindes, puskesmas, posyandu maupun di TK/PAUD, disamping itu
juga karena adanya pandemic Covid-19.

5. Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar


Pada tahun 2020 persentase anak usia pendidikan dasar yang
mendapat skrining kesehatan sesuai standar mencapai 21,23% dan ini
sangat jauh dari target 100%. Hal ini disebabkan karena adanya
pandemic Covid -19 sehingga kegiatan penjaringan anak sekolah tidak
bisa dilakukan di sebagian besar jumlah sekolah yang ada di
Kabupaten Lombok Timur.

6. Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif,


Pada tahun 2020 persentase warga negara usia 15-59 tahun mendapat
skrining kesehatan sesuai standar mencapai 46,08% masih sangat jauh
dari target 100%. Disebabkan Karena adanya pandemic Covid-19 yang
menyebakan Skrining dan pelayanan kesehatan usia produktif tidak
dapat berjalan sesuai target, disamping itu petugas atau pengelola
program Remaja ( usia Produktif ) masih kurang di Puskesmas.

7. Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut,


Pada tahun 2020 persentase Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut
mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar mencapai 109,01%
terjadi peningkatan dari target 100%. Hal ini disebabkan data yang
dikirimkan dari Puskesmas bukan jumlah kunjungan baru saja
melainkan termasuk didalamnya kunjungan lama juga sehingga
kunjungan yang masuk dalam formula perhitungan capaian usia lanjut
hasilnya melebihi target program.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 50


8. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi,
Pada tahun 2020 persentase penderita hipertensi mendapat pelayanan
kesehatan sesuai standar mencapai 20,03% masih jauh dari target
100%, hal ini disebabkan karena Pandemic Covid -19 yang
menyebabkan pembatasan kegiatan di masyarakat, Skrining dan
pelayanan kesehatan bagi penderita Hipertensi tidak optimal
dilaksanakan, disamping itu penderita Hipertensi (HT) belum semua
mendapatkan pelayanan sesuai standar, obat yang tersedia belum
mencukupi sesuai jumlah pasien, penemuan kasus masih rendah, SDM
Puskesmas dan Kader belum Terlatih, sarana dan prasarana masih
sangat kurang, biaya operasional untuk kegiatan masih kurang, belum
semua Puskesmas melaksanakan Pandu PTM, belum Semua
Desa/Kelurahan melaksanakan Posbindu.

9. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus,


Pada tahun 2020 persentase penyandang Diabetes Melitus (DM) yang
mendapat Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus mencapai
23,98 % masih jauh dari target 100%,. Hal ini disebabkan Pandemic
Covid -19 yang menyebabkan pembatasan kegiatan di Masyarakat
Skrining dan pelayanan kesehatan bagi penderita Diabetes mellitus
tidak optimal dilaksanakan, disamping itu penderita Diabetes Melitus
(DM) belum mendapatkan pelayanan sesuai standar, obat yang
tersedia belum mencukupi sesuai jumlah pasien, penemuan kasus
masih rendah, SDM Puskesmas dan Kader belum terlatih, Sarana dan
prasarana masih kurang, biaya operasional untuk kegiatan masih
kurang, belum semua Puskesmas melaksanakan Pandu PTM, belum
Semua Desa melaksanakan Posbindu.

10. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat,

Pada tahun 2020 persentase ODGJ berat yang mendapatkan


pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar mencapai 67,27 %, jika
dibandingkan dengan target SPM belum mencapai target 100%. Hal ini
disebabkan karena adanya pandemic Covid-19 yang menyebabkan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 51


pelacakkan kasus belum optimal, belum semua puskesmas membentuk
DSSJ, Kegiatan melibatkan lintas sektor dan lintas program di
puskesmas masih banyak yang belum dilaksanakan, selain itu jumlah
tenaga penjangkau lapangan yang masih kurang berdampak terhadap
rendahnya penemuan kasus ODGJ.

11. Pelayanan Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis,


Pada tahun 2020 persentase Orang Terduga Tuberkulosis yang
mendapat Pelayanan Kesehatan sesuai standar mencapai 36,67 %
masih jauh dari target SPM yaitu 100%,. Hal ini disebabkan
Penjaringan dan pemeriksaan Klinis kasus terduga TB secara pasif-
intensif dalam gedung belum maksimal, Penjaringan dan pemeriksaan
klinis kasus terduga TB secara pasif-intensif di luar gedung belum
maksimal ( di lingkungan keluarga dan masyarakat ) dengan melibatkan
linsek dan lintas program masih kurang dan sifatnya monoton,
Pembatasan kegiatan bagi petugas dan masyarakat selama masa
pandemic Covid – 19.

12. Pelayanan Kesehatan Orang dengan risiko terinfeksi HIV,

Pada tahun 2020 persentase orang berisiko terinfeksi HIV


mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar mencapai 31,20 %
masih jauh dari target SPM yaitu 100%. Hal ini disebabkan karena
Beberapa puskesmas di wilayah Kabupaten Lombok Timur masih
belum melaporkan hasil kegiatan di SIHA ( Sistem informasi HIV Aids
), VCT RSUD selong tidak pernah melaporkan hasil kegiatan di SIHA,
Penjangkauan untuk populasi beresiko di Kabupaten Lombok Timur
hanya dilakukan oleh 1 orang dari komunitas untuk menjangkau
sasaran, dan yang seharusnya masing-masing populasi harus memiliki
SDM untuk penjangkauan, seringkali SIHA tidak mampu menarik data
yang sudah dientry pengelola program sehingga data offline berbeda
dengan data online, target untuk LSL ( laki Sex Laki )/ Homosexsual
terlalu tinggi tidak sesuai dengan hasil pendataan.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 52


BAB V

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG, MASALAH


DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

A. BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT


1. SEKSI KESEHATAN KELUARGA
a. Kegiatan Program Kesehatan Keluarga
1). Program Kesehatan Ibu
Kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2020 adalah :
a) Ante Natal Care (ANC)
(1) K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu.

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K1 = ___________ x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

(2) K4 adalah jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan


antenatal secara lengkap sesuai dengan standar sedikitnya 4
kali, dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke–1, 1 kali
pada trimester ke–2, dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai
standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
K4 = x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

(3) Pertolongan Persalinan


Cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes ( Pn ) adalah
cakupan ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan, disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 53


Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
kompeten disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Pn = x
100%
Jumlah sasaran ibu bersalin wilayah kerja dalam 1 tahun
(4) Post Natal Care (PNC)
Pelayanan nifas ( KF 3 ) adalah Pelayanan pada ibu masa
6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar,
sedikitnya 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam–3 hari, 8-14
hari, dan 36-42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Jumlah ibu nifas yang memperoleh 3 kali pelayanan nifas Sesuai standar oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah Dalam kurun waktu tertentu.
KF3 = _ x 100%
Jumlah sasaran ibu nifas wilayah kerja dalam 1 tahun

(5) Peserta KB Aktif (Contraseptive Prevalence Rate/CPR)


Peserta KB aktif (PA) adalah peserta KB baru dan lama
yang masih aktif memakai alat kontrasepsi terus menerus
hingga saat ini untuk menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan.

Jumlah peserta KB Aktif


KB Aktif = x 100%
Jumlah PUS

2). Program Kesehatan Anak


a) Kunjungan Neonatus
Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar dengan distribusi waktu 1
kali pada 6–48 jam, 1 kali pada hari ke 3–7, dan 1 kali pada hari ke
8–28 setelah lahir di suatu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu
tertentu. Pelayanan kesehatan neonatus dasar meliputi :
(1) Tindakan resusitasi;
(2) Pencegahan hipotermi;
(3) Pemberian ASI dini dan eksklusif;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 54


(4) Pencegahaan infeksi (perawatan mata, tali pusat, kulit &
pemberian imunisasi);
(5) Pemberian Vitamin K1;
(6) MTBM (Manajemen Terpadu Balita Muda);
(7) Penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan berpedoman
pada buku KIA.

Cakupan Jumlah Neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan


Kunjungan = kunjungan neonatal sesuai standar disuatu wilayah
Neonatus Kerja dalam kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah Seluruh sasaran bayi 1 tahun

b) Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi (KB) adalah kunjungan bayi (umur 29 hr s/d 12
bln.) yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1
kali pada 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, 1 kali pada
umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai dengan
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Kunjungan Bayi / KB.1 : kunjungan baru / kontak pertama
pada bayi
Kunjungan Bayi / KB.4 : kunjungan bayi yg ke-4 atau lebih
pada umur 10 - 12 bln Untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
bayi yang standar

Pelayanan kesehatan bayi dasar meliputi :


(1) Pencegahan & penanganan termasuk rujukan terhadap
komplikasi pada bayi;
(2) Pemberian imuniasai lengkap dan vitamin A;
(3) Stimulasi, Deteksi & Intervensi Dini tumbuh kembang bayi
(SDIDTK);
(4) MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda);
(5) MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit);
(6) Konseling ASI Eksklusif dan MP–ASI;
(7) Penyuluhan kesehatan bayi dengan menggunakan buku KIA.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 55


Juml bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan
Cakupan Sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Kunjungan =
Bayi X 100
Jumlah sasaran bayi di suatu wilayah pada kurum waktu
tertentu

c) Kunjungan Balita/Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang


(SDIDTK)
Kunjungan Balita/SDIDTK adalah kunjungan pada anak Balita
(umur 12–59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar,
meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali dalam satu tahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun,dan pemberian
vitamin A, 2 kali setahun.
Pelayanan kesehatan anak Balita / SDIDTK meliputi :
(1) SDIDTK menggunakan format KPSP (Kuisioner Pra Skreening
Perkembangan);
(2) Monitoring pertumbuhan melalui Buku KIA dan KMS;
(3) Penanganan penyakit sesuai MTBS;
(4) Penanganan masalah pertumbuhan;
(5) Stimulasi perkembangan anak Balita;
(6) Pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu;

Cakupan Jumlah anak Balita yang memperoleh pelayanan


Pelayanan Sesuai standar pada kurun waktu tertentu
Balita =
X 100
Jumlah Balita di satu wilayah kerja 1 tahun

d) Neonatus Resiko Tinggi / BBLR yang Tertangani


Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir s/d 24 jam
pertama setelah lahir.
Setiap Neonatus resiko tinggi dan bayi berat badan lahir rendah
mendapatkan pelayanan kesehatan standar yang diberikan di sarana
kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah oleh dokter,
bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan
neonatal dan penanganan BBLR.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 56


Penanganan BBLR meliputi :

(1) Pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi,


pencegahan hipotermi, pemberian ASI dini & eksklusif,
pencegahan infeksi);
(2) Pemberian Vitamin K;
(3) Manajemen terpadu bayi muda (MTBM);
(4) Penanganan penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR;
(5) Penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku
KIA.
Cakupan Neonatus resti dan BBLR yang tertangani adalah
jumlah neonatus resti dan BBLR yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.

Cakupan Juml. Neonatus resti/BBLR tertangani sesuai standar


Neonatus resti dan = ___________________________________ x 100 %
BBLR Tertangani Jumlah neonatus Resti/BBLR Di wilayah kerja

3) Program Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)


Keberhasilan Program tidak lepas dari kwalitas dan kuantitas
Sumber Daya Manusianya oleh sebab itu dilaksanakan beberapa
kegiatan dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia.
a) Pelatihan MTBS / MTBM
Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang tenaga bidan yang bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas tenaga bidan dalam tatalaksana
MTBS/MTBM dan dilaksanakan dalam dua angkatan.
b) Pelatihan SDIDTK
Pelatihan ini diikuti oleh 15 orang tenaga bidan yang bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas bidan dalam melaksanakan kegiatan
SDIDTK.
c) Pelatihan Fasilitator Kelas Ibu
Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang bidan yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas bidan dalam pelaksanaan kelas ibu.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam 2 angkatan.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 57


d) Pelatihan Penanganan Asfiksia BBLR
Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang bidan yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas bidan dalam pelaksanaan penanganan
asfiksia pada BBLR yang mana kegiatan ini ditujukan untuk
mengurangi angka kematian bayi. Kegiatan ini dilaksanakan dalam
2 angkatan.
e) Kegiatan Penunjang
Merupakan kegiatan yang bersifat mendukung dan menguatkan
kegiatan rutin. Secara rinci kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
i. AMP Maternal/Perinatal
Merupakan kegiatan audit terhadap kasus morbiditas
maupun mortalitas yang dilakukan langsung di Kabupaten.
Selama tahun 2020 telah dilakukan audit terhadap 32 kasus
mortalitas yang terdiri dari 29 Kasus maternal dan 3 kasus
perinatal. Kasus yang diaudit berdasarkan kajian tim Kabupaten
menunjukkan indikasi kesalahan petugas (aspek tehnis),
ataupun kasus yang indikasi penyebabnya adalah aspek non
tehnis (sosial).
Tahap pelaksanaannya dimulai dari menerima laporan
kasus kematian maupun kasus morbiditas dari Puskesmas,
Polindes, maupun RSU. Kemudian diikuti dengan pembuatan
laporan kronologi kasusnya oleh bidan yang terlibat langsung
dalam penanganannya (dalam 2-3 hari paska kejadian). Tim
kabupaten selanjutnya melakukan kajian kasus untuk
menentukan indikasi penyebab, aspek tehnis ataukah sosial.
Pelaksanaan AMP yang dilakukan di Kabupaten dilakukan
dengan menggunakan metode baru, kasus terpilih yang sudah
dianonimkan, dikaji oleh tim pengkaji Kabupaten yang terdiri
atas Kepala Dinas Kesehatan, Direktur Rumah Sakit
Pemerintah, Dokter Spesialis Kandungan, Dokter Spesialis
Anak, Perwakilan dari Organisasi Profesi (IDI, IBI), BAPPEDA,
BPMPD, BPPKB, PKK dan pemegang program KIA Kabupaten.
Selanjutnya hasil Kajian akan direkomendasikan ke semua

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 58


Puskesmas sebagai bahan Advokasi kepada pengambil
kebijakan.
Melalui kegiatan Audit KB diharapkan dapat menggali
permasalahan yang berperan atas kejadian kegagalan
penggunaan kontrasepsi terutama MKJP (Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang) yang berakar pada pasien, keluarga, petugas
kesehatan manajemen pelayanan serta kebijakan pelayanan.
Melalui kegiatan ini diharapkan para pengelola program KIA
dan para pemberi pelayanan dasar dan rujukan dapat
menetapkan prioritas untuk mengatasi faktor yang berpengaruh
tersebut.
ii. Diskusi Refleksi kasus ( DRK )
Merupakan kegiatan audit terhadap kasus morbiditas
maupun mortalitas yang ada di Puskesmas, bisa dilakukan
langsung di Puskesmas lokasi kejadian.
Tahap pelaksanaannya dimulai dari menerima laporan
kasus kematian maupun kasus morbiditas dari Bidan Desa ke
Puskesmas. Kemudian diikuti dengan pembuatan laporan
kronologi kasusnya oleh bidan yang terlibat langsung dalam
penanganannya (dalam 2-3 hari paska kejadian). Selambat-
lambatnya 14 hari paska kejadian, Diskusi kasus ini melibatkan
Bidan Desa, Bidan Puskesmas, Dokter, Kepala Puskesmas,
lintas program di Puskesmas, dan Tim dari Kabupaten. Diskusi
refleksi kasus ini bertujuan sebagai pembelajaran supaya tidak
terulang kasus yang sama.
iii. Pertemuan Bikor dan sosialisi perbaikan format pelaporan
Untuk dapat melihat hasil kinerja Puskesmas maka kami
dari seksi KIA memberikan umpan balik hasil cakupan PWS ibu
dan hasil validasi data yang ada melalui pertemuan bidan
koordinator yang dilaksanakan 2 x selama setahun. Dengan
harapan bidan koordinator mampu menganalisa dan menyusun
strategi tindak lanjut dari permasalahan yang dihadapi terkait
dengan pencapain cakupan program. Untuk format laporan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 59


karena ada perubahan dari propinsi maka perlu dilakukan
sosialisasi sehingga antara format yang digunakan di Dinas
Kesehatan dan di Puskesmas itu sama, baik bentuk format
maupun cara pengisiannya. Sejak tahun 2015 pengisian
laporan sudah disepakati harus menggunakan sistim
komputerisasi tidak lagi dengan manual sehingga kesalahan
dalam pengisian laporan bisa dikurangi.
iv. Pembinaan Puskesmas dan Bidan Desa
Agar pelaksanaan program kegiatan kesehatan ibu dan
anak di tingkat pelayanan dasar dapat berjalan dengan baik,
sesuai dengan standar yang ada maka perlu dilakukan upaya
pembinaan baik yang bersifat tekhnis maupun administrasi.
Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur seksi Kesga adalah dengan pembentukan bidan
koordinator wilayah ( Korwil ) tingkat Kabupaten. Dimana
masing - masing bidan yang ada di Dinas Kesehatan diberikan
tanggung jawab untuk membina 4-5 Pukesmas dan jajarannya
(Poskesdes).
Sistem pembinaan yang dilakukan dengan supervisi
langsung ke lokasi Puskesmas dan Poskesdes, dengan dana
yang bersumber dari APBD Kabupaten atau Bidan Puskesmas
dan Bidan Desa di panggil ke Dinas Kesehatan dengan dana
yang bersumber dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).
v. Kegiatan Tim ACSIA
Tim ACSIA merupakan tim yang bersifat non struktural,
non formal yang terdiri dari anggota yang berasal dari unsur-
unsur PKK, Camat, TNI, Polri, Toga/Toma, BAPPEDA, BPPKB,
PPT, RSU, BAZDA, PMI, organisasi profesi dan Dikes. Untuk
pengendalian dan upaya penurunan kasus kematian ibu dan
anak, perlu respon dan penanganan cepat kurang dari 24 jam
guna menurunkan kematian ibu dan bayi di tingkat Kabupaten
Lombok Timur. Upaya penurunan kasus kematian ibu dan anak
ini harus melibatkan lintas sektor dan program terkait.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 60


b. Indikator Program Kesehatan Keluarga
Program Kesehatan Keluarga bertujuan mengurangi jumlah kasus
kematian bayi, ibu melahirkan dan peningkatan penggunaan kontrasepsi
pasca melahirkan dan kesehatan reproduksi keluarga dan masyarakat
serta pelayanan kesehatan lansia. Adapun kegiatan yang mendukung
tercapainya program ini antara lain Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak,
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif
serta Pelayanan Keluarga Berencana dan pelayanan kesehatan lansia.
Alat ukur kinerja kegiatan dituangkan dalam Indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
Tabel 5.1.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Ibu di Kab. Lombok Timur
Tahun 2020

Indikator Kinerja Tahun 2020


Target (%) Cakupan (%)
1 Cakupan kunjungan bumil K4 100 104,91
2 Cakupan pertolongan oleh tenaga 100 106,06
kesehatan

3 Cakupan bumil risti ditangani 100 137,26


4 Cakupan kunjungan nifas 100 102,68
5 Cakupan KB Aktif 78 87,7
Sumber: Laporan PWS Ibu 2020

Tabel 5.2.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Anak di Kab. Lombok Timur
Tahun 2020

Indikator Kinerja Tahun 2020


Target (%) Cakupan (%)
1 Kunjungan Neonatus 100 106,22
2 Kunjungan Bayi 100 104,55
3 Kunjungan Balita 100 96,22
4 Neonatus Risti Tertangani 100 98,62
Sumber: Laporan PWS Anak 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 61


Tabel 5.3.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Lanjut Usia
di Kab.Lombok Timur Tahun 2019

No. Indikator Kinerja Tahun 2019


Target (%) Cakupan(%)
1. Kunjungan ke Fasilitas Pelayanan 100 73.15
Kesehatan
2. Tingkat Kemandirian 100 80.27
3. Indeks Masa Tubuh 100 51.42
4. Lanjut Usia dengan Gangguan /Penyakit 100 139.71
5. Penanganan Kasus 100 69.54
Sumber: Laporan PWS Lanjut Usia 2019

Tabel 5.4
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Remaja
di Kab. Lombok Timur Tahun 2020

No. Indikator Kinerja Tahun 2020


Target (%) Cakupan (%)
1. Kunjungan ke Fasilitas Pelayanan 100 28,37
Kesehatan
2. Anemia Remaja 7.5 0,82
3. PKPR 100 58,82
Sumber: Laporan Program Remaja 2020

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal ini diharapakan mampu


mewujudkan tercapainya target SDG᾽S pada tahun 2030, khususnya
SDG᾽S ke 1 dan ke 2 yaitu menurunkan angka kematian bayi dan angka
kematian ibu.

c. Pencapaian Program Kesehatan Keluarga


1) Jumlah Kematian ibu menurut kelompok umur
Sebagai salah satu Indikator Derajat Kesehatan adalah Angka
Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data terakhir hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian ibu di
Indonesia sebesar 359/100.000 KH. Penyebab langsung kematian
sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
persalianan (SKRT 2001). Gambaran keadaan kesehatan Ibu di

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 62


Kabupaten Lombok Timur ditunjukkan dari besarnya jumlah kasus
kematian ibu melahirkan (Maternal). Berdasarkan hasil Audit Maternal
seluruh Puskesmas pada tahun 2020 diperoleh jumlah kematian ibu
sebanyak 43 kasus atau terjadi peningkatan kasus dari jumlah
kematian pada tahun 2019 yang berjumlah 29 kasus. Jika di
estimasikan dalam angka, maka Angka Kematian Ibu Kabupaten
Lombok Timur tidak dapat dihitung dikarenakan jumlah kelahiran
hidupnya tidak mencapai 100.000 (jumlah kelahiran hidup 26.950).
1. Jumlah kematian ibu hamil
Kematian ibu hamil menurut kelompok umur tahun 2020 sebanyak 9
orang dengan rincian umur <20 tahun (0), umur 20-34 tahun (5) dan
>35 tahun (4).
2. Jumlah kematian ibu bersalin
Kematian ibu bersalin menurut kelompok umur tahun 2020
sebanyak 14 orang dengan rincian umur <20 tahun (2), umur 20-34
tahun (6) dan >35 tahun (6).
3. Jumlah kematian ibu nifas
Kematian ibu nifas menurut kelompok umur tahun 2020 sebanyak
20 orang dengan rincian umur <20 tahun (1), umur 20-34 tahun (10)
dan >35 tahun (9).
2) Jumlah kematian ibu menurut penyebab
Kematian ibu terbanyak disebabkan oleh HDK (12), yang mana masih
di dominasi oleh PEB dan Eklampsi. Penyebab terbanyak kedua adalah
Perdarahan (11) dan ketiga terbanyak disebabkan oleh penyakit tidak
menular (10) (Penyakit Jantung) dimana ketiga hal tersebut merupakan
penyebab secara tidak langsung dan langsung kematian ibu. Hal ini
tidak terlepas dari kondisi kesehatan ibu dari sebelum dan selama
hamil.
3) Cakupan K4
Cakupan pelayanan K4 atau kunjungan ibu hamil yang ke-empat sesuai
standar pada umur kehamilan triwulan III pada tahun 2020 komulatif
sebesar 28.452 (104,9%). Cakupan K4 Kabupaten Lombok Timur
melebihi target yang ditargetkan tetapi tidak dengan beberapa

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 63


puskesmas yang belum mencapai target, yaitu Puskesmas sikur
(98,7%), Puskesmas kerongkong (96,2%), Puskesmas Aikmel (99,3%),
Puskesmas Kalijaga (98,4%), dan Puskesmas Wanasaba (99,2%).
4) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Lombok Timur
mengalami peningkatan dari 103,21% pada tahun 2019 menjadi
106,1% pada tahun 2020. Adapun puseksmas yang belum mencapai
target antara lain Puskesmas Sikur (97,7%), Puskesmas Kotaraja
(95,4%), Puskesmas Lendang Nangka (94,5%), Puskesmas
Kerongkong (95,0%), Puskesmas Labuhan Haji (99,6%) dan
Puskesmas Wanasaba (92,7).
5) Cakupan Kunjungan Ibu Nifas
Untuk keberlangsungan pelayanan (continum of care) maka semua ibu
nifas harus dikunjungi sebanyak 3 kali selama periode nifas dan
mendapatkan pelayanan sesuai standar. Cakupan kunjungan nifas
tahun 2020 mencapai 102,7%, sementara cakupan kunjungan ibu nifas
di tahun 2019 sebesar 99,17% atau terjadi peningkatan. Adapun
puskesmas yang belum mencapai target antara lain Puskesmas
Montong Betok (98,5%), Puskesmas Sikur (97,6%), Puskesmas
Kotaraja (94,2%), Puskesmas Lendang Nangka (92,5%), Puskesmas
Pringgasela (98,4%), Puskesmas Kerongkong (91,0%), Puskesmas
Denggen (98,7%), Puskesmas Selong (96,0%), Puskesmas Labuan
Haji (98,0%), Puskesmas Kalijaga (96,5%), dan Puskesmas Wanasaba
(90,4%).
6) Cakupan peserta KB aktif
cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020
sudah melebihi target, akan tetapi masih ada beberapa puskesmas
yang belum memenuhi target. Hal ini dikarenakan sudah banyak bidan
yang mendapatkan pelatihan tentang KB, dan juga adanya pemantapan
kohort KB sebagai salah satu sumber data.
7) Cakupan Neonatus Risti Tertangani
Pelayanan Neonatal resti / dengan komplikasi adalah penanganan
setiap neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 64


menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh
bidan/dokter/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas
PONED rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/ swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami
komplikasi neonatal. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat
cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat
terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari
pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannnya.
Cakupan neonatal resti yang tertangani tahun 2020 adalah 89,1%
(3.649 dari 4.097 sasaran neonatal resti) belum mencapai target
(target :100%), ada 12 Puskesmas yang sudah mencapai target dan 22
puskesmas belum mencapai target.
8) Jumlah kematian neonatal, bayi dan balita menurut jenis kelamin
Kematian neonatal, bayi dan balita pada tahun 2020 sebanyak 316
(11,^%) dengan rincian neonatal 243 (8,9%), Bayi (neo+bayi) sebanyak
297 (10,9%) dan balita sebanyak 19 (0,7%).
9) Jumlah kematian neonatal, bayi dan balita menurut penyebab
a. Neonatal
Penyebab kematian neonatal (0-28hari) : BBLR (101), Asfiksia (73),
kelainan bawaan (36), lain-lain (24) dan sepsis (7)
b. Bayi
Penyebab kematian bayi (29 hari-11 bln) : Lain-lain (27), pneomonia
(24) dan diare (3).
c. Balita
Penyebab kematian balita (12-59bln) : Lain-lain (15) , pneomonia (2)
dan demam (2).
10)Jumlah BBLR menurut jenis kelamin
Dari data tahun 2020 terdapat 945 kasus BBLR yang terdiri dari 476
laki-laki dan 469 perempuan.
11)Cakupan Kunjungan Neonatal
Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan kepada neonatal
(umur 0-28 hari) oleh tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 65


kesehatan neonatal standar. Kunjungan Neonataus ini minimal
dilaksanakan minimal 3 kali selama neonatal.
Cakupan kunjungan neonatal tahun 2020 adalah 95,4%, dimana
dari 34 Puskesmas 3 Puskesmas sudah mencapai target dan 31
puskesmas masih di bawah target (target:100%). Adapun Puskesmas
dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Rensing yaitu dengan
cakupan 109,0% dan terendah adalah Puskesmas Aikmel Utara yaitu
69,4%. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2019 maka cakupan
tahun 2020 mengalami penurunan.
12)Bayi baru lahir mendapatkan IMD dan ASI ekslusif
Bayi baru lahir yang mendapatkan IMD atau Inisiasi menyusu dini
sebanyak 92,4% sedangkan yang diberikan asi ekslusif sebanyak
81,0%.
13)Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi menurut jenis kelamin
Pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2020 sebanyak 104,6% (25.780)
sudah melampaui target ssaran bayi tahun 2020 yaitu 24.655
14)Cakupan Pelayanan Kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin
Cakupan pelayanan Kesehatan usia lanjut yang mendapatakan skrining
Kesehatan sesuai standar sebanyak 175.218 (109,0%). Sedangkan
target sasaran sebanyak 160.741 ditahun 2020.

d. Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah


1) Progam Kesehatan Ibu
Dari tiga indikator SPM yang ada di program ibu yaitu pelayanan
kesehatan ibu hamil yang menggambarkan kualitas pelayanan KIA, hal
ini disebabkan karena sistem pendataan kohort ibu hamil sudah
berjalan dengan baik, pendampingan ibu hamil oleh bidan dan kader
dengan pembagian wilayah binaan sudah maksimal, kunjungan rumah
dengan program P4K menjadi upaya yang sangat bagus untuk
mendapatkan kunjungan ibu hamil sekaligus menentukan rencana
kehamilan, adanya pendampingan minum obat tablet tambah darah di
beberapa puskesmas sangat membantu untuk melaksanakan
pengawasan rutin ibu hamil, adanya kelas ibu memotivasi ibu hamil

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 66


untuk tetap memeriksakan kehamilannya begitu juga dengan adanya
kelas pasangan ramah anak (Parana) di beberapa desa yang sangat
membantu ibu hamil.
Cakupan Persalinan di fasilitas Kesehatan yang menggambarkan
tingkat keamanan persalinan telah memenuhi target, hal ini disebabkan
karena program P4K, kelas ibu, parana sekaligus memotivasi ibu untuk
melakukan persalinan di tenaga kesehatan, kunjungan rumah ibu hamil
menjelang perkiraan persalinan oleh bidan dan kader, sistem
pendampingan ibu hamil oleh kader dan dukun, kemitraan bidan
dengan dukun dan kader masih berjalan bagus sehingga bisa
mengalihkan fungsi dukun bersalin sebagai dukun bayi di rumah
dengan pendampingan bidan, peningkatan kualitas pelayanan di
polindes dan puskesmas untuk persalinan dengan adanya peningkatan
kompetensi bidan untuk pertolongan persalinan, adanya 2 orang bidan
di tiap polindes sehingga bisa memberikan pelayanan yang maksimal,
adanya pemanfaatan kantong persalinan sehingga bisa mengetahui
sasaran persalinan,komplikasi dan kegawatdaruratan pada bulan
tersebut.
2) Program Kesehatan Anak
SPM program kesehatan anak yaitu Cakupan Kunjungan
Neonatus , Cakupan Kunjungan Bayi, Cakupan Kunjungan Balita dan
neonatus resti tertangani. Cakupan kunjungan balita belum ada
memenuhi target 100%, hal ini disebabkan adanya pemanfaatan
kantong neonatus yang sudah maksimal sehingga bisa merencanakan
jadwal kunjungan neonatal selanjutnya, persalinan nakes yang tinggi
sehingga pengawasan bayi baru lahir juga bisa terlaksana dengan baik,
kemitraan bidan dengan dukun dan kader untuk pendampingan ibu
nifas dan bayi, pembagian wilayah binaan untuk pengawasan ibu dan
bayi oleh bidan, dukun dan kader, sistem catpor yang sangat
mendukung untuk pemantauan ibu dan bayi.
Sedangkan untuk kunjungan balita masih berada dibawah target
dikarenakan masih kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya
pemeriksaan kesehatan anak sehingga ketika sudah selesai

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 67


mendapatkan imunisasi dasar malas membawa anaknya ke posyandu,
pada saat kunjungan ke posyandu anak-anak sering dibawa oleh
keluarga yang lain seperti nenek yang mana bukan orangtua sehingga
pesan yang disampaikan kurang maksimal untuk diterima, belum
maksimalnya kegiatan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) terlaksana karena belum semua bidan terlatih
SDIDTK, belum semua guru TK/PAUD terlatih SDIDTK sehingga
kegiatan ini belum bisa berjalan baik di sekolah yang seharusnya
melaksanakan kegiatan tersebut, sarana pendukung seperti buku
panduan SDIDTK, APE masih belum tersedia lengkap baik di polindes,
puskesmas, posyandu maupun TK/PAUD.
3) Program KB
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar
dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menurunkan
angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi
pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak atau lebih) serta
meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Keikutsertaan berKB bagi seorang ibu dapat mengatur jarak
kelahiran sehingga akan menurunkan jumlah kelahiran dan hal ini
berpeluang untuk menurunkan jumlah kematian ibu yang berhubungan
dengan 4T ( Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat dan Terlalu
Banyak) dan penyakit kronis.
Capaian peserta KB aktif terus meningkat dari tahun ke tahun tapi,
masih jauh dari harapan karena captor dari puskesmas tidak
berdasarkan kohort. Untuk Kabupaten Lombok Timur tahun 2020
pencapaian cakupan peserta KB aktif sebesar 87,7% dari target 78%
(Laporan PWS KB tahun 2020).
Keikutsertaan ber KB bagi sasaran 4T masih kurang, dimana
kehamilan atau kelahiran pada kondisi 4T memiliki resiko terjadinya
kesakitan bahkan kematian, oleh karena itu PUS yang memiliki potensi
untuk hamil pada kondisi 4T harus dicegah dengan menggunakan
kontrasepsi terutama dengan menggunakan MKJP. Dapat dilihat pula

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 68


bahwa kematian ibu di tahun ini juga adanya kematian ibu yang berusia
diatas 35 tahun dan dengan kondisi gravida >4.
4) Kematian Ibu dan Bayi
a) Kematian Ibu
Penyebab kematian ibu masih di dominasi oleh Hipertensi
dalam kehamilan. Tahun 2020 sebanyak (43) kasus kematian terdiri
dari Hipertensi (12), Perdarahan (11) PM/PTM (14), infeksi (2) dan
lain-lain 4 orang. Hal ini dikarenakan adanya keterlambatan dalam
deteksi dini resiko sehingga terlambat dalam pengambilan
keputusan, kurangnya KIE tentang tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas, sarana KIE tentang tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas yang berupa leaflet, banner dan buku KIA,
kurangnya dukungan teknis dalam bentuk kebijakan pemerintah
daerah, masih kurang maksimalnya bimbingan pengawasan tim
puskesmas termasuk manajemen tentang KIA, kebijakan tentang
pengaturan SDM yang tidak merata dan tidak terkoordinasi seperti
sekarang ini yang mana banyak polindes yang kosong tetapi banyak
tempat yang keberadaan bidannya banyak, kompetensi petugas
yang masih kurang termasuk minimnya pelatihan teknis baik di desa,
puskesmas dan RSU, kompetensi tenaga non PNS yang masih
kurang sementara mereka juga terlibat langsung dalam pelayanan
dan kontribusi mereka memang dibutuhkan termasuk pula di tempat
rujukan, koordinasi tim maupun kepatuhan SOP di RSU belum
maksimal.
Kehamilan seharusnya terjadi pada usia produktif sehingga
terlihat kasus kematian ibu juga terjadi dalam pada periode tersebut.
Tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar berada pada tingkat
pendidikan yang rendah mendukung terjadi kasus kematian yang
diakibatkan oleh adanya keterlambatan baik terlambat dalam
pengambilan keputusan, terlambat melakukan rujukan maupun
terlambat dalam memberikan penanganan. Berbagai informasi yang
diterima pada saat kehamilan tidak bisa dilakukan sesuai yang
diharapkan. Keputusan sering sekali berubah ketika ada orang lain

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 69


yang memberikan informasi pada saat yang sangat mendesak
seperti saat mengahadapi proses kegawatdaruratan.
b) Kematian Bayi
Kematian bayi masih mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yang berarti, ini karena masih banyak pemberi layanan
yang belum mempunyai kemampuan secara maksimal untuk
mendeteksi dan memberikan penanganan secara dini terhadap
kasus-kasus yang terjadi pada bayi dan neonatal, kurangnya
pelaksanaan kunjungan rumah yang masih sering tidak dilakukan
juga menjadi salah satu penyebab kurangnya deteksi dini komplikasi
pada neonatal sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan
kapasitas tenaga kesehatan berupa pelatihan-pelatihan seperti
Pelatihan PPGDON, Penanganan Asfiksia dan BBLR dan Refreshing
APN. Jika dilihat dari jumlah kematian bayi, paling banyak ditolong
oleh bidan dengan jenis persalinan spontan dan tempat kematian
paling banyak terjadi di rumah sakit. Hal ini terjadi karena adanya
keterlambatan penanganan serta merujuk pasien ke rumah sakit
sehingga saat tiba di rumah sakit sudah dalam kondisi kasep dan
tidak bisa tertolong.
5) Program Remasila
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program
kesehatan Remaja dan lanjut usia di Kabupaten Lombok Timur antara
lain:
1. Tidak tersedia data riil sasaran remaja dan lanjut usia sehingga
masih menggunakan data sasaran proyeksi
2. Kapasitas petugas pemegang program kesehatan remaja dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan remaja masih kurang,
padahal setiap tahun dilakukan pelatihan dan pembinaan tetapi
adanya mutasi petugas menjadi kendala.
3. Pola dan mekanisme pelayanan kesehatan remaja diluar gedung
belum memiliki pedoman yang jelas/disepakati, sehingga masih
menggunakan juknis atau kesepakatan antara dinas dengan
Puskesmas saja.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 70


4. Kasus-kasus KtP/A belum seluruhnya terlacak dan terlaporkan
sehingga perlu ditingkatkan kerjasama dengan jejaring terutama
P2TP2A.
5. Pembinaan kesehatan anak khusus baru menjangkau sebagian kecil
sasaran.
6. Kabupaten Lombok Timur belum memiliki Komisi Daerah (Komda)
Lansia
7. Belum semua desa memiliki kelompok lansia terutama di desa –
desa pemekaran.
8. Seluruh kelompok lansia tidak memiliki kader terlatih sehingga perlu
dilakukan refreshing kader lansia
9. KMS lansia masih kurang. Pencatatan dan pelaporan kesehatan
lansia hanya menggunakan register
10. Program kesehatan Lansia merupakan program pengembangan.
Dana tidak mampu membiayai tupoksi dan kegiatan yang
direncanakan sehingga kegiatan hanya difokuskan pada kegiatan
pokok dan kegiatan rutin
11. Pengetahuan remaja mengenai pentingnya konsumsi tablet Fe
sehingga kegiatan Kampanye Fe tetap dijadikan kegiatan unggulan
di Kabupaten Lombok Timur yang harus direncanakan oleh
Puskesmas
12. Ketersediaan tablet Fe (Multivitamin). Untuk masalah ini dilakukan
kerjasama dengan sekolah agar mau menyediakan Fe sendiri, tapi
masih sedikit sekolah yang bersedia.
13. Ruang khusus konseling remaja tidak tersedia di semua puskesmas,
tetapi masih difokuskan pada Puskesmas mampu PKPR (Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja)
14. Dukungan dari keluarga sehingga akan dilakukan kerjasama lintas
sektor terutama dengan BPPKB terutama untuk kegiatan Bina
Keluarga remaja (BKR)
15. Jumlah kader remaja masih sedikit, untuk itu kegiatan-kegiatan Kelas
Remaja dan Pelatihan Konselor Sebaya masih terus dilakukan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 71


2.SEKSI GIZI MASYARAKAT
a. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program perbaikan gizi yang dilaksanakan selama tahun 2020 untuk
mencapai target yang ditetapkan sesuai RPJMN kesehatan di bidang
perbaikan gizi, antara lain :
1) Pemantuan pertumbuhan Balita di Posyandu :
Ø Penimbangan Berat Badan Bulanan di Posyandu
Ø Bulan Penimbangan Balita
Ø Pengumpulan data melalui E. PPGBM

2) Penanggulangan Gizi Buruk


Ø Pelacakan dan Penjaringan Kasus Gizi Buruk
Ø Perawatan gizi buruk sesuai dengan tatalaksana gizi buruk
Ø Pemberian makanan tambahan untuk Balita kurus
3) Penanggulangan anemia gizi besi bagi Remaja Putri, Bumil dan Bufas;
4) Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI);
5) Penanggulangan Kekurangan Vitamin A;
6) Pemberian ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD);
7) Penyuluhan dan konseling gizi;
8) Pembentukan dan Pembinaan kelompok pendukung ASI (KP-ASI);
9) Pembentukan Percontohan Desa Kadarzi;
10) Pelatihan Konseling PMBA bagi Petugas dan Kader Posyandu;
11)Orientasi PMBA bagi Pengasuh

12) Advokasi Lintas Sektor dalam Kegiatan Pencegahan Anemia Gizi Besi
pada Remaja Putri ;
13) Surveilans gizi;
14) Monitoring dan Evaluasi
Ø Pertemuan Evaluasi
Ø Monitoring dan Supervisi ke Puskesmas dan Posyandu
15) Percepatan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting :
Ø Rapat Koordinasi Regulasi Implementasi Komunikasi Perubahan
Perilaku dalam pencapaian Pencegahan Stunting

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 72


Ø Rapat Koordinasi Penyusunan Dokumen Strategi Komunikasi
Perubahan Perilaku dalam Percepatan Pencegahan stunting
Ø Rapat Persiapan Rancangan Analisis Situasi
Ø Rapat Review Hasil Analisis
Ø Rapat Pelaksanaan Analisis Situasi (Aksi 1)
Ø Rapat Rancangan Agenda Pelaksanaan Rembuk Stunting
Ø Rapat Panitia Rembuk Stunting
Ø Sosialisasi dan Desiminasi Komitmen Aksi Integrasi Penurunan
Stunting
Ø Orientasi KPM dalam rangka e-PPGBM
Ø Orientasi Kader KPM dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita dan
PMBA.

b. Indikator Program Perbaikan Gizi Masyarakat


Indikator kinerja, target dan cakupan kegiatan Perbaikan Gizi
Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5.
Inikator Kinerja Cakupan Kegiatan Perbaikan Gizi di Kab. Lombok Timur
Tahun 2020

Keterangan
No Indikator Kinerja Target Cakupan
(%)
(%)
A Pelayanan Kesehatan Ibu
1 Persentase ibu hamil anemia 16,96 17,11
2 Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 17,47 17,61
3 Persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet 87 104,91
tambah darah(TTD) minimal 90 tablet selama
kehamilan
4 Cakupan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 100 100
yang mendapat Makanan Tambahan
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A 90 102,87
B Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita
6 Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah 3,47 4,18
(BB < 2500 gram)
7 Persentase bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi 80 83,84
Menyusu Dini (IMD)
8 Cakupan bayi <6 bulan mendapat ASI Eksklusif 80 81,27
9 Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat Asi Eksklusif 80 88,64
10 Cakupan Balita 6-59 bulan mendapat Kapsul 90 97,37
vitamin A

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 73


11 Cakupan balita gizi kurang mendapat Makanan 90 96,6
Tambahan
12 Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat 85 100
perawatan
13 Jumlah Balita yang mendapat suplementasi gizi 3286 2608 72,%
mikro
14 Cakupan Balita yang ditimbang Berat Badannya 75 87,70
(D/S)
15 Cakupan Balita memiliki Buku Kesehatan Ibu 100 99,69
Anak (KIA)/Kartu Menuju Sehat (KMS) (K/S)
16 Cakupan Balita ditimbang yang naik berat 80 59,88
badannya (N/D)
17 Prevalensi berat badan kurang (berat badan kurang 20 12,93
dan sangat kurang) pada balita
18 Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) 38 21,07
pada balita
19 Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada 8.1 4,85
balita
C Pelayanan Kesehatan Remaja
20 Cakupan Remaja Putri mendapat Tablet Tambah 70 54,92
Darah (TTD)
D Pelayanan Kesehatan Keluarga
21 Cakupan Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam 82 70.03
Beriodium
E Pelayanan di Fasilitas Kesehatan
22 Persentase Puskesmas melaksanakan surveilans 80
gizi

23 Persentase Puskesmas mampu Tatalaksana Gizi 25,71


Buruk pada Balita

c. Pencapaian Program dan Kegiatan


1) Pemantauan Pertumbuhan Balita
Penimbangan Balita dilaksanakan setiap bulan di Posyandu
bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan Balita
setiap bulan. Pemantauan hasil penimbangan dilaksanakan dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dibedakan menurut
jenis kelamin Balita.
Hasil penimbangan bulanan Puskesmas dilaporkan ke Dinas
Kesehatan setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Dinas Kesehatan
membuat rekapitulasi hasil penimbangan tersebut untuk mendapatkan
Gambaran kecenderungan perkembangan status gizi dan kesehatan
Balita setiap bulan sebagai dasar perencanaan program gizi di tingkat
kabupaten. Hasil Pemantauan Pertumbuhan Balita di Kabupaten
Lombok Timur masing-masing indikator sebagai berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 74


a) Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S)

Tingkat partisipasi masyarakat merupakan indikator yang


diperoleh dengan membandingkan jumlah Balita yang ditimbang
(D) dengan jumlah semua Balita (S) yang ada di Kabupaten
Lombok Timur .

Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S) Kabupaten Lombok


Timur tahun 2020 sebesar 87,71% menurun 2,6 % bila
dibandingkan D/S tahun 2019 sebesar 85,11% namun masih
diatas target sebesar 75%.

Dari 35 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur


pada tahun 2020 rata-tata Puskesmas telah mencapai target. Ada
11 Puskesmas yang Cakupan D/S nya di atas 90% , puskesmas
tertinggi yaitu Puskesmas Labuhan Lombok (93,85%). Puskesmas
yang Paling rendah cakupan D/S nya di bawah 90% adalah
Puskesmas Labuhan Haji (87,23%). Adapun Tingkat Partisipasi
Masyarakat (D/S) per Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur
pada tahun 2020 dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.

GRAFIK 5. 1
PWS GIZI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
CAKUPAN PARTISIPASI MASYARAKAT( D/S)
TAHUN 2020
93,37 93,85
95,00 91,35 92,09 92,83
88,63 93,11
90,91 91,16
92,55
90,9290,5389,83 88,98 91,17 88,53 87,71
90,00 88,00
84,78
87,78 87,23 90,10
85,53 85,27
86,30
84,83 85,61
85,00 82,48 82,92 83,30
81,5780,87 81,61
78,57
80,00 79,32

75,00
70,00

Sumber : Rekapitulasi Laporan F/III/Gizi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S) suatu wilayah


dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : kesadaran dan atau aktifitas

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 75


masyarakat, dukungan/peran serta Lintas Sektor, aktifitas kader
dan aktifitas petugas.

b) Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)


Cakupan hasil penimbangan (N/D) diperoleh dengan
membandingkan jumlah balita yang naik berat badannya
dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang (N/D). Cakupan
hasil penimbangan (N/D) Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
sebesar (55,42%) mengalami penurunan sebesar (6,7%) bila
dibandingkan cakupan N/D tahun 2019 sebesar (62,1%). Target
N/D tahun 2020 adalah 80%. Cakupan N/D tahun 2020 masih jauh
di bawah target.
Pada tahun 2020, semua Puskesmas yang ada di Kabupaten
Lombok Timur cakupan N/D nya masih di bawah target (80%).
Adapun Puskesmas cakupan N/D nya di atas rata – rata Kabupaten
sebanyak 14 Puskesmas yang tertinggi adalah Puskesmas
Kerongkong (69,91%) sedangkan Puskesmas yang cakupan N/D
nya di bawah Rata-rata Puskesmas sebanyak 13 Puskesmas dan
yang terendah adalah Puskesmas Sembalun (39,49%).
Secara lengkap cakupan Hasil Penimbangan Balita (N/D) di
KabupatenLombok Timur tahun 2020 dapat dilihat pada grafik
dibawah ini:

GRAFIK 5.2
PWS GIZI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
CAKUPAN PENCAPAIAN PROGRAM ( N/D)
TAHUN 2020

80,00 68,92 69,91


65,31 67,53 60,01
60,23 61,26 62,56 59,83 61,40 59,23 59,38
55,14 52,23 53,43 58,93 55,04 55,42
60,00 55,76 55,71 54,89 54,02 54,78
44,88 49,81 50,08 47,68 53,08
41,66 47,59 42,89
39,49
40,50 45,09
40,00

20,00

0,00

Sumber : Rekapitulasi Laporan F/III/Gizi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 76


c) Balita yang tidak naik berat badannya 2 kali berturut-turut
(T2/D)

Indikator T2/D (balita yang tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut) diperoleh dengan cara membandingkan jumlah balita
yang dua kali berturut-turut tidak naik hasil penimbangannya
dengan Jumlah Balita yang datang di timbang.
Persentase balita yang tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut (T2/D) di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020
sebesar (4,90%) menurun sebesar 0,76 % dibandingkan T2/D
tahun 2019 sebesar (5,66%) dan masih melebihi dari target yang
telah ditentukan yaitu kurang dari atau sama dengan 1 %. Dari 33
Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur ada 1
Puskesmas yang prosentase T2/D nya di bawah target 1 %, yaitu
Puskesmas Lepak (0,81%). Puskesmas yang persentase T2/D nya
di atas rata-rata kabupaten sebanyak 13 Puskesmas dan yang
tertinggi adalah Puskesmas Sikur (12,83%) dan ada 22 Puskesmas
yang persentase T2/D nya di bawah rata-rata kabupaten.
Untuk mengetahui secara lengkap cakupan T2/D di
Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 dapat dilihat pada grafik di
bawah ini .

GRAFIK 5.3
PWS GIZI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
PERSENTASE T2/D
TAHUN 2020
15,00 12,83

9,749,94
10,00 8,588,33
6,87 7,43 7,26 7,38
5,92 5,83 6,24 6,29
5,605,03
4,574,66 4,54 4,514,09 4,70 4,82 4,90
4,18 4,26
5,00 3,26 3,33
2,67 2,59 2,12
1,92 1,90 1,72
0,81 1,30

0,00

Sumber : Rekapitulasi Laporan F/III/Gizi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 77


d) Persentase Balita berat badan dibawah garis merah (BGM/D)
Indikator BGM/D diperoleh dengan membandingkan jumlah
balita yang berat badannya di bawah garis merah dengan jumlah
balita yang ditimbang.
Prosentase BGM/D Kabupaten Lombok Timur tahun 2020
sebesar (1,71%), menurun ( 0,11) % dibandingkan tahun 2019
sebesar (1,6)%, tetapi masih di bawah terget 5 %.
Semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur
prosentase BGM/D nya masih di bawah target yang ditentukan,
adapun Puskesmas dengan cakupan BGM/D terendah adalah
Puskesmas Dasan Lekong (0,50%) dan tertinggi Puskesmas
Kerongkong (3,26%).
Adapun persentase BGM/D Kabupaten Lombok Timur secara
lengkap dapat dilihat pada grafik berikut :

GRAFIK 5.4
PWS GIZI KAB. LOTIM PERSENTASE BALITA BGM /D
TAHUN 2020

3,26
3,50 2,87 2,772,71
3,00 2,50
2,07 2,35
2,50 1,84 2,17 2,15
1,93 1,96 1,841,71
1,78 1,72 1,75 1,66 1,71
2,00 1,55 1,53 1,39 1,47 1,47
1,281,37 1,221,231,25 1,24
1,50 1,13
0,92 0,95
0,79
1,00 0,50
0,50
0,00
MASBAGIK
LD. NANGKA
KERUAK

PRINGGASELA

AIKMEL
SUKARAJA

AIKMEL UTARA
KALIJAGA
WANASABA
SAKRA

MASBAGIK BARU
LEPAK

RARANG

SIKUR
KOTARAJA

KARANG BARU
SEMBALUN

BELANTING
KABUPATEN
SAMBELIA
JEROWARU

TERARA

DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA

LABUHAN HAJI

SUELA
KORLEKO
RENSING

MONTONG BETOK

DENGGEN
SELONG

BATUYANG
LB. LOMBOK

LENEK

Sumber : Rekapitulasi Laporan F/III/Gizi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Untuk mencegah terjadinya BGM maka perlu dilakukan


penyuluhan dan konseling gizi yang intensif melalui berbagai
kesempatan baik di Posyandu, Puskesmas, Pertemuan-pertemuan
yang ada, Perbanyak Demo/Praktek PMBA, Pendampingan oleh
Kader melalui Kunjungan Rumah.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 78


e) Persentase Balita Ditimbang Tidak Naik Beratnya 1 kali ( T )

Persentase Balita di timbang tidak Naik Beratnya satu kali


(T) diperoleh dengan membandingkan jumlah Balita yang tidak naik
Berat badannya dengan jumlah balita yang di timbang.

Persentase Balita yang tidak Naik Berat Badannya 1 kali (


T1) di kabupaten Lombok Timur tahun 2020 sebesar ( 24,79% )
lebh rendah dari tahun 2019 sebesar (28%) terjadi penurunan
kasus T1/D sebesar (3,21%). Target yang di tetapkan untuk
persentase T1 /D sebesar (20%) . Dari 34 Puskesmas yang ada di
kabupaten Lombok Timur ada 10 Puskesmas yang persentase
T1/D nya di bawah target, yang terendah adalah Puskesmas Lepak
( 7,04%) . Dan ada 24 Puskesmas yang persentase T1/D nya di
atas target, yang tertinggi adalah Puskesmas Suela ( 40,60%).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:

GRAFIK 5.5
PWS GIZI KAB. LOMBOK TIMUR PERSENTASE BALITA T1 /D
TAHUN 2020

50,00 38,82
24,09 23,15 30,89 29,82 39,08
16,73 29,38 29,74 32,06 40,60
18,54 24,01 33,67 32,14
13,8112,14
7,04
24,68
24,25 17,32 14,95 25,46 27,73 34,81 37,07
26,03
19,02 22,42 26,66 30,02
0,00 19,13 29,93
19,11 24,79

Sumber : Rekapitulasi Laporan F/III/Gizi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

2) Penanggulangan Gizi Buruk Pada Balita


Untuk mengefektifkan kegiatan penanggulan gizi buruk di
Kabupaten Lombok Timur maka dibentuk Tim Penanggulangan Gizi
Buruk Tingkat Kabupaten Lombok Timur melalui SK Bupati Lombok

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 79


Timur No. 188.45/125/KESRA/2019 dan Tim Penanggulangan Gizi
Buruk Tingkat Kecamatan yang SKnya ditandatangani oleh Camat.
Tabel.5.6
Susunan Keanggotaan Tim Penanggulangan Gizi Buruk Balita
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

No. Nama / Jabatan Dalam Dinas Jabatan


Dalam Tim
1. Bupati Lombok Timur Pembina
2. Wakil Bupati Lombok Timur Pembina
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur Pengarah
4. Ketua TP.PKK Kab. Lotim Pengarah
5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Pengarah
6. Asisten Pemerintahan dan Kesejahtraan Rakyat Ketua
Setda Kab. Lotim
7. Direktur Rumah Sakit dr. R. Soedjono Selong Wakil Ketua
8. Kepala Bagian Kesra Setda Kab. Lotim Sekretaris I
9. Kepala Bidang Kesehatan Keluarga pada Dikes Sekretaris II
Kabupaten Lombok Timur
10. Staf pada bagian Kesra Setda Kabupaten Lombok Staf sekretariat
Timur
BIDANG-BIDANG
A Bidang Verifikasi Data dan Penanganan Medis
1. Kasi Pelayanan Medik RSUD dr. Soedjono Koordinator
Selong
2. Kasi Gizi Dinas Kesehatan Kab. Lotim Anggota
B Bidang Penanganan Sosial:
a. Kasubag Kessos pada Bagian Kesra Setda Kab. Koordinator
Lotim
b. Kabid Ketahanan Pangan pada BKP Kab. Lotim Anggota
c. Kabid Rehabilitasi Sosial pada Dinas Sosial Anggota
Kab. Lombok Timur
d. Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Anggota
Perlindungan Anak pada BP3AKB Kab.
Lombok Timur
e. Kasi Pembiayaan Kesehatan pada Dinas Anggota
Kesehatan Kab. Lotim
C Bidang Penanganan Kesehatan Lingkungan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 80


1. Kabid P3PL Dikes Kab. Lotim Koordinator
2. Kasi Promosi dan Kesehatan Dikes Kab. Lotim Anggota

Tahapan kegiatan penanggulangan gizi buruk sebagai berikut :


a) Penanganan Balita Kurus

Pada tahun 2020 untuk mencegah terjadinya balita gizi buruk


maka dilakukan penanganan sebelum balita mengalami gizi buruk
yaitu ketika balita status gizinya masih kurus berdasarkan indikator
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Bentuk penanganan yang diberikan yaitu Pemberian Makanan


Tambahan Pemulihan (PMT-P). PMT-P ini diberikan selama 3
bulan dalam bentuk makanan Pabrikan (Biskuit) yang
direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan, selain itu juga
PMT-P diberikan dalam bentuk makanan lokal.
Pada tahun 2020 jumlah balita kurus yang ditemukan dan
ditangani di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 1.775 balita.
Adapun Jumlah Balita Kurus yang ditemukan dan ditangani masing-
masing Puskesmas dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

GRAFIK : 5. 6
PWS GIZI KAB. LOTIM
PENEMUAN DAN PENANGANAN BALITA KURUS
TAHUN 2020
300

200

100

-
LABUHAN…

WANASABA
KERUAK
SUKARAJA

SAKRA

LEPAK

RARANG

MASBAGIK BARU

AIKMEL
LENDANG NANGKA
PRINGGASELA

AIKMEL UTARA

KALIJAGA

SEMBALUN

BELANTING
KABUPATEN
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA

LABUHAN HAJI

KARANG BARU
JEROWARU

TERARA

KOTARAJA
SIKUR
MASBAGIK

KORLEKO

BATUYANG
SUELA

LENEK

SAMBELIA
RENSING

MONTONG BETOK

DENGGEN
SELONG

Sumber Data: Laporan Balita Kurus Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Dari Grafik 6 tersebut dapat dilihat bahwa Puskesmas


dengan kasus balita kurus tertinggi adalah Puskesmas Lendang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 81


Nangka (244 kasus) dan puskesmas dengan jumlah kasus balita
kurus terendah Puskesmas Suela (3 kasus).

b) Audit Kasus Gizi Buruk


Setiap kasus gizi buruk yang baru ditemukan, dilakukan
proses audit kasus yang dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi
Puskesmas (Dokter, Ahli Gizi, Perawat) dengan menggunakan
format yang telah disediakan. Kegiatan ini bertujuan untuk
mendapatkan Gambaran yang lengkap tentang penyebab
timbulnya kasus gizi buruk baik secara langsung maupun tidak
langsung hingga mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya dll.

c) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan dan Suplemen


Vitamin Untuk Balita Gizi Buruk
PMT Pemulihan pada Balita gizi buruk berpedoman pada
buku Tata Laksana Gizi Buruk (10 Langkah tata laksana Gizi
Buruk) yang merupakan pedoman standar dalam penanganan
kasus gizi buruk, dimana setiap kasus gizi buruk (indikator BB/TB
atau ada tanda klinis) harus mendapatkan penanganan sesuai
standar.
Setiap gizi buruk yang ditemukan disamping diberikan PMT
Pemulihan selama 90 HMA (Hari Makanan Anak), juga diberikan
suplemen vitamin untuk meningkatkan penyerapan makanan daya
tahan tubuh dan penyerapan makanan yang diberikan dan
pengobatan penyakit penyerta.

Pada tahun 2020 di Kabupaten Lombok Timur ditemukan


103 kasus balita gizi buruk dan tahun 2019 sebanyak 72 kasus, ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penemuan jumlah kasus
balita gizi buruk. Peningkatan penemuan jumlah kasus
disebabkan peran lintas sektor maupun peran dari media yang
membantu mempublikasikan kasus gizi buruk yang ditemukan
dan kerjasama tenaga gizi dalam melakukan penjaringan kasus

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 82


baik melalui bulan timbang (2 kali setahun) maupun kegiatan
penimbangan setiap bulan di posyandu.
Semua kasus gizi buruk yang ditemukan telah mendapat
perawatan sesuai standar baik di Puskesmas maupun Rumah
Sakit, kemudian dilanjutkan dengan pemantauan perkembangan
balita di rumah. Sumber pendaanaan penanganan gizi buruk
tahun 2020 adalah APBD Kabupaten Lombok Timur sebanyak 7
kasus, BOK 53 kasus, JKN 13 kasus dan lain-lain sebanyak 30
kasus.
Dari 103 kasus yang ditemukan dan di tangani, yang
sudah beralih ke gizi kurus sebanyak 28 kasus (27,18%) dan
status gizi baik/normal sebanyak 21 kasus (20,39%). Kasus gizi
buruk sebanuyak 48 kasus (46,6%) yang masih menderita gizi
buruk disebabkan masih dalam perawatan / penangaan.

d) Verifikasi Kasus dan Follow up Pasca Penanganan Kasus Balita


Gizi Buruk
Setiap Balita yang datang ke Posyandu dengan berat badan
dibawah garis merah (BGM) atau berat badan tidak naik 2 kali
berturut-turut (T2) dan kasus yang dilaporkan oleh masyarakat
dilakukan verifikasi dan investigasi untuk menentukan status
gizinya, baik dengan melihat tanda-tanda klinis yang tampak
maupun dengan pengukuran antropometri (indeks BB/TB).
Selama tahun 2020 telah dilaporkan dan diverifikasi
sebanyak 103 kasus balita gizi buruk yang terdiri dari balita laki-
laki : 62 kasus (60,19%) dan perempuan sebanyak 41 kasus
(39,81 %). Secara lengkap penemuan kasus Balita gizi buruk
pada tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 83


GRAFIK : 5.7
PWS GIZI KAB. LOTIM
JUMLAH KASUS GIZI BURUK YANG DI TEMUKAN
TAHUN 2020
50
19 102
30
10 0 02228 5 5
13311 18
01222 2
-10 0 1 1 1 6 1 10
KERUAK 0 3 0 0 0
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
1

LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
SIKUR
KOTARAJA
MASBAGIK
MASBAGIK BARU
LENDANG NANGKA
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
BATUYANG
LABUHAN LOMBOK
SUELA
LENEK
AIKMEL
AIKMEL UTARA
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING

KABUPATEN
Sumber Data: Laporan Gzi Buruk Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kasus gizi buruk tertinggi di
Puskesmas Sukaraja (19 kasus) dan Puskesmas Aikmel (18
kasus). Sedangkan Puskesmas yang tidak ada kasus gizi
buruknya yaitu Puskesmas Keruak, Jerowaru, Pringgasela,
Labuhan Haji,Kalijaga, Karang Baru, Sembalun dan Sambalia.

3) Penanganan ibu hamil KEK


Penanganan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan
salah satu indikator pembinaan gizi pada RPJMN 2020-2024. Salah
satu bentuk penanggulangan ibu hamil KEK di Kabupaten Lombok
Timur adalah pemberian makanan tambahan ibu hamil. Pemberian
makanan tambahan pada ibu hamil ini dilakukan untuk memenuhi
kecukupan gizi ibu selama kehamilan dengan tetap mengkonsumsi
makanan keluarga sesuai gizi seimbang. Pemberian MT pada ibu hamil
terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care (ANC). Pada kehamilan
trimester I diberikan 2 keping biskuit lapis perhari. Pada kehamilan
trimester II dan III diberikan 3 keping biskuit lapis per hari. Tiap bungkus
makanan tambahan ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram).
PMT ini diberikan kepada ibu hamil yang memiliki Lingkar Lengan Atas
(LILA) dibawah 23.5 cm disertai konseling yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi ibu. Jangka waktu pemberian MT pada ibu
hamil KEK dapat lebih dari 1 bulan. Selama pemberian MT, ibu hamil

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 84


harus menghabiskan MT yang diterima dan melakukan kunjungan ANC
termasuk melakukan pemantauan pertambahan berat badan sesuai
standar kenaikan berat badan ibu hamil dan atau LILA.
Pada tahun 2020 jumlah ibu hamil KEK yang ditemukan
sebanyak 4.831 kasus, jumlah kasus menurun bila dibandingkan tahun
2019 sebanyak 4.938 kasus. Sedangkan ibu hamil KEK yang
mendapatkan makanan tambahan sebanyak 4.831 ibu hamil KEK
(100%). Untuk mengetahui persentase ibu hamil KEK yang
mendapatkan PMT Per Puskesmas dapat dilihat pada grafik di bawah:
GRAFIK : 5.8
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN PMT BUMIL KEK
TAHUN 2020 4.831
400
350
297
300 268 240 226
250 213
189 189
176 173
200 179
144
158 161
139 141 137
123 122 121 129 119
150 103 101 105 106 110
115 104
92
73 80
100 64 86
48
50
-
KERUAK

LENEK
SURALAGA

SELONG

SEMBALUN
LABUHAN HAJI
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK

SIKUR

MASBAGIK BARU

WANASABA

BELANTING
KABUPATEN
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK

KOTARAJA
MASBAGIK
LD. NANGKA

PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG

DENGGEN

LB. LOMBOK
SUELA

KALIJAGA

KARANG BARU
AIKMEL

AIKMEL UTARA
KORLEKO
BATUYANG

SAMBELIA
Sumber: Laporan Ibu Hamil KEK dapat PMT di Kab Lombok Timur Tahun 2020

Adapun jumlah Bumil KEK tahun 2020 di kabupaten Lombok Timur


sebesar 17,81% masih di bawah target sebesar 18,2%. Ada 18
Puskesmas yang persentase Bumil KEK nya di bawah rata-rata
Kabupaten dan ada 17 puskesmas yang persentase bumil KEK diatas
rata-rata kabupaten. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 85


GRAFIK: 5.9
PWS GIZI KAB. LOTIM
PERSENTASE BUMIL KEK
TAHUN 2020
50,00
32,53

30,00 25,00
22,62
21,19 24,39 35,20
23,83 32,41 35,11
13,59 14,54 17,71
10,65 13,70 18,43 29,34
12,14 16,33
10,00 7,14
11,70 14,50
11,70
15,26 16,03
11,27 13,75 13,70 15,72
22,93
19,38
20,0522,66
12,20 15,91 17,81

KERUAK
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
(10,00)

RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
SIKUR
KOTARAJA
MASBAGIK
LD. NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
BATUYANG
LB. LOMBOK
SUELA
LENEK
AIKMEL
KALIJAGA
AIKMEL UTARA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING
KABUPATEN
Sumber Data: Laporan Bumil Kek Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

4) Penanggulangan Kurang Vitamin A


Kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi kekurangan
vitamin A di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020 :
a) Penyuluhan tentang Vitamin A
Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai kesempatan seperti
Posyandu, sekolah-sekolah, kelas gizi dll. Materi yang disampaikan
tentang bahaya kurang vitamin A, manfaat vitamin A, cara
mencegah dan mengobati kurang vitamin A, bahan makanan
sumber vitamin A.
b) Registrasi sasaran
Kegiatan ini dilakukan sekali dalam setahun yaitu setiap bulan
Januari berupa pendataan seluruh sasaran penerima kapsul
vitamin A dosis rendah (100.000 IU) untuk bayi 6-11 bulan, dosis
tinggi (200.000 IU) anak Balita 12-59 bulan. Registrasi
dimaksudkan sebagai bahan untuk merencanakan kebutuhan dan
alokasi kapsul vitamin A dosis tinggi.
c) Usulan Kebutuhan Vitamin A Puskesmas

Puskesmas membuat usulan kebutuhan Vitamin A ke


kabupaten sesuai dengan jumlah registrasi sasaran. Usulan
kebutuhan dibuat dengan menghitung jumlah sasaran baik sasaran
vitamin A dosis rendah maupun vitamin A dosis tinggi untuk balita

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 86


dan ibu nifas sesuai dengan dosisnya masing – masing dikali 2 kali
per tahun dan ditambahkan 10 % untuk maing-masing sasaran,
kemudian di kurangi stock yang ada di Puskesmas .
d) Distribusi kapsul vitamin A kepada sasaran
Kapsul vitamin A diberikan 2 kali setahun yaitu setiap bulan
Pebruari dan Agustus dengan sasaran sebagai berikut :
(1) Pemberian kapsul vitamin A untuk umur 6-11 bulan
Bayi usia 6-11 bulan merupakan salah satu kelompok
sasaran yang diberikan kapsul vitamin A. Jenis kapsul vitamin
A yang diberikan pada bayi usia 6-11 bulan adalah kapsul
vitamin A 100.000 IU ( warna biru) dengan dosis satu kapsul
setiap bayi diberikan satu kapsul pada setiap periode
pemberian. Untuk mengetahui cakupan tahunan bayi 6-11
bulan yang dapat vitamin A diperoleh dengan menjumlahkan
jumlah keseluruhan bayi 6-11 bulan yang dapat vitamin A pada
bulan Pebruari dan Agustus dibagi dengan jumlah sasaran bayi
usia 6-11 bulan pada bulan Pebruari dan Agustus dikalikan
100 %. Sedangkan untuk mengetahui cakupan Vitamin A untuk
Balita usia 12-59 tahun diantara dua bulan distribusi yaitu
bulan Pebruari dan bulan Agustus diambil cakupan bulan
Agustus (Juknis Surveilans Gizi 2019).
Adapun cakupan distribusi kapsul vitamin A umur 6-11
bulan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020 dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 87


GRAFIK : 5.10
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN DISTRIBUSI VITAMIN A BAYI USIA 6-11 BULAN
TAHUN 2020
99,6
100,00 99,3
98,6
99,00
98,00 97,2 97,3
97,00
96,00 95,43
95,00
94,00
93,00

Sumber : Laporan hasil distribusi kapsul vitamin A Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan hasil distribusi


kapsul vitamin A untuk bayi usia 6-11 bulan di semua
Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur pada tahun
2020 sudah melebihi target sebesar 90 %, yaitu sebesar 99,6%
.Dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 99,4% terjadi
peningkatan sebesar 0,2%. Adapun Puskesmas dengan
cakupan paling rendah adalah Puskesmas Keruak yaitu
sebesar 95,43%.

Pendistribusian kapsul vitamin A selain dilakukan di


Posyandu (hari H posyandu) juga dilakukan sweeping di luar
jadwal Posyandu. Secara Kuantitas cakupan distribusi kapsul
vitamn A Biru (100.000 IU ) sudah melebihi target. Diharapkan
secara kualitas juga demikian. Artinya setiap sasaran yang
terdata mendapat kapsul vitamin A biru bukan hanya menerima
kapsul vitamin A saja tapi juga sampai ke mulut sasaran.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 88


(2) Pemberian kapsul Vitamin A untuk Balita usia 12-59
Anak Balita usia 12-59 bulan merupakan salah satu
kelompok sasaran yang diberikan kapsul vitamin A. Adapun
jenis kapsul vitamin A yang diberikan yaitu kapsul vitamin A
200.000 IU (warna merah) dengan dosis pemberian setiap
Balita diberikan 1 kapsul vitamin A.
Cakupan tahunan hasil distribusi vitamin A anak Balita
usia 12-59 bulan adalah menggunakan cakupan terendah
diantara cakupan pada bulan Pebruari dan Agustus. Hasil
distribusi kapsul vitamin A untuk Balita usia 12-59 bulan di
Kabupaten Lombok Timur secara lengkap dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.

GRAFIK : 5.11
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A BALITA (12-59 BLN)
TAHUN 2020
98,25
98,6
94,75 100,0
94,5 99,0
97,7
93,1
89,3
86,6 97,5 99,3
90,9 99,3 98,8
100,00 93,1 94,9 99,5
93,8
91,1 100,0
98,7
97,3
80,00 94,9 95,798,698,6
100,0 98,5
100,0
84,1 89,0 99,9
60,00 95,2
40,00 72,6
20,00
0,00
KERUAK
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
SIKUR
KOTARAJA
MASBAGIK
LD. NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
BATUYANG
LABUHAN LOMBOK
SUELA
LENEK
AIKMEL
AIKMEL UTARA
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA

BELANTING

KABUPATEN

Sumber:Laporan hasil distribusi kapsul vitamin A Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Dari grafik diatas terlihat bahwa cakupan hasil distribusi


kapsul vitamin A untuk anak balita usia 12-59 bulan di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020 sebesar 95,3% menurun
2,7 % dibanding cakupan tahun 2019 sebesar 97,4%, akan
tetapi rata-rata sudah melebihi target 90%. Cakupan hasil
distribusi tertinggi terdapat pada Puskesmas Rensing, Labuhan
Haji, Kalijaga, dan Sembalun dengan persentase sebesar

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 89


100%, sedangkan yang terendah terdapat pada Puskesmas
Belanting dengan persentase 72,6%.

(3) Pemberian kapsul vitamin A untuk Ibu Nifas

Pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas merupakan


suatu upaya pencegahan sejak dini terhadap Balita agar tidak
terjadi kekurangan vitamin A. Pemberian Vitamin A pada ibu
nifas dimaksudkan agar air susu ibu cukup mengandung
vitamin A. Selain itu pemberian kapsul vitamin A dimaksudkan
untuk membantu proses kesembuhan ibu nifas selepas
melahirkan. Setiap ibu nifas diberikan 2 kapsul vitamin A
200.000 IU (warna merah), dengan jadwal pemberian : 1 kapsul
diberikan segera setelah melahirkan dan 1 kapsul diberikan
paling lambat 24 jam setelah pemberian pertama .
Untuk mengetahui hasil distribusi kapsul vitamin A untuk
ibu nifas di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020 dapat dilihat
pada grafik berikut:
GRAFIK : 5.12
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN BUFAS DAPAT VITAMIN A
TAHUN 2020
200,00
120,63
103,18100,57 103,84
103,57 110,55 98,63 94,68
100,00 100,08 97,57
97,51
105,64 124,90
94,28 99,74 102,94 117,97
100,00 92,85 99,36
93,90 104,55 106,64 116,63 124,40
102,86 89,24 107,33 97,71 113,97
104,67 90,57 104,71
102,87
0,00 49,03
KERUAK
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
SIKUR
KOTARAJA
MASBAGIK
LD. NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
BATUYANG
LB. LOMBOK
SUELA
LENEK
AIKMEL
AIKMEL UTARA
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING
KABUPATEN

Sumber : Laporan F/III/Gizi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Grafik diatas menunjukkan bahwa cakupan vitamin A


untuk ibu Nifas di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 90


sebesar 102,87% meningkat 7,17% dibanding tahun 2019
sebesar 95,7%, sudah melebihi dari target 100%.

Dari 33 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok


Timur, Puskesmas yang mencapai/melebih target 100%
Puskesmas Belanting 124,40%, Puskesmas Sembalun
116,63% dan lain-lain. Sedangkan Puskesmas yang
cakupannya paling rendah adalah Puskesmas Aikmel Utara
49,03%.

5) Penanggulangan Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi merupakan masalah kesehatan yang penting


karena berperan sebagai salah satu penyebab tingginya angka
kematian ibu, bayi berat lahir rendah (BBLR), angka kematian bayi dan
rendahnya produktivitas kerja.
Suplementasi tablet Besi Folat dan Sirup Besi merupakan salah
satu upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia,
karena jenis anemia yang terbanyak di Indonesia adalah Anemia
Kekurangan Besi. Selain itu suplementasi tablet besi merupakan cara
yang efektif karena kandungan zat besinya padat dan dilengkapi
dengan asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan
menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat.
Adapun kelompok sasaran yang menjadi sasaran program
penanggulangan anemi gizi besi adalah remaja putri, ibu hamil dan ibu
nifas. Di Kabupaten Lombok Timur ke 3 kelompok sasaran itu diberikan
tablet tambah darah pada tahun 2020.
(a) Cakupan Fe untuk remaja putri

Pada tahun 2020 di Kabupaten Lombok Timur dilaksanakan


kegiatan pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri siswa
SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat. Pemberian Fe pada Remaja
Putri dilakukan 1 kali seminggu sepanjang tahun. Adapun Target

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 91


Nasional pemberian tablet Fe untuk remaja putri tahun 2020
sebesar 50 % dari jumlah remaja putri yang ada.
Pada tahun 2020 cakupan remaja putri dapat tablet tambah
darah di Kabupaten Lombok Timur sebesar 54,92%. Cakupan ini
sudah mencapai target sebesar 50%. Dari 33 Puskesmas Cakupan
konsumsi Fe Remaja Putri yang masih di bawah 50% antara lain
Puskesmas Keruak 23,3%, Puskesmas Sikur 15,1%, Puskesmas
Pringgesela 22,9%, Puskesmas Kerongkong 10,4%, Puskesmas
Suralaga 15,2% dan Puskesmas Kalijaga 12,4%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik 13 dibawah ini:

GRAFIK : 5.13
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN KONSUMSI FE PADA REMAJA PUTRI
TAHUN 2020
200,00
86,10 100,00 191,97
100,00 86,94 100,00
78,1064,54 98,46 100,00
56,94 100,00 97,29 100,00
16,01
0,00 8,24 61,60 71,80 95,56
14,46 90,67
KERUAK

38,12
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK

34,82 54,92
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
SIKUR
KOTARAJA
MASBAGIK
LD. NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
BATUYANG
LABUHAN LOMBOK
SUELA
LENEK
AIKMEL
AIKMEL UTARA
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN

SAMBELIA

BELANTING

KABUPATEN
Sumber: Laporan Fe Remaja Putri Dapat Fe Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

(b) Cakupan Fe 1 Ibu Hamil


Cakupan Fe 1 ibu hamil artinya cakupan ibu hamil yang
mendapatkan tablet tambah darah sebanyak 30 tablet. Pada
tahun 2020cakupan Fe 1 untuk ibu hamil di Kabupaten Lombok
Timur sebesar 113,16% meningkat 2,76% dibandingkan cakupan
tahun 2019 sebesar 110,4%. Cakupan Konsumsi Tablet Tambah
Darah Fe 1 tahun 2020 sudah memenuhi target 100%. Sebagian
besar Puskesmas sudah mencapai terget kecuali Puskesmas
Lendang Nangka dan Aikmel Utara . Untuk Lebih jelasnya dapat di
lihat pada grafik berikut:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 92


GRAFIK: 5.14
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN IBU HAMIL KONSUMSI FE 30 TABLET ( Fe 1 )
TAHUN 2020

160,00 143,14
133,09 131,30
122,82 125,07 124,71 121,60
140,00 117,97 113,68 111,67
120,51 115,65 119,44
109,29
132,63 130,41
105,38 115,61
120,00 115,33
108,65 108,34
106,03
105,78
114,27 104,10 104,00
112,59
102,83 100,27 113,16
100,00 104,90 109,12 102,27
95,33
80,00 52,87
60,00
40,00
20,00
0,00

LABUHAN HAJI
KERUAK

RARANG

LB. LOMBOK
RENSING
LEPAK

DASAN LEKONG
KOTARAJA

AIKMEL
SAKRA

TERARA
SUKARAJA

MASBAGIK BARU
JEROWARU

MASBAGIK

KORLEKO
BATUYANG

SUELA

KALIJAGA
MONTONG BETOK

LD. NANGKA

SURALAGA
DENGGEN

WANASABA

BELANTING
LENEK

SEMBALUN
SAMBELIA
SIKUR

KERONGKONG

KARANG BARU

KABUPATEN
PRINGGASELA

AIKMEL UTARA
SELONG
Sumber data : Laporan F/III/Gizi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

(c) Cakupan Fe 3 Ibu Hamil

Cakupan Fe-3 adalah persentase ibu hamil yang


mendapatkan tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
Adapun cakupan Fe 3 di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020
sebesar 104,91% meningkat 5,31% dibandingkan cakupan Fe 3
tahun 2019 sebesar 99,60% dan sudah mencapai target yang
telah ditetapkan 100%.

Dari 34 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur


sebanyak 7 Puskesmas belum mencapai target yaitu Puskemas
Sikur, Lendang Nangka, Kerongkong, Aikmel, Aikmel Utara,
Kalijaga dan Wanasaba dengan capaian di bawah 100%. Yang
paling terendah terdapat pada Puskesmas Aikmel Utara 47,36%.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada grafik:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 93


GRAFIK: 5.15
PWS GIZI KAB. LOTIM
KONSUMSI FE IBU HAMIL MINIMAL 90 TABLET ( Fe 3)
TAHUN 2020

140,00 110,92103,63112,74104,75
98,71 100,89
117,47 104,59
120,00 106,67105,59102,16100,00 122,12 100,22 103,01
100,49101,73 113,89 111,17
100,00 90,67 101,06 96,17 100,96 100,50 106,73 99,21 124,18 127,86
80,00 105,24
99,35 98,40 122,61
60,00 113,70 104,91
40,00
20,00
0,00 47,36
KERUAK
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
SIKUR
KOTARAJA
MASBAGIK
LD. NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
BATUYANG
LB. LOMBOK
SUELA
LENEK
AIKMEL
AIKMEL UTARA
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA

BELANTING

KABUPATEN
Sumber data : Laporan F/III/Gizi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

(d) Cakupan Fe untuk ibu nifas


Cakupan Fe ibu nifas di Kabupaten Lombok Timur Tahun
2020 sebesar102,87% meningkat 7,17% dibandingkan cakupan
tahun 2019 sebesar 95,7% dan sudah mencapai target 100%.
Dari 34 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur
terdapat 21 Puskesmas yang sudah mencapai target dan 13
Puskesmas yang belum mencapai target. Puskesmas yang
paling rendah cakupannya adalah Puskesmas Aikmel Utara
49,03%.
GRAFIK: 5.16
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN IBU NIFAS KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH
TAHUN 2020

140,00 103,18 100,57 110,55 98,63 97,51 94,68 94,28 99,74 92,85 99,36 89,24 104,55 106,64 107,33 90,57 116,63
120,00
120,63 124,90 124,40
117,97
100,00 113,97
103,57 100,08 103,84 102,86 105,64 102,94 104,67 104,71 102,87
97,57 100,00 97,71
80,00 93,90

60,00
40,00 49,03
20,00
0,00
KERUAK

LEPAK

RARANG

SIKUR
TERARA
SAKRA

KABUPATEN
LD. NANGKA

LB. LOMBOK
KOTARAJA

PRINGGASELA

KERONGKONG
SURALAGA

AIKMEL

WANASABA

BELANTING
BATUYANG

AIKMEL UTARA
KALIJAGA

SEMBALUN
RENSING

MASBAGIK

DASAN LEKONG
JEROWARU

MONTONG BETOK

KORLEKO
DENGGEN
SELONG
SUKARAJA

MASBAGIK BARU

LABUHAN HAJI

SUELA
LENEK

KARANG BARU

SAMBELIA

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 94


Sumber Data : Laporan FIII/Gizi/ Kabupaten Lotim Tahun 2020

(e) Persentase Ibu Hamil Anemia

Persentase ibu Hamil Anemia di Kabupaten Lombok Timur


tahun 2020 sebesar 17,11 % lebih rendah dari target sebesar 45%
, masih di bawah target. Puskesmas yang persentase Anemia Ibu
Hamilnya di atas capaian kabupaten yaitu Puskesmas Lepak
33,03%, Puskesmas Montong Betok 36,60%, Puskesmas Lenek
35,38%, dan Puskesmas Sembalun 32,24%. Sedangkan
Puskesmas yang terendah persentase Anemia Ibu Hamilnya yaitu
Puskesmas Kalijaga (4,79%). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada grafik di baawah ini:

GRAFIK : 5.17
PWS GIZI KAB.LOTIM PERSENTASE BUMIL ANEMIA
TAHUN 2020

40,00 35,38
36,60 32,24
35,00 33,03
30,00 27,00 23,85
25,00 18,70
21,30
20,00 18,40 17,68 16,06
15,85 18,97 17,05 18,08 17,29
15,00 14,36 12,82 17,11
13,83 15,98 13,30
13,76 8,17 9,66 9,01 15,64 11,56
10,00 8,74 8,93 4,94 11,13 11,79 7,36
4,79
5,00
0,00
SAKRA

LEPAK

LABUHAN HAJI
KERUAK

RARANG

LB. LOMBOK

KARANG BARU
RENSING

DASAN LEKONG
TERARA

KOTARAJA

LENEK
AIKMEL
SUKARAJA

MASBAGIK BARU

SAMBELIA
JEROWARU

KORLEKO
BATUYANG

SUELA

KALIJAGA

BELANTING
MONTONG BETOK

WANASABA
MASBAGIK
LD. NANGKA

SURALAGA
DENGGEN

SEMBALUN

KABUPATEN
SIKUR

KERONGKONG
PRINGGASELA

AIKMEL UTARA
SELONG

Sumber data : Laporan FIII/Gizi/ Kabupaten Lotim Tahun 2020

6) Cakupan Pemberian ASI Eksklusif


Untuk mengetahui persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat
ASI Eksklusif dihitung dengan membandingkan jumlah bayi mencapai
umur 5 bulan 29 hari mendapat ASI Eksklusif di suatu wilayah pada
periode tertentu dengan jumlah bayi mencapai umur 5 bulan 29 hari
yang datang dan tercatat dalam register pencatatan/KMS di suatu
wilayah pada periode tertentu dikalikan 100 %.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 95


Berdasarkan perhitungan di atas maka cakupan bayi kurang dari 6
bulan yang mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Lombok Timur tahun
2020 dapat dilihat seperti pada grafik berikut:

GRAFIK : 5.18
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN ASI EKLUSIF ( BAYI KURANG DARI 6 BULAN )
TAHUN 2020

96,62 95,41
100,00 92,59
72,73 84,55 86,70 83,97 84,95 94,23
85,90 87,57 91,88 91,49 96,34 100,00 100,00
80,00 70,89
82,74 75,00
79,59
91,18 90,41
98,15
72,88 83,15
60,00 85,12 91,67
65,93 75,42
40,00 61,33 69,23 81,27
47,80 49,07 58,75
20,00
0,00
KERUAK
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
SIKUR
KOTARAJA
MASBAGIK
LENDANG NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
BATUYANG
LB. LOMBOK
SUELA
LENEK
AIKMEL
AIKMEL UTARA
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING

KABUPATEN
Sumber data : Laporan AE Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Dari data diatas menunjukkan bahwa cakupan ASI Ekslusif kurang


dari 6 bulan (AE < 6 bulan) Kabupaten Lombok Timur tahun 2020
sebesar 81,27% menurun 7,43 % dibandingkan tahun 2019 sebesar
88,7%, masih berada dibawah target 95%. Penyebab menurunnya di
tahun 2020 tidak lain kurangnya edukasi terhadap masyarakat terutama
pada Ibu-ibu dan keluarga dengan terkendala Covid-19 yang masih
belum mereda.
Dari 34 Puskemas yang ada di Kabupaten Lombok Timur, hanya 6
Puskesmas yang mencapai target yaitu Puskesmas Jerowaru 96,6%,
Puskesmas Rensing 95,4%, Puskesmas Lenek 96,3%, Puskesmas
Sembelia 98,15% dan Puskesmas Aikmel Utara, Puskesmas Kalijaga
masing-masing 100%.
Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan
pemberian ASI Eksklusif diantaranya dengan meningkatkan
penyuluhan ASI eksklusif di masyarakat (Puskesmas, Posyandu dan
Polindes) dan Pembentukan Kelompok Pendukung ASI-Eksklusif (KP-
ASI). Juga dilaksanakan konseling menyusui oleh konselor ASI,

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 96


konseling motivator ASI Kecamatan, Pelatihan konselor dan fasilitator
PMBA bagi petugas (Petugas Gizi dan Bidan), kelompok Bapak Peduli
Asi dan konselor PMBA bagi kader posyandu, bagi pengasuh dan bagi
petugas.

7) Cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Inisiasi Menyusui Dini adalah memberikan ASI segera setelah bayi
dilahirkan biasanya dalam waktu 30 menit- 1 jam setelah bayi dilahirkan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang ( ada
ikatan Bonding /Kasih Sayang antara ibu dan anak);
2. Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan
membentuk koloni di kulit dan usus bayi sebagai perlindungan diri
untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi ;
3. Kontak kulit antara kulit ibu dengan kulit bayi akan memberikan
kehangatan pada tubuh si bayi. Jika tubuh bayi kepanasan suhu
tubuh ibu akan turun 1 ͦ c sebaliknya jika tubuh bayi kedinginan suhu
tubuh ibu akan naik 1ͦC;
4. Dengan IMD memperkenalkan kepada si Bayi bahwa ASI adalah
makanan yang terbaik buat bayi.
Adapun cakupan Inisiasi Menyusui Dini di Kabupaten Lombok
Timur tahun 2020 sebesar 83,34% meningkat dengan cakupan Inisiasi
Menyusu Dini pada tahun 2019 81,3%. Terdapat perbedaan sebesar
2,04% lebih Tinggi. Dan Tentu saja masih dibawah target 95%. Untuk
mengetahui secara lengkap cakupan IMD di Kabupaten Lombok Timur
dapat dilihat pada grafik 19. Untuk mengetahui secara lengkap cakupan
IMD di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada grafik berikut:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 97


GRAFIK : 5.19
PWS GIZI KAB. LOTIM
CAKUPAN PEMBERIAN IMD
86,25 86,70 83,28
TAHUN 2020
85,6186,10 87,34 83,33 76,94
100,00 85,18 91,79 80,73 88,59 71,05 89,83 82,42
84,96 87,02 84,98 86,31 83,44
74,44 81,51 90,60 88,02 80,46
83,97
79,03 85,69 86,12 85,63 83,84
78,70 83,30
50,00 82,05 85,93

0,00
KERUAK
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
SIKUR
KOTARAJA
MASBAGIK
LENDANG NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
BATUYANG
LB. LOMBOK
SUELA
LENEK
AIKMEL
AIKMEL UTARA
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING
KABUPATEN
Sumber data : Laporan IMD Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa bahwa dari 34 Puskesmas yang
ada di kabupaten Lombok Timur tidak ada satu pun yang mencapai
target IMD 95%. Hanya terdapat dua puskesmas dengan angka
persentase diatas 90% yaitu Puskesmas Suralaga 90,60% dan
Puskesmas Sakra 91,79%.

8) Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodiom


Kegiatan penanggulangan Ganggunan Akibat Kekurangan Iodium
pada tahun 2020 di Kabupaten Lombok Timur antara lain :
1. Sosialisasi peningkatan penggunaan garam beryodium di
masyarakat dan advokasi pentingnya penggunaan garam beryodium
sebagai satu-satunya pilihan garam di tingkat rumah tangga kepada
pemegang kebijakan dan kepala SKPD. Kegiatan sosialisasi
dilaksanakan melalui penyuluhan-penyuluhan di Puskesmas,
Posyandu dan Radio;
2. Kegiatan lain yang dilaksanakan bekerjasama dengan Lintas Sektor
terkait di Kabupaten Lombok Timur seperti Badan Perencanaan
Daerah (BAPPEDA), Dinas Perindag, Nutrition International (NI) dan
Satpol PP Kabupaten Lombok Timur adalah pelaksanaan
pengawasan garam yang tidak beriodium pada petani garam dan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 98


industri garam yang ada serta peredaran garam yang tidak beriodium
di pasar rakyat. Sebagai Leading Sektor Tim GAKI Kabupaten
Lombok Timur adalah BAPPEDA. Setiap 3 bulan sekali TIM GAKI
Turun langsung ke lapangan mengecek Gram Beryodium di tingkat
produsen dan di pasar rakyat. Satpol PP juga ditugaskan untuk
mengawasi masuknya Garam yang berasal dari Luar Lombok Timur
yaitu yang berasal dari Kabupaten Bima. Mereka bertugas di
Pelabuhan Kayangan Labuhan Lombok;
3. Disamping kegiatan diatas, untuk mengetahui kualitas garam
beriodium yang dikonsumsi ditingkat masyarakat dilaksanakan juga
pemantauan garam beriodium di Sekolah Dasar/Sederajat yang
dilaksanakan oleh Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas setiap bulan
Pebruari dan Agustus.
Metode pemantauan untuk mengetahui konsumsi garam
beriodium tingkat rumah tangga adalah dengan mengambil sampel 1
SD/MI per Desa, dipilih SD/MI yang muridnya paling banyak di Desa
tersebut. Setelah itu pada SD yang menjadi sampel pemantauan,
ditentukan secara acak sebanyak 26 murid kelas IV, V dan kelas VI
membawa garam yang digunakan di rumahnya masing-masing untuk
dilakukan uji kandungan iodium pada garam yang dibawa dengan
menggunakan Iodine Tes oleh Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas.
Masing-masing anak harus membawa Garam dari rumah berikut
membawa bungkusnya bila garam tersebut menggunakan bungkus.
Adapun hasil pemantauan garam beryodium tingkat Rumah
Tangga yang memenuhi syarat (hasil uji cukup) dapat dilihat pada
grafik:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 99


GRAFIK : 5.20
PWS GIZI KAB. LOTIM
KONSUMSI GABER TK MASYARAKAT
BULAN FEBRUARI TAHUN 2020
100,00 91,03 92,95 89,01 86,54 88,94 90,38
90,00 81,28 85,38 86,92 77,56 85,26 83,33
80,38 75,64
80,00 75,00 76,28
66,03 73,03
70,00
60,00 55,77
45,51
50,00 43,96
40,38
40,00 33,33
30,00 19,23
20,00
10,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,00
KERUAK

SAKRA

RARANG
DASAN LEKONG

LABUHAN HAJI

LB. LOMBOK

AIKMEL
RENSING
LEPAK

MONTONG BETOK
TERARA

KOTARAJA

AIKMEL UTARA

SAMBELIA
SUKARAJA

MASBAGIK

SURALAGA

SUELA

KALIJAGA

MASBAGIK BARU
JEROWARU

LD. NANGKA

DENGGEN

KORLEKO
BATUYANG

WANASABA

BELANTING
SEMBALUN
SIKUR

LENEK

KABUPATEN
KERONGKONG

KARANG BARU
PRINGGASELA

SELONG
Sumber : Laporan Hasil Pemantauan Garam Kab Lombok Timur Tahun 2020

Grafik di atas menunjukkan cakupan konsumsi garam beriodium


Kabupaten Lombok Timur bulan Pebruari 2020 sebesar 73,03%. Bila
dibandingkan Cakupan Rumah Tangga yang mengkonsumsi Gaber
pada tahun 2019 sebesar 74,3% maka terjadi penurunan cakupan
sebesar 1,27%.

Dari 34 Puskesmas yang ada, terdapat 11 Puskesmas tidak


dapat mengobservasi terkendala pandemic (Lockdown), yaitu
puskesmas Sakra, Rensing, Lepak, Sikur, Dasan Lekong, Kerongkong,
Aikmel Utara, Kalijaga, Sambelia, Belanting, dan Puskesmas Rarang.
Sedangkan untuk 23 Puskesmas angka persentase tertinggi di atas
90% terdapat pada Puskesmas Jerowaru 91,03%, Puskesmas
Suralaga 92,95%, dan Puskesmas Wanasaba 90,38%.

Adapun penyebab belum tercapainya target 90% adalah karena


masih banyak masyarakat yang mengkonsumsi garam bakulan yang
tidak mengandung iodium, garam beriodium dianggap mahal, garam
beriodium sulit diperolehtidak ada dijual di warung, masyarakat petani
garam yang tinggal di pesisir seperti Wilayah Puskesmas Sukaraja
Cenderung menggunakan produksi garam sendiri yang belum di
iodisasi dll.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 100


9) Kelompok Pendukung Air Susu Ibu ( KPASI)

Kelompok Pendukung ASI adalah kelompok-kelompok potensial


yang ada di masyarakat yang keberadaannya diharapkan dapat
meningkatkan cakupan ASI Ekslusif.Target pembentukan KP ASI
adalah setiap desa memiliki paling kurang satu (1) KP ASI.

Pada tahun 2020 di Kabupaten Lombok Timur telah dibentuk


sebanyak 167 Kelompok Pendukung ASI (KP ASI) dari 254 desa yang
ada. Sehingga cakupan KP ASI di Kabupaten Lombok tahun 2019
sebesar 62,20%. Sedangkan pada tahun 2020 jumlah KP.ASI yang ada
sebanyak 173 Kelompok Pendukung ASI . Sehingga cakupan KP.ASI
sebesar 68,2% ada peningkatan bila di bandingkan tahun 2018 sebesar
6%.
Beberapa Puskesmas yang semua desanya memiliki KP ASI yaitu
Puskesmas Sukaraja, Puskesmas Sakra, Puskesmas Pringgesela,
Puskesmas Dsan Lekong, Puskesmas Kerongkong, Puskesmas
Suralaga, Puskesmas Denggen, Puskesmas Lb.Lombok, Puskesmas
Lb.Haji, Puskesmas Korleko, Puskesmas Batuyang, Puskesmas
Sembalun. Adapun Puskesmas yang paling rendah cakupan KP. ASI
nya adalah Puskesmas Rensing, Puskesmas Lepak, Puskesmas
Terara, Puskesmas Jerowaru, Puskesmas Lendang Nangka,
Puskesmas Masbagik Baru dan Aikmel. Untuk lebih jelasnya dapat di
lihat pada tabel di bawah ini:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 101


Tabel 5.7.
Jumlah Kelompok Pendukung ASI di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

NO. PUSKESMAS PMBA BAGI (Jlh Peserta) KELAS SUMBER KP ASI


GIZI DANA
PETUGAS KADER PENGASUH JUMLAH JUMLAH PERSENTASE
DESA KP ASI

1 KERUAK 0 0 0 0 BOK 15 9 60
2 SUKARAJA 0 12 0 20 / 240 BOK 6 0 0
3 JEROWARU 0 20 0 2 / 30 BOK 9 4 44,4
4 SAKRA 0 0 0 0 BOK 12 12 100
5 RENSING 0 0 0 0 BOK 18 5 27,8
6 LEPAK 0 0 0 0 BOK 10 3 30
7 TERARA 0 0 20 0 BOK 8 4 50
8 RARANG 0 0 0 3 / 45 BOK 3 3 100
9 MONTONG BETOK 0 2 / 24 0 4 / 40 BOK 8 6 75
10 SIKUR 25 0 0 0 BOK 7 5 71,4
11 KOTARAJA 0 10 0 0 BOK 7 2 28,6
12 MASBAGIK 0 37 0 0 BOK 2 2 100
13 LD. NANGKA 0 0 0 2 / 20 BOK 5 4 92
14 MASBAGIK BARU 15 29 15 0 BOK 3 3 100
15 PRINGGASELA 6 15 15 3/ 15 BOK 0 0
UTAMA
16 PRINGGASELA 0 0 0 0 BOK 10 10 100
17 DASAN LEKONG 0 0 0 0 BOK 9 9 100
18 KERONGKONG 0 0 0 0 BOK 9 9 100
19 SURALAGA 0 0 0 0 BOK 6 6 100
20 DENGGEN 15 60 30 0 BOK 6 0 0
21 SELONG 7 99 0 6 / 60 BOK 6 6 100
22 LABUHAN HAJI 0 0 0 0 BOK 7 7 100
23 KORLEKO 0 0 0 6 / 72 BOK 5 5 100
24 BATUYANG 0 0 0 0 BOK 10 10 100
25 LB. LOMBOK 0 0 12 12 BOK 5 5 100
26 SUELA 0 0 0 0 BOK 8 4 50
27 LENEK 0 0 0 0 BOK 6 3 50
28 AIKMEL 0 14 / 42 0 12 / 168 BOK & 6 0 0
DD
29 AIKMEL UTARA 0 0 0 0 BOK 8 0 0
30 KALIJAGA 0 0 0 0 BOK 8 8 100
31 WANASABA 0 0 0 0 BOK 8 8 100
32 KARANG BARU 2 20 0 2 / 30 BOK 6 3 50
33 SEMBALUN 0 25 0 12 BOK 6 6 100
34 SAMBELIA 20 20 0 20 BOK 7 4 48
35 BELANTING 0 0 0 3 / 45 BOK 4 2 50
36 KABUPATEN 90 347 92 253 167 68,2

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 102


10) Surveilans Gizi

Pelaksanaan surveilans gizi di Kabupaten Lombok Timur diawali


dengan kegiatan pengumpulan data di Posyandu, pengolahan data dan
analisa data. Untuk memudahkan proses analisa data dan rencana
tindak lanjut hasil pengumpulan data terkaiti gizi diolah melalui aplikasi
E-PPGBM (aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
Masyarakat ).

Sebelum penerapan pelaporan gizi melalui aplikasi E-PPGBM


dilaksanakan kegiatan orientasi petugas entri data E-PPGBM yang
difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Propinsi NTB. Data Hasil e.ppgbm per
31 Desember 2020 dapat dilihat pada Lampiran 21.
Untuk lebih jelasnya data yang ada didalam E.PPGB terkait Status
Gizi Balita dapat di lihat pada masing-masing grafik di bawah ini :

GRAFIK : 5.21
HASIL ENTRY DATA E.PPGBM
31 DESEMBER 2020

140,00

120,00 97,31
86,14 84,27 89,92 99,36
91,99 80,23 89,37 96,53 93,22 95,84 96,85 90,64 94,95
100,00 91,60 88,18 88,83 86,27 83,03 85,37 85,97 84,07
84,26 81,34 81,61 81,51
82,54 85,07 76,24
79,06 80,23 75,83
80,00 65,06
65,26
60,00
41,38
40,00

20,00

0,00
SUKARAJA

RARANG

MASBAGIK
LENDANG NANGKA

AIKMEL UTARA

KALIJAGA
WANASABA

KABUPATEN
KERUAK

SAKRA
RENSING

KOTARAJA
SIKUR

MASBAGIK BARU
PRINGGASELA

KERONGKONG

SUELA
AIKMEL
JEROWARU

LEPAK
TERARA

MONTONG BETOK

DASAN LEKONG

SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO

KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING
LABUHAN LOMBOK
BATUYANG

LENEK

Sumber : Data E.PPGBM per 31 Desember 2020

Dari Grafik di atas dapat di lihat hasil entry data status gizi balita di
kabupaten Lombok Timur 31 Desember 2020 sebanyak 84,07%.

Puskesmas yang paling tinggi capaian hasil entry datanya yaitu


Puskesmas Sembalun 99,36%, Puskesmas Masbagek Baru 97,31%.
Sedangkan Puskesmas yang rendah pencapaian entry datanya yaitu
Puskesmas Wanasaba 41,38%, Puskesmas Labuhan Haji 65,06%.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 103


Hasil entry data sangat berpengaruh terhadap penemuan kasus gizi
lebih dini. Baik itu Balita yang mengalami kekurangan Berat Badan
Indikator BB/U, Balita Gizi Buruk Indikator BB/TB dan Balita dengan
Stunting Indikator TB/U. Semakin Tinggi hasil entry data semakin tinggi
kemungkinan untuk menemukan anak yang mengalami masalah gizi,
sebaliknya semakin redah hasil entry maka semakin rendah
kemungkinan untuk terjaringnya Balita yang mengalami permasalahan
gizi.

GRAFIK : 5.22
KASUS STUNTING DI KAB. LOTIM
PER 31 DESEMBER 2020
1500 1352
1093 1181
1177 1318
997 1312 22382
1000 739
606 895 931
610 672 1013
500 381 859
409 608
274 605 670
157 375 458 726
0 172 242 420 514
508
KERUAK

327
SUKARAJA

128
JEROWARU
SAKRA
RENSING

396
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
KOTARAJA
SIKUR
MASBAGIK

257
LENDANG NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
LABUHAN LOMBOK
BATUYANG

SUELA

AIKMEL

AIKMEL UTARA

LENEK

KALIJAGA

WANASABA

KARANG BARU

SEMBALUN

SAMBELIA

BELANTING

KABUPATEN
Sumber : Data E.PPGBM per 31 Desember 2020

Dari data di atas jumlah kasus stunting terbanyak ada di beberapa


Puskesmas yaitu Puskesmas Sakra sebanyak 1.093 kasus, Puskesmas
Terara sebanyak 1.401 kasus, Puskesmas Montong Betok 1.352 kasus,
Puskesmas Sikur sebanyak 1.171 kasus, Puskesmas Denggen
sebanyak 1.318 kasus, Puskesmas Batuyang sebanyak 1.312 kasus,
dan Puskesmas Kalijaga sebanyak 1.013 kasus. Total kasus stunting di
Kabupaten Lombok Timur sebanyak 22.382 kasus. Dari Jumlah balita
yang dientry sebanyak 106.879. Total Balita seluruhnya di Kabupaten
Lombok Timur sebanyak 127.129 Balita.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 104


GRAFIK: 5.23
PERSENTASE STUNTING DI KAB.LOTIM
TAHUN 2020
39,97 42,99
37,66
28,18 35,85 38,36
22,55 29,14 33,59
21,75
18,27 21,24 27,99
7,97 17,82 20,97 24,63 29,78 32,78
6,56 13,75 22,71 23,23
5,10 10,20 20,15 20,84 23,17
5,69 13,77 20,72
7,75 15,83 21,07
KERUAK
SUKARAJA

5,56
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
KOTARAJA
SIKUR
MASBAGIK
LENDANG NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
LABUHAN LOMBOK
BATUYANG
SUELA
AIKMEL
AIKMEL UTARA
LENEK
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING
KABUPATEN
Sumber : Data E.PPGBM per 31 Desember 2020

Dari Grafik di atas persentase Stunting untuk Kabupaten


Lombok Timur sebesar 21,07% dari hasil entry sebesar 83,55%.
Jumlah ini sudah bisa di generalisasikan secara keselurahan
karena total caverage diatas 80%.

Puskesmas dengan angka persentase stunting tertinggi


adalah Puskesmas Sikur 42,99%, dan Puskesmas Sukaraja
39,97%.

Besar kecinya Persentase Kasus Stunting sangat di pengaruhi


oleh Hasil entry data, ketepatan cara perhitungan umur dan
ketepatan pada saat pengukuran Panjang badan ataupun Tinggi
Badan serta Kopetensi dari orang yang mengukur (pernah di latih
Pemantauan Pertumbuhan).

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 105


GRAFIK : 5.24
JUMLAH KASUS WASTING PER PUSKESMAS
KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2020
5206
500
450 399
400 358
335
350 292 293
278 288
300
231 219
250 193
181 171
200 164
135 141 147
131
150 106 106 116 109
88 97 98 86 83 90
81 69
100 56
25 14 20
50 6
0

Sumber : Data E.PPGBM per 31 Desember 2020

Dari data di atas jumlah kasus Wasting paling banyak


terdapat di Puskesmas Sakra sebanyak 399 kasus, Puskesmas
Lenek sebanyak 358 kasus,dan Puskesmas Pringgasela sebanyak
335 kasus. Total Kasus Gizi Wasting di Kabupaten Lombok Timur
sebanyak 5.206 kasus.
Persentase kasus Wasting di Kabupaten Lombok Timur
berdasarkan data e.ppgbm dapat dilihat pada grafik 25 di bawah ini:

GRAFIK : 5.25
PERSENTASE KASUS WASTING
KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2020

20,00

5,43 6,37 2,74 8,805,10 0,22 17,31


10,00 7,95 5,20 10,36
5,80 5,62
3,85 4,93 11,80
4,49 3,07 2,47
0,602,61 1,68 3,00 4,59 5,53 8,54
0,00 0,46 3,11 5,88 8,12
4,93 6,54
0,87 2,84
KERUAK
SUKARAJA

4,36 4,88
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
KOTARAJA
SIKUR
MASBAGIK
LENDANG NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
LABUHAN LOMBOK
BATUYANG
SUELA
AIKMEL
AIKMEL UTARA
LENEK
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING
KABUPATEN

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 106


Dari grafik di atas persentase kasus Wasting di Kabupaten
Lombok Timur sebesar 4,88%. Puskesmas yang paling rendah
kasus Wastingnya berdasarkan hasil entry e.ppgbm per 31
Desember 2020 adalah Puskesmas Lepak, Puskesmas Sikur,
Puskesmas Dasan Lekong,dan Puskesmas Korleko. Sedangkan
Puskesmas yang tertinggi persentase kasus Wasting adalah
Puskesmas Lenek 17,31% dan Puskesmas Sembalun 11,80%.

GRAFIK : 5.26
JUMLAH KASUS UNDERWEIGHT PER PUSKESMAS
KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2020

1000
900 835
800 735
666 661
700 615 611 590 633 591
600 534 517
445 455 451 448
500 379 400 372
314 325 348 317
400 285 272 268 287
238 240 251
300 182 172
135 127 140
200
100
0
KERUAK

TERARA
RARANG
SAKRA

AIKMEL
LEPAK

SIKUR

KERONGKONG

SUELA

LENEK
LENDANG NANGKA

KABUPATEN
LABUHAN LOMBOK

BELANTING
KOTARAJA

PRINGGASELA

SURALAGA

WANASABA
JEROWARU

MONTONG BETOK

MASBAGIK

DASAN LEKONG

SEMBALUN
RENSING

SELONG

BATUYANG

AIKMEL UTARA

KALIJAGA

KARANG BARU

SAMBELIA
SUKARAJA

MASBAGIK BARU

DENGGEN

LABUHAN HAJI
KORLEKO

GRAFIK : 5.27
PERSENTASE KASUS UNDERWEIGHT
KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2020

25,00 20,59
23,67
19,34
20,00 14,62
16,11 18,16
15,00 11,33 14,58 14,53 16,09
13,31 13,98 20,80
10,00 10,36 11,17 14,43 14,32 15,3017,28 19,81
5,95 12,45
3,23 4,07 7,92 10,41 10,33 12,93 12,63 15,08 15,50
5,00 7,91
5,09 11,32 12,95
0,00
KERUAK
SUKARAJA
JEROWARU
SAKRA
RENSING
LEPAK
TERARA
RARANG
MONTONG BETOK
KOTARAJA
SIKUR
MASBAGIK
LENDANG NANGKA
MASBAGIK BARU
PRINGGASELA
DASAN LEKONG
KERONGKONG
SURALAGA
DENGGEN
SELONG
LABUHAN HAJI
KORLEKO
LABUHAN LOMBOK
BATUYANG
SUELA
AIKMEL
AIKMEL UTARA
LENEK
KALIJAGA
WANASABA
KARANG BARU
SEMBALUN
SAMBELIA
BELANTING

KABUPATEN

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 107


11) Pelatihan Konseling PMBA bagi Kader Posyandu
Pada tahun 2020 telah dilaksanakan Pelatihan Konseling PMBA di
Puskesmas yang memiliki desa lokus untuk kader posyandu yaitu di
a. Puskesmas Sembelia
b. Puskesmas Karang Baru
c. Puskesmas Sukaraja
d. Puskesmas Jerowaru
e. Puskesmas Aikmel
f. Puskesmas Denggen
g. Puskesmas Selong
h. Puskesmas Pringgesela Utama
i. Puskesmas Masbagik Baru
Adapun sumber dana pelatihan konseling PMBA untuk kader
Posyandu berasal dari BOK KONVERGENSI untuk Kabupaten
Lombok Timur tahun 2020.

12) Orientasi PMBA Bagi Pengasuh

Orientasi PMBA bagi Pengasuh dimaksudkan agar para pengasuh


( nenek, bibik,saudara, ataupun keluarga yang lainnya) mampunyai
pengetahuan dan mampu memberikan pengasuhan dalam hal
pemberian makanan pada bayi ataupun Balita sesuai prinsip
Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak.

Kegiatan Orientasi PMBA bagi Pengasuh ini dilaksanakan di Desa


Lokus di wilayah Puskesmas Sukaraja dan Jerowaru ( Batu nampar,
Batunampar Selatan dan Desa Pandan Wangi ). Sumber dana untuk
membiayai kegitan ini dengan menggunkan sumber dana BOK
Konvergensi Kabupaten Lombok Timur tahun 2020.

13) Advokasi Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja


Putri
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan cakupan
Konsumsi Tablet Tambah Darah bagi Remaja Putri di Sekolah . Tahun

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 108


2019 indikator kinerja gizi salah satunya adalah distribusi tablet tambah
darah yang diberikan pada siswi SMP dan sederajat serta Siswi SMA
dan sederajat dengan mengkonsumsi TTD 1x seminggu sepanjang
tahun. Diharapkan setiap Rematri mengkonsumsi TTD 52 tablet
setahun. Pendistribusian dan pencatatan pelaporannya dilakukan oleh
pihak sekolah. Dinas kesehatan dalam hal ini Puskesmas menyiapkan
TTD dan memberikan Edukasi terkait manfaat dan efek negatif bila
Rematri tidak mengkonsumsi TTD selama remaja.
Pertemuan Advokasi ini dimaksudkan untuk memperoleh
dukungan dari pihak pihak yang terlibat misalnya Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan di Kabupaten, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
dan Kementrian Agama. Dukungan dalam hal Pendistribusian yang
rutin setiap minggu yang dilakukan oleh pihak sekolah dan rutin
memberikan laporannya ke Puskesmas serta menyiapkan dan
menggandakan format laporannya.

14) Orientasi Pendampingan oleh Kader terhadap ibu hamil dalam hal
minum Tablet Tambah Darah dan Konsumsi PMT Bumil KEK
Kegitan ini memberikan edukasi kepada Kader mengenai Tablet
Tambah Darah dan PMT Bumil KEK agar para Kader mempunyai bekal
saat melakukan pendampingan pada ibu hamil. Setiap Kader
diwajibkan mempunyai catatan jumlah ibu hamil yang ada dan bumil
yang KEK di masing-masing RT (tempat mereka tinggal ). Ibu hamil ini
mereka dampingi agar rutin mengkonsumsi TTD dan rutin
mengkonsumsi PMT yang diberikan agar tidak salah sasaran. Output
yang diharapkan adalah menurunnya angka anemia pada ibu hamil dan
menurunnya angka Bumil KEK yang beresiko melahirkan bayi BBLR
dan Prematur yang merupakan faktor Resiko Stunting ke depannya.

15) Penyusunan Menu Bagi Penjamah Makanan di Sekolah


Kegiatan ini dilakukan agar penjamah makanan di sekolah
(Kantin) paham akan pentingnya menyiapkan makanan yang bergizi
dan aman bagi institusi pendidikan baik itu pendidiknya maupun para

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 109


siswanya. Peserta kegiatan ini adalah para penjamah makanan
(pengelola kantin di dekolah) dan guru UKS. Output yang diharapkan
adalah adanya Kantin Sehat di Sekolah dan membudayakan sarapan
dengan makanan yang bergizi dan aman .

16) Monitoring dan Pembinaan


Monitoring dan supervisi dilaksanakan oleh Tim Kabupaten, baik
ke Puskesmas maupun ke Posyandu yang dilaksanakan khusus oleh
Seksi Gizi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi kemajuan
program yang sedang berjalan, melihat masalah dan kendala yang
ditemukan, membantu pemecahan masalah di lapangan, membantu
perbaikan dan kelancaran proses pencatatan dan pelaporan di
berbagai tingkatan mulai dari Posyandu, Desa, Puskesmas sampai
Kabupaten.

d. Masalah yang Dihadapi


Masalah yang dihadapi dalam pelaksanan kegiatan program gizi di
Kabupaten Lombok Timur selama tahun 2020, antara lain :
1) Kasus Gizi Buruk semakin meningkat
Penemuan kasus gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020
sebanyak 103 kasus, lebih rendah jika dibandingkan jumlah gizi buruk
tahun 2019 sebanyak 72 kasus. Terjadi peningkatan jumlah kasus yang
ditemukan dan ditangani sebesar 41 kasus. Kasus gizi buruk ini sebagian
besar disebabkan secara langsung oleh kurangnya asupan gizi dan
infeksi dan penyebab tidak langsung pola asuh kurang baik dan Higiene
Sanitasi yang masih belum maksimal serta angka Droff out yang tinggi
karena tidak berkesinambungan melakukan kontrol ke Puskesmas
ataupun Rumah sakit .

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 110


2) Angka prevalensi Balita pendek (Stunting) yang masih tinggi
Berdasarkan hasil Riskesdas 2019 prevalensi Balita Stunting Kabupaten
Lombok Timur mencapai (43,52%), lebih rendah dibandingkan hasil
Riskesdas 2013 sebesar (43,80%) tapi melebihi batas aman yaitu (20%).
Sedangkan hasil e.PPGBM yang dilakukan oleh Puskesmas persentase
Balita Stunting sebesar (26,11%) dari (63,80 %) data yang di input.
3) Masih Rendahnya Pencapaian Kinerja dari Indikator Kinerja Gizi masih
banyak yang belum mencapai target. Sementara Dana yang di
gelontorkan cukup besar belum memberikan daya ungkit yang signifikan
terhadap penurunan permasalahan gizi ( Stunting, Gizi Buruk dan
masalah Gizi Mikro ) di Kabupaten Lombok Timur.
4) Penggunaan Dana desa belum optimal
Penggunaan Dana Desa yang minimal 20% untuk pencegahan dan
penanggulangan Stunting belum tepat sesuai dengan Perbub No. 44
tahun 2019 mengenai Pedoman Penyususnan Anggaran Dana Desa di
pasal 10 ayat 3 dan 4 mengenai menu menu kegiatan yang bisa dilakukan
oleh desa dalam pencegahan dan Penanggulangan Stunting. Sebagian
besar Dana Desa digunakan untuk PMT saja.
5) Laporan Tidak Tepat Waktu

Masih ada Puskesmas yang mengirim laporan tidak sesuai dengan waktu
yang telah telah disepakati. Kesepakatan laporan paling lambat tgl 10
bulan berikutnya ternyata laporan masih belum tuntas sampai akhir bulan,
bulan berikutnya.

e. Solusi Pemecahan Masalah


Solusi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dalam pelaksanaan kegiatan program gizi antara lain :
1) Untuk mencegah terjadinya kasus gizi buruk, maka dilakukan pencegahan
melalui :
a) Peningkatan Kualitas kegiatan Pemantauan Pertumbuhan di
Posyandu. Bila anak mempunyai Berat Badan Tidak Naik sekali di beri

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 111


Edukasi sesuai permasalahan. Bila turun 2 kali (2T) dirujuk ke
Puskesmas dan diberi konseling PMBA;
b) Peningkatan peran serta masyarakat (mobilisasi masyarakat) dalam
hal screening kasus gizi buruk melalui Pengelolaan Gizi Buruk
Terintegrasi. Balita gizi buruk dengan indikasi rawat jalan di temukan
oleh Kader ataupun masyarakat dengan menggunakan Pita LILA
dan ada tidaknya odema pada tubuh anak, anak mendapat
pelayanan/pengobatan di fasilitas kesehatan seperti di Puskesmas
Pembantu dan mendapat obat Gizi berupa RUTP, antibiotik dan obat
cacing. Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah anak gizi buruk
menjadi lebih parah dan mempercepat proses penyembuhan dan
pemulihannya;
c) Meningkatkan keperdulian masyarakt dan desa terutam gizi buruk
pasca perawatan yang telah pulih/sembuh agar tidak kembali lagi
menjadi gizi buruk dengan pendampingan pemberian makanan
tambahan selama 3 bulan dan membantu memfasilitasi berupa
dukungan dana trasportasi untuk kontrol ke Puskesmas ataupun
Puskesmas Pembantu.

2) Angka Stunting yang tinggi dapat diturunkan melalui:


a) Kegiatan dilakukan secara Konvergensi melalui intervensi spesifik
yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan jejaringnya serta intervensi
sensitif yang melibatkan OPD di luar Kesehatan;
b) Mengoptimlkan peran desa dalam pemanfaatan Dana desa untuk
pencegahan dan penanggulangan stunting terutama peningkatan
kompetensi kader agar dapat maksimal melakukan pendampingan
pada sasaran;
c) Meningkatkan jumlah tenaga gizi di Puskesmas untuk membantu
memberdayakan masyarakat dalam hal peningkatan pengetahuan ,
perubahan perilaku msyarakat desa yang terkait dengan gizi.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 112


3). Rendahnya Pencapaian Kinerja Gizi hampir di semua Puskesmas, tidak
seimbang dengan dana yang diserap yang cukup besar. Untuk dapat
meningkatkan Pencapaian Kinerja dapat dilakukan dengan cara :
a) Peningkatan komitmen yang kuat antara TPG dan Pimpinan
Puskesmas selaku pemegang kebijakan di Puskesmas untuk
berupaya mengejar target dengan melibatkan lintas sektor maupun
lintas Program;
b) TPG mempunyai target peningkatan cakupan dari setiap indikator
yang ada setiap bulannya;
c) Dilakukan monitoring dan evaluasi minimal 3 bulan sekali terkait
kegiatan yang dilakukan dan output yang dihasilkan .

4). Penggunaan Dana Desa yang belum optimal ( belum mengkuti Perbub no
44 tahun 2020 ) disebabkan desa belum paham dengan kegiatan yang
akan dilakukan. Oleh karena itu diharapkan TPG dan Pimpinan
Puskesmas Perlu melakukan Pendampingan ke desa baik sebelum
penyusunan kegiatan yang akan disampaikan pada saat Musranbangdes
dilakukan. Kegiatan pendampingan pada saat Musrenbangdes
dilaksanakan dan pada saat realisasi penggunaan anggaran. TPG dan
Pimpinan Puskesmas sebaiknya mengejar bola jangan menunggu.

5). Keterlambatan Pengiriman Laporan Gizi


a) TPG diharapkan mempunyai komitmen yang kuat untuk memberikan
laporan sesuai dengan kesepakatan;
b) Pimpinan Puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
Tenaga Gizi dalam hal ketepatan melaporkan laporan Gizi ke Dinkes;
c) Pimpinan Puskesmas punya hak dan wewenang untuk memberikan
Punishment atau hukuman pada TPG yang terlambat memberikan
laporan Gizi ke Dinas Kesehatan dengan jalan teguran secara lisan,
tertulis atau pengurangan honor;
d) Dinas Kesehatan Seksi Gizi akan memberikan Feed Back kepada
Puskesmas 3 bulan sekali terkait hasil kinerja program gizi di masing-
masing Puskesmas dan Ketepatan waktu pelaporan kegiatan sebagai

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 113


bahan monitoring dan evaluasi Kepala Puskesmas serta sebagai
bahan untuk memberikan Reward atau Penghargaan bila tepat waktu.

3. SEKSI PROMOSI KESEHATAN


a. Program dan Kegiatan
1) Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan
masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan
tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di
masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses
pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut
juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik
lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.
Kegiatan Promosi Kesehatan yang dijalankan di Kabupaten
Lombok Timur pada tahun 2020 meliputi :
a) Pengembangan Media Promosi dan informasi sadar hidup sehat;
b) Kemitaan dengan Lintas Sektor dan Lintas Program termasuk
Ormas.
2) Program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat.
Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 114


pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,
terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Dalam upaya mengetahui tingkat Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat masyarakat di Kabupaten Lombok Timur dilaksanakan melalui
kegiatan Survey PHBS.
3) Program Posyandu Dan UKBM Lainnya
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar (Kementerian Kesehatan RI 2012).
Posyandu sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam bidang
kesehatan melaksanakan pelayanan KB, gizi, imunisasi,
penanggulangan diare, dan KIA. Upaya keterpaduan pelayanan ini
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, tujuan
didirikannya Posyandu adalah untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. Dengan demikian Posyandu merupakan
kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Saepudin et
al. 2012).
4) Desa Siaga Aktif
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan.
Desa siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah
kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya angka
kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama
seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang
bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta belum
hilangnya penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 115


merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Bencana alam
yang sering menimpa bangsa Indonesia seperti gunung meletus,
tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal
menambah kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia.
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan
kesehatan dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi
lebih partisipatif dan bottom up. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006,
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa
siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah
suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat
desa, disertai dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan
masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri.
5) Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai
kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar
untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok
atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara
perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan
(Effendy, 1998).
Kegiatan Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di fasilitas
kesehatan diselenggarakan secara perorangan maupun kelompok,
dan meliputi dalam gedung maupun luar gedung.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 116


b. Pencapaian Program dan Kegiatan
1) Promosi Kesehatan
Kegiatan Promosi Kesehatan yang dijalankan di Kabupaten
Lombok Timur pada tahun 2020 meliputi :
a) Pengembangan Media Promosi dan informasi sadar hidup sehat
Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup
sehat dilakukan dengan mengadakan kerja sama dengan media
dalam bentuk MOU dengan pihak pengelola media dalam upaya
menyebarluaskan informasi sadar hidup sehat di Kabupaten
Lombok Timur. Adapun Media yang bekerja sama dengan Dinas
kesehatan tahun 2020 adalah :
Tabel 5.8
Media yang bekerja sama dengan Dinas kesehatan
Tahun 2020
No Jenis Media Jumlah Biaya
1 Seleparang TV 6 bulan 9.000.000
2 Koran Suara NTB 5 bulan 5.000.000
3 Radar Lombok 5 bulan 5.000.000
4 Corong Rakyat 5 bulan 5.000.000
5 Warta Rinjani 4 bulan 4.000.000

Total 28.000.000

b) Kemitraan dengan Lintas Sektor dan Lintas Program termasuk


Ormas
Tabel 5.9
Kemitraan dengan Lintas Sektor dan Lintas Program termasuk
Ormas Tahun 2020
No LS/LP Jumlah Biaya
1 Jasa Dai Kesehatan 18 orang 64.800.000
2 Jasa penyuluan melalui 4 kali 1. 200.000
3 radio 4 kali 1.200.000
4 Jasa penyuluhan melalui
5 TV

Total Rp. 67.200.000

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 117


2) Program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Survey PHBS di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020
dilaksanakan dengan system Cluster Random Sampling pada semua
wilayah Puskemas dengan masing-masing Puskesmas 210 sampel
RT yang dibagi kedalam 30 Klaster dan masing-masing Klaster 7 RT.
Dengan system tersebut didapat jumlah sampel PHBS sejumlah 6.930
sampel. Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Lombok Timur
berjumlah 14.474 RT.
Cakupan hasil Survey PHBS di Kabupaten Lombok Timur tahun
2020 tercapai sebesar 47,17% dengan kategori Rumah Tangga Sehat
dan 51,13% dikategorikan tidak sehat. Adapun hasil survey PHBS per
Puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik.5.28
Hasil Survey Cakupan Rumah Tangga Sehat Dirinci Per Puskesmas
100
di Kabupaten Lombok Timur Tahun Tahun 2020
90
90 80
80
66,7 64,7
70 59,52
56,19 56,19
60 47,14 52
46,19
50 42,68
40 30,1
30 19
20 15,24 14,9 14,29
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Batuyang
Keruak

Korleko
Terara
Sakra

Lepak

Kalijaga

Aikmel Utara
Rensing

Sikur

Suela
Pringgasela

Kerongkong

Wanasaba
Karang Baru
Mt.Betok
Sukaraja

Dsn Lekong
Kotaraja
Rarang

Ld.Nangka

Denggen

Lb.Lombok

Sembalun
Jerowaru

Masbagik

Sambelia
Belanting
Suralaga

Selong
Masbagik Baru

Lb.Haji

Aikmel
Lenek

3) Cakupan Program Desa Siaga


Dari jumlah 254 desa di Kabupaten Lombok Timur yang sudah
melaksanakan desa Siaga Aktif sampai dengan tahun 2020 ini
sebesar 17,84%. Dari jumlah tersebut dapat diketahui tingkat
perkembangan Desa Siaga Aktif pada tahun 2020 di Kabupaten
Lombok Timur dimana sebagian besar masih berada pada tingkat

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 118


Pratama yakni sebesar 58,92%, tingkat Madya sejumlah 56 desa
(23,23%), tingkat Purnama sejumlah 36 desa (14,93%) dan tingkat
Mandiri sejumlah 7 desa(2,90%). Adapun strata desa Siaga Aktif
dirinci per Puskesmas sebagai berikut:
Tabel 5.10.
Desa Siaga Aktif Berdasarkan Starata di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

NO PUSKESMAS JUMLAH STRATA DESA SIAGA JUMLAH DESI AKTIF

DESA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %

1 Keruak 13 13 0 0 0 13 0 0,00

2 Sukaraja 5 5 0 0 0 5 0 0,00

3 Jerowaru 9 9 0 0 0 9 0 0,00

4 Sakra 12 12 0 0 0 12 0 0,00

5 Rensing 18 0 0 18 0 18 18 100,00

6 Lepak 10 8 2 0 0 10 0 0,00

7 Terara 8 3 5 0 0 8 0 0,00

8 Rarang 8 8 0 0 0 8 0 0,00

9 Mt.Betok 8 0 8 0 0 8 0 0,00

10 Sikur 8 3 5 0 0 8 0 0,00

11 Kotaraja 7 0 0 4 3 7 7 100,00

12 Masbagik 2 0 0 2 0 2 2 100,00

13 Masbagik Baru 6 3 2 1 0 6 1 16,67

14 Lendang Nagka 5 5 0 0 0 5 0 0,00

15 Pringga Sela 4 4 0 0 0 4 0 0,00

16 pringgasela ut 6 6 0 0 0 6 0 0,00

17 Dsn. Lekong 9 9 0 0 0 9 0 0,00

18 Kerongkong 9 9 0 0 0 9 0 0,00

19 Suralaga 6 0 4 1 0 5 1 20,00

20 Denggen 6 6 0 0 0 6 0 0,00

21 Selong 6 2 4 0 0 6 0 0,00

22 Lb. Haji 7 7 0 0 0 7 0 0,00

23 Korleko 5 5 0 0 0 5 0 0,00

24 Batuyang 10 0 10 0 0 10 0 0,00

25 Lb. Lombok 5 0 0 5 0 5 5 100,00

26 Suela 8 7 1 0 0 8 0 0,00

27 Lenek 6 6 0 0 0 6 0 0,00

28 Kalijaga 8 1 0 0 0 1 0 0,00

29 Aikmel 6 0 3 1 2 6 3 50,00

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 119


30 Aikmel Utara 4 0 1 1 2 4 3 75,00

31 Wanasaba 8 8 0 0 0 8 0 0,00

32 Karang Baru 6 3 0 3 0 6 3 50,00

33 Sembalun 6 0 6 0 0 6 0 0,00

34 Sambalia 6 0 1 0 0 1 0 0,00

35 Belanting 4 0 4 0 0 4 0 0,00

KABUPATEN 254 142 56 36 7 241 43 17,84

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar Puskesmas


sudah memiliki desa Siaga, hanya beberapa wilayah Puskesmas yang
belum mencapai 100%. Sedangkan Puskesmas yang memiliki desa
Siaga Aktif terbanyak terdapat pada Puskesmas Rensing, Kotaraja dan
Labuhan Lombok yakni sebesar 100% dan Puskesmas lainnya masih
belum mempunyai Desa Siaga Aktif.
Jumlah Desa siaga aktif yang berdasarkan Strata di Kabupaten Lombok
Timur dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik : 5.29
Jumlah Desa Siaga aktif berdasarkan Strata
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Th 2020

7
43
36 142

56

Pratama Madya Purnama Mandiri jumlah Desa Siaga

4) Cakupan Posyandu
Dari jumlah 1.861 Posyandu di Kabupaten Lombok Timur pada
tahun 2020 terdapat 33 buah Posyandu dengan tingkat
perkembangan Pratama, 506 buah Posyandu dengan tingkat

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 120


perkembangan Madya, 1.192 buah Posyandu dengan tingkat
perkembangan Purnama dan 130 Posyandu dengan tingkat
perkembangan Mandiri. Berdasarkan jumlah Posyandu tingkat
Purnama dan mandiri dengan jumlah 1.322 Posyandu dapat diketahui
besarnya Cakupan Program Posyandu Aktif yakni sebesar 71,04%.
Adapun perkembangan Posyandu dirinci per Puskesmas di
Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 sebagai Berikut:
Tabel 5.11.
Cakupan Program Posyandu Aktif di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

NO KECAMATAN PUSKESMAS STRATA POSYANDU JUMLA POSYANDU AKTIF POSY


H ANDU
KLRG

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %

1 Keruak Keruak 0 4 76 9 89 85 95,51 3

2 Jerowaru Sukaraja 0 21 22 2 45 24 53,33 27

Jerowaru 0 49 26 0 75 26 34,67 3

3 Sakra Sakra 0 62 15 4 81 19 23,46 15

4 Sakra Barat Rensing 0 40 56 0 96 56 58,33 9

5 Sakra Timur Lepak 0 13 51 10 74 61 82,43 8

6 Terara Terara 0 0 46 0 46 46 100,00 17

Rarang 10 0 45 0 55 45 81,82 33

7 Montong Betok Mt.Betok 0 0 75 1 76 76 100,00 16

8 Sikur Sikur 0 23 31 0 54 31 57,41 7

Kotaraja 7 0 47 7 61 54 88,52 9

9 Masbagik Masbagik 0 19 18 0 37 18 48,65 3

Masbagik Baru 0 23 13 0 36 13 36,11 0

Lendang Nagka 0 32 24 5 61 29 47,54 6

10 Pringga Sela Pringga Sela 0 45 0 0 45 0 0,00 0

pringgasela ut 0 46 1 0 47 1 2,13 12

11 Sukamulia Dsn. Lekong 0 0 38 11 49 49 100,00 5

Kerongkong 2 17 23 0 42 23 54,76 5

12 Suralaga Suralaga 0 31 9 0 40 9 22,50 3

13 Selong Denggen 2 22 15 6 45 21 46,67 17

Selong 0 0 32 3 35 35 100,00 4

14 Labuhan Haji Lb. Haji 0 0 43 0 43 43 100,00 7

Korleko 0 0 23 7 30 30 100,00 1

15 Pringgabaya Batuyang 0 0 65 0 65 65 100,00 24

Lb. Lombok 0 0 55 2 57 57 100,00 5

16 Suela Suela 0 13 60 5 78 65 83,33 10

17 Lenek Lenek 2 0 42 2 46 44 95,65 2

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 121


Kalijaga 0 0 62 0 62 62 100,00 2

18 Aikmel Aikmel 0 0 12 20 32 32 100,00 32

Aikmel Utara 3 8 10 15 36 25 69,44 2

19 Wanasaba Wanasaba 0 6 54 0 60 54 90,00 1

Karang Baru 0 10 29 0 39 29 74,36 1

20 Sembalun Sembalun 7 5 31 0 43 31 72,09 1

21 Sambalia Sambalia 0 10 21 17 48 38 79,17 12

Belanting 0 7 22 4 33 26 78,79 2

KABUPATEN 33 506 1192 130 1861 1322 71,04 304

Dari jumlah 35 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur


tahun 2020, hanya 28,57% (10 Puskemas) yang mempunyai
Posyandu tergolong dalam kategori Posyandu Aktif dengan capaian
100% yakni Puskesmas Terara, Montongbetok, Dasan Lekong,
Selong, Lb. Lombok, Korleko, Kalijaga, Aikmel, Batuyang dan Lb.Haji.
Sedangkan wilayah Puskesmas lainnya belum semua Posyandu
tergolong Posyandu Aktif, bahkan beberapa Puskemas cakupan
Posyandu Aktif sangat rendah seperti Puskesmas Pringgasela Utara
dan Pringgasela (0%), dan Suralaga sebesar 22,50%.

Grafik : 5.30
Jumlah Posyandu Berdasarkan Stratafikasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020
1400
1192
1200
1000
800
600 506
400
200 130
33
0
Pratama Madya Purnama Mandiri

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 122


5) Cakupan Hasil Survey PHBS
Survey PHBS di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020
dilaksanakan dengan system Cluster Random Sampling pada semua
wilayah Puskemas dengan masing-masing Puskesmas 210 sampel
RT yang dibagi kedalam 30 Klaster dan masing-masing Klaster 7 RT.
Dengan system tersebut didapat jumlah sampel PHBS sejumlah 3.360
sampel. Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Lombok Timur
berjumlah 14.474 RT Cakupan Hasil Survey PHBS dirinci per
Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 dapat dilihat
pada table berikut:
Tabel 5.12.
Cakupan Hasil Survey PHBS Dirinci per Puskesmas
di Kab. Lombok Timur Tahun 2020

PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH CAKP RT CAKP


DESA SAMPEL KLASTER SAMPEL SEHAT RT
RT PER (%) TDK
KLASTER SEHAT
RT (%)

1 3 4 6 7 8 9

1 Keruak 15 0 0 7 RT 0 0

2 Sukaraja 6 210 30 7 RT 30,10 70,00

3 Jerowaru 9 210 30 7 RT 15,24 84,76

4 Sakra 12 210 30 7 RT 46,19 53,81

5 Rensing 18 210 30 7 RT 47,14 52,86

6 Lepak 10 0 0 7 RT 0 0

7 Terara 8 210 30 7 RT 14,90 61,00

8 Rarang 8 210 30 7 RT 42,68 57,32

9 Mt.Betok 8 0 0 7 RT 0 0

10 Kotaraja 7 0 0 7 RT 0 0

11 Sikur 7 0 0 7 RT 0 0

12 Masbagik 2 210 30 7 RT 52,00 48,00

13 Masbagik Baru 3 210 30 7 RT 56,19 43,81

14 Ld.Nangka 5 210 30 7 RT 90,00 10,00

15 Pringgasela 10 210 30 7 RT 80,00 20,00

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 123


16 Dsn Lekong 9 0 0 7 RT 0 0

17 Kerongkong 9 210 30 7 RT 59,52 40,48

18 Suralaga 6 0 0 7 RT 0 0

19 Denggen 6 0 0 7 RT 0 0

20 Selong 6 210 30 7 RT 19,00 81,00

21 Lb.Haji 7 0 0 7 RT 0 0

22 Korleko 5 0 0 7 RT 0 0

23 Lb.Lombok 5 0 0 7 RT 0 0

24 Batuyang 10 210 30 7 RT 66,70 33,30

25 Suela 8 210 30 7 RT 14,29 85,71

26 Aikmel 10 210 30 7 RT 64,70 35,20

27 Lenek 6 0 0 7 RT 0 0

28 Kalijaga 8 0 0 7 RT 0 0

29 Wanasaba 8 0 0 7 RT 0 0

30 Karang Baru 6 0 0 7 RT 0 0

31 Sembalun 6 210 30 7 RT 56,19 43,81

32 Sambelia 7 0 0 7 RT 0 0

33 Belanting 4 0 0 7 RT 0 0

34 Aikmel Utara 12 0 0 7 RT 0 0

TOTAL 254 3360 480 231 47,17 51,31

Dari table tersebut diatas menunjukkan, bahwa hasil survey PHBS


sebesar 47,17% Rumah Tangga dengan kategori sehat dan 51,31%
dengan kategori Rumah Tangga tidak sehat. Dari 34 Puskesmas yang
menjadi sasaran survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat hanya 16
Puskesmas yang dapat melaksanakan kegiatan survey. Kondisi ini
terjadi dimungkinkan karena adanya Pandemi Covid yang tidak
memungkinkan terlaksananya kegiatan program.
Adapun perkembangan hasil Survey Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Kabupaten Lombok Timur selama tahun 2016 sd 2020, dapat
dilihat pada grafik berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 124


Grafik: 5.31
Cakupan Hasil Survey PHBS di Rinci per Puskesmas Kab.
Lombok Timur tahun 2020
48,53
49 47,88
48 47,17
47
46
45
44,33
44
43
42
2016 2017 2018 2019 2020

Dari grafik tersebut diatas memberikan gambaran, bahwa selama lima


tahun trend Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kabupaten Lombok
Timur mengalami fluktuatif dengan capaian tertinggi pada tahun 2017,
yakni sebesar 48,53% dan terendah pada tahun 2016 sebesar
44,33%. Data tahun 2018 hasilnya nihil, karena pelaksanaan kegiatan
tidak dapat terlaksana.
6) Pencapaian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di Puskesmas meliputi dalam
gedung dan diluar gedung Puskesmas. Penyuluhan Dalam Gedung
terdiri atas Penyuluhan Kelompok dan Perorangan, demikian juga
Penyuluhan Luar Gedung terdiri atas Perorangan dan Kelompok.
Adapun rekapitulasi hasil penyuluhan Puskesmas se- Kabupaten
Lombok Timur adalah sebagai berikut :

Tabel 5.13.
Jumlah dan Jenis Penyuluhan yang Dilaksanakan di Puskesmas wilayah
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

NO KECAMATAN PUSKESMAS PENYULUHAN DLM PENYULUHAN LUAR


GEDUNG GEDUNG

KONS KLP JUMLAH KONS KLP JUMLAH

1 Keruak Keruak 82 0 82 0 16 16

2 Jerowaru Sukaraja 518 25 543 9 4 13

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 125


Jerowaru 145 12 157 437 77 514
3 Sakra Sakra 2219 13 2232 251 29 280

4 Sakra Barat Rensing 698 0 698 851 0 851

5 Sakra Timur Lepak 469 83 552 752 14 766

6 Terara Terara 2226 25 2251 508 56 564

Rarang 805 26 831 523 32 555

7 Montong Betok Mt.Betok 263 8 271 0 8 8

8 Sikur Sikur 1974 50 2024 308 143 451

Kotaraja 345 17 362 59 15 74

9 Masbagik Masbagik 60 0 60 6 0 6

Masbagik Baru 4453 598 5051 2486 2703 5189

Lendang 273 10 283 0 18 18


Nagka

10 Pringga Sela Pringga Sela 3936 31 3967 64 177 241

pringgasela ut 6 0 6 6 0 6

11 Sukamulia Dsn. Lekong 411 18 429 456 93 549

Kerongkong 762 451 1213 0 0 0

12 Suralaga Suralaga 426 0 426 473 52 525

13 Selong Denggen 551 19 570 135 46 181

Selong 144 0 144 33 0 33

14 Labuhan Haji Lb. Haji 1587 4 1591 34 3 37

Korleko 136 0 136 93 0 93

15 Pringgabaya Batuyang 325 43 368 104 204 308

Lb. Lombok 346 53 399 127 21 148

16 Suela Suela 3628 9 3637 2085 44 2129

17 Lenek Lenek 454 4 458 4910 238 5148

Kalijaga 1387 4 1391 5226 235 5461

18 Aikmel Aikmel 611 33 644 679 140 819

Aikmel Utara 30 0 30 112 4 116

19 Wanasaba Wanasaba 469 435 904 263 69 332

Karang Baru 754 1299 2053 207 497 704

20 Sembalun Sembalun 1676 5524 7200 232 498 730

21 Sambalia Sambalia 41 15 56 19 23 42

Belanting 321 0 321 0 4 4

KABUPATEN 32.531 8.809 41.340 21.448 5.463 26.911

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 126


Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa Kegiatan Penyuluhan
Dalam Gedung Puskesmas terlaksana sebanyak 41.340 kali dengan rata-
rata 1.181 kali per Puskesmas dan Penyuluhan Luar Gedung terlaksana
sebanyak 26.911 kali dengan rata-rata per Puskesmas 768 kali
penyuluhan. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan Penyuluhan Dalam
Gedung terbanyak adalah Puskesmas Sembalun dengan jumlah
melaksanakan penyuluhan sebanyak 7.200 kali dan yang terendah
Puskesmas Pringgasela Utama dengan hanya 6 kali penyuluhan.
Sementara Puskesmas yang terbanyak melaksanakan kegiatan
Penyuluhan Luar Gedung adalah Puskesmas Kalijaga dan Lenek dengan
jumlah masing-masing 5.461 dan 5148 kali penyuluhan dan yang paling
sedikit melaksanakan penyuluhan adalah dari Puskesmas Kerongkong
tidak ada laporan penyuluhan.

Dibandingkan dengan capaian Kegiatan Penyuluhan tahun lalu


dimana capaian mencapai 143.761 kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dalam gedung atau terjadi penurunan capaian sebesar 71,24% dan
114.857 kali penyuluhan luar gedung atau terjadi penurunan sebesar
76,56%. Terjadinya penurunan kegiatan pelaksanaan penyuluhan baik
dalam gedung maupun luar gedung disebabkan kondisi pandemi yang
membatasi interaksi dengan masyarakat.

7) Cakupan Program Indikator Kinerja Pusat Promosi Kesehatan


Tabel 5.14.
Hasil Cakupan Program Indikator Kinerja Pusat Promosi
Kesehatan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

No Indikator Target Cakupan


1 Adanya kebijakan Publik Berwawasan Provinsi
kesehatan
2 Kabupaten/ Kota yang membuat kebijakan 1 1
PHBS setiap Tahun
3 Puskesmas yang melaksanakan Advokasi, 32 32
Gerakan pemberdayaan, dan kemitraan
dengan KIE

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 127


4 Poresentase Desa yang mengalokasikan 254 43,6 %
10% dana Desa untuk UKBM
5 Kemitraan dengan Dunia Usaha 7
6 Organisasi masayarakat yang mendukung
kesehatan. 1

B. BIDANG PROGRAM PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DAN


KESEHATAN LINGKUNGAN (P3KL)
1. SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN
a. Program dan Indikator Kegiatan
Kegiatan penyehatan lingkungan diarahkan untuk peningkatan
akses air bersih dan sanitasi dasar bagi masyarakat. Tujuan dari
program ini adalah Terwujudnya Kualitas Air dan Sanitasi Dasar yang
sehat agar dapat melindungi masyarakat dari gangguan yang dapat
menimbulkan penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya.
Secara umum kegiatan penyehatan lingkungan meliputi sebagai
berikut :
1. Advokasi dan Sosialisasi Kebijakan, Peraturan, Standar, Juklak dan
Juknis Penyediaan Sarana Air Bersih & Sanitasi Dasar kepada
Stakeholders, baik sebagai model maupun pemenuhan kebutuhan
secara menyeluruh;
2. Membangun dan memantapkan jejaring kerja penyediaan sarana
air bersih dan sanitasi dasar dan melakukan koordinasi secara
berjenjang dan secara berkesinambungan;
3. Melakukan pemantauan, penilaian, pencatatan, pelaporan
bimbingan teknis, dan monitoring penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar;
4. Memfasilitasi pendidikan, pelatihan petugas meliputi Aspek teknis,
managemen, dan administrasi yang bersifat TOT atau sangat
spesifik/teknis penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
melalui kerja sama dengan instansi terkait untuk mendorong dan
menyiapkan kemampuan petugas dan masyarakat dalam

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 128


melakukan pengendalian factor resiko secara berjenjang hingga ke
desa;
5. Melakukan penyusunan, perencanaan dan penganggaran untuk
kebutuhan penyedian sarana air bersih dan sanitasi dasar hingga
kesiapan masyarakat di desa untuk mampu berpartisipasi;
6. Meningkatkan dukungan administrasi dan oprasional penyediaan
sarana air bersih dan sanitasi dasar;
7. Meningkatkan dan memantapkan Desa Sehat dalam penyediaan
sarana air bersih dan sanitasi dasar, melalui berbagai kegiatan.
Indikator atau target kegiatan program seksi kesehatan lingkungan
mengacu pada target internasional (SDGs 2030) – Target 6, nasional
(Program Nawacita), provinsi (SPM) dan Kabupaten (Prog.Penyehatan
Lingkungan). Adapun targetnya adalah sebagai berikut :
1) Target Internasional (SDGs 2030) – Target 6
1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan adil terhadap
air minum yang aman dan terjangkau untuk semua;
2. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan
kebersihan yang layak dan adil untuk semua dan mengakhiri
buang air ditempat tebuka, dengan memberikan perhatian
khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan serta
mereka yang berada dalam situasi rentan.
2) Target Nasional (Program Nawacita)
1. Akses air bersih : 100 %
2. Akses jamban : 100 %
3. Indonesia ODF tahun 2020 : 46,06%
3) Target SPM Provinsi (Renstra 202)
1. KK akses air bersih : 100 %
2. KK dengan jamban sehat : 100 %
3. TTU yang Memenuhi Syarat : 85 %
4. KK dengan Rumah Sehat : 78 %
4) Target Dinas Kesehatan Kab.Lombok Timur (Program Kesehatan
Lingkungan)

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 129


Tabel 5.15.
Indikator Program Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

No Indikator Target 2020


1 KK Akses Jamban Sehat 100%
2 KK Akses Air Minum 100%
3 Cakupan KK dgn SPAL 100%
4 Cakupan TPS Memenuhi Syarat 100%
5 Rumah Sehat 100%
6 TTU Memenuhi Syarat 100%
7 TPM Memenuhi Syarat 100%
8 Pasien/klien yang mendapat konseling 100 %
9 Pasien/klien yang difollow up (Kusades) 60%
10 Desa ODF 254 desa
Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Tahun 2020

Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan di Kabupaten


Lombok Timur pada tahun 2020 hanya mendapat dukungan pendanaan
dari APBD Kabupaten. Pembiayaan untuk kegiatan penyehatan
lingkungan bersumber dari APBD Kabupaten, besarnya alokasi
anggaran masih kecil, sehingga belum mencukupi/memadai untuk
pelaksanaan kegiatan terlebih lagi bila dibandingkan dengan beban
target yang harus dicapai dalam mewujudkan target Nasional.

b. Pencapaian Program dan Kegiatan


Secara rinci program dan kegiatan Kesehatan Lingkungan di
Kabupaten Lombok Timur tahun 2020, yaitu sebagai berikut :
1) Persentase Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk
berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, serta
tempat pengembangan kehidupan keluarga.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Perumahan,
Rumah Sehat adalah rumah yang minimal memenuhi kriteria
kelompok sanitasi dasar, meliputi : sarana air bersih (SAB), sarana

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 130


pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah dan sarana
pembuangan sampah.
Cakupan rumah sehat di Kabupaten Lombok Timur tahun
2019 mencapai 54,70%, menurun menjadi 53,23% pada tahun
2020 karena pandemi. Sementara cakupan tahun 2018 sebesar
52,51%, tahun 2017 mencapai 55,44% dan tahun 2016 mencapai
49,72%.

Berikut grafik cakupan rumah sehat di Kabupaten Lombok


Timur tahun 2016 s/d 2020 seperti terlihat pada Grafik dibawah ini :

GRAFIK 5.32
CAKUPAN RUMAH SEHAT DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TAHUN 2020
55,44
56
54,70
54
52,51 53,23
52 49,72
50
48
46
2016
2017
CAKUPAN 2018
2019
2020
Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Tahun 2016 - 2020

2) Persentase Penduduk dengan Akses Air Bersih


a) Akses Sarana Air Bersih (SAB)
Yang dimaksud dengan akses SAB disini adalah akses
terhadap sarana bukan akses tehadap air, karena adanya
sarana tidak menjamin ketersediaan air yang mencukupi
kebutuhan untuk minum dan keperluan sanitasi (mandi, cuci dll)
setiap hari sepanjang tahun. Akses Sarana Air Bersih tahun 2019
dari 89,18% menjadi 87,41% tahun 2020, sedangkan tahun 2018
yaitu mencapai 87,71%, tahun 2017 mencapai 86,67%, dan
tahun 2016 mencapai 86,04%. “

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 131


Berikut trend cakupan akses air bersih dari tahun 2016 s/d
2020 di Kabupaten Lombok Timur seperti terlihat pada grafik
dibawah ini :

GRAFIK 5.33.
105,00
PROSENTASE CAKUPAN SARANA AIR BERSIH KAB. LOMBOK TIMUR100
100,00 TAHUN 2016 S/D 2020

95,00
Cakupan (%)

90,00

87,71 89,18
85,00 86,67 87,41
86,04
80,00

75,00
2016 2017 2018 2019 2020 TARGET
NASIONAL
Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Tahun 2019

b) Jenis Sarana Air Minum


Dilihat dari Jenis sarana air minum yang digunakan oleh
masyarakat di Kabupaten Lombok Timur, sebagian besar
menggunakan Sumur Gali (SGL) yaitu sebanyak 42,82%, SGL
dengan pompa 8,21%, Perpipaan (PDAM) dan non PDAM
22,34%, Perlindungan Mata Air (PMA) 0,02% dan 0,31%
menggunakan PAH (Penampungan Air Hujan). Berikut grafik
jenis sarana air minum yang digunakan masyarakat di
Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 seperti terlihat pada
grafik dibawah ini:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 132


GRAFIK 5.34
JENIS SARANA AIR MINUM YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
45 TAHUN 2020
40
35
42,82

Cakupan (%)
30
25
20
22,34
15 8,21
10
5 0,02 0,31

0
SGL SGL Dgn Perpipaan PMA PAH
Pompa
Sumber : Laporan Bulanan Kesling Thn. 2020

c) Pengawasan Kualitas Air


Kegiatan pengawasan kualitas air minum Tahun 2020
dilakukan terhadap air minum dari layanan PDAM di seluruh
wilayah Kabupaten Lombok Timur sebanyak 79 sampel PDAM
dan hasil pemeriksaan bakteriologis, fisik dan kimia memenuhi
syarat 25 sampel (31,64%) tidak memenuhi syarat 54 sampel
(68,36%).
Dari hasil pemeriksaan tersebut terlihat bahwa kualitas
bakteriologi air PDAM mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya. Ini terlihat dari besarnya jumlah sampel air yang
memenuhi syarat kesehatan pada tahun sebelumnya sebesar
81 Sampel (72,32%) atau menurun 2,46% pada tahun ini.
Sebaliknya kualitas sampel yang tidak memenuhi syarat
kesehatan mengalami peningkatan.

3) Persentase Penduduk yang Memiliki Sarana Sanitasi Dasar


a) Akses Jamban Keluarga (JAGA)
Akses terhadap Jamban disini dimaksudkan adalah
pengguna jamban baik jamban milik pribadi, numpang di
keluarga/tetangga maupun Jamban umum, jadi akses bukan
berdasarkan kepemilikan. Cakupan Akses jamban di
Kabupaten Lombok Timur meningkat dari 84,86% pada tahun

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 133


2019 menjadi 86,00% pada tahun 2020, artinya akses jamban
keluarga masih belum mencapai target Nasional 100%.
Berikut grafik cakupan akses jamban keluarga di
Kabupaten Lombok Timur tahun 2016 – 2020 seperti terlihat
pada grafik dibawah ini :

GRAFIK 5.35.
120,00
CAKUPAN JAMBAN KELUARGA KABUPATEN LOMBOK
TIMUR TAHUN 2016 S/D 2020 100
100,00
86,00

80,00 84,86
80,61
Cakupan (%)

75,40
71,62
60,00

40,00

20,00

0,00
2016 2017 2018 2019 2020 TARGET
NASIONAL
Sumber : Laporan Bulanan Kesling Puskesmas 2020 dan eMonev STBM

b) Jumlah Desa ODF dan STBM


Jumlah desa BASNO/ODF sampai dengan akhir tahun
2020 sebanyak 117 desa/kelurahan (46,06%) dari 254
desa/kelurahan.
Adapun rincian nama dan jumlah penduduk desa yang
sudah BASNO/ODF sampai dengan Desember 2020 di
Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut :
Tabel 5.16.
Desa Open Defecation Free (ODF)di Kabupaten Lombok Timur sampai
dengan Tahun 2020

No Kecamatan Puskesmas Desa/Kelurahan Tahun


1. Aikmel 1. Kalijaga 1. Kalijaga Timur 2010
2. Kalijaga Selatan 2015
2. Lenek 3. Lenek Pesiraman 2010
4. Lenek Duren 2020
3. Aikmel 5. Aikmel Barat 2012
6. Aikmel 2010
7. Keroya 2012
8. Aikmel Timur 2014
9. Bagik Nyaka Santri 2019
10. Kembang Kerang 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 134


4. Aikmel Utara 11. Toya 2014
12. Kembang Kerang Daya 2018
13. Aikprapa 2012
14. Aikmel Utara 2010
2. Pringgasela 5. Pringgasela 15. Rempung 2010
16. Timba Nuh 2015
17. Aik Dewa 2017
18. Pengadangan Barat 2017
19. Pringgasela Timur 2018
3. Wanasaba 6. Wanasaba 20. Wanasaba 2010
21. Mamben Daya 2010
22. Wanasaba Lauk 2011
23. Bandok 2016
24. Wanasaba Daya 2014
7. Karang Baru 25. Karang Baru Timur 2012
26. Jineng 2012
27. Beriri Jarak 2012
28. Karang Baru 2019
4. Sukamulia 8. Dasan Lekong 29. Jantuk 2010
30. Paok Pampang 2010
31. Sukamulia Timur 2010
32. Setanggor 2018
33. Nyiur Tebel 2018
34. Setanggor Selatan 2019
5. Sakra Barat 9. Rensing 35. Rensing 2010
36. Mengkuru 2013
37. Pematung 2013
38. Rensing Bat 2013
39. Rensing Raya 2013
40. Pejaring 2013
41. Jero Gunung 2014
42. Gadung Mas 2016
43. Tanak Kaken 2017
44. Boyemare 2017
45. Kembang Are Sampai 2017
46. Montong Beter 2019
47. Gerisak Semanggeleng 2019
48. Borok Toyang 2020
6. Keruak 10. Keruak 49. Selebung Ketangga 2010
50. Montong Belae 2014
51. Ketangga Jeraeng 2014
52. Mendane Raya 2014
53. Setungkep Lingsar 2014
54. Keruak 2014
55. Senyiur 2014
56. Sepit 2019
7. Sikur 11. Kotaraja 57. Kembang Kuning 2010
58. Jeruk Manis 2016
12. Sikur 59. Sikur 2012
60. Sikur Barat 2015
61. Sikur Selatan 2020
8. Masbagik 13. Ld. Nangka 62. Lendang Nangka 2010

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 135


14. Masbagik Baru 63. Masbagik Utara 2017
15. Masbagik 64. Masbagik Selatan 2019
9. Mt. Gading 16. Mt. Betok 65. Perian 2010
66. Pringgajurang Utara 2015
10. Selong 17. Selong 67. Selong 2010
68. Kelayu Selatan 2012
69. Sandubaya 2017
18. Denggen 70. Rakam 2020
71. Majidi 2020
11. Terara 19. Terara 72. Suradadi 2011
73. Sukadana 2011
74. Terara 2018
75. Kalianyar 2018
76. Leming 2020
77. Santong 2020
20. Rarang 78. Rarang 2010
79. Jenggik 2011
80. Embung Kandong 2017
81. Rarang Batas 2019
82. Rarang Selatan 2020
12. Sakra 21. Sakra 83. Rumbuk 2010
84. Suangi 2011
85. Sakra 2012
86. Kabar 2014
87. Moyot 2016
88. Peresak 2016
89. Rumbuk Timur 2016
90. Suangi Timur 2016
91. Kuang Baru 2018
13. Suela 22. Suela 92. Sapit 2011
93. Suntalangu 2013
94. Suela 2013
95. Ketangga 2018
14. Labuhan Haji 23. Labuhan Haji 96. Tanjung 2012
24. Korleko 97. Ijobalit 2014
98. Korleko Selatan 2019
99. Geres 2020
15. Pringgabaya 25. Batuyang 100. Teko 2013
101. Telaga Waru 2013
102. Tanak Gadang 2013
103. Bagik Papan 2016
26. Lb. Lombok 104. Pringgabaya 2016
16. Suralaga 27. Kerongkong 105. Waringin 2013
106. Dasan Borok 2019
28. Suralaga 107. Tumbuh Mulia 2013
108. Bintang Rinjani 2019
17. Sakra Timur 29. Lepak 109. Lepak Timur 2013
110. Lepak 2014
111. Surabaya 2014
18 Sembalun 30. Sembalun 112. Sajang 2019
113. Sembalun 2019
114. Sembalun Timba Gading 2019

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 136


19 Sambelia 31. Sambelia 115. Senanggalih 2019
116. Bagik Manis 2019
117. Dadap 2020
Total 31 Puskesmas 117 Desa 46,06 %
Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Tahun 2020
Jumlah desa STBM pada tahun 2020 sebanyak 13
desa/kelurahan (5,12%) dari 254 desa/kelurahan, masih sama
dengan kondisi tahun sebelumnya.

Adapun rincian nama desa yang sudah STBM pada tahun


2020 di Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut :

Tabel 5.17.
Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di Kabupaten Lombok
Timur sampai dengan Tahun 2020

No Kecamatan Puskesmas Desa Tahun


1. Keruak 1. Keruak 1. Montong Belae 2015
2. Pringgasela 2. Pringgasela 2. Timba Nuh 2015
3. Sukamulia 3. Dasan Lekong 3. Jantuk 2015
4. Paok Pampang 2018
4. Aikmel 4. Kalijaga 5. Kalijaga Selatan 2015
5. Aikmel 6. Aikmel Utara 2018
7. Keroya 2018
5. Sikur 6. Sikur 8. Sikur Barat 2015
6. Mt. Gading 7. Mt. Betok 9. Peringgajurang Utara 2015
7. Sakra Barat 8. Rensing 10. Rensing Bat 2017
11. Rensing Raya 2018
8. Sakra 9. Sakra 12. Kuang Baru 2018
9. Terara 10. Rarang 13. Pringgajurang Utara 2018
Total 10 Puskesmas 13 Desa

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Tahun 2020

4) Pembinaan/Pengawasan Sanitasi TTU dan TPM


a) Pengawasan Sanitasi Tempat Tempat Umum (TTU)
Tempat-Tempat Umum (TTU) yang ada di Kabupaten
Lombok Timur berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan,
hotel, kawasan wisata, kolam renang, pasar, terminal, tempat
ibadah dan lain-lain. Hasil pengawasan terhadap Tempat-
Tempat Umum (TTU) di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020,
sebagai berikut :
Jumlah TTU terdaftar sebanyak 3.968
Jumlah TTU yang memenuhi syarat 1.369 (34,50%)

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 137


Jumlah TTU yang tidak memenuhi syarat 2.599
(66,50%).
Adapun Hasil pengawasan terhadap Tempat-Tempat
Umum (TTU) di Kabupaten Lombok Timur selama tahun 2016
sd 2020, seperti terlihat pada grafik dibawah ini :
4500 GRAFIK 5.36
4000 HASIL PENGAWASAN TERHADAP TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)
DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2016-2020
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2016 2017 2018 2019 2020
Terdaftar 1545 1558 1642 3846 3968
MS 1138 1195 1337 1360 1369
TMS 407 363 305 2486 2599

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Tahun 2020

b) Pengawasan Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)


Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Kabupaten
Lombok Timur berupa jasa boga, rumah makan, restoran,
Depot Air Minum (DAM), makanan jajanan, industri rumah
tangga, dan lain-lain. Hasil pengawasan terhadap Tempat
Pengolahan Makanan di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020,
sebagai berikut :
· Jumlah TPM terdaftar sebanyak 737;
· Jumlah TPM yang memenusi syarat (MS) sebanyak 394
(53,46%);
· Jumlah TPM yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak
343 (46,54%).
Untuk pelaporan TPM/HSP (Higiene Sanitasi Pangan)
sanitarian Puskesmas melakukan pendataan dan inspeksi
sanitasi menggunakan format yang ada di e-monev HSP

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 138


melalui website pusat dengan alamat www.kesling.kesmas.
kemkes.go.id/tpm.
Berikut jumlah Tempat Pengelolaan Makanan terdaftar,
memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat di Kabupaten
Lombok Timur selama Tahun 2016 sd 2020 seperti terlihat
pada grafik dibawah ini :

GRAFIK 5.37
HASIL PENGAWASAN TERHADAP TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) DI
KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2016- 2020

900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2016 2017 2018 2019 2020
Terdaftar 400 493 789 720 737
MS 36 197 389 370 394
TMS 302 296 400 350 343

5) Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Rumah Tangga


SPAL adalah adanya saluran limbah cair rumah tangga yang
berasal dari kamar mandi, tempat cuci pakaian dan cuci perabot
rumah tangga yang dibuang ke lubang peresapan atau
saluran/parit/sungai. Cakupan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL) 57,56% pada tahun 2019 dan tahun 2020 menjadi 54,69%.
Tahun 2016 cakupan sebesar 61,11%, tahun 2017 mencapai
69,71% dan tahun 2016 mencapai 61,11%, sedangkan target
kabupaten sampai dengan tahun 2020 sebesar 85%.”.
Berikut trend cakupan rumah tangga menggunkan SPAL di
Kabupaten Lombok Timur dari tahun 2016 – 2020 seperti terlihat
pada grafik dibawah ini.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 139


GRAFIK 5.38.
CAKUPAN SPAL RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LOMBOK
TIMUR TAHUN 2016 – 2020

2020 54,69

2019 57,56

2018 55,23

2017 69,71

2016 61,11

0 20 40 60 80

Sumber : Laporan Bulanan Kesling Puskesmas Th. 2020

6) Tempat Penampungan Sampah (TPS) Sementara


TPS (Tempat Penampungan Sampah) dimaksud adalah
adanya tempat menampung sampah sementara di rumah tangga
sebelum dibuang baik berupa bak sampah, karung, kantong plastik,
lubang galian di halaman rumah, dan tidak dibakar.
Rumah Tangga yang memiliki Tempat Penampungan Sampah
(TPS) Sementara di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2019
mencapai 56,23% dan tahun 2020 menjadi 56,47%. Kondisi ini
menunjukkan terjadi peningkatan capaian sebesar 0,24% dari
tahun sebelumnya.
Berikut grafik perkembangan cakupan rumah tangga memiliki
TPS tahun 2016-2020 di Kabupaten Lombok Timur seperti terlihat
pada Grafik dibawah ini :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 140


GRAFIK 5.39.
CAKUPAN RUMAH TANGGA MEMILIKI TPS SEMENTARA
KAB. LOMBOK TIMUR TAHUN 2016 – 2020
54,76
2020

2019(%)
Cakupan

56,23
2018
55,23 66,42
2017

2016
54,53
0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Tahun 2020

7) Sistem Monitoring dan Evaluasi STBM web, e_Monev HSP &


e_Monev PKAM
Sistem monitoring dan evaluasi STBM dikembangkan untuk
memudahkan dalam proses mengalirnya data dari sumber data
terdekat di tingkat desa/kelurahan kepada pihak lain yang akan
menggunakan informasi tentang STBM di semua lini mulai dari
tingkat pusat sampai daerah baik secara regional maupun global.
Sistem monitoring ini disiapkan dengan 2 (dua) cara dalam
memasukkan dan memperbaharui data, yaitu : 1. Menggunakan
website STBM dan 2. Menggunakan SMS. Keduanya dapat
berjalan secara stimulan dan saling melengkapi. Sedangkan
sanitarian di seluruh Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur
dalam melaporkan kemajuan akses sanitasi di wilayah kerjanya
dengan menggunakan cara kedua yaitu mengirim SMS ke server
pusat dan website STBM (www.stbm-indonesia.org).
Untuk pelaporan TPM/HSP (Higiene Sanitasi Pangan)
sanitarian Puskesmas melakukan pendataan dan inspeksi sanitasi
menggunakan format yang ada di e-monev HSP melalui website
pusat dengan alamat www.kesling.kesmas. kemkes.go.id/tpm.
Sedangkan untuk pelaporan pengawasan kualitas air minum

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 141


menggunakan aplikasi e-Monev PKAM (Pengawasan Kualitas Air
Minum).

c. Hambatan, Faktor Pendukung dan Upaya Percepatan Pencapaian


Program Kesehatan Lingkungan
1) Hambatan
Target ODF (Open Defecation Free) tidak bisa mencapai target
karena beberapa hal sebagai berikut :

v Pemicuan belum efektif, karena pemicuan belum berjalan


optimal sesuai dengan standar pemicuan;
v Masyarakat menganggap jamban belum menjadi sebuah
kebutuhan;
v Masyarakat masih tergantung/mengharapkan bantuan;
v Kondisi air bersih dibeberapa tempat tidak mendukung untuk
aktifitas sanitasi/tidak tersedia air bersih;
v Masyarakat tidak bisa membangun jamban karena belum
mampu menerapkan teknologi yang tepat dengan kondisi
geografis maupun lahan yang tesedia (lahan tidak ada atau
lokasi yang banyak air);
v Sanitasi belum menjadi prioritas pembangunan baik dari
tingkat Nasional, Provinsi, sampai tingkat desa.

2) Faktor Pendukung
v Sudah dilakukan Baseline Survey dan Verifikasi STBM 5 Pilar
di masing-masing Puskesmas;
v Adanya format laporan yang mendukung akurasi dan validasi
data/laporan;
v Monitoring dan Evaluasi, serta bimbingan teknis terhadap
petugas secara intensif, berkala dan berkesinambungan;
v Adanya dukungan dari NGO/LSM yang bergerak dibidang
STBM 5 pilar;
v Adanya Usaha Sentra industri produksi sanitasi yang masih
aktif;
v Aktifitas Klinik sanitasi makin meningkat;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 142


v Terjalinnya kerjasama lintas program, dan lintas sektor
terutama dukungan dari Pokja AMPL-BM Kabupaten Lombok
Timur;
v Adanya dukungan anggaran dari BOK.
3) Upaya Percepatan Pencapaian Lingkungan Sehat dengan Desa
ODF dan STBM 5 Pilar
v Mengatifkan kembali Klinik Sanitasi : Menggali permasalahan
STBM 5 pilar dan Follow up ke lapangan/KUSADES
(Kunjungan Sanitarian ke Desa);
v Mengembangkan Sistem Monitoring dan Evaluasi Partisipatif
dan Mandiri oleh kader bersama petugas Sanitasi Puskesmas;
v Mengoptimalkan penyerapan dana BOK dan dana kapitasi
Puskesmas untuk program Penyehatan Lingkungan terutama
kegiatan STBM 5 pilar;
v Meningkatkan pelaksanaan laporan Monev STBM 5 pilar
berbasis website melalui SMS dan sistem pencatatan dan
pelaporan Program Penyehatan Lingkungan;
v Menerapkan pelaksanaan laporan Monev HSP (Hygiene
Sanitasi Pangan) berbasis website melalui SMS;
v Meningkatkan kapasitas sanitarian dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petugas sanitasi melalui
pelatihan-pelatihan, refreshing, konsultasi dan koordinasi,
serta pembinaan dan bimbingan teknis oleh Kabupaten;
v Mengembangkan kegiatan pemicuan STBM melalui institusi
pendidikan terutama SD/MI sederajat, Pondok pesantren,
Majelais Ta’lim dan lain-lain;
v Menjalin kerjasama lintas program, lintas sektoral, LSM, LPM,
Swasta, PKK, Tokoh agama, Tokoh masyarakat, Kader, Da’i
Kesehatan dan Masyarakat;
v Mengembangkan wirausaha sanitasi (Sentra industri produksi
sanitasi);
v Menyusun kembali Roadmap/rencana Program AMPL-BM (Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat).

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 143


2. SEKSI PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT
a. Kegiatan Seksi P2
Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan yang telah
ditetapkan tersebut diperlukan strategi dan kebijakan pembangunan
kesehatan sebagai berikut :
1) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(P2PTM)
Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang tidak bisa
ditularkan dari orang satu ke orang lain, yang perkembangannya
berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang (kronik).
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian PTM terintegrasi dan
sinergis dengan kebijakan Kementerian Kesehatan, meliputi upaya
promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif, partisipasi. Pencegahan dan Pengendalian PTM
dilaksanakan dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat,
kemitraan dan jejaring kerja, penguatan peran pemerintah daerah,
pendekatan berjenjang (continuum of care) dan pendekatan siklus
kehidupan. Pencegahan dan Pengendalian PTM membutuhkan
dukungan ketersediaan infrastruktur kesehatan yang memadai dengan
kendali mutu.
Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, ruang lingkup
pencegahan dan pengendalian PTM mencakup:
Ø Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi;
Ø Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah;
Ø Kanker dan Kelainan Darah;
Ø Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik;
Ø Gangguan Indera dan Fungsional.

2) Program Kesehatan Haji


Pengertian penyelenggaraan Kesehatan Haji, merupakan
rangkaian kegiatan pelayanan Kesehatan Haji meliputi pemeriksaan
kesehatan, bimbingan dan penyuluhan Kesehatan Haji, pelayanan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 144


kesehatan, imunisasi, surveilans, sistem kewaspadaan dini dan
respon KLB, penanggulangan KLB massal, kesling dan manajemen
penyelenggaran Kesehatan Haji.
Sedangkan tujuan Pemeriksaan Haji, antara lain:

· Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum berangkat;


· Menjaga agar jamaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan
ibadah sampai ke tanah air;
· Mencegah tejadinya transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji.
Berdasarkan tujuan diatas, beberapa poin penting penyelenggaraan
Kesehatan Haji, meliputi antara lain:
· Pemeriksaan kesehatan;
· Pembinaan kesehatan;
· Pengendalian faktor resiko kesehatan.

3) P2TB Paru dan Kusta


a) Penjelasan Indikator
Prevalensi TB adalah indikator yang sangat bermanfaat
mengenai beban penyakit TB dan dapat memberikan petunjuk
seberapa besar penularan yang sedang berlangsung di populasi.
Angka ini menunjukkan jumlah kasus TB di populasi, tidak hanya
kasus TB yang datang ke pelayanan kesehatan dan dilaporkan ke
program.
Eliminasi kusta berarti angka prevalensi < 1/ 10.000
penduduk. Secara nasional, Indonesia telah mencapai eliminasi
sejak tahun 2000, sedangkan eliminasi tingkat provinsi ditargetkan
dapat dicapai pada tahun 2019.
b) Definisi operasional
Ø Jumlah kasus TB semua kasus (berbasis mikroskopis) per
seratus ribu penduduk di wilayah tertentu dan waktu tertentu.
Ø Jumlah penduduk yang mempunyai angka prevalensi kusta
kurang dari 1/10.000 penduduk pada tahun tertentu.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 145


c) Rumus/cara perhitungan sbb:
Ø Jumlah kasus TB semua kasus dalam suatu wilayah tertentu
pada waktu tertentu x 100.000 jumlah penduduk dalam suatu
wilayah tertentu pada waktu tertentu.
Ø Jumlah kasus kusta yang ada dalam suatu wilayah tertentu
pada waktu tertentu x 10.000 jumlah penduduk dalam suatu
wilayah tertentu pada waktu tertentu.

4) P2 ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut
dapat terjadi pada saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan
bawah. Sebagian besar penyakit ISPA bersifat ringan dan tidak
memerlukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik. Penyebab
dari sebagian besar penyakit ISPA ini adalah virus, penyakit ini dapat
ditularkan melalui media air ludah, bersin, udara pernafasan yang
mengandung kuman terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasan.
Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA membagi ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak–anak terutama
bila keadaan kurang gizi, keadaan lingkungan yang kurang hygiene,
risiko terutama terjadi pada anak anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar
karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak
tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.

5) P2 Kecacingan
Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik yang
diakibatkan oleh cacing parasit yang cenderung tidak mematikan
namun menggerogoti kesehatan tubuh manusia, sehingga berakibat
menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Umumnya
kecacingan disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing Hookworm
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)yang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 146


dikelompokkan sebagai cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil
Trasmitted Helminth), karena penularannya dari satu orang ke orang
lain melalui tanah.
Faktor faktor yang menyebabkan masih tingginya infeksi cacing
adalah rendahnya tingkat sanitasi pribadi(perilaku hidup bersih sehat)
seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air
besar (BAB), kebersihan kuku, perilaku jajan di sembarang tempat
yang kebersihannya tidak dapat dikontrol, perilaku BAB tidak di WC
yang menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh feses
yang mengandung telur cacing serta ketersediaan sumber air bersih.

6) HIV-AIDS & PIMS


Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia bertujuan untuk
memastikan tercapainya akses universal terhadap layanan
pencegahan, pengobatan dan mitigasi dampak HIV dan AIDS;
berfokus pada populasi kunci (termasuk remaja populasi kunci dan
pekerja migran) di daerah geografi yang paling berisiko; memperkuat
dan mempertahankan layanan terintegrasi yang efektif secara biaya
dan berkualitas tinggi; lingkungan kondusif yang bebas stigma dan
diskriminasi; sensitif gender dan berorientasi pada Hak Asasi
Manusia; serta menerapkan prinsip tata kelola yang baik, dan
akuntabilitas.
Adapun kegiatan pengendalian penyakit HIV/AIDS di Kabupaten
Lombok Timur meliputi :
· Meningkatkan penemuan kasus HIV secara dini;
· Meningkatkan cakupan pemberian dan retensi terapi ARV, serta
perawatan kronis;
· Memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load (VL) termasuk
early infant diagnosis (EID), hingga ke layanan sekunder terdekat
untuk meningkatkan jumlah ODHA yang masuk dan tetap dalam
perawatan dan pengobatan ARV sesegera mungkin, melalui
sistem rujukan pasien ataupun rujukan spesimen pemeriksaan;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 147


· Peningkatan kualitas layanan fasyankes dengan melakukan
mentoring klinis yang dilakukan oleh rumah sakit atau FKTP;
· Mengadvokasi pemerintah lokal untuk mengurangi beban biaya
terkait layanan tes dan pengobatan HIV-AIDS.

b. Pencapaian Program dan Indikator


Hasil kinerja pembangunan bidang kesehatan berdasarkan
Indikator Kinerja masing masing program di seksi P2P Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur sebagai ber ikut :
1) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(P2PTM)
Capaian kinerja P2PTM seksi P2P dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur selama tahun 2020 adalah sebagai berikut.
Tabel 5.18
Cakupan Program P2PTM Seksi P2P Dinas Kesehatan
Kab.Lombok Timur Tahun 2020

NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN

% Abs % Abs
SPM
1 Penderita HT yang mendapatkan 100 104.760 19,81 20.748
pelayanan kesehatan sesuai standar
2 Penderita DM yang mendapatkan 100 13.212 25,37 3.352
pelayanan kesehatan sesuai standar
3 Jumlah ODGJ berat mendapatkan 100 3.142 67,2 2113
pelayanan sesuai standar
4 Jumlah orang terduga TBC yang 100 4.256 26.3 1.120
dilayani sesuai standar
5 Jumlah orang resiko terinfeksi HIV yang 100 48.474 31.2 15.123
mendapatkan pelayanan sesuai standar
RPJMN
3 Merokok pada penduduk usia 10-18 9,1 18.383 13,03 2.396
Tahun
4 Obesitas pada Penduduk usia > 18 21,8 16.108 39,66 6.388
Tahun
RENSTRA
5 Deteksi dini faktor resiko PTM populasi 80 688.407 81,70 562.465
usia ≥ 15 tahun
6 Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
Fasilitas pelayanan kesehatan
Puskesmas 50 18 0,00 0
Polindes 50 120 0,00 0
Pustu 50 44 0,00 0

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 148


Posyandu / Posyandu Keluarga 50 883 0,00 0
Posbindu 50 117 0,00 0
Tempat proses belajar mengajar
SD/MI 50 483 0,00 0
SLTP/MTs 50 194 0,00 0
SLTA/MA 50 123 0,00 0
Tempat anak bermain / PAUD 50 330 0,00 0
Tempat Ibadah 50 1.094 0,00 0
Angkutan Umum 50 655 0,00 0
Tempat kerja
Kantor Dinas/Instansi 50 18 0,00 0
Kantor Camat 50 11 0,00 0
Kantor Lurah/Desa 50 127 0,00 0
Tempat Umum (Pasar) 50 11 0,00 0
7 Puskesmas yang menyelenggarkan 40 14 242,86 34
layanan Upaya Berhenti Merokok
8 Puskesmas yang melaksanakan 80 28 78,57 22
pengendalian PTM terpadu
9 Deteksi dini gangguan indera pada 40 48.344 0 0
populasi
10 Deteksi dini penyakit kenker populasi 80 195.293 1,79 3.492
usia 30 – 50 tahun

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Indikator terendah dari program PTM yang belum mencapai target


adalah terkait penerapan kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang
melaksanakan kebijakan kawasan tanpa rokok (0%), sedangkan
tertinggi adalah Deteksi dini faktor resiko PTM populasi usia ≥ 15
tahun (81,70%).
a) Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Sesuai Standar
Pelayanan kesehatan pada Usia Produktif di Kabupaten
Lombok Timur pada tahun 2020 menunjukkan hasil sebesar
62,78%. Ini berarti cakupan pelayanan kesehatan Usia Produktif
masih jauh dari target yang ditetapkan 100%. Dari 35 Puskesmas
yang ada hanya Puskesmas Masbagik yang mencapai target
100%, sedangkan yang lain belum mencapai target. Untuk lebih
jelasnya pencapaian hasil Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
dapat dilihat pada table berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 149


Tabel 5.19.
Cakupan Hasil Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Sesuai Standar di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

DATA JUMLAH CAPAIAN SPM PELAYANAN USIA PRODUKTIF 15-59 TAHUN BERDASARKAN KINERJA PUSKESMAS
PERIODE : 2020
JUMLAH PELAYANAN USIA PRODUKTIF (15-59 THN) SESUAI
TARGET
STANDAR
No. PUSKESMAS LAKI PEREMPUAN JUMLAH LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 KERUAK 15.282 17.158 32440 11157 73,01 13636 79,47 24793 76,43
2 SUKARAJA 5.433 5.814 11247 3672 67,60 4489 77,20 8161 72,56
3 JEROWARU 11.961 13.042 25003 4652 38,89 5686 43,60 10338 41,35
4 SAKRA 16.452 19.026 35478 6188 37,61 7563 39,75 13750 38,76
5 RENSING 14.387 17.199 31586 11211 77,93 13703 79,67 24914 78,88
6 LEPAK 12.480 15.061 27541 9349 74,91 11426 75,87 20775 75,43
7 TERARA 10.854 12.139 22993 7619 70,19 9312 76,71 16930 73,63
8 MONTONG BETOK 12.510 15.128 27638 3491 27,90 4266 28,20 7757 28,07
9 KOTARAJA 10.758 12.928 23686 6807 63,28 8320 64,36 15127 63,86
10 SIKUR 9.574 11.659 21233 6846 71,51 8368 71,77 15214 71,65
11 MASBAGIK 8.937 9.478 18415 9211 103,06 11257 118,77 20468 111,15
12 LENDANG NANGKA 12.796 14.758 27554 7489 58,53 9154 62,03 16643 60,40
13 PRINGGASELA 9.081 10.777 19858 8480 93,38 10364 96,17 18844 94,89
14 DASAN LEKONG 9.235 11.077 20312 6254 67,72 7643 69,00 13897 68,42
15 KERONGKONG 9.139 10.877 20016 6963 76,19 8511 78,24 15474 77,31
16 DENGGEN 14.584 16.773 31357 8364 57,35 10222 60,94 18586 59,27
17 SELONG 12.229 12.692 24921 5146 42,08 6289 49,55 11435 45,88
18 LABUHAN HAJI 10.424 11.463 21887 8026 76,99 9809 85,57 17835 81,49
19 KORLEKO 6.289 7.390 13679 4246 67,52 5190 70,23 9436 68,98
20 LABUHAN LOMBOK 12.468 13.327 25795 6458 51,80 7894 59,23 14352 55,64
21 BATUYANG 15.895 18.709 34604 8929 56,17 10913 58,33 19842 57,34
22 SUELA 11.450 13.594 25044 4720 41,22 5768 42,43 10488 41,88
23 AIKMEL 7.847 8.980 16827 5864 74,72 7167 79,81 13030 77,44
24 LENEK 7.018 7.676 14694 4341 61,85 5305 69,12 9646 65,65
25 KALIJAGA 8.299 10.554 18853 6074 73,19 7423 70,34 13497 71,59
26 WANASABA 12.747 14.945 27692 10071 79,01 12310 82,37 22381 80,82
27 SEMBALUN 6.065 6.522 12587 3951 65,14 4829 74,04 8780 69,75
28 SAMBELIA 6.160 6.620 12780 1854 30,09 2265 34,22 4119 32,23
29 BELANTING 3.564 3.595 7159 643 18,04 786 21,86 1429 19,96
30 KARANG BARU 5.306 6.400 11706 1154 21,75 1411 22,04 2565 21,91
31 MASBAGIK BARU 8.186 8.878 17064 6484 79,21 7925 89,27 14409 84,44
32 RARANG 9.677 10.513 20190 1185 12,25 1449 13,78 2634 13,05
33 SURALAGA 7.079 7.882 14961 6004 84,82 7339 93,11 13343 89,19
34 PENGADANGAN 6.319 7.402 13721 2367 37,47 2894 39,09 5261 38,34
35 AIKMEL UTARA 5.410 6.491 11901 4465 82,53 5457 84,07 9922 83,37
TOTAL KABUPATEN 345895 396527 742422 209734 60,64 256341 64,65 466075 62,78

b) Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi


Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi sesuai standar di
Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 tercapai sebesar
19,81% dari target 100% yang ditetapkan, berarti cakupan pada
pelayanan kesehatan Usia Lanjut masih belum mencapai target.
Dilihat dari distribusi per Puskesmas menunjukkan tidak ada
Puskesmas yang telah mencapai target 100%. Dibanding
pencapaian tahun sebelumnya dimana masih terdapat 18,18% (6

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 150


Puskesmas) yang mencapai target 100%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 5.20.
DATA JUMLAH CAPAIAN SPM PELAYANAN PENDERITA HIPERTENSI BERDASARKAN KINERJA
PUSKESMAS PERIODE : 2020
JUMLAH PENDERITA HIPERTENSI DILAYANAN
TARGET
SESUAI STANDAR
No. PUSKESMAS LAKI WANITA JUMLAH
LAKI WANITA TOTAL
Cakupan % Cakupan % Cakupan %
1 KERUAK 2.157 2.421 4577 881 40,85 1413 58,37 2294 50,12
2 SUKARAJA 767 820 1587 66 8,61 197 24,02 263 16,57
3 JEROWARU 1.688 1.840 3528 152 9,01 314 17,06 466 13,21
4 SAKRA 2.321 2.685 5006 321 13,83 1052 39,18 1373 27,43
5 RENSING 2.030 2.426 4457 797 39,26 1234 50,86 2031 45,57
6 LEPAK 1.761 2.125 3886 161 9,14 645 30,35 806 20,74
7 TERARA 1.531 1.713 3245 385 25,14 506 29,54 891 27,46
8 MONTONG BETOK 1.765 2.135 3900 142 8,05 472 22,11 614 15,74
9 KOTARAJA 1.518 1.824 3342 70 4,61 149 8,17 219 6,55
10 SIKUR 1.351 1.645 2996 213 15,77 283 17,20 496 16,56
11 MASBAGIK 1.261 1.337 2598 344 27,28 738 55,18 1082 41,64
12 LENDANG NANGKA 1.806 2.083 3888 22 1,22 37 1,78 59 1,52
13 PRINGGASELA 1.281 1.521 2802 12 0,94 27 1,78 39 1,39
14 DASAN LEKONG 1.303 1.563 2866 52 3,99 136 8,70 188 6,56
15 KERONGKONG 1.290 1.535 2825 196 15,20 267 17,40 463 16,39
16 DENGGEN 2.058 2.367 4425 53 2,58 224 9,46 277 6,26
17 SELONG 1.725 1.791 3516 111 6,43 343 19,15 454 12,91
18 LABUHAN HAJI 1.471 1.618 3088 63 4,28 255 15,76 318 10,30
19 KORLEKO 888 1.043 1930 74 8,34 142 13,62 216 11,19
20 LABUHAN LOMBOK 1.759 1.881 3640 83 4,72 108 5,74 191 5,25
21 BATUYANG 2.243 2.640 4883 252 11,24 492 18,64 744 15,24
22 SUELA 1.616 1.918 3534 589 36,46 775 40,40 1364 38,60
23 AIKMEL 1.107 1.267 2375 66 5,96 521 41,11 587 24,72
24 LENEK 990 1.083 2073 118 11,92 575 53,08 693 33,42
25 KALIJAGA 1.171 1.489 2660 411 35,10 601 40,35 1012 38,04
26 WANASABA 1.799 2.109 3908 67 3,72 171 8,11 238 6,09
27 SEMBALUN 856 920 1776 464 54,22 679 73,77 1143 64,35
28 SAMBELIA 869 934 1803 46 5,29 54 5,78 100 5,54
29 BELANTING 503 507 1010 62 12,33 54 10,65 116 11,48
30 KARANG BARU 749 903 1652 19 2,54 54 5,98 73 4,42
31 MASBAGIK BARU 1.155 1.253 2408 775 67,10 895 71,45 1670 69,36
32 RARANG 1.365 1.483 2849 2 0,15 2 0,13 4 0,14
33 SURALAGA 999 1.112 2111 5 0,50 3 0,27 8 0,38
34 PENGADANGAN 892 1.045 1936 2 0,22 1 0,10 3 0,15
35 AIKMEL UTARA 763 916 1679 33 4,32 220 24,02 253 15,07
TOTAL KABUPATEN 48807 55952 104760 7109 14,57 13639 24,38 20748 19,81

c) Penderita DM yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan


Sesuai Standar
Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Militus sesuai
standar di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 tercapai
sebesar 25,37 % dari target 100% yang ditetapkan, berarti
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 151
cakupan pada pelayanan Diabetes Militus masih belum mencapai
target. Dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya sebesar
49,55%, terjadi penurunan sebesar 24,18% pada tahun 2020.
Dilihat dari distribusi per Puskesmas menunjukkan hanya 2,85%
(1 Puskesmas) yang telah mencapai target 100%, sedangkan
Puskesmas yang lain belum tercapai. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 5.21.
DATA JUMLAH CAPAIAN SPM PELAYANAN PENDERITA DIABETIS MELITUS BERDASARKAN KINERJA
PUSKESMAS PERIODE : 2020

JUMLAH PENDERITA DIABETIS MELITUS DILAYANAN


TARGET
No. PUSKESMAS SESUAI STANDAR
LAKI WANITA JUMLAH LAKI PEREMPUAN JUMLAH
Cakupan % Cakupan % Cakupan %
1 KERUAK 272 305 577 52 19,12 201 65,84 253 43,83
2 SUKARAJA 97 103 200 2 2,07 3 2,90 5 2,50
3 JEROWARU 213 232 445 85 39,93 207 89,19 292 65,62
4 SAKRA 293 339 631 113 38,60 355 104,84 468 74,13
5 RENSING 256 306 562 32 12,50 101 33,00 133 23,66
6 LEPAK 222 268 490 48 21,61 158 58,96 206 42,03
7 TERARA 193 216 409 36 18,64 84 38,88 120 29,33
8 MONTONG BETOK 223 269 492 26 11,68 82 30,46 108 21,96
9 KOTARAJA 191 230 422 78 40,75 86 37,38 164 38,91
10 SIKUR 170 208 378 62 36,40 118 56,86 180 47,64
11 MASBAGIK 159 169 328 95 59,73 253 150,00 348 106,19
12 LENDANG NANGKA 228 263 490 3 1,32 13 4,95 16 3,26
13 PRINGGASELA 162 192 353 0 0,00 5 2,61 5 1,41
14 DASAN LEKONG 164 197 361 11 6,69 18 9,13 29 8,02
15 KERONGKONG 163 194 356 37 22,75 56 28,93 93 26,11
16 DENGGEN 260 298 558 4 1,54 25 8,38 29 5,20
17 SELONG 218 226 443 40 18,38 74 32,76 114 25,71
18 LABUHAN HAJI 185 204 389 67 36,12 105 51,47 172 44,16
19 KORLEKO 112 132 243 25 22,33 69 52,47 94 38,61
20 LABUHAN LOMBOK 222 237 459 44 19,83 61 25,72 105 22,87
21 BATUYANG 283 333 616 2 0,71 7 2,10 9 1,46
22 SUELA 204 242 446 0 0,00 2 0,83 2 0,45
23 AIKMEL 140 160 299 15 10,74 72 45,05 87 29,05
24 LENEK 125 137 262 15 12,01 79 57,82 94 35,95
25 KALIJAGA 148 188 336 0 0,00 1 0,53 1 0,30
26 WANASABA 227 266 493 32 14,10 80 30,08 112 22,73
27 SEMBALUN 108 116 224 3 2,78 14 12,06 17 7,59
28 SAMBELIA 110 118 227 8 7,30 15 12,73 23 10,11
29 BELANTING 63 64 127 0 0,00 0 0,00 0 0,00
30 KARANG BARU 94 114 208 4 4,24 1 0,88 5 2,40
31 MASBAGIK BARU 146 158 304 11 7,55 34 21,52 45 14,82
32 RARANG 172 187 359 0 0,00 0 0,00 0 0,00
33 SURALAGA 126 140 266 0 0,00 1 0,71 1 0,38
34 PENGADANGAN 112 132 244 0 0,00 0 0,00 0 0,00
35 AIKMEL UTARA 96 116 212 4 4,15 18 15,58 22 10,39
TOTAL KABUPATEN 6155 7057 13212 954 15,50 2398 33,98 3352 25,37

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 152


d) Persentase Perempuan usia 30 – 59 Tahun yang Dideteksi
Dini Kenker Serviks & Payudara
Pelayanan Kesehatan Deteksi Dini Kanker Serviks &
Payudara di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 mencapai
2,20% dari sasaran 158.611 orang. Dari hasil skrining tersebut
diperoleh hasil pemeriksaan IVA positif tercapai sejumlah 11
kasus, Curiga Kanker sejumlah 2 kasus dan Tumor/Benjolan
sejumlah 2 kasus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table
berikut:
Tabel 5.22.
Cakupan Hasil Pelayanan Kesehatan Deteksi Dini Kenker Serviks & Payudara
di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

SASARAN IVA IVA CURIGA TUMOR /


NO PUSKESMAS CAKUPAN %
(30-59th) POSITIF KANKER BENJOLAN

1 KERUAK 6.860 1193 17,39 1 1


2 SUKARAJA 2.326 0 -
3 JEROWARU 5.217 808 15,49
4 SAKRA 7.612 338 4,44
5 RENSING 6.878 39 0,57 1 1
6 LEPAK 6.022 0 -
7 TERARA 4.855 133 2,74
30 RARANG 4.206 0 -
8 MONTONG BETOK 6.051 44 0,73
9 SIKUR 4.663 201 4,31
10 KOTARAJA 5.171 217 4,20
11 MASBAGIK 3.791 0 -
12 LD. NANGKA 5.903 30 0,51 3
32 MASBAGIK BARU 3.551 30 0,84
13 PRINGGASELA 4.312 10 0,23
14 DASAN LEKONG 4.431 28 0,63
15 KERONGKONG 4.352 81 1,86
33 SURALAGA 3.152 0 -
16 DENGGEN 6.710 0 -
17 SELONG 5.077 104 2,05
18 LB. HAJI 4.586 162 3,53
19 KORLEKO 2.956 0 -
20 BATUYANG 7.484 1 0,01
21 LB. LOMBOK 5.332 10 0,19
22 SUELA 5.437 0 -
24 AIKMEL 3.593 0 -
25 KALIJAGA 4.221 0 -
26 WANASABA 5.978 0 -
31 KARANG BARU 2.559 0 -
27 SEMBALUN 2.610 0 -
28 SAMBELIA 2.648 13 0,49 4
29 BELANTING 1.438 35 2,43
23 LENEK 3.071 15 0,49 2 2
34 AIKMEL UTARA 2.597 0 -
35 PENGADANGAN 2.961 0 -
JUMLAH 158.611 3.492 2,20 11 2 2

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 153


e) Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan
Posbindu PTM

Pelayanan kegiatan Penyakit Tidak Menular (PTM ) di


Posbindu dilaksanakan di setiap desa sehingga dari 254
desa/kelurahan seharusnya terdapat 254 Posbindu, akan tetapi
jumlah Posbindu di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 235
Posbindu atau tercapai sebesar 92,52%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 5.23.
DATA UNIT PELAYANA PENCEGAHAH & PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
POSBINDU DESA / PELAYANAN PELAYANAN
PELAYANAN IVA
KELURAHAN TARGET PANDU UBM
NO PUSKESMAS JUMLA
TARGET % FKTP JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
H
1 KERUAK 15 15 100.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
2 SUKARAJA 6 6 100.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
3 JEROWARU 9 9 100.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
4 SAKRA 12 12 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
5 RENSING 18 18 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
6 LEPAK 10 10 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
7 TERARA 8 8 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
8 RARANG 8 2 25.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
9 MONTONG BETOK 8 8 100.00 1 1 100.00 1 100.00 - 0.00
10 SIKUR 7 7 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
11 KOTARAJA 7 7 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
12 MASBAGIK 2 2 100.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
13 LD. NANGKA 5 5 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
14 MASBAGIK BARU 3 3 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
15 PRINGGASELA 6 6 100.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
16 DASAN LEKONG 9 9 100.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
17 KERONGKONG 9 9 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
18 SURALAGA 6 6 100.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
19 DENGGEN 6 6 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
20 SELONG 6 6 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
21 LB. HAJI 7 7 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
22 KORLEKO 5 5 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
23 BATUYANG 10 6 60.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
24 LB. LOMBOK 5 5 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
25 SUELA 8 8 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
26 AIKMEL 6 6 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
27 KALIJAGA 8 4 50.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
28 WANASABA 8 8 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
29 KARANG BARU 6 5 83.33 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
30 SEMBALUN 6 4 66.67 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
31 SAMBELIA 7 7 100.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
32 BELANTING 4 4 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
33 LENEK 6 6 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
34 AIKMEL UTARA 4 4 100.00 1 1 100.00 1 100.00 1 100.00
35 PENGADANGAN 4 2 50.00 1 - 0.00 1 100.00 1 100.00
JUMLAH 254 235 92.52 35 22 62.86 35 100.00 34 97.14

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

2) P2TB Paru
Target penemuan kasus TB Paru (BTA positif ) untuk
Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 sebesar 4.256 kasus dengan
perhitungan bahwa setiap 100.000 penduduk diproyeksikan terdapat
320 orang menderita TB Paru.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 154


Capaian program P2TB Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2020 sebagaimana tabel berikut :
Tabel 5.24
Capaian Program P2TB Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN

% ABS % ABS

1 Cakupan Suspek 100 22.982 40.20 9.240

2 Case Detection Rate (CDR) 70 4.256 26.32 1.120


3 Angka Kesembuhan 85 1029 94.85 976
4 Succes Rate (SR) 90 1.504 95,54 1.437

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Indikator SPM untuk P2TB adalah Jumlah orang terduga TB yang


dilakukan pelayanan kesehatan sesuai standard dan untuk tahun
2020 pencapaian secara kabupaten baru mencapai 26,32 % (1.120
kasus). Sementara untuk tingkat kesembuhan Kabupaten Lombok
Timur sudah bagus karena sudah mencapai diatas 90% (95%).

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 155


a) Jumlah Terduga Tuberkulosis

Tabel 5.25
Jumlah Kasus Terduga Tuberkulosis Di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

JUMLAH TERDUGA JUMLAH SEMUA KASUS TUBERKULOSIS


KASUS
TUBERKULOSIS YANG
LAKI-LAKI PEREMPUAN TUBERKULOSIS
NO PUSKESMAS MENDAPATKAN
LAKI-LAKI + ANAK 0-14
PELAYANAN SESUAI
JUMLAH % JUMLAH % PEREMPUAN TAHUN
STANDAR

1 3 4 5 6 7 8 9 10

1 KERUAK 335 49 59.8 33 40.2 82 0


2 SUKARAJA 50 13 92.9 1 7.1 14 0
3 JEROWARU 46 11 52.4 10 47.6 21 0
4 SAKRA 987 31 50.8 30 49.2 61 1
5 RENSING 298 23 56.1 18 43.9 41 3
6 LEPAK 447 18 41.9 25 58.1 43 0
7 TERARA 480 32 66.7 16 33.3 48 1
8 RARANG 70 15 62.5 9 37.5 24 0
9 MONTONG BETOK 134 16 61.5 10 38.5 26 0
10 SIKUR 27 7 36.8 12 63.2 19 0
11 KOTARAJA 666 25 56.8 19 43.2 44 4
12 MASBAGIK 190 34 56.7 26 43.3 60 1
13 LD. NANGKA 411 26 66.7 13 33.3 39 1
14 MASBAGIK BARU 101 13 65.0 7 35.0 20 0
15 PRINGGASELA 35 12 37.5 20 62.5 32 1
16 DASAN LEKONG 275 11 42.3 15 57.7 26 1
17 KERONGKONG 45 12 63.2 7 36.8 19 1
18 SURALAGA 43 19 65.5 10 34.5 29 1
19 DENGGEN 96 17 60.7 11 39.3 28 1
20 SELONG 70 20 55.6 16 44.4 36 2
21 LB. HAJI 248 23 62.2 14 37.8 37 2
22 KORLEKO 419 12 52.2 11 47.8 23 0
23 BATUYANG 697 23 45.1 28 54.9 51 7
24 LB. LOMBOK 413 32 58.2 23 41.8 55 3
25 SUELA 174 11 50.0 11 50.0 22 1
26 AIKMEL 528 25 48.1 27 51.9 52 5
27 KALIJAGA 111 16 64.0 9 36.0 25 2
28 AIKMEL UTARA 13 3 75.0 1 25.0 4 0
29 WANASABA 525 29 53.7 25 46.3 54 2
30 KARANG BARU 5 2 40.0 3 60.0 5 0
31 SEMBALUN 42 7 77.8 2 22.2 9 0
32 SAMBELIA 37 6 40.0 9 60.0 15 0
33 BELANTING 93 11 84.6 2 15.4 13 0
34 LENEK 781 20 60.6 13 39.4 33 0
RSUD 322 8 88.9 1 11.1 9 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 9.214 632 56.5 487 43.5 1.119 40

JUMLAH TERDUGA TUBERKULOSIS


22.982

40.09
% ORANG TERDUGA TUBERKULOSIS (TBC) MENDAPATKAN PELAYANAN TUBERKULOSIS SESUAI STANDAR

CNR SEMUA KASUS TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK 93

PERKIRAAN INSIDEN TUBERKULOSIS (DALAM ABSOLUT) BERDASARKAN MODELING TAHUN


4.2562020

CASE DETECTION RATE (%) 26.29

CAKUPAN PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS ANAK (% ) 7.8

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 156


b) Angka Kesembuhan
Tabel 5.26.
Angka Kesembuhan Tuberkulosis Di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020
JUMLAH KASUS JUMLAH SEMUA JUMLAH
TUBERKULOSIS PARU KASUS ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) ANGKA PENGOBATAN LENGKAP ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN KEMATIAN
TERKONFIRMASI TUBERKULOSIS TUBERKULOSIS PARU TERKONFIRMASI (COMPLETE RATE) SEMUA KASUS (SUCCESS RATE/SR) SEMUA KASUS SELAMA
BAKTERIOLOGIS TERDAFTAR DAN BAKTERIOLOGIS TUBERKULOSIS TUBERKULOSIS PENGOBATA
NO PUSKESMAS YANG TERDAFTAR DIOBATI*) N
DAN DIOBATI*) LAKI-LAKI + LAKI-LAKI + LAKI-LAKI + TUBERKULO
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN PEREMPUAN SIS
JUML JUML JUML JUML JUML JUML JUML JUML JUMLA JUML
L P L+P L P L+P % % % % % % % % % %
AH AH AH AH AH AH AH AH H AH
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

1 KERUAK 49 35 84 63 41 104 48 98.0 34 97.1 82 98 15 23.8 6 14.6 21 20.2 63 100.0 40 97.6 103 99.0 0 0.0

2 SUKARAJA 17 9 26 19 12 31 17 100.0 9 100.0 26 100 2 10.5 3 25.0 5 16.1 19 100.0 12 100.0 31 100.0 0 0.0

3 JEROWARU 20 9 29 38 16 54 19 95.0 9 100.0 28 97 18 47.4 6 37.5 24 44.4 37 97.4 15 93.8 52 96.3 2 3.7

4 SAKRA 23 24 47 35 32 67 22 95.7 24 100.0 46 98 13 37.1 7 21.9 20 29.9 35 100.0 31 96.9 66 98.5 1 1.5

5 RENSING 18 8 26 33 21 54 17 94.4 8 100.0 25 96 14 42.4 13 61.9 27 50.0 31 93.9 21 100.0 52 96.3 2 3.7

6 LEPAK 12 15 27 28 17 45 12 100.0 15 100.0 27 100 15 53.6 2 11.8 17 37.8 27 96.4 17 100.0 44 97.8 1 2.2

7 TERARA 36 17 53 47 33 80 32 88.9 17 100.0 49 92 9 19.1 16 48.5 25 31.3 41 87.2 33 100.0 74 92.5 3 3.8

8 RARANG 14 6 20 18 7 25 13 92.9 5 83.3 18 90 4 22.2 1 14.3 5 20.0 17 94.4 6 85.7 23 92.0 1 4.0

9 MONTONG BETOK 18 11 29 31 18 49 17 94.4 11 100.0 28 97 13 41.9 6 33.3 19 38.8 30 96.8 17 94.4 47 95.9 2 4.1

10 SIKUR 18 8 26 27 18 45 18 100.0 8 100.0 26 100 9 33.3 10 55.6 19 42.2 27 100.0 18 100.0 45 100.0 0 0.0

11 KOTARAJA 17 18 35 18 27 45 17 100.0 16 88.9 33 94 1 5.6 7 25.9 8 17.8 18 100.0 23 85.2 41 91.1 4 8.9

12 MASBAGIK 47 23 70 52 29 81 47 100.0 23 100.0 70 100 5 9.6 6 20.7 11 13.6 52 100.0 29 100.0 81 100.0 0 0.0

13 LD. NANGKA 21 16 37 28 21 49 20 95.2 16 100.0 36 97 6 21.4 5 23.8 11 22.4 26 92.9 21 100.0 47 95.9 2 4.1

14 MASBAGIK BARU 13 5 18 16 8 24 13 100.0 5 100.0 18 100 3 18.8 3 37.5 6 25.0 16 100.0 8 100.0 24 100.0 0 0.0

15 PRINGGASELA 12 11 23 18 16 34 12 100.0 11 100.0 23 100 6 33.3 5 31.3 11 32.4 18 100.0 16 100.0 34 100.0 0 0.0

16 DASAN LEKONG 13 13 26 24 18 42 12 92.3 12 92.3 24 92 9 37.5 5 27.8 14 33.3 21 87.5 17 94.4 38 90.5 3 7.1

17 KERONGKONG 10 9 19 20 19 39 10 100.0 9 100.0 19 100 10 50.0 10 52.6 20 51.3 20 100.0 19 100.0 39 100.0 0 0.0

18 DENGGEN 11 18 29 20 32 52 11 100.0 17 94.4 28 97 9 45.0 14 43.8 23 44.2 20 100.0 31 96.9 51 98.1 1 1.9

19 SELONG 11 14 25 23 22 45 10 90.9 13 92.9 23 92 13 56.5 7 31.8 20 44.4 23 100.0 20 90.9 43 95.6 2 4.4

20 LB. HAJI 16 8 24 26 21 47 14 87.5 7 87.5 21 88 9 34.6 12 57.1 21 44.7 23 88.5 19 90.5 42 89.4 4 8.5

21 KORLEKO 13 8 21 16 11 27 10 76.9 8 100.0 18 86 3 18.8 3 27.3 6 22.2 13 81.3 11 100.0 24 88.9 3 11.1

22 BATUYANG 36 27 63 42 32 74 33 91.7 27 100.0 60 95 5 11.9 5 15.6 10 13.5 38 90.5 32 100.0 70 94.6 2 2.7

23 LB. LOMBOK 24 22 46 36 25 61 22 91.7 18 81.8 40 87 12 33.3 3 12.0 15 24.6 34 94.4 21 84.0 55 90.2 6 9.8

24 SUELA 20 9 29 23 15 38 14 70.0 8 88.9 22 76 6 26.1 7 46.7 13 34.2 20 87.0 15 100.0 35 92.1 3 7.9

25 AIKMEL 31 17 48 45 27 72 29 93.5 16 94.1 45 94 12 26.7 11 40.7 23 31.9 41 91.1 27 100.0 68 94.4 3 4.2

26 KALIJAGA 18 11 29 32 17 49 17 94.4 10 90.9 27 93 12 37.5 6 35.3 18 36.7 29 90.6 16 94.1 45 91.8 4 8.2

27 WANASABA 21 17 38 35 31 66 20 95.2 15 88.2 35 92 14 40.0 13 41.9 27 40.9 34 97.1 28 90.3 62 93.9 3 4.5

28 KARANG BARU 2 3 5 2 3 5 2 100.0 3 100.0 5 100 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 100.0 3 100.0 5 100.0 0 0.0

29 SEMBALUN 6 9 15 7 10 17 6 100.0 9 100.0 15 100 1 14.3 1 10.0 2 11.8 7 100.0 10 100.0 17 100.0 0 0.0

30 SAMBELIA 11 16 27 11 17 28 11 100.0 16 100.0 27 100 0 0.0 1 5.9 1 3.6 11 100.0 17 100.0 28 100.0 0 0.0

31 BELANTING 9 6 15 10 12 22 9 100.0 6 100.0 15 100 1 10.0 5 41.7 6 27.3 10 100.0 11 91.7 21 95.5 1 4.5

32 LENEK 11 9 20 19 14 33 9 81.8 8 88.9 17 85 8 42.1 5 35.7 13 39.4 17 89.5 13 92.9 30 90.9 2 6.1

JUMLAH (KAB/KOTA) 598 431 1.029 862 642 1.504 563 94.1 413 95.8 976 95 257 29.8 204 31.8 461 30.7 820 95.1 617 96.1 1.437 95.5 58 3.9

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur

3) KUSTA
Kabupaten Lombok Timur sudah dinyatakan Eliminasi Kusta sejak
tahun 2017 karena prevalensi kasus kusta di Lotim kurang dari
1/10.000 penduduk. Eliminasi Kusta bukan berarti kasus tidak ada,
dibeberapa wilayah Puskesmas hamper setiap tahun selalu ditemukan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 157


kasus kusta dan penemuan kusta sering terlambat. Ini terlihat dari
penemuan kasus Multi Basiler (MB) lebih bayak dibandingkan dengan
pausi basiler (PB).
Tabel 5.27
KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TAHUN 2020

KASUS BARU
Pausi Basiler (PB)/ Multi Basiler (MB)/
NO PUSKESMAS PB + MB
Kusta kering Kusta Basah

L P L+P L P L+P L P L+P


1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 KERUAK 0 0 0 1 1 2 1 1 2
2 SUKARAJA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 JEROWARU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SAKRA 0 0 0 3 1 4 3 1 4
5 RENSING 0 0 0 1 0 1 1 0 1
6 LEPAK 0 0 0 0 1 1 0 1 1
7 TERARA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 RARANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 MONTONG BETOK 0 0 0 1 0 1 1 0 1
10 SIKUR 0 0 0 0 1 1 0 1 1
11 KOTARAJA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 MASBAGIK 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 LD. NANGKA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 MASBAGIK BARU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 PRINGGASELA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 DASAN LEKONG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 KERONGKONG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 SURALAGA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 DENGGEN 0 0 0 1 0 1 1 0 1
20 SELONG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 LB. HAJI 1 0 1 0 0 0 1 0 1
22 KORLEKO 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 BATUYANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 LB. LOMBOK 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 SUELA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 AIKMEL 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 KALIJAGA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 WANASABA 0 0 0 1 0 1 1 0 1
29 KARANG BARU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 SEMBALUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 SAMBELIA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 BELANTING 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 LENEK 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 1 0 1 8 4 12 9 4 13
PROPORSI JENIS KELAMIN 100.0 0.0 66.7 33.3 69.2 30.8
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION
1.60 0.62 1.08
RATE ) PER 100.000 PENDUDUK

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 158


Tabel 5.28
KASUS BARU KUSTA CACAT TINGKAT 0, CACAT TINGKAT 2, PENDERITA KUSTA ANAK<15 TAHUN,
MENURUT KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TAHUN 2020

KASUS BARU
PENDERITA
KUSTA
PENDERITA ANAK<15
CACAT TINGKAT
NO PUSKESMAS PENDERITA CACAT TINGKAT 2 KUSTA ANAK TAHUN
0
KUSTA <15 TAHUN DENGAN
CACAT
TINGKAT 2
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KERUAK 2 2 100.0 0 0.0 1 0.0 0
2 SUKARAJA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
3 JEROWARU 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
4 SAKRA 4 4 100.0 0 0.0 0 0.0 0
5 RENSING 1 1 100.0 0 0.0 0 0.0 0
6 LEPAK 1 0 0.0 1 100.0 0 0.0 0
7 TERARA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
8 RARANG 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
9 MONTONG BETOK 1 1 100.0 0 0.0 0 0.0 0
10 SIKUR 1 1 100.0 0 0.0 0 0.0 0
11 KOTARAJA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
12 MASBAGIK 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
13 LD. NANGKA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
14 MASBAGIK BARU 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
15 PRINGGASELA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
16 DASAN LEKONG 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
17 KERONGKONG 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
18 SURALAGA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
19 DENGGEN 1 1 100.0 0 0.0 0 0.0 0
20 SELONG 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
21 LB. HAJI 1 1 100.0 0 0.0 0 0.0 0
22 KORLEKO 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
23 BATUYANG 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
24 LB. LOMBOK 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
25 SUELA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
26 AIKMEL 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
27 KALIJAGA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
28 WANASABA 1 1 100.0 0 0.0 0 0.0 0
29 KARANG BARU 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
30 SEMBALUN 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
31 SAMBELIA 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
32 BELANTING 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0
33 LENEK 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 13 12 92.3 1 7.7 1 7.7 0


ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 1.000.000 PENDUDUK 0.83

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 159


Tabel 5.29
JUMLAH KASUS TERDAFTAR DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT
TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TAHUN 2020
KASUS TERDAFTAR
Pausi Basiler/Kusta Multi Basiler/Kusta
NO PUSKESMAS JUMLAH
kering Basah
L P L+P L P L+P L P L+P
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KERUAK 0 0 0 1 1 2 1 1 2
2 SUKARAJA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 JEROWARU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SAKRA 0 0 0 3 1 4 3 1 4
5 RENSING 0 0 0 1 0 1 1 0 1
6 LEPAK 0 0 0 0 1 1 0 1 1
7 TERARA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 RARANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 MONTONG BETOK 0 0 0 1 0 1 1 0 1
10 SIKUR 0 0 0 0 1 1 0 1 1
11 KOTARAJA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 MASBAGIK 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 LD. NANGKA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 MASBAGIK BARU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 PRINGGASELA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 DASAN LEKONG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 KERONGKONG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 SURALAGA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 DENGGEN 0 0 0 1 0 1 1 0 1
20 SELONG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 LB. HAJI 1 0 1 0 0 0 1 0 1
22 KORLEKO 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 BATUYANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 LB. LOMBOK 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 SUELA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 AIKMEL 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 KALIJAGA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 WANASABA 0 0 0 1 0 1 1 0 1
29 KARANG BARU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 SEMBALUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 SAMBELIA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 BELANTING 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 LENEK 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 1 0 1 8 4 12 9 4 13
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 0.11

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 160


Tabel 5.30
PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,
DAN PUSKESMAS DI KAB. LOMBOK TIMUR
TAHUN 2020
KUSTA (PB) KUSTA (MB)
TAHUN - 1 ( DATA 2019) TAHUN -2 (DATA 2018)
RFT PB RFT MB
NO PUSKESMAS PENDERITA PBa PENDERITA MBb
L P L+P L P L+P
JUML JUM JUML JUML JUML JUML
L P L+P % % % L P L+P % % %
AH LAH AH AH AH AH
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KERUAK 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
2 SUKARAJA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
3 JEROWARU 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
4 SAKRA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 0 2 1 50.0 0 0.0 1 50.0
5 RENSING 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 3 0 3 3 100.0 0 0.0 3 100.0
6 LEPAK 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
7 TERARA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 1 1 0 0.0 1 100.0 1 100.0
8 RARANG 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
9 MONTONG BETOK 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0 1 0 0.0 0 0.0 0 0.0
10 SIKUR 0 1 1 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
11 KOTARAJA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
12 MASBAGIK 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
13 LD. NANGKA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
14 MASBAGIK BARU 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
15 PRINGGASELA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0 1 1 100.0 0 0.0 1 100.0
16 DASAN LEKONG 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0 1 1 100.0 0 0.0 1 100.0
17 KERONGKONG 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 1 1 0 0.0 0 0.0 0 0.0
18 SURALAGA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
19 DENGGEN 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
20 SELONG 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
21 LB. HAJI 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0 1 1 100.0 0 0.0 1 100.0
22 KORLEKO 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
23 BATUYANG 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
24 LB. LOMBOK 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
25 SUELA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0 1 1 100.0 0 0.0 1 100.0
26 AIKMEL 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
27 KALIJAGA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
28 WANASABA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
29 KARANG BARU 0 1 1 0 0.0 1 100.0 1 100.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
30 SEMBALUN 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
31 SAMBELIA 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
32 BELANTING 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
33 LENEK 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 2 2 0 0.0 1 50.0 1 50.0 10 2 12 8 80.0 1 50.0 9 75.0

4) HIV-AIDS & PIMS


Penemuan kasus HIV-AIDS di wilayah Kabupaten lombok Timur
pada tahun 2020 ada kecenderungan mengalami penurunan
dibanding dengan tahun sebelumnya, dimana pada tahu 2019
penemuan HIV-AIDS sejumlah 38 kasus sementara tahun 2020
tercatat ada 25 kasus baru. Kegiatan Pengendalian HIV-AIDS sudah
berjalan sesuai rencana dimana penemuan kasus HIV lebih banyak
dari AIDS, ini artinya kita sudah mampu menemukan dan mencegah
lebih awal sehingga penderita tidak mengalami penyakit yang lebih
berat
Sampai akhir 2020 jumlah Puskesmas di kabupaten Lombok
Timur sebagai layanan Voluntary counseling and Testing (VCT) atau
konseling Testing HIV (KTH) baru mencapai 32 dari 35 Puksemas

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 161


yang ada. Tiga (3) Puskesmas yang belum menjadi VCT karena
termasuk Puskesmas baru yang operasionalnya aktif mulai 2020.
Capaian program HIV-AIDS dan PIMS tahun 2020 dapat dilihat
pada tabel berikut :
a) Jumlah Kasus HIV
Tabel 5.31
Jumlah Kasus HIV Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur
di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

HIV
NO KELOMPOK UMUR
L P L+P PROPORSI KELOMPOK UMUR
1 2 3 4 5 6
1 ≤ 4 TAHUN 0 0 0 0
2 5-14 TAHUN 0 0 0 0
3 15-19 TAHUN 1 2 3 12
4 20-24 TAHUN 2 2 4 16
5 25-49 TAHUN 9 9 18 72
6 ≥ 50 TAHUN 0 0 0 0
100
JML (KAB/KOT) 12 13 25
Proporsi berdasarkan
48 52
jenis kelamin
Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV yang
15.123
mendapatkan pelayanan sesuai standar
Persentase Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV
31,19%
yang mendapatkan pelayanan sesuai standar

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

b) Jumlah Kasus dan Kematian Akibat AIDS


Tabel 5.32
Jumlah Kasus Dan Kematian Akibat Aids
Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur
Tahun 2020

KASUS BARU AIDS KASUS KUMULATIF AIDS JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS
PROPORSI PROPORSI
NO KELOMPOK UMUR
L P L+P KELOMPOK L P L+P KELOMPOK L P L+P
UMUR UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 < 1 TAHUN 0 0 0 0,0 0 0 0 0,0 0 0 0


2 1 - 4 TAHUN 0 0 0 0,0 0 0 0 0,0 0 0 0
3 5 - 14 TAHUN 0 0 0 0,0 0 1 1 8,3 0 0 0
4 15 - 19 TAHUN 1 0 1 8,3 1 0 1 8,3 0 0 0
5 20 - 29 TAHUN 1 1 2 16,7 108 9 117 975,0 2 1 3
6 30 - 39 TAHUN 5 1 6 50,0 55 6 61 508,3 2 0 2
7 40 - 49 TAHUN 2 1 3 25,0 2 1 3 25,0 1 0 1
8 50 - 59 TAHUN 0 0 0 0,0 1 0 1 8,3 0 0 0
9 ≥ 60 TAHUN 0 0 0 0,0 0 0 0 0,0 0 0 0
10 TIDAK DIKETAHUI 0 0 0 0,0 0 0 0 0,0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 9 3 12 167 17 184 5 1 6

PROPORSI JENIS KELAMIN 75,0 25,0 90,8 9,2 83,3 16,7

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 162


5) Kesehatan Jiwa
Tabel 5.33
Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Indikator untuk SPM pada program jiwa adalah jumlah ODGJ berat
yang mendapatkan pelayanan sesuai standar. Pada tahun 2020
capaian P2Jiwa untuk indicator SPM mencapai 67, 2%, sebagian
besar Puskesmas sudah mendapatkan cakupan di ats 50%. Capaian
Puskesmas paling tinggi yang melayani ODGJ berat sesuai standar
yakni Puskesmas Lenek (181%) dan Puskesmas terendah adalah
Karang Baru (20%)

6) Program Kesehatan Haji


Jumlah jemaah haji kabupaten Lombok Timur pada musim haji tahun
1441 H / 2020 M sebanyak 785 orang jemaah yang terdiri dari 385

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 163


orang jemaah wanita dan 400 orang jemaah pria yang tersebar di 35
wilayah Puskesmas.
Capaian program Kesehatan Haji tahun 2020 sebagaimana
terlihat pada tabel berikut :
Grafik 5.40
Data Jumlah Jemaah Haji Per Puskesmas di Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2020

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Grafik 5.41
Data Isthitaah Kesehatan Jemaah Haji di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 164


Musim haji tahun 2020 semua calon jemaah haji ditunda
keberangkatannya berdasarkan surat edaran dari Kementerian Agama
RI tanggal 2 juni No. 494 tahun 2020 sampai batas waktu yang belum
ditentukan karena pandemi Corona Virus yang merebak di seluruh
dunia.

7) P2 ISPA
Penemuan dan pengobatan kasus pneumonia di Kabupaten
Lombok Timur belum sesuai harapan, kondisi capaian program tahun
2020 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.34
Capaian Penemuan dan Pengobatan Kasus Pneumonia
di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

REKAP LAPORAN PROGRAM PENGENDALIAN ISPA


DINAS KESEHATAN KAB. LOMBOK TIMUR TAHUN 2020
Jml. Jml. REALISASI PENEMUAN
Penddk Kunjunga PENDERITA
Jml
No Puskesmas Usia Perkiraan n Balita Pneumonia Pneumonia Berat
Pnddk
Balita Pnemoni Batuk / < 1 th 1-<5 Th < 1 th 1-<5 Th
(10% a Balita Kesukaran L P L P L P L P
1 KERUAK 52809 5280,9 337 1193 20 10 45 49 1 3 5 2
2 SUKARAJA 18309 1830,9 117 826 2 3 13 10 0 0 0 0
3 JEROWARU 40703 4070,3 260 2015 0 0 2 0 1 0 0 0
4 SAKRA 57755 5775,5 368 1204 46 30 37 43 9 3 9 6
5 RENSING 51417 5141,7 328 2966 49 17 127 110 0 0 1 0
6 LEPAK 44834 4483,4 286 3279 45 31 70 58 0 0 0 0
7 TERARA 37431 3743,1 239 2140 23 16 52 59 6 2 4 3
8 MONTONG BETOK 44991 4499,1 287 2223 20 15 29 22 5 0 2 10
9 SIKUR 34564 3456,4 221 1789 5 6 0 2 0 0 0 0
10 KOTARAJA 38558 3855,8 246 827 19 11 43 25 0 0 0 0
11 MASBAGIK 29979 2997,9 191 1458 1 0 1 0 2 0 1 1
12 LD. NANGKA 44856 4485,6 286 2117 60 36 75 62 3 4 3 2
13 PRINGGASELA 54666 5466,6 349 1482 20 11 60 37 0 0 0 0
14 DASAN LEKONG 33067 3306,7 211 1072 21 11 56 39 0 0 0 0
15 KERONGKONG 32588 3258,8 208 2401 24 27 48 38 0 0 0 0
16 DENGGEN 51045 5104,5 326 2887 36 43 70 60 0 0 0 0
17 SELONG 40570 4057 259 717 8 4 20 5 0 0 0 0
18 LB. HAJI 35629 3562,9 227 1809 42 45 58 46 1 0 0 0
19 KORLEKO 22269 2226,9 142 1808 7 4 17 17 0 0 0 1
20 BATUYANG 56332 5633,2 359 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 LB. LOMBOK 41991 4199,1 268 869 10 7 14 24 3 0 0 3
22 SUELA 40769 4076,9 260 1468 4 7 5 3 0 0 0 1
23 LENEK 23921 2392,1 153 1329 8 1 9 8 0 0 0 0
24 AIKMEL 27395 2739,5 175 1698 23 19 36 29 5 3 23 13
25 KALIJAGA 30692 3069,2 196 1815 29 13 29 26 0 0 0 0
26 WANASABA 45080 4508 288 2472 12 12 34 26 1 1 6 4
27 SEMBALUN 20491 2049,1 131 104 2 1 2 2 0 0 0 0
28 SAMBELIA 20807 2080,7 133 1172 31 16 36 29 1 0 0 0
29 BELANTING 11654 1165,4 74 932 0 0 6 1 1 0 2 0
30 RARANG 32865 3286,5 210 312 6 3 6 4 0 1 0 0
31 KARANG BARU 19055 1905,5 122 604 14 10 20 17 0 1 0 0
32 MASBAGIK BARU 27777 2777,7 177 1537 4 6 6 6 0 0 0 0
33 SURALAGA 24352 2435,2 155 1335 29 23 22 26 0 0 0 0
34 AIKMEL UTARA 19373 1937,3 124 640 7 2 7 1 0 0 0 0
Jumlah 1208594 120859 7711 50500 627 440 1055 884 39 18 56 46

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 165


8) P2 Kecacingan
Adanya infeksi cacing pada anak mempengaruhi status gizi
menjadi kurang. Kekurangan gizi mempengaruhi pertumbuhan anak
yang dikenal dengan sebutan stunting. Dalam upaya untuk
mencegah terjdinya stunting ini, salah satu cara yang dilaksanakan
bidang kesehatan adalah membagikan obat cacing pada anak usia 1
tahun sampai 12 tahun.
Capaian indikator P2 Kecacingan dalam distribusi obat cacing
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.35
Laporan Pemberian Obat Cacing
Tahun 2020

LAPORAN PEMBERIAN OBAT CACING TAHUN 2020


BULAN FEBRUARI BULAN AGUSTUS
12-23 BLN 24-59 BLN 60-144 BLN 12-23 BLN 24-59 BLN 60-144 BLN
99,1% 100% 100% 99.8503392 99,1% 99,5%
Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Kolaborasi dengan program lain seperti program gizi untuk


meningkatkan status gizi serta meningkatkan akibat infeksi yang
terjadi serta berkolaborasi dengan program kesehatan lingkungan
melalui kegiatan bebas buang air sembarangan (ODF) untuk
mengurangi penularan cacing lewat media tanah.
9) DIARE
Jumlah balita penderita penyakit diare pada balita yang ada di wilayah
kabupaten Lombok Timur tahun 2020 berjumlah 17.962 orang balita
yang menderita penyakit diare. Dari 17.962 orang itu ada 146 orang
penderita yang hanya diberikan terapi zinc saja, 65 orang balita yang
hanya dikasi oralit saja, dan 17.751 orang yg diberikan Zinc dan oralit
untuk terapi.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 166


Tabel 5.36
Capaian Penemuan dan Pengobatan Kasus Pneumonia
di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

TARGET SARANA KESEHAT AN K A D E R TOTAL Penderita


JUMLAH Terapi 0-59 Bulan di Sarkes 0 - < 6 Bulan 6 Bln - ˂ 12 bulan 1 2 Bulan - 59 Bulan Sarkes dan Kader
NO DESA Semua Jumlah
PENDUDUK Jlh.penderita diberi Jlh.penderita diberi Jlh.penderita diberi Jlh.Balita
Balita Gol. Balita di Hanya Hanya Oralit + Penderita Penderita Penderita
RL Oralit + ORALI Oralit + Oralit + di Kader
Umur Sarkes Oralit Zinc Zinc ORALIT ZINC ZINC ORALIT ZINC L P
L P Zinc L P T Zinc L P Zinc
1 2 3 4 8 9 20 21 22 23 30
1 AIKMEL 27.395 565 1.479 376 0 0 376 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 611 661
2 AIKMEL UTARA 19.373 400 1.046 99 0 0 99 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 120 129
3 BATUYANG 56.332 1163 3.042 784 0 0 784 65 5 8 0 0 13 11 20 0 0 31 23 24 0 0 47 91 767 846
4 BELANTING 11.654 241 629 244 0 0 244 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 194 193
5 DASAN LEKONG 33.067 682 1.786 934 0 0 934 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 672 711
6 DENGGEN 51.045 1053 2.756 738 0 0 738 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 532 542
7 JEROWARU 40.703 840 2.198 500 4 0 496 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 651 667
8 KALIJAGA 30.692 633 1.657 500 37 39 424 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 460 456
9 KARANG BARU 19.055 393 1029 113 0 0 113 28 0 0 0 0 0 5 2 7 0 0 9 7 16 0 0 23 116 124
10 KERONGKONG 32.588 672 1.760 717 5 19 694 95 3 1 0 0 4 8 4 0 0 12 10 7 0 0 17 33 781 773
11 KERUAK 52.809 1089 2.852 1021 0 0 1021 94 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 709 768
12 KORLEKO 22.269 460 1.203 235 0 0 235 26 1 1 2 0 0 8 4 12 0 0 50 28 78 0 0 92 299 294
13 KOTARAJA 38.558 796 2.082 486 0 0 486 48 0 0 0 0 0 2 2 4 0 0 2 9 11 0 0 15 856 865
14 LB. HAJI 35.629 735 1.924 663 0 0 663 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 889 886
15 LB. LOMBOK 41.991 867 2.268 481 0 0 481 36 2 29 3 0 28 31 48 20 0 59 14 26 10 0 30 150 422 539
16 LD. NANGKA 44.856 926 2.422 466 0 0 466 24 6 13 19 0 0 23 22 45 0 0 26 21 47 0 0 111 415 460
17 LENEK 23.921 494 1.292 291 0 0 291 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 319 320
18 LEPAK 44.834 926 2.421 891 0 71 820 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1018 902
19 MASBAGIK 29.979 619 1.619 396 0 17 379 36 0 0 0 0 0 3 4 0 0 7 5 3 0 0 8 15 375 357
20 MASBAGIK BARU 27.777 573 1.500 318 0 0 318 15 0 0 0 0 0 3 3 0 0 6 6 5 0 0 11 17 299 354
21 MONTONG BETOK 44.991 928 2.430 553 0 0 552 49 49 58 107 0 0 12 35 47 0 0 28 10 38 0 0 192 846 677
22 PRINGGASELA 54.666 1128 2.952 356 0 0 356 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 311 410
23 RARANG 32.865 678 1.775 177 0 0 177 30 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 4 14 0 0 18 19 204 209
24 RENSING 51.417 1062 2.777 1186 0 0 1186 67 0 0 0 0 0 1 2 3 0 0 3 3 6 0 0 9 1277 1228
25 SAKRA 57.755 1192 3.119 748 0 0 748 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 764 693
26 SAMBELIA 20.807 429 1.124 649 0 0 649 59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 437 406
27 SELONG 40.570 837 2.191 218 0 0 218 17 3 2 0 0 5 2 4 0 0 6 3 7 0 0 10 19 267 336
28 SEMBALUN 20.491 423 1.107 44 0 0 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 75 52
29 SIKUR 34.564 714 1.866 919 0 0 919 41 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 2 0 0 0 2 4 976 871
30 SUELA 40.769 841 2.202 593 0 0 593 66 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 732 626
31 SUKARAJA 18.309 377 989 368 0 0 368 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 473 384
32 SURALAGA 24.352 503 1.315 473 0 0 473 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 598 552
33 TERARA 37.431 773 2.021 766 0 0 766 123 1 0 1 0 0 2 3 5 0 0 7 3 10 0 0 16 751 778
34 WANASABA 45.080 931 2.434 659 19 0 640 63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 710 917
JUMLAH 1.208.594 24.941 65.264 17.962 65 146 17.751 1.264 70 112 132 - 50 113 154 143 - 124 192 167 216 - 143 806 18.926 18.986

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

c. Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah


Upaya tiap program untuk meningkatkan capaian program terus
dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada serta melakukan
monitoring dan evaluasi untuk mengetahui masalah serta hambatan yang
terjadi. Masalah yang timbul dilakukan perencanaan tindak lanjut untuk
mengatasi masalah tersebut. Upaya dan pemecahan masalah serta rencana
tindak lanjut dari masing masing program di lingkup seksi P2P Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur diuraikan sebagai berikut :
1) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(P2PTM)
Capaian kegiatan program PTM masih jauh dibawah target yang
ditetapkan secara nasional maupun kabupaten, beberapa kendala yang
menyebabkan belum tercapainya target ini antara lain adalah :
a. Pembatasan kegiatan awal Pandemi Covid-19 di Lombok Timur
b. Pemberdayaan masyarakat (kader dan lintas sektor terkait) belum
dioptimalkan
c. Kapasitas SDM petugas kesehatan dan kader posbindu belum
memadai
d. Sarana dan prasrana Posbindu, UBM dan pandu PTM masih kurang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 167


e. Belum terbentuknya klinik UBM di fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP)
f. Belum semua desa tersedia pelayanan Posbindu PTM
g. Monev, Bimtek, Supervisi dari dinas kesehatan terhadap program
PTM belum optimal
h. Refokusing anggaran untuk penanganan Covid-19
Rencana kegiatan P2PTM tahun 2020 untuk meningkatakan capaian
program adalah sebagai berikut

Tabel 5.37.
Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut Program P2PTM
Tahun 2020

NO PERMASALAHAN RENCANA TINDAK LANJUT


1 Cakupan skrining kesehatan sesuai standar Mengadvokasi pembentukan
pada warga negara usia 15–59 tahun di Posbindu di semua Desa
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun 20,06 % dari target
2 Cakupan Deteksi dini kanker dilakukan Meningkatkan kuantitas dan
melalui pemeriksaan payudara klinis dan kualitas pelayanan Posbindu
pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia
30–59 tahun 4,64 % dari target
3 Cakupan skrining kesehatan sesuai standar Meningkatkan pemberdayaan
pada warga negara usia 60 tahun ke atas di masyarakat (Kader Posbindu),
wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam kurun Lintas Sektor
waktu satu tahun 71,25 % dari target
4 Cakupan Penderita hipertensi mendapatkan Melaksanakan Pandu PTM di
pelayanan kesehatan sesuai standar 8,07 % FKTP
dari target
5 Cakupan Penderita diabetes melitus Peningkatan Kapasitas SDM
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai petugas Kesehatan dan Kader
standar 37,85 % dari target Posbindu
6 Cakupan Puskesmas yang melaksanakan Tersedianya Sarana dan
pengendalian PTM terpadu 52,08 % dari Prasarana kegiatan Posbindu,
target UBM & Pandu PTM
7 Cakupan desa / kelurahan yang Monitoring & Evaluasi kegiatan
melaksanakan kegiatan Posbindu PTM Program PTM
201,32 % dari target
8 Cakupan Kab/Kota yang melaksanakan Pembentukan Klinik UBM di
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) FKTP
SD 0 % dari target Bimtek/Supervisi Program PTM
SMP 0 % dari target
SMA 0 % dari target

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 168


9 Prevalensi tekanan darah tinggi 17,81 % dari
target
10 Prevalensi merokok penduduk usia < 18
tahun 3,70 % dari target
11 Prevalensi obesitas 6,73 % dari target

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur

2) Program Kesehatan Haji


Perubahan regulasi terhadap kebijakan penyelenggaraan kesehatan
haji secara nasional menuntut Dinas kesehatan dan Pukesmas melakukan
upaya untuk memberikan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji yang
lebih komplit dan perlu melakukan pembinaan terhadap calon jemaah yang
memiliki faktor resiko tinggi. sehingga memungkinkan jemaah haji
mempunyai kemampuan (Istitaah ) dalam melaksanakan ibadah haji.
Faktor resiko terbesar Jemaah haji saat ini dalah penyakit tidak
menular baik kardiovaskuler, kencing manis dan penyakit degeneratif
(lansia). Selain itu penyakit menular dan gangguan jiwa juga mempunyai
kecenderungan meningkat (dokumen terlampir)
Upaya untuk menyiapkan jemaah haji kabupaten Lombok Timur
yang isthitaah, program kesehatan haji seksi P2P Dinas Kesehatan Kab.
Lombok Timur merencanakan kegiatan untuk tahun 2021 sebagai berikut :
Tabel 5.38.
Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut Program Kesehatan Haji
Tahun 2020

No. Masalah Rencana Tindak Lanjut


1. Faktor resiko jemaah haji baik penyakit ü Pembinaan Jemaah haji faktor
menular dan penyakit tidak menular resiko tinggi dilkukan lebih
tinggi awal semenjak pemeriksaan
pertama (sejak daftar haji)
ü Pemeriksaan kesehatan lebih
intens dan adekuat
ü Kolaborasi dengan lintas
program lainnya untuk
pembinaan kesehatan Jemaah

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 169


Haji
2. Tingkat pendidikan jemaah Haji ü Frekuensi promosi kesehatan
kebanyakan rendah (SD) dan pekerjaan lebih sering
adalah petani

Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur

3) P2TB Paru dan Kusta


Indonesia masih menduduki peringkat kedua kasus TBC di dunia
setelah India dan setiap penderita TBC yang dirawat inap di rumah sakit
dapat dipastikan anggota keluarganya lainnya juga terinfeksi TB, oleh
karenanya penemuan intens TB di tengah tengah masyarakat perlu
dioptimalkan.
Permasalahan utama yang dihadapi program P2TB adalah penemuan
kasus baru yang masih kurang dan saat ini baru tercapai 26.32% dari target
yang ditentukan. Hal ini terkait alokasi anggaran untuk penemuan kasus
(sosialisasi oleh petugas dan transport pengantaran dahak oleh kader)
masih kurang. Selain itu alat penegak diagnosa yang cepat dan akurat
diperlukan untuk mengantisipasi kejadian positif/negatif palsu.
Rencana Tindak lanjut yang akan dilakukan program P2TB tahun
2021 untuk mengeliminasi permasalahan selama ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.39
Permasalah dan Rencana Tindak Lanjut Program P2TB
Tahun 2020

No Penyebab masalah Solusi Pemecahan Masalah

1 Penjaringan & pemeriksaan klinis - Pembentukan & penyegaran Tim DOTS TB


kasus terduga TB puskesmas
secara pasif-intensif dalam gedung - Refresing peningkatan kapasitas petugas TB
belum maksimal puskesmas
- Menjamin ketersediaan logistik TB di semua
faskes secara
Merata

2 Penjaringan & pemeriksaan klinis - Pembentukan & penyegaran Tim


kasus terduga TB Penanggulangan TB (DPPM)

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 170


secara aktif-massif luar gedung (di dengan melibatkan unsur pemerintah &
lingkungan kelu- swasta dari tingkat
arga & masyarakat) dengan kabupaten, kecamatan, desa dan dusun;
melibatkan linsek & lin-
tas program masih kurang & - Meningkatkan kegiatan penjaringan kasus
sifatnya menoton. secara aktif massif,
melalui: kegiatan posyandu keluarga, puskel,
kegiatan inovasi
(TB center, MHC, ketok pintu, dll), kegiatan
investigasi kontak &
penjaringan kasus di ponpes, lapas atau
lokasi khusus bersiko;
bersiko (endemis TB, Kupat-Kumis);
- Perencanaan penganggaran untuk kegiatan
penjaringan kasus
luar gedung (penjaringan, media KIE,
penyuluhan/sosialisasi).

3. Pembatasan kegiatan bagi petugas - Penerapan SOP pelayanan TB di masa


& masyarakat pandemi covid-19
selama pandemi covid-19. dengan selalu menerapkan protokol
kesehatan (menggunakan
masker, mencuci tangan, menjaga jarak)
bagi petugas maupun
masyarakat sasaran layanan.
Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

4) P2 ISPA
Permasalahan umum di program ISPA khususnya pnemumona yang sering
muncul adalah keterlambatan dalam memberikan diagnosa pneumonia
pada penderita yang berkunjung ke layanan kesehatan tingkat pertama
(FKTP) sehingga penanganan dan pengobatan penderita pun menjadi tidak
maksimal. Selain itu pelaporan penderita ISPA dan Diare dari Balai praktik
swasta (BPS) juga belum berjalan secara rutin sehingga diperlukan
keaktifan pengelola program P2ISPA berkunjung ke BPS untuk
mendapatkan data.
Sebagai tindak lanjut terhadap permasalahan yang dihadapi, P2ISPA
merencanakan langkah langkah untuk tahun 2021 sebagai berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 171


Tabel 5.40.
Tabel Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut P2ISPA
Tahun 2020

No Masalah Rencana Tindak Lanjut

1. Diagnosa terlambat a. Peningkatan kapasitas petugas (medis


dan paramedis)
b. Peningkatan kapasitas kader
2. Pelacakan ke BPS belum optimal Alokasi anggaran untuk pengmabilan
data ke BPS
3. Kapasitas petugas masih kurang Peningkatan kapasitas petugas
Sumber : Seksi P2 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur

5) P2 Kecacingan
Strategi untuk mempertahankan capaian program dan meningkatkan
kualitas penanganan kecacingan, kedepan diperlukan pembiayaan
terutama untuk pengadaan obat cacing dan pendistribusian ke sasaran.
Secara Program pemberiaan obat cacing akan diberikan ke sasaran dua
kali (2x) dalam setahun yakni pada bulan Februari dan Agustus bersamaan
dengan pemberian Vitamin A. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan
cacing pada sasaran untuk memperoleh data prevalensi penyakit cacing
sehingga dapat memberikan gambaran situasi penyakit cacing di wilayah
kabupaten Lombok Timur dan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari
pemberian obat cacing.
Selaian pemeriksaan cacingan untuk anak umur 1 tahun sampai 12
tahun, program cacingan untuk tahun 2020 juga akan memeriksa Ibu hamil
dengan kadar Hb kurang (< 9 gr/dl) dan bumil KEK untuk mendukung
eliminasi stunting.
Permasalahan yang dihadapi program kecacingan selama tahun
2020 dan apa rencana kegiatan tahun 2021 dituangkan dalam tabel berikut
:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 172


Tabel 5.41.
Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut Program Kecacingan
Tahun 2020

No Masalah Tindak Lanjut


1. · Pelaksana P2 Cacingan Puskesmas ü Membuatkan SK pengelola
Sering Berubah-Ubah (Mutasi dan
Program cacingan dan membuat
Rotasi)
· kesepakatan untuk tidak
2. · Pemantauan Minum Obat Di Posyandu mengganti Pengelola program
Dan SD/MI
· minimal 5 tahun
3. · Kordinasi POPM Cacingan Belum ü Melakukan pertemuan
Berjalan Maksimal
koordinasi lintas program dan
lintas sektor

6) HIV-AIDS & PIMS


Penemuan kasus HIV-AIDS di wilayah Kabupaten lombok Timur pada
tahun 2021 ada kecenderungan mengalami peningkatan dibanding dengan
tahun sebelumnya, Bertambahnya jumlah layanan HIV di Kabupaten
Lombok Timur menunjukkan perubahan penemuan dimana pada tahun
tahun sebelumnya AIDS selalu lebih tinggi angka penemuan dibanding HIV
tapi tahun 2021 penemuan angka HIV lebih tinggi daripada penemuan
AIDS.
Sampai akhir 2021 jumlah Puskesmas di kabupaten Lombok Timur
yang mampu melayani pemeriksaan HIV sebanyak 32 Puskemas dari 35
Puskemas yang ada
Permasalahan lain belum bisa diselesaikan saat ini adalah kurangnya
tenaga penjangkau yang menjembatani antara unit layanan dan sasaran
terutama di populasi kunci (waria, penasusn, LSL, PSK) sehingga perlu
dukungan dari semua pihak untuk mengeliminasi HIV-AIDS tahun 2030.
Untuk mendukung tercapainya target terhadap indikator yang telah
disepakati, maka peneglola program HIV AIDS dan PIMS Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur merencanakan kegiatan sebagai berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 173


Tabel 5.42
Permasalahan dan Rencana Tidak Lanjut program HIV-AIDS dan IMS
Tahun 2020
No Masalah Tindak Lanjut
1. Entry data : 1. Refrhesing Admin
ü admin gonta ganti 2. Rekruitmen Dan Capacity
ü computer untuk semua Building
ü maintenance server siha pusat 3. Kaloborasi Puskesmas Dan
2. Tenaga penjangkau dan tenaga Komisi penanggulangan AIDS
pendamping kurang (KPA)
3. VCT mobile kurang 4. Penguatan Komitmen
4. Koordinasi lintas sektor & lintas 5. Advokasi
program belum maksimal 6. Workshop Tatalakasana Kasus
5. Belum semua pkm bisa periksa ims HIV Dan IMS
6. VCT RSUD tidak pernah lapor 7. Perluasan Layanan Pengobatan,
7. Anggaran masih kurang Dukungan dan Perawatan (PDP)
8. Layanan PDP cuma 1

Tabel 5.43
Rencana Kegiatan Program HIV-AIDS & PIMS Dikes Lotim
Tahun 2020

No Kegiatan Jadwal Pembiayaan


1 Supervisi Bulan I,II,III,IV GF AIDS
2 Peningkatan kapasitas Petugas Bulan Mei 2021 GF AIDS
Puskemas
3 Screening HIV-AIDS Bumil dan Tiap bulan BOK
TB Pos.
4 Mobile VCT ke populasi kunci Tiap bulan BOK & GF AIDS
5 Sosialisasi HIV-AIDS & PIMS Tiap bulan Bok
6 Advokasi HIV-AIDS & PIMS ke Tiap semester DAU
stakeholder terkait
7 Pengadaan Obat program Tiap tahun DAU
8 Pengadaan reagen dan BMHP Tiap tahun DAU

7. P2 Jiwa

Kesehatan jiwa selama ini kurang mendapatkan perhatian, hal ini


dimungkinkan karena ketersediaan sumber daya khususnya SDM yang
memang belum siap untuk mengelola kegiatan kesehatan jiwa di kabupaten
Lombok Timur.

Pada tahun 2020, setelah sumber daya manusia terpenuhi meskipun


hanya satu (1) orang untuk se kabupaten Lombok Timur namun sudah mulai
menampakan hasil yang posotif. Temuan kasus Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) yang berhasil ditemukan sebanyak 3.272 dari angka estimasi

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 174


sebesar 116.146 orang (3,8%) dan yang masuk kategori ODGJ berat
sebanyak 1.984 (65%). Pasien ODGJ berat yang mendapatkan perlakuan
pasung sebanyak 2,5% atau 24 orang dan sudah dilepas sebanyak 20
orang (83%)
Permasalahan yang dihadapi progam kesehatan jiwa tahun 2021 dan
rencana tindak lanjut untuk tahun 2020 dituangkan dalam tabel berikut :
Tabel 5.44
Masalah dan Tindak lanjut Program Kesehatan Jiwa
Tahun 2020

No Masalah Tindak Lanjut


1. Aspek Manajemen : • Meningkatkan kerjasama
ü Tingkat kepatuhan penyampaian
Linsek/kader untuk temuan kasus
laporan
ü Tingkat kevalidan data baru
2. Sumber Daya • Meningkatkan SDM petugas
• Kepatuhan Petugas
• Ketersediaan Farmakoterapi
• Motivasi petugas meningkatkan
kinerja sesuai jumlah kasus di PKM
• Ketersediaan Farmakoterapi yg
• Meningkatkan Home visit
belum memadai
(Jenis ketersedian obat di Faskes.I (kunjungan rumah)
sesuai Pornas)
• Aktifkan One Day Care semua
PKM untuk meningkatkan
3. Kebijakan temuan kasus terutama selain
• Advokasi dan sosialisasi ODGJ Berat
• Masih rendahnya keterlibatan
LS/LP
• Belum optimalnya keterlibatan
kader
• Home visit (kunjungan rumah)
blm maksimal
• One Day Care belum terlaksana
maksimal
8. P2 Indera

Program indera pada tahun 2021 mendapat support dari salah satu
lembaga yang peduli pada penderita kelainan penglihatan yakni Fred Hollow
Foundation (FHF). NGO ini berbasis di Austaralia dan membantu masyarakat
sekolah khusunya anak Sekolah dasar (SD/MI) dan SMP/MTs untuk
dilakukan penjaringan kesehatan matanya dan membantu menangani apabila

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 175


terjadi kelainan penglihatan seperti melakukan operasi Katarak bagi siswa
yang mengalami ganggauan katarak ataupun memberikan kacamata untuk
yang memiliki kelainan refraksi

Semua Siswa SD/MI serta Siswa SMP/MTs se kabupaten Lombok


Timur dilakukan penjaringan kesehatan mata dan ditemukan 1.723 anak
mengalami kelainan refraksi dan semua anak tersebut sudah diberikan kaca
mata sesuai kebutuhan.

Sementara untuk penderita katarak, tahun 2020 ini ditemukan1.125


(1.89%) dari target penemuan Lotim sebesar 59.430 kasus. Dari jumlah
penemuan tersebut ada 975(86,7%) kasus yang sudah dilakukan operasi
katarak.

Kendala yang dihadapi oleh progam indera tahun 2020 dan rencana
kegiatan tahun 2021 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.45.
Permasalahan dan rencana tidak lanjut P2 Indera
Tahun 2020
No Masalah Tindak Lanjut
1. Sumber Daya Manusia untuk Peningkatan kapasitas pengelola
mendeteksi kelainan refraksi masih indera Puskesmas
kurang
2. Alat dan bahan untuk pemeriksaan Pengusulan anggaran untuk pengadaan
mata belum memadai bahan dan alat serta kegiatan

3. Dukungan Anggaran masih rendah


Pe

3. SEKSI SURVEILANS EFIDEMIOLOGI, IMUNISASI DAN KESEHATAN


BENCANA
a. Pencapaian Kegiatan Program
1) Program Surveilans Epidemiologi Penyakit Potensial KLB/Wabah
Program surveilans epidemiologi penyakit, dilaksanakan untuk
melihat kecenderungan penyakit dan masalah kesehatan lainnya
terutama untuk penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 176


Biasa (KLB)/Wabah. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
pada tahun 2020, sebagai berikut :
1. Pemantauan kejadian penyakit potensial KLB/Wabah melalui
sistem Early worning and Respon System (EWARS) mingguan
berbasis SMS;
2. Investigasi dan Penyelidikan Epidemiologi (PE) kejadian penyakit
potensial KLB/Wabah;
3. Pengolahan dan analisa data serta menyusun rekomendasi upaya
pengendalian penyakit;
4. Respon Penanganan KLB/Wabah kurang dari 24 jam;
5. Pengambilan dan pengiriman sample (specimen) kejadian
penyakit potensial KLB/Wabah;
6. Pertemuan konsultasi dan evaluasi program surveilans;
7. Bimbingan teknis program surveilans ke Puskesmas;
8. Konsultasi program surveilans ke propinsi;
9. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan program Surveilans.
Penemuan penderita Acute Flaccid Paralysis (Lumpuh Layuh
Mendadak) sebagai bentuk secreening terhadap penyakit yang
disebabkan oleh virus polio merupakan kegiatan di Seksi SIKB yang
terus dilakukan, hal ini untuk mendapatkan pengakuan dunia terhadap
Indonesia yang terbebas dari polio. Adapun kegiatan yang
direncanakan untuk program AFP pada tahun 2020 yaitu :
Pertemuan evaluasi dan konsultasi surveilans AFP di tingkat
kabupaten, namun tidak dapat dilaksanakan karena anggaran tidak
dapat ter realisasi.

2) Program P2 DBD
Penyakit DBD merupakan penyakit tular vektor yaitu nyamuk
Aedes dan sangat berpotensi menimbulkan KLB/wabah. Pengendalian
penyakit DBD dapat dilakukan melalui deteksi dini kejadian DBD,
pengobatan dan perawatan penderita yang adekuat dan pengendalian
vektor secara komprehensip.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 177


Adapun kegiatan yang dilaksanakan tahun 2020 untuk
pengendalian penyakit DBD adalah sebagai berikut :
1. Deteksi dini dan Penemuan kasus DBD;
2. Pengobatan dan perawatan penderita DBD;
3. Ivestigasi dan Penyelidikan Epidemiologi (PE) kasus DBD;
4. Pertemuan Evaluasi dan konsultasi program P2 DBD tingkat
Kabupaten;
5. Pengadaan insektisida;
6. Melaksanakan Larvasiding (pemberian insektisida untuk jentik
nyamuk Aedes);
7. Melaksanakan Fogging/ pengasapan saran nyamuk;
8. Bimbingan teknis program P2 DBD ke Puskesmas;
9. Konsultasi program P2 DBD ke propinsi;
10. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan program P2 DBD.

3) Program P2 Malaria
Penyakit Malaria merupakan salah satu penyakit potensial
KLB/Wabah yang harus dilakukan upaya pencegahan dan
pengendalian. Sejak tahun 2008, program malaria di Kabupaten
Lombok Timur, dibantu kegiatannya oleh global fund Malaria (GF
Malaria) menuju Eliminasi Malaria. Untuk tahu 2020, kegiatan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Workshop penguatan kapasitas petugas P2 Malaria Puskesmas
untuk sistem pelaporan malaria (Esismal);
2. Bimbingan teknis program P2 Malaria ke Puskesmas;
3. Analisa data kejadian penyakit Malarian menuju Lombok Timur
Eliminasi Malaria;
4. Distribusi Kelambu;
5. Pemantauan penggunaan kelambu;
6. Peneumuan dan pelacakan kasus Malaria;
7. Pengobatan sesuai standar;
8. Pengawasan minum obat malaria bagi penderita malaria;
9. Mass Blood survey di lokasi sekitar kejadian kasus Malaria positif;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 178


10. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan program P2 Malaria.

4) Program Imunisasi
Program Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan
penyakit yang sangat efektif dan efisien. Pada tahun 2017 Kabupaten
Lombok Timur dijadikan sebagai salah satu lokasi demonstarsi imunisasi
program baru, yaitu imunisasi PCV (Pneuomokokus Conjugation
Vaccine). Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2020
adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Imunisasi rutin;
2. Pertemuan evaluasi program imunisasi tingkat kabupaten;
3. Pengelaloaan, Pengambilan dan pengiriman Vaksin;
4. Bimbingan teknis program imunisasi ke Puskesmas dan RS/klinik;
5. Monitoring pelaksnaan imunisasi IPV (InAvtive Polio Vaccine) ke
Puskesmas;
6. Investigasi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI);
7. Worshop penguatan kapasitas petugas vaksinator Puskesmas;
8. Konsultasi program imunisasi ke propinsi;
9. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan imunisasi.

5) Program P2 Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan


(HPISP)
Program P2 Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (P2
HPISP) merupakan program baru, mulai dilaksanakan pada tahun 2016,
di pilot projekkan pada 6 Puskesmas dari 29 Puskesmas yang ada.
Sebelumnya beberapa penyakit infeksi saluran pencernaan seperti Diare
di gabung dengan penyakit infeksi saluran pernapasan seperti
Pneomunia. Kemudian pada tahun 2018 program ini, di kembangkan ke
semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2020 sebagain
berikut :
1. Penemuan dan pengobatan penyakit HPISP;
2. Pertemuan Sosialisasi program P2 HPISP;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 179


3. Bimbingan teknis dan monitoring program P2 HPISP ke Puskesmas;
4. Sekrening penyakit Hepatitis pada kelompok Risiko;
5. Pemberian imunisasi HBIg untuk bayi yang lahir dari ibu yang positif
HBSAg;
6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan program P2 HPISP.

6) Program Kesehatan Bencana


Program kesehatan bencana merupakan salah satu tupoksi seksi
SIKB yang harus dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Adapun
kegiatan program kesehatan bencana pada tahun 2020 sebagai berikut :
1. Melaksanakan kesiapsiagaan Informasi kejadian Bencana,
KLB/Wabah dan masalah kesehatan;
2. Worshop penguatan kapasitas TGC kesehatan bencana;
3. Pertemuan evaluasi program kesehatan bencana tingkat kabupaten;
4. Penanganan bencana bidang kesehatan pada setiap kejadian
bencana;
5. Koordinasi penanganan bencana bidang kesehatan;
6. Pemantauan penyakit potensial KLB/Wabah pasca bencana;
7. Bimtek program kesehatan bencana ke Puskesmas;
8. Konsultasi program kesehatan bencana ke propinsi;
9. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan program kesehatan
bencana.

b. Pencapaian Indikator Program


1) Program Surveilans Epidemiologi Penyakit Potensial KLB/Wabah
Adapun capaian program Surveilans berdasarkan indikator kinerja
program yang ditetapkan seperti pada tabel di bawah ini :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 180


Tabel 5.46.
Indikator Kinerja dan Capaian Program Surveilans
di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

No Indikator Kinerja SPM TARGET CAPAIAN

1 Ketepan Laporan mingguan (W2/EWARS). 90 % 0%


2 Kelengkapan Laporan mingguan
(W2/EWARS). 100% 0%
3 Respon Penanggulangan KLB kurang dari 24
jam. 100% 100 %
4 Penemuan kasus Acute Placid Faralysis 2/100.000 9 Kasus
(AFP). penduduk
(8 kasus)
Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur

Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator ketepatan dan kelengkapan


laporan W2 belum mencapai target hal ini disebabkan karena
dibeberapa Puskesmas, laporan W2 dari Pustu dan Polindes sering
terlambat, kemudian seringnya terjadi pergantian petugas surveilans
dan disamping itu juga jaringan internet sering terjadi gangguan.
Karena pengiriman laporan W2 saat ini sudah berbasis SMS getway ke
server pusat di Kemenkes di Jakarta. Adapun ketepatan dan
kelengkapan laporan W2 masing-masing Puskesmas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

2) Program P2 Demam Berdarah Dengue (DBD)


Indikator kinerja dan capaian program P2 DBD yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan program P2 DBD seperti pada tabel di
bawah ini :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 181


Tabel 5.47.
Indikator Kinerja dan Capaian Program P2 DBD
di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

No Indikator Kinerja SPM Target Capaian


1. Menurunkan angka kesakitan/Incident rate <49/100.000 45/100.000 pddk
(IR) DBD. pddk
2. Menurunkan angka kematian /Case < 1% 0%
Fatality Rate (CFR) DBD
3. Penanganan penderita DBD 100 % 100 %
4. Angka Bebas Jentik (ABJ) 95 % -
Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa Kabupaten Lombok


Timur pada tahun 2020, berhasil menurunkan angka kejadian DBD
menjadi : Incident Rate (IR) : 45/100.000 penduduk dari target yang di
tetapkan yaitu menurunkan Incident Rate (IR) : <49/100.000 penduduk.
Begitu juga dengan angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) 0 % dari
target <1%. Berikut kejadian DBD di Kabupaten Lombok Timur per
Puskesmas dapat dilihat pada tabel sbb :

Tabel 5.42
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH PER PUSKESMAS
DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2020
70
60
50
40
30
20
10
0
KERUAK

LEPAK

SEMBALUN
RARANG

AIKMEL
TERARA

SUELA

LENEK
SAKRA

SIKUR

LD. NANGKA

PRINGGASELA*

LB. LOMBOK
KOTARAJA

PRINGGASELA UTAMA*

WANASABA
KERONGKONG
SURALAGA

BELANTING
KALIJAGA
MASBAGIK

DASAN LEKONG

BATUYANG

AIKMEL UTARA
RENSING
JEROWARU

MONTONG BETOK

SELONG

KORLEKO

SAMBELIA
SUKARAJA

MASBAGIK BARU

DENGGEN

LB. HAJI

KARANG BARU

Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Sebagai Gambaran berikut trend kejadian DBD di Kabupaten


Lombok Timur beberapa tahun terakhir seperti pada Grafik di bawah ini
:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 182


GRAFIK 5.43.
KEJADIAN KASUS DBD KAB. LOMBOK TIMUR
TH. 2010 s/d 2020

1200

1000

800

600

400

200

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jlh. Kasus 0 178 70 67 171 68 154 1056 350 33 510 545
Jlh.Meninggal 0 0 0 1 1 0 1 13 0 0 1 0

Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

3) Program P2 Malaria
Indikator kinerja dan capaian program P2 Malaria seperti pada
tabel di bawah ini :
Tabel 5.48.
Indikator Kinerja dan Capaian Program P2 Malaria
Tahun 2020

No. Indikator Kinerja SPM Target Capaian


1. Menurunkan angka malaria
positif/ Annual Paracite
Insidens (API) < 1/1000 pddk 0.01/1000 pddk
2. Menurunkan Slide Positif
Rate (SPR) <5% 0.1 %
3. Penanganan Penderita
Malaria 100 % 100 %
4. Penemuan Klinis/Annual 10 % dari pddk 3.2 %
Blood Examination rate
(ABER)
5 Error Rate Slide <5% Tidak Ada Data
6 Kasus Indegenus 0 kasus 0 kasus
Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 183


Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 6 indikator kinerja program
program P2 Malaria, 2 diantaranya belum tercapai yaitu : penemuan
malaria klinis yang diperiksa specimen (ABER) yang hanya mencapai
3,2% dari target 10% dan Error Rate slide yang dapat menunjukkan
pencapaian tersebut , sedang indikator yang lain sudah tercapai.
Berikut trend API pada 10 tahun terakhir di Kabupaten Lombok Timur
seperti pada Grafik di bawah ini:

GRAFIK 5.44.
TREND KASUS & API MALARIA KAB. LOMBOK TIMUR
TH. 2010 S/D 2020
0,8 900
762 800
0,7 0,7
0,6 700
600
0,5
500
0,4
400
0,3 296 0,3 303 0,3
300
210
0,2 0,2142 200
118
0,1 0,1 0,174 25
70
100 38
0,06 17 0,06
0,03 0,02 0,01
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Jlh. Kasus API

Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Kasus Malaria indegenus (penularan setempat) pada tahun 2018 yang


merupakan salah satu indikator pencapaian eliminsi malaria sudah
tidak ditemukan. Kasus malaria yang terjadi hanya merupakan kasus
malaria import dari kabupaten maupun propinsi lain. Adapun distribusi
kasus malaria berdasarkan wilayah Puskesmas tahun 2020 seperti
pada Grafik di bawah ini

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 184


4) Perogram Imunisasi

Indikator kinerja dan capaian program Imunisasi seperti pada tabel di


bawah ini
Tabel 5.49.
Indikator Kinerja dan Capaian Program Imunisasi
Tahun 2020

No. Indikator Kinerja Target Capaian

Desa yang mencapai Universal 99,6 %


1. 100 %
Child Immunization (UCI) % 253 desa/kel
254 desa/kel
Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2019

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa indikator kinerja program


imunisasi sudah tidak mencapai target 100%, diamana dari 254
desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Lombok Timur, yang sudah
mencapai target sebesar 99,6%.
Berikut pencapaian desa UCI pada 5 tahun terakhir di Kabupaten
Lombok Timur seperti pada Grafik di bawah ini

GRAFIK 5.45.
PENCAPAIAN DESA UCI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TAHUN 2016 S/D 2020

101 120

100
100
99

98 80

97
60 Cakupan
96 100 99,61 100 99,6
Target
95 40

94
94,88 20
93

92 0
2016 2017 2018 2019 2020

Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 185


5) Program Pengendalian Diare
Sedangkan program P2 Diare memiliki indikator kinerja penemuan
dan pengobatan penderita diare, baik yang ditemukan dan ditangani
oleh tenaga kesehatan di fasyankes maupun oleh Kader di masyarakat.
Adapun penemuan kasus Diare per Puskesmas dan pencapaian target
seperti pada tabel berikut:
Tabel 5.50.
Penemuan Kasus Diare semua Umur dan Balita per Puskesmas
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

DIARE

JUMLAH TARGET
DILAYANI MENDAPAT ORALIT
JUMLAH PENEMUAN
PUSKESMAS PENDUDU SEMUA UMUR BALITA SEMUA UMUR BALITA
K

SEMUA
BALITA JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
UMUR

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KERUAK 52.809 1.426 726 1.477 103,6 1.021 140,6 1.477 100,0 1.021 100,0

SUKARAJA 18.309 494 252 857 173,4 368 146,3 857 100,0 368 100,0

JEROWARU 40.703 1.099 560 1.318 119,9 500 89,3 1.318 100,0 500 100,0

SAKRA 57.755 1.559 794 1.457 93,4 748 94,2 1.457 100,0 748 100,0

RENSING 51.417 1.388 708 2.505 180,4 1.195 168,8 2.505 100,0 1.195 100,0

LEPAK 44.834 1.211 617 1.920 158,6 891 144,4 1.920 100,0 820 92,0

TERARA 37.431 1.011 515 1.529 151,3 782 151,8 1.529 100,0 782 100,0

RARANG 32.865 887 452 413 46,5 196 43,4 413 100,0 196 100,0

MONTONG BETOK 44.991 1.215 619 1.523 125,4 745 120,4 1.523 100,0 745 100,0

SIKUR 34.564 933 476 1.847 197,9 923 193,9 1.847 100,0 923 100,0

KOTARAJA 38.558 1.041 531 1.721 165,3 501 94,4 1.721 100,0 501 100,0

MASBAGIK 29.979 809 413 732 90,4 411 99,6 732 100,0 394 95,9

LD. NANGKA 44.856 1.211 617 875 72,2 577 93,5 875 100,0 577 100,0

MASBAGIK BARU 27.777 750 382 653 87,1 335 87,6 653 100,0 335 100,0

PRINGGASELA* 54.666 1.476 752 721 48,8 356 47,4 721 100,0 356 100,0
PRINGGASELA
UTAMA*
DASAN LEKONG 33.067 893 455 1.383 154,9 934 205,4 1.383 100,0 934 100,0

KERONGKONG 32.588 880 448 1.554 176,6 750 167,4 1.554 100,0 731 97,5

SURALAGA 24.352 658 335 1.150 174,9 473 141,1 1.150 100,0 473 100,0

DENGGEN 51.045 1.378 702 1.074 77,9 738 105,1 1.074 100,0 738 100,0

SELONG 40.570 1.095 558 603 55,0 239 42,8 603 100,0 239 100,0

LB. HAJI 35.629 962 490 1.775 184,5 663 135,3 1.775 100,0 663 100,0

KORLEKO 22.269 601 306 593 98,6 327 106,7 593 100,0 327 100,0

BATUYANG 56.332 1.521 775 1.613 106,1 875 112,9 1.613 100,0 875 100,0

LB. LOMBOK 41.991 1.134 578 961 84,8 631 109,2 961 100,0 631 100,0

SUELA 40.769 1.101 561 1.358 123,4 593 105,7 1.358 100,0 593 100,0

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 186


AIKMEL 27.395 740 377 1.272 172,0 376 99,8 1.272 100,0 376 100,0

AIKMEL UTARA 19.373 523 267 249 47,6 99 37,1 249 100,0 99 100,0

WANASABA 45.080 1.217 620 1.627 133,7 659 106,2 1.627 100,0 659 100,0

KARANG BARU 19.055 514 262 240 46,6 136 51,9 240 100,0 136 100,0

SEMBALUN 20.491 553 282 127 23,0 44 15,6 127 100,0 44 100,0

SAMBELIA 20.807 562 286 843 150,1 649 226,7 843 100,0 649 100,0

BELANTING 11.654 315 161 387 123,0 244 152,0 387 100,0 244 100,0

KALIJAGA 30.692 829 422 916 110,5 500 118,4 916 100,0 461 92,2

LENEK 23.921 646 329 639 98,9 291 88,4 639 100,0 291 100,0

1.208.594 32.632 16.627 37.912 116,2 18.770 112,9 37.912 100,0 18.624 99,2

Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Berdasarkan tabel diatas penemuan kasus diare untuk komulasi


tingkat Kabupaten pada semua umur tahun 2020 sebesar 116,2 % dan
Balita sebesar 112,9% dari target 100%. Jika dilihat distribusi per
Puskesmas ada beberapa Puskesmas yang belum mencapai target
yakni sebesar 40% (14 Puskesmas) pada golongan semua Balita dan
sebesar 32,42% (11 Puskesmas) pada golongan semua umur.

6) Program Kesehatan Bencana


Adapun Indikotor kinerja dan capaian program kesehatan
Bencana tahun 2020 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.51.
Indikator Kinerja dan Capaian Program Kesehatan Bencana Di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

No. INDIKATOR PROGRAM TERGET CAPAIAN

1. Terbentuknya EMT Puskesmas 29 Pusk 29 Pusk


2. Terbentuknya PHRT Puskesmas 29 Pusk 29 Pusk
3. Terbentuknya Tim RHA Puskesmas 29 Pusk 29 Pusk
4. Penanganan Korban Bencana sektor 100 % 100 %
Kesehatan
Sumber : Seksi SIKB Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 187


c. Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya
terdapat beberapa permasalahan yang di hadapi oleh program-program
yang di laksanakan di Seksi SIKB adalah sebagai berikut :
1) Program Surveilans Epidemiologi penyakit Potensial KLB/Wabah
1. Sering terjadi keterlambatan pelaporan dari Puskesmas ke
kabupaten sehingga perlu komitmen terhadap waktu ketepatan
pelaporan;
2. Beberapa petugas surveilans Puskesmas kurang sensitive terhadap
kejadian penyakit potensial KLB/Wabah sehingga perlu penguatan
kapasitas petugas surveilans;
3. Pelacakan kasus AFP belum maksimal sehingga perlu advokasi,
inovasi untuk melaksanakan pelacakan dan sekrening kasus AFP.

2) Program P2 DBD

1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahayanya


penyakit DBD sehingga di butuhkan kegiatan sosialisasi dan
penyampaian informasi ke masyarakat tentang DBD;
2. Masih kurangnya kepedulian masyarakat untuk melaksanakan
kegiatan PSN untuk pengendalian penyakit DBD sehingga
diperlukan upaya penggerakan masyarakat untuk melaksanakan
PSN 3M Plus;
3. Belum semua Puskesmas melaksanakan survey jentik berkala untuk
pengendalian DBD sehingga perlu advokasi agar dapat dilaksanakan
survey jentik berkala untuk mengukur tingkat risiko wilayah terhadap
DBD dan peran serta masyarakat untuk pengendalian DBD;
4. Adanya anggapan masyarakat, bahwa Fogging atau pengasapan
adalah satu-satunya cara untuk mencegah DBD sehingga di
perlukan kegiatan advokasi dan sosialisasi pengendalian penyakit
DBD;

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 188


5. Anggaran untuk pengendalian DBD masih kurang, beberapa
kegiatan perioritas tidak dapat terlaksana, sehingga diperlukan
tambahan anggaran untuk pengendalian penyakit DBD.

3) Program P2 Malaria

1. Beberapa petugas miskroskopis Malaria di Puskesmas belum dilatih


mikroskopis Malaria, sehingga perlu penguatan kapasitas petugas
mikroskopis malaria Puskesmas;
2. Pelaporan malaria melalui Esismal sering terlambat dan software
sering mengalami masalah dan gangguan jaringan, sehingga perlu
penguatan komitmen ketepan laporan, bimtek system pelaporan dan
penguatan jaringan internet;
3. Anggaran untuk P2 Malaria masih kurang, sehingga ada beberapa
kegiatan perioritas tidak dapat terlaksana., sehingga perlu tambahan
anggaran baik diPuskesmas maupun kabupaten.

4) Program Imunisasi
1. Tempat penyimpanan vaksin (Cholchain) di kabupaten dan
Puskesmas tidak cukup untu penyimpanan vaksin 1 bulan sehingga
perlu penambahan Cholchain;
2. Seringnya terjadi pergantian petugas pengelola program imunisasi
Puskesmas (Mutasi) sehingga perlu komitmen manajemen
Puskesmas untuk keberlanjutan program imunisasi di Puskesmas;
3. Petugas pengelola imunsiasi dan vaksinator Puskesmas sebagaian
besar belum pernah mendapatkan pelatihan vaksinator khusus
sehingga perlu pelatihan vaksinator;
4. Anggaran untuk program imunisasi masih kurang sehingga ada
beberapa kegiatan perioritas tidak dapat dilaksanakan sehingga
perlu tambahan anggaran.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 189


5) Proram P2 HPISP

1. Belum semua Puskesmas dapat menjalankan program P2 HPISP


sehingga perlu advokasi dan sosialisasi di tingkat Puskesmas;
2. Belum semua Puskesmas memiliki pengelola program P2 HPISP
sehingga perlu komitmen Puskesmas untuk menetapkan pengelola
program P2 HPISP di Puskesmas;
3. Belum semua Puskesmas dapat melaksanakan sekrening terhadap
kelompok berisiko untuk penyakit hepatitis terutama ibu hamil
sehingga perlu advokasi dan koordinasi di tingkat kabupaten dan
Puskesmas;
4. Keterbatasan logistik program P2 HPISP seperti stik HbSAg dan
Vaksin HbIg untuk bayi sehingga perlu dukungan penyedian logistik
yang cukup.

6) Program Kesehatan Bencana

1. Pengelola program kesehatan bencana Puskesmas masih kurang


sensitif dan respon terhadap kejadian bencana sehingga perlu
pelatihan penguatan kapasitas dan Bimtek;
2. Koordinasi multi stakeholder dalam penanganan bencana masih
kurang sehingga perlu peningkatan sistem koordinasi penanganan
bencana.

C. BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN DAN PENELITIAN


PENGEMBANGAN KESEHATAN
1. SEKSI PEMBIAYAAN KESEHATAN
a. Kegiatan Program Pembiayaan Kesehatan
Seksi Pembiayaan Kesehatan Bidang Sumber Daya Kesehatan dan
Litbangkes Dikes Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 melaksanakan 4
program dengan sumber dana dari APBD dan DAK Non Fisik. Adapun
program tersebut antara lain:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 190


1) Program Promosi, Sosialisasi dan Koordinasi Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Mandiri untuk Menurunkan Angka
Kesakitan
Program ini bertujuan untuk mempromosikan, mensosialisasikan
dan mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan JPKM yang terintegrasi
dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS
agar dalam pelaksanaannnya dapat berjalan lancar dan tepat sasaran.
Dengan tersosialisasinya program ini di harapkan masyarakat
termotivasi untuk menjadi peserta JKN secara mandiri sehingga target
UHC Kabupaten Lombok Timur dapat tercapai.
Pagu Anggaran yang dialokasikan untuk program Promosi,
Sosialisasi dan Koordinasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Mandiri
untuk Tahun 2020 sebesar Rp. 104. 731.000 dengan realisasi
anggaran tercapai sebesar Rp. 99.746.000 atau sekitar 95,24 %. (
Matrik Realisasi terlampir ).
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan pada Program
Promosi, Sosialisasi dan Koordinasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Mandiri antara lain :
1. Pemberian Honorarium kepada petugas :
- Honor Tim Anti Fraud
- Honor Tim Verifikator Perencana
- Honor Tim Pengolah Data DHA
- Honor Tim Verifikator Jampersal
- Honor Pengolah Data JKN
2. Pembelian ATK dalam Pelaksanaan Kegiatan;
3. Pertemuan Sosialisasi Pelaksanaan JKN Tahun 2020;
4. Biaya Fotocopy dalam pelaksanaan kegiatan;
5. Biaya konsumsi Verifikator;
6. Jasa Motivator /Relawan Pendamping Pasien Rujukan.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 191


2) Pertolongan Persalinan Bagi Ibu dari Keluarga Kurang Mampu
(JAMPERSAL)
Berdasarkan data yang ada, saat ini kurang lebih 22% ibu
bersalin belum terlayani di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga
persalinan dirasakan menjadi tidak aman dan memiliki risiko kematian
ibu dan bayi tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh kendala akses
menuju fasilitas pelayanan kesehatan (kondisi geografis yang sulit),
maupun kondisi ekonomi sosial dan pendidikan masyarakat termasuk
tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau Kartu
Indonesia Sehat (KIS).
Dana Jampersal tahun 2020 ini digunakan untuk mendekatkan
akses dan mencegah terjadinya keterlambatan penanganan pada ibu
hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir terutama di daerah yang
memiliki akses ke fasilitas kesehatan sulit dan tidak memiliki biaya
untuk persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan melalui penyediaan
biaya transportasi rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan,
penyediaan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK). Dana jasa pertolongan
persalinan bagi ibu bersalin miskin dan tidak mampu khususnya yang
belum memiliki kartu Jaminan Kesehatan Nasional/ Kartu Indonesia
Sehat atau sumber pembiayaan yang lain.
Program Jampersal ini bertujuan untuk meningkatkan akses
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru
lahir ke Fasilitas pelayanan kesehatan yang kompeten
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Program
Jampersal di tahun 2020 antara lain :
1. Penguatan Komitmen Stakeholder dalam AKI/AKN
2. Penguatan Sistem Rujukan Dalam Penurunan AKI/AKN
3. Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan dalam Penanganan
kegawatdaruratan Maternal Neonatal
4. Pertemuan DRK
5. Pertemuan Koordinasi Penurunan AKI/AKN
6. Pembayaran Jasa Pelayanan Kesehatan
- Jasa Pelayanan di Faskes

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 192


- Jasa Pemeriksaan Spesimen Bayi
- Jasa Rujukan Persalinan ke Rumah Sakit
- Jasa Rujukan ke Rumah Tunggu
- Jasa Pelayanan Pasca Persalinan
7. Biaya Paket Pengiriman Sampel
8. Sewa Rumah Tunggu Kelahiran
9. Makan Minum Bumil di Rumah Singgah
10. Perjalanan Dinas Dalam Daerah Monev Lokus AKI/AKN
11. Perjalanan Dinas Luar Daerah
Pagu Anggrana yang dialokasikan untuk program jaminan Persalinan
(DAK Non Fisik) Tahun 2020 sebesar Rp. 3.792.720.000 dengan
Realisasi Anggaran sebesar Rp. 2.570.731.488 atau sekitar 67,78 %. (
Matrik Realisasi terlampir ).

3) Jaminan Kesehatan Pemerintah Daerah


Tujuan umum program ini adalah untuk mendukung percepatan
pencapaian Universal Health Coverage (UHC) Program JKN di
Kabupaten Lombok Timur serta meningkatkan akses layanan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu ke fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan. Adapun tujuan khususnya antara lain :
a) tersedianya dukungan pembiaayaan untuk pembayaran iuran
program JKN melalui BPJS kesehatan bagi masyarakat miskin dan
tidak mampu yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah (PBI
APBD);
b) Tersedianya dukungan pembiayaan kesehatan di fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu diluar kuota JKN Pusat dan JKN NTB;
c) Tersedianya dukungan pembiayaan untuk transport rujukan
masyarakat miskin dan tidak mampu ke fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan di luar daerah.
Pagu Anggrana yang dialokasikan untuk Program Jaminan
Kesehatan Daerah Tahun 2020 sebesar Rp. 22.842.687.299 dengan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 193


Realisasi Anggaran sebesar Rp. 22.531.556.220 atau sekitar 98,64 %.
( Matrik Realisasi terlampir ).
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam program
Jaminan Kesehatan Pemerintah Daerah antara lain :
1) Pembayaran Honorarium
· Honor UPTPK
· Honor Verifikator Yankes Maskin
2) Belanja Listrik Rumah Singgah di Denpasar Bali
3) Belanja Jaminan Pelayanan
Ø Rumah sakit Luar Kabupaten
Ø Puskesmas
4) Pembayaran Premi Iuran Peserta JKN yang di Daftarkan oleh
Pemda
Ø Iuran Peserta PBI APBD
Ø Iuran 4 % Dokter
5. Sewa Rumah Singgah
6. Perjalanan Dinas Dalam Daerah
Ø Survey Status Sosial
Ø Rujukan ke RS Pemda dan Propinsi
7. Perjalanan Dinas Luar Daerah
Ø Pemantauan Pasien
Ø Pendampingan Pasien Rujukan Ke Luar Daerah (Bali dan
Jakarta)
8. Pertemuan Evaluasi
9. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Ke Puskesmas
10. Belanja Modal Laptop

4). Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)

Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-


5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub
dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 194


ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau.
Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus
berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal l34
ayat 2, yaitu menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem
Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945,
kemudian terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yang kuat
bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki
komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyatnya. Melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, pada hakekatnya
bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat
resolusi WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap
negara mengembangan Universal Health Coverage (UHC) bagi
seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggung jawab atas
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
Tujuan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional adalah
untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat
pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Sasaran Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) ini adalah seluruh komponen mulai dari pemerintah
(pusat dan daerah), BPJS, fasilitas kesehatan, peserta dan pemangku
kepentingan lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 195


Ruang lingkup pengaturan dalam Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini meliputi
penyelenggaraan, peserta dan kepesertaan, pelayanan kesehatan,
pendanaan, badan penyelenggara dan hubungan antar lembaga,
monitoring dan evaluasi, pengawasan, dan penanganan keluhan.
Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) mengacu pada prinsip-prinsip sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu:
a) Kegotongroyongan
Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), prinsip gotong
royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang
kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini
terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh
penduduk.
b) Nirlaba
Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang
dikumpulkan dari masyarakat secara nirlaba bukan untuk mencari
laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi
sebesar-besarnya kepentingan peserta.
c) Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas
Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
d) Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
e) Kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi
peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 196


wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah, serta kelayakan
penyelenggaraan program.
f) Dana Amanah
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan
kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
g) Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial
Pengelolaan dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta. Pelaksanaan Program JKN di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2020 telah dilaksanakan sesuai dengan
Peratuaran Presiden Nomor 75 Tahun 2019 dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Tahun 2020 Kegiatan Penyediaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Jumlah Anggaran sesuai dengan DPA sebesar Rp.
75.468.023.572. Pembagian Dana Kapitasi tersebut dalam 2
komponen besar yaitu Jasa Pelayanan sebesar 60 % dan
Dukungan Biaya Operasional Pelayanan Kesehatan Pendukung di
Puskesmas sebesar 30 %.
Pemanfaatan Dana Kapitasi di Puskesmas diatur kembali
dengan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur Nomor 441.7/049.1/KES/2020 tentang Alokasi dan
Ketentuan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional Pada Puskesmas Tahun 2020.

5) Penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Non Kapitasi


Program ini merupakan Jumlah dana yang dibayarkan pihak
penyelanggaran JKN dalam hal ini BPJS cabang Lombok Timur atas
klaim pelayanan kesehatan yang dilakukan di FKTP lingkup Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 197


Tahun 2019, besaran Anggaran Kegiatan ini dalam DPA – SKPD
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp.
22.000.000.000.
Pemanfaatan Dana Non Kapitasi diatur dengan Keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Nomor
800/046.1/KES/2020 tentang Penetapan Tarif Non Kapitasi dan
Pemanfaatannya Berdasrakan Jenis Pelayanan Kesehatan Pada
Puskesmas Non BLUD dan Jaringannya Dalam Program Jaminan
Kesehatan Nasional Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020.

b. Pencapaian Indikator Program


1) Cakupan Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional

Data Kepesertaan JKN/KIS Tahun 2020 :

1. PBI APBN/APBD = 945.732 Jiwa

2. NON PBI = 82.594 Jiwa

2) Data Pelayanan Kesehatan Peserta JKN Di FKTP Pemerintah


Pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional di
fasilitas kesehatan (Puskesmas) di Kabupaten Lombok Timur meliputi
pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Rujukan. Pelayanan Rujukan
Puskesmas dengan tujuan RSUD Soejdono, RS Medical Center Lombok,
RSI Namira, Klinik Permata Cinta, RS Yatopa. Untuk lebih jelas tentang
pelayanan kesehatan peserta JKN dapat dilihat pada table berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 198


Tabel 5.52
Pelayanan Kesehatan Peserta JKN di FKTP Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2020

Sumber : Seksi Pembiayaan Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Dari table tersebut diatas menunjukkan, bahwa dari jumlah 1.028.326


peserta JKN di Kabupaten Lombok Timur mendapat pelayanan kesehatan
pada tahun 2020 sebesar 61,54% (632.866 orang) dengan rincian Peserta
yang mendapat pelayanan Rawat Jalan sebesar 91,05% (576.255 orang),
Rawat Inap sebesar 3,14% (19.896 orang), pelayanan Rujukan sebesar
4,18% (26.476 orang) dan yang mendapat pelayanan Persalinan sebesar
1,62% (10.239 orang).

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 199


Puskesmas yang memberikan pelayanan Rawat Jalan terbanyak
adalah Puskesmas Sakra dengan jumlah 79.456 peserta (13,78%) diikuti
Puskesmas Suela sejumlah 70.306 orang dan terendah adalah Puskesmas
Aikmel Utara dengan jumlah peserta yang dilayani sejumlah 1.719 orang.
Puskesmas yang memberikan pelayanan Rawat Inap terbanyak adalah
Puskesmas Terara sebesar 10,29% (2.048 peserta) diikuti Puskesmas
Keruak sebesar 5,34% (1.063 peserta). Sedangkan Puskesmas yang
memberikan pelayanan Persalinan terbanyak adalah Puskesmas Rensing
sejumlah 675 peserta ( 5,59%) dan terendah Puskesmas Karang Baru
sejumlah 98 kasus.

3). Data Besaran Kapitasi Dan Realisasinya


Tabel 5. 53
Data Besaran Kapitasi Dan Realisasinya di Kabupaten Lobok Timur
Tahun 2020

c. Permasalahan Dan Upaya Pemecahan Masalah


1) Permasalahan
a) Kepesertaan Jkn
i. Masih tingginya jumlah peserta mandiri yang melakukan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 200


penunggakan pembayaran premi JKN-KIS;
ii. Masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk melaporkan
warganya yang sudah meninggal dan terdaptar sebagai peserta
JKN- KIS ke Pusat Layanan Kesehatan terdekat atau ke Kantor
Desa untuk diusulkan pergantian Peserta JKN KIS bagi warga
yang betul- betul miskin atau sakit parah di wilayah desa
setempat;
iii. Masih banyak masyarakat dari keluarga miskin dengan indikasi
penyakit seperti HIV Aids, Gizi Buruk, Cancer tidak menjadi
peserta JKN KIS;
iv. Ketidaksesuaian identitas pemegang kartu KIS indentitas
kependudukan seperti Kartu Keluarga maupun KTP sehingga
jika peserta tersebut membutuhkan pelayanan kesehatan
terlebih dahulu harus membuat rekomendasi dari Dinas Sosial
dan selanjutnya dilakukan pergantian kartu Jamkesmas di kantor
BPJS Kabupaten Lombok Timur;
v. Beberapa pasien di Puskesmas belum tahu bahwa mereka telah
terdaftar sebagai peserta JKN KIS karena belum memeggang
kartu KIS.

b) Pelayanan Kesehatan
i. Masih kurangnya tenaga dokter gigi di beberapa Puskesmas di
Kabupaten Lombok Timur menyebabkan pelayanan kesehatan
gigi belum berjalan dengan optimal dan sangat berpengaruh
dalam perhitungan pembayaran kapitasi di Puskesmas tersebut ;
ii. Peserta masih banyak yang belum memahami batasan benefit
(manfaat pelayanan) yang di tanggung oleh BPJS ;
iii. Beberapa Pasien peserta JKN-KIS di Puskesmas menolak
untuk dirujuk ke RKTL sehingga pasien di rawat di Puskesmas
dengan Sumber Daya yang anda sehingga LOS pasien dirawat
di Puskesmas agak lama. Hal ini menyebakan nilai mutu
pelayanan yang di Puskesmas rendah;
iv. Belum ada regulasi yang detail dan kesamaan persepsi tentang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 201


mengelompokkan kondisi-kondisi yang tergolong gawat darurat
atau bukan (emergency) menjadi kendala pelaksanaan
pelayanan kesehatan Rujukan di Puskesmas.

c) Pembiayaan
Pembayaran Dana Kapitasi ke Puskesmas setiap bulannya turun
akibat diterapkannya KBKP dan perpindahan kepesertaan ke
praktik swasta, yang mengakibatkan kemungkinan adanya difisit
anggran dari rencana anggaran yang telah ditetapkan dalam APBD.

d) Organisasi & Manajemen


i. Tim Managemen Puskesmas masih kurang melakukan
sosialisasi dan promosi tentang program JKN dan program -
program pelayanan yang dilaksanakan oleh Puskesmas yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat;
ii. Pemberitahuan hasil verifikasi klaim dari BPJS sering terlambat
sehingga proses pembayaran ke FKTP oleh Dinas Kesehatan
menjadi terlambat;
iii. Kurangnya dana dukungan untuk program JKN dari Pemerintah
Pusat untuk Dinas Kesehatan sehingga upaya
pengawasan,pembinaan, evaluasi program kurang hal ini
meyebabkan pelaksanaan kegiatan program JKN di Puskesmas
masih tidak optimal;
iv. Pembayaran dana Kapitasi yang dilakukan di pertengahan bulan
menyebabkan Puskesmas dalam membuat RKA Bulanan sering
terlambat sehingga mempengaruhi proses penggunaan dana
tersebut setiap bulannya;
v. Penyusunan RPK dana Kapitasi setiap bulannya belum
melibatkan semua pemegang program di Puskesmas sehingga
pelaksanaan kegiatan di RPK belum berdasarkan prioritas
masalah yang ada;
vi. Masih lemahnya pengawasan dari atasan langsung atas
pertanggungjawaban keuangan yang dilaksanakan di

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 202


Puskesmas sehingga beberapa penggunaan dana belum sesuai
dengan aturan yang berlaku.

2) Upaya Pemecahan Masalah


a) Mengupayakan segera terbitnya regulasi hukum atau payung
hukum pelaksanaan JKN di Kabupaten Lombok Timur seperti
Peraturan Bupati, Surat Keputusan Bupati, Surat Keputusan Kepala
Dinas dalam pemanfaatan dana Kapitasi dan Non Kapitasi;
b) Berkoordinasi dengan Dinas terkait seperti Dinas Sosial guna
mengatasi masalah kepesertaan JKN, baik untuk kepesertaan
ganda, meninggal dunia maupun pindah status peserta;
c) Membuat Rekomendasi kepesertaan bagi peserta yang terdapat
perbedaan identitas antara kartu JKN (Jamkesmas, KIS) dengan
identitas resmi lainnya seperti Kartu Keluarga dan KTP;
d) Menginformasikan ke Puskesmas untuk selalu mengecek P. Care
kepesertaan JKN sehingga peserta JKN yang diberi pelayanan
kesehatan adalah peserta yang kartu JKNnya masih aktif, sehingga
dapat meminimalisir jumlah penolakan klaim yang diajukan ke BPJS;
e) Sosialisasi ke masyarakat secara terpadu yang melibatkan
stakeholder Program JKN (Dinkes, Dinsos dan BPJS Kesehatan)
harus dilakukan lebih intensif, baik kepada pemangku kepentingan di
tingkat kecamatan dan desa serta kelompok potensial yang ada di
masyarakat;
f) Disediakan pojok JKN disetiap Puskesmas, sebagai tempat
pelayanan pengaduan keluhan dan pembayaran iuran oleh
masyarakat, dengan melibatkan kader JKN yang sudah direkrut oleh
BPJS Kesehatan;
g) Mengupayakan perbaikan identitas bagi peserta pemilik KIS yang
beda identitasnya sebelum menderita sakit, sehingga memudahkan
peserta menggunakan kartunya pada saat sakit;
h) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
melalui :
i. Peningkatan kapasitas SDM sehingga dapat memberikan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 203


pelayanan yang terstandar;
ii. Melengkapi sarana dan prasarana yang memadai dan terstandar
disetiap fasyankes, sehingga daat memberikan kenyamanan,
kemanan dan kepuasan tidak hanya bagi pengunjung/pasien tapi
juga bagi petugas pemberi pelayanan kesehatan;
iii. Melengkapi obat-obatan dan perbekalan kesehatan lainnya yang
untuk mendukung pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas;
iv. Akreditasi fasyankes / Puskesmas, agar pelayanan yang
diberikan terstandar dan berkualitas.
i) Berkoordinasi dengan BPJS untuk mengatasi masalah tingginya
angka dropout kepesertaan yang diakibatkan kurangnya kesadaran
atau bahkan ketidak mampuan masyarakat untuk membayar premi
seluruh anggota yang masuk menjadi peserta JKN secara mandiri;
j) Mengupayakan perencanaan RKA dan DPA SKPD untuk dana
Kapitasi dilaksanakan oleh Puskesmas sehingga jumlah dan jenis
kegiatan sesuai dengan kebutuhan Puskesmas sehingga realisasi
belanja dapat lebih di optimalkan;
k) Selalu berkoordinasi dengan BPJS selaku pihak yang melakukan
verifikasi dan pembayaran klaim atas pelayanan kesehatan yang di
lakukan oleh Puskesmas setiap bulan, sehingga dapat diupayakan
sistim pembayaran sesuai dengan ketentuan atau mekanisme yang
telah disepakati bersama dalam PKS antara BPJS dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur;
l) Mengupayakan Puskesmas dalam pengajuan Klaim atas pelayanan
kesehatan yang telah dilakukan tepat waktu setiap bulannya;
m) Mengupayakan Bimbingan Teknis Program, Monitoring dan Evaluasi
berjalan dengan maksimal.

2. SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN DAN LITBANGKES


a. Program dan Indikator Sumber Daya Manusia Kesehatan
Masalah strategis SDM kesehatan yang dihadapi dewasa ini adalah:
(1) pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan belum dapat
memenuhi kebutuhan; (2) perencanaan kebijakan dan program SDM

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 204


kesehatan masih lemah dan belum didukung sistem informasi SDM
kesehatan yang memadai, masih kurang serasinya antara kebutuhan dan
pengadaan berbagai jenis SDM kesehatan. Kualitas pendidikan dan
pelatihan kesehatan pada umumnya masih belum memadai; (3) dalam
pendayagunaan SDM kesehatan, pemerataan SDM kesehatan berkualitas
masih kurang dan (4) pembinaan dan pengawasan SDM kesehatan serta
dukungan.
Dengan melihat masalah strategis tersebut, Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur melalui melalui Kegiatan Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Program Sumber Daya
Kesehatan memiliki kinerja Program pengelolaan manajemen tenaga
kesehatan. Adapun indikator kegiatan, kinerja dan indikator kinerja dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.54.
Indikator Kinerja Program Sumber Daya Kesehatan
Tahun 2020

No. Indikator Kegiatan Kinerja Indikator Kinerja


1 Pemutakhiran data Terlaksananya 1. Dokumen/profil
tenaga kesehatan kegiatan analisis tenaga kesehatan
data dan informasi 2. Jumlah Program
tentang sumber daya Internship Dokter
manusia kesehatan Indonesia (PIDI)
3. Jumlah Tenaga
Nusantara Sehat
2 Penyusunan Terlaksananya Dokumen Renbut
rencana kebutuhan kegiatan
tenaga kesehatan perencanaan
kebutuhan tenaga
kesehatan
berdasarkan Analisa
Beban Kerja (ABK)
3 Penerbitan sertifikat Terlaksananya uji Jumlah sertifikat
kompetensi bagi kompetensi bagi kompetensi yang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 205


profesi keperawatan profesi keperawatan diterbitkan
akan naik pangkat
atau alih jenjang
4 Peningkatan Terlaksananya 1. Jumlah tenaga
kapasitas tenaga pelatihan dan kesehatan yang
kesehatan memalui pendidikan bagi mengikuti RPL
pendidikan tenaga kesehatan (Rekognisi
pelatihan atau Pembelajaran
workshop untuk Lampau)
tenaga kesehatan 2. Jumlah tenaga
kesehatan yang
mengikuti program
PPDS dan PPDGS
serta pendidikan
Strata 2
5 Pemilihan dan Terlaksananya 1. Persentase tenaga
Pembinaan tenaga pemilihan dan kesehatan teladan
kesehatan teladan pembinaan tenaga yang dibina
kesehatan teladan 2. Tenaga kesehatan
yang mengikuti lomba
tingkat propinsi dan
nasional
Sumber : Seksi SDMK Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

b. Pencapaian Program Dan Kegiatan


1) Pemutakhiran Data Tenaga Kesehatan
a) Profil Tenaga Kesehatan
Dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan kesehatan
nasional khususnya dukungan sumber daya manusia kesehatan
yang sesuai kebutuhan baik dalam kualitas maupun kuantitas,
beberapa tantangan yang harus dihadapi di masa mendatang mulai
dari melakukan perencanaan sampai pada manajemen dan
pemberdayaan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Perencanaan
kebutuhan SDMK di tingkat Institusi adalah perencanaan kebutuhan
SDMK yang dilakukan dalam lingkup suatu institusi kesehatan.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 206


Perencanaan SDM Kesehatan dilakukan dengan mendasarkan pada
fakta melalui peningkatan sistem informasi SDM Kesehatan.
Keadaan tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur
tahun 2020 sebagai berikut :

Gambar. 5.45
Keberadaan SDM Kesehatan berdasarkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

19,26
Dinas Kesehatan
3,09
2,77 Namira

3,34 LMC
RSUD Lotim
71,53 RSUD Dr. R.Sodjono

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020

Total tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur


adalah 5.950 orang yang tersebar di Dinas Kesehatan sebanyak
4.256 orang (71,53%), RSU dr. R. Soedjono sebanyak 1.146 orang
(19,26%), RSI Namira sebanyak 199 orang (3,34%) dan RS Lotim
Medical Center (LMC) sebanyak 167 orang (2,77%). Data ini belum
menggambarkan keadaan jumlah tenaga kesehatan secara
keseluruhan karena belum mencatat tenaga kesehatan yang ada di
klinik-klinik atau balai pengobatan lainnya. Sebagai catatan bahwa
tenaga kesehatan ini hanya tercarat satu kali, artinya jika ada
tenaga kesehatan sudah tercatat di RSU dr. R Soedjono, tidak
dihitung lagi di tempat praktek lainnya.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 207


Gambar.5.46
Presentase Status Kepegawaian Tenaga Kesehatan
Di Instansi Pemerintah Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

PNS
Non PNS
71,6

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persentase tenaga non


PNS jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga PNS.
Sebarannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 208


Tabel 5.55
Sebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Status Kepegawaian di
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020

Dari table tersebut dapat dilihat bahwa persentase jumlah


PNS di Dinas Kesehatan dan Puskesmas adalah 27,7% dan non
PNS sebesar 72,3%. Sedangkan untuk di RSUD, persentase
jumlah tenaga PNS adalah 30,5% dan non PNS sebesar 69,5%.
Dan secara keseluruhan untuk Kabupaten Lombok Timur,
pesentase tenaga PNS adalah 28,4% dan tenaga non PNS sebesar
71,6%.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 209


Tabel 5.56
Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020

Berdasarkan Standar Ketenagaan Minimal (SKM), jumlah


dokter umum yang minimal ada di Puskesmas rawat inap adalah 2
(dua) orang dan dapat dilihat ini sudah terpenuhi. Sedangkan untuk
dokter gigi, minimal 1 (satu) orang dokter gigi harus ada di
Puskesmas rawat inap dan hanya 18 puskesmas yang terpenuhi
dan masih terdapat 17 Puskesmas yag belum memiliki dokter gigi.
Keadaan ini tentu sangat berpengaruh pada pelayanan kesehatan
gigi di Puskesmas. Untuk Rumah Sakit, jumlah tenaga dokter

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 210


maupun dokter gigi tidak berdasarkan standar ketenagaan minimal,
tetapi berdasarka analisa beban kerja.

Tabel 5.57
Rekapitulasi SDM Kesehatan yang Didayagunakan di Fasyankes
berdasarkan Rumpun Ketenagaan di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber : Seksi SDMK Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 211


Jumlah perawat yang ada di Puskesmas dan di Dinas
Kesehatan adalah 1.439 orang, di rumah sakit sebanyak 511 orang
dan 13 orang di klinik kesehatan sehingga total jumlah perawat
adalah 1.963 orang. Untuk perawat yang ada di Puskesmas dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur dan RSUD R.
Soedjono Selong, status kepegawaian lebih banyak non PNS
dibandingkan PNS.
Tabel 5.58
Jumlah Tenaga Perawat di Instansi Pemerintah
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020


Total jumlah tenaga perawat yang ada di instansi pemerintah
Kabupaten Lombok Timur adalah 1.825 orang dengan
perbandingan 24,1% tenaga PNS dan 75,9% tenaga non PNS.
Persentase perawat non PNS meningkat jumlahnya dibandingkan
dengan tahun 2019 yaitu 73,5%.
Tabel 5.59
Tingkat Pendidikan Perawat di Instansi Pemerintah
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 212


Untuk Instansi Pemerintah yakni Dinas Kesehatan dan Rumah
Sakit, pendidikan perawat terbanyak adalah D3 (57.6%) dan
S1/Profesi Ners (41.8%). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
36 tahun 2014 menyatakan bahwa tenaga kesehatan adalah
mereka yang memiliki pendidikan minimal Diploma Tiga. Pada
Tabel di atas, masih terdapat perawat yang memiliki pendidikan
SPK atau setingkat SMA sebanyak 3 orang. Mereka ini tidak
mengikuti program RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau) dengan
alasan sudah akan memasuki masa pensiun.
Jumlah Bidan yang ada di kabupaten Lombok Timur tahun
2020 adalah 1.412 orang (lihat table 4). Jumlah yang ada di
Puskesmas dan Dinas Kesehatan adalah 1.258 orang, RSUD
sebanyak 131 dan RS Swasta dan klinik sebanyak 22 orang.
Sebaran bidan di Puskesmas seperti yang dilihat pada table 4
sudah cukup merata dan tetap di dominasi oleh tenaga non PNS
(dapat dilihat pada table berikut)
Tabel 5.60
Jumlah Tenaga Bidan di Instansi Pemerintah
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020


Total jumlah bidan yang ada di Dinas Kesehatan dan Rumah
Sakit adalah 1.389 orang, hanya 27,6% tenaga PNS, selebihnya
adalah tenaga non PNS yakni 72,4%.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 213


Tabel 5.61
Tingkat Pendidikan Bidan di Instansi Pemerintah
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020


Tingkat pendidikan bidan yang ada di Dinas Kesehatan dan
RSUD sebagian besar adalah Diploma Tiga yakni 89,4% dan D4/S1
sebesar 10%.
Tabel 5.62
Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan dan
Tenaga Gizi Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 214


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kesehatan
masyarakat Kabupaten Lombok Timur berjumlah 80 orang dengan
rincian di Puskesmas dan Dinas Kesehatan adalah 73 orang dan
Rumah Sakit sebanyak 7 orang. Tenaga kesehatan masyarakat ini
belum difungsikan secara maksimal di Puskesmas, karena
walaupaun mereka memiliki STR Kesmas, mereka belum ditugaskan
untuk mengerjakan pekerjaan kesehatan masyarakat.
Sebaran tenaga kesehatan lingkungan masih belum merata,
ada puskesmas yang hanya memiliki 1 (satu) orang tenaga
kesehatan lingkungan seperti Sembalun, Aikmel Utara dan
Belanting, sementara ada puskesmas yang memiliki 7 orang tenaga
kesehatan lingkungan yakni puskesmas Lepak dan pringgasela.
Dengan demikian, perlu dilakukan redistribusi tenaga kesehatan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
lingkungan di puskesmas lain. Dari 111 orang tenaga kesehatan
lingkungan yang ada di Dinas kesehatan dan Puskesmas tersebut,
67 orang adalah tenaga PNS dan 44 orang tenaga non PNS.
Jumlah total tenaga gizi di Puskesmas dan Dinas Kesehatan
adalah 150 orang (PNS 54 orang, non PNS 96 orang). Sebaran
tenaga gizi ini masih kurang merata. Terdapat 6 (enam) puskesmas
yang memiliki 2 orang tenaga gizi yaitu puskesmas Sukaraja, Aikmel
Utara, Karang Baru, Sembalun, Sambelia dan Kalijaga. Terdapat 1
puskesmas yang memiliki 7 orang tenaga gizi yaitu Puskesmas
Batuyang.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 215


Tabel 5.63
Jumlah Tenaga Ahli Laboratorium Medik, Tenaga Teknik Biomedika
lainnya, Keterapian Fisik dan Keteknisian Medis
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 216


Jumlah tenaga Ahli Laboratorium Medik atau Analis di
Kabupaten Lombok adalah 155 orang, 97 orang di Dinas Kesehatan
dan Puskesmas (PNS 33 orang, non PNS 64 orang) dan 58 orang di
Rumah Sakit. Ada beberapa Puskesmas yang memiliki tenaga Analis
lebih dari 3 (tiga) orang yang perlu diredistribusika ke Puskesmas
yang masih memiliki tenaga analis kurang dari 3 orang.
Tenaga teknik biomedika lainnya terdiri dari tenaga teknisi
elektomedik dan radiografer. Jumlah total tenaga tekni biomedika
lainnya adalah 51 orang dan sebagian besar berada di Rumah Sakit.
Yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah penempatan
tenaga radiografer di Puskesmas, karena penempatan mereka tidak
sesuai dengan tugas dan fungsi mereka.
Sedangkan tenaga kesehatan yang masuk dalam kategori
keterapian fisik adalah tenaga fisioterapis dan akupuntur. Dari 30
orang tenaga yang ada, semuanya adalah tenaga fisioterapis, 4
orang berada di Puskesmas dan selebihnya bertugas di Rumah
Sakit.
Yang termasuk dalam tenaga keteknisian medis adalah
Perawat gigi dan perekam medik. Jumlah tenaga keteknisian medis
di Dinas Kesehatan dan Puskesmas adalah 160 orang yang terdiri
dari 89 orang perawat gigi dan 71 orang tenaga perekam medis.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 217


Tabel 5.64
Jumlah Tenaga Kefarmasian
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020


Jumlah tenaga kefarmasian yang ada di Kabupaten Lombok
Timur adalah 225 orang yang terdiri dari 157 tenaga teknis
kefrmasian (asisten apoteker) dan 68 orang apoteker. Sebanyak 132
orang bertugas di Dinas Kesehatan dan puskesmas dan 93 orang di
Rumah Sakit. Sebaran tenaga kefarmasian terutama apoteker di
Puskesmas sangatlah tidak merata. Dapat dilihat pada table 5.64,

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 218


dapat dilihat bahwa terdapat 17 Puskesmas yang tidak memiliki
apoteker, namun ada pula puskesmas yang memiliki apoteker lebih
dari 1 orang, bahkan Puskesmas Selong memiliki 3 orang tenaga
apoteker.

Tabel 5.65
Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

Sumber: Rekapitulasi Data SDMK per Desember 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 219


Keberlangsungan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
Rumah Sakit tidak bisa terlepas dari peran pejabat struktural dan
tenaga dukungan manajemen lainnya. Jumlah tenaga dukungan
manajemen ini sangat banyak yakni 1.427 orang. Yang termasuk
dalam tenaga dukungan manajemen ini adalah semua tenaga
kesehatan non fungsional, mulai dari cleaning service, satpam, juru
mudi hingga pengelola program.

b) Program Internship Dokter Indonesia


Guna memantapkan mutu profesi dokter yang baru lulus
program studi pendidikan kedokteran berbasis kompetensi,
Kementerian Kesehatan melalui Permenkes Nomor
299/Menkes/Per/II/2010 menyelenggarakan program Intership
Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan. Program ini disinergikan
dengan program pemerintah dalam rangka pemerataan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat melalui penempatan dokter internship
difasilitas peyanan kesehatan, baik itu di Puskesmas maupun di
Rumah Sakit.
Program Internship Dokter Indonesia (PIDI) ini merupakan
proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan
kompetensi yang diperoleh selama pendidikan yang dilakukan
secara terintegrasi, komprehensif, mandiri serta menggunakan
pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka pemahiran dan
penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan.
Peserta dalam program intership ini adalah dokter yang baru
lulus program studi pendidikan dokter berbasis kompetensi yang
akan menjalankan praktik kedokteran dan/atau yang akan mengikuti
pendidikan dokter spesialis. Program internship dokter yang ada di
Kabupaten Lombok Timur merupakan program internship ikatan
dinas dengan biaya dari pemerintah pusat.
Wahana PIDI untuk Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020
adalah Puskesmas Aikmel dan Rumah Sakit Umum dr. Soedjono
Selong. Terdapat 11 (dua belas) dokter PIDI pada tahun 2020 yang

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 220


dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok dengan pola penempatan 4 bulan di
Rumah Sakit dan 4 bulan di Puskesmas.
Selama berada di wahana Puskesmas, dokter PIDI di bantu oleh
seorang dokter pendamping. Sedangkan untuk di Rumah Sakit,
dokter PIDI didampingi oleh 1 (satu) orang dokter pendamping yakni
dokter di Instalasi Gawat Darurat. Dokter PIDI memiliki kewenangan
sama dengan dokter umum yang ada di Puskesmas/Rumah Sakit,
hanya saja kewenangan tersebut dibatasi di lingkungan wahana.
Berbeda dengan tahun-tahun berikutnya, Dokter PIDI sejak
tahun 2020 ini tidak diwajibkan membuat mini projek, tapi diwajibkan
untuk membuat kegiatan-kegiatan inovasi yang bisa meningkatkan
capaian SPM. Hasil dari kegiatan-kegiatan ini nantinya akan
dipresentasikan di tingkat Kabupaten. Nantinya, hasil dari kegiatan
ini akan diadopsi oleh puskesmas untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan .

c) Program Tenaga Nusantara Sehat


Indonesia yang mempunyai geografi meliputi daratan, lautan,
pegunungan serta banyaknya pulau-pulau yang tersebar
menyebabkan akses pelayanan kesehatan untuk daerah tertentu
sangat sulit dijangkau. Fasilitas pelayanan kesehatan yang
disediakan pemerintah masih banyak yang belum tersedia tenaga
kesehatannya. Hal tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan di
daerah tidak dapat dilaksanakan secara optimal.
Penyediaan sumber daya di fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan tanggung jawab Pemerintah, sesuai dengan Pasal 16
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata
bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Pasal 26 ayat (1) menyebutkan bahwa
Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk
pemerataan pelayanan kesehatan dan Pasal 5 ayat (1) menyebutkan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 221


bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan pada
ayat (2) menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau. Dengan melihat dua aturan tersebut diatas bahwa
seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak yang sama untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Meningkatkan jumlah, penyebaran, komposisi dan mutu tenaga
kesehatan merupakan tantangan masa depan pembangunan
kesehatan. Ketersedian tenaga kesehatan yang memadai
merupakan salah satu faktor pendukung dalam percepatan
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang baik sebagai salah
satu tujuan pembangunan kesehatan serta dalam upaya mendukung
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Situasi di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan


(DTPK) sangat berbeda dengan daerah lainnya. Ketersediaan
tenaga kesehatan dan sarana prasarana merupakan masalah utama
yang terjadi di lapangan. Namun demikian, aktivitas pelayanan wajib
dilaksanakan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak
dapat ditunda. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan khusus mengenai
model penempatan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan disesuaikan dengan karakteristik daerah dan tidak
menyamaratakan kebijakan tersebut untuk seluruh wilayah
Indonesia.

Pemerintah telah melakukan berbagai program dalam rangka


pemenuhan akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk
DTPK melalui penempatan dokter, dokter gigi dan bidan Pegawai
Tidak Tetap (PTT) serta penugasan khusus untuk tenaga kesehatan
lulusan Diploma 3 lainnya. Namun demikian masih diperlukan suatu
program penempatan tenaga kesehatan yang komprehensif melalui
pendekatan promotif, preventif dan kuratif, dan rehabilitatif.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 222


Oleh karena itu Pemerintah menugaskan tenaga kesehatan
melalui Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung
Program Nusantara Sehat yang diharapkan mampu melaksanakan
program secara terintegrasi dan memberikan pelayanan kesehatan
secara optimal di tingkat pelayanan dasar khususnya di DTPK.
Penugasan khusus tenaga kesehatan tersebut dilaksanakan sesuai
dengan amanat Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan. Penugasan Khusus Tenaga
Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat
dilaksanakan untuk mendukung fungsi Puskesmas dalam hal
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.

Sementara itu, fokus kebijakan Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia hingga saat ini adalah penguatan pelayanan
kesehatan primer. Prioritas ini didasari oleh permasalahan kesehatan
yang mendesak seperti angka kematian ibu dan bayi yang masih
tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat
ditentukan oleh kualitas pelayanan kesehatan primer. Penguatan
pelayanan kesehatan primer ini mencakup tiga hal yaitu penguatan
fisik (dengan pembenahan infrastruktur), penguatan sarana (dengan
pembenahan fasilitas), dan penguatan sumber daya manusia
(dengan penguatan tenaga kesehatan).

Program Nusantara Sehat merupakan salah satu bentuk


kegiatan yang dicanangkan oleh Kemenkes dalam upaya
mewujudkan fokus kebijakan tersebut malalui penguatan tenaga
kesehatan. Program ini dirancang untuk mendukung pelaksanaan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia
Sehat (KIS) yang diutamakan oleh Pemerintah guna menciptakan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer adalah garda
terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang berfungsi

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 223


memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan upaya preventif
melalui pendidikan kesehatan, konseling serta skrining (penapisan).

Tabel 5.65
Rekapitulasi Tenaga Nusantara Sehat Individual berdasarkan Lokasi
dan Profesi dari Tahun 2020

Kuota
Terisi
No. Puskesmas Jenis Tenaga (orang)
(orang)

1 Sembalun. 1. Dokter Umum 1 -

2. Sanitarian 1 -

3. ATLM 1 1

2 Jerowaru 1. Dokter Umum 1 -

2. Kesmas 1 1

3. Nutrisionis 1 1

3 Sambelia 1. Dokter Gigi 1 -

2. Kesmas 1 1

4 Belanting 1. ATLM 1 1

5 Sukaraja 1. Tenaga Kefarmasian 1 1

1. Kesmas 1 1

JUMLAH 11 7
Sumber : Seksi SDMK Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Jumlah kuota tenaga Nusantara Sehat tahun 2020


berdasarkan Desk yang dilaksanakan pada bulan Februari tahun
2020 di BKPSDM Kementerian Kesehatan adalah 11 orang, tapi
yang terisi adalah 7 orang, dengan penempatan dan jenis tenaga

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 224


seperti pada tabel 5.65. Kuota yang tidak terisi ini terjadi karena tidak
adanya pelamar yang akan memenuhi kuota tersebut.

2) Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan


a) Metode Standar Ketenagaan Minimal,
Untuk perencanaan kebutuhan SDMK bagi fasilitas Pelayanan
Kesehatan izin baru atau peningkatan klasifikasi Fasilitas
Pelayanan kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan daerah
sangat terpencil, terpencil, perbatasan, tertinggal dan yang tidak
diminati. Metode tersebut bermanfaat untuk merencanakan
kebutuhan SDMK baik tenaga kesehatan maupun tenaga non
kesehatan secara cepat, karena sudah tersedia standar
ketenagaan minimal sesuai dengan kelas atau tipe fasyankes
bersangkutan. Sedangkan tujuannya penyusunan Rencana
kebutuhan Minimal SDM Kesehatan di fasyankes khususnya
Rumah Sakit dan Puskesmas. Tabel berikut di bawah ini
merupakan Standar Ketenagaan Mini

Tabel 5.66
Standar Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Permenkes 75
Tahun 2014

Puskesmas di Puskesmas di Puskesmas di kawasan


kawasan kawasan
No Jenis SDMK Perkotaan Pedesaan Terpencil dan sangat
Terpencil
Non Rawat Rawat Non Rawat Non Rawat Rawat
Rawat
Inap Inap Inap Inap Inap Inap
1 Dokter 1 2 1 2 1 2
2 Dokter Gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
5 Kes.Masyarakat 2 2 1 1 1 1
6 Kes.Lingkungan 1 1 1 1 1 1
7 Ahli.Tek.Lab.Medik 1 1 1 1 1 1
8 Gizi 1 2 1 2 1 2
9 Kefarmasian 1 2 1 1 1 1
Jumlah 17 26 16 24 16 24

Sumber : Seksi SDMK Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 225


Tabel 5.67
Keadaan dan Kebutuhan Tenaga Sesuai Permenkes No. 75 Tahun 2014

No Jenis Tenaga PUSKESMAS Sesuai Tidak Sesuai Standar


Standar
Jml. Pusk > Jlm.Pusk <

Jml. Tenaga Ksehatan


Puskesmas

Kekurangan Nakes (Orang)


Kelebihan Nakes (orang)
Standar Standar

Disparitas (-/+)
Puskesmas Puskesmas

Kebutuhan Minimal

Jumlah Standar
Non Rawat Inap
Rawat Inap
Total

JM % JML % JML %
L

1 Dokter 32 32 0 44 69 9 28,12 4 12,5 4 19 59,3 26 -22


7
2 Dokter Gigi 32 32 0 14 35 14 43,75 0 0 0 20 62,5 20 -20
3 Perawat 32 32 0 286 277 6 18,8 15 46,9 + 33 11 34,4 - +9
24
4 Bidan 32 32 0 350 242 4 12,5 24 75 + 112 4 12,5 -4 + 108
5 Kes.Masyarakat 32 32 0 4 34 4 12,5 0 0 0 87,5 90,6 34 -33
6 Kefarmasian 32 32 0 25 37 16 50 3 9,4 3 13 40,6 15 -12
7 Sanitarian 32 32 0 73 35 7 21,88 25 78,1 43 0 0 0 + 43
2
8 Nutrisionis 32 32 0 54 69 12 37,5 6 18,7 6 14 43,7 17 -11
5 5
9 ATLM 32 32 0 26 35 21 65,6 2 6,3 2 9 28,1 10 -8

Sumber : Seksi SDMK Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Berdasarkan tabel diatas untuk tenaga dokter dari 32


Puskesmas yang ada 4 Puskesmas yang melebihi standar dan 19
Puskesmas yang kurang dari standar. Untuk tenaga dokter gigi 20
dari 32 Puskesmas kurang dokter gigi . Sedangkan tenaga perawat
dari 32 Puskesmas 5 Puskesmas yang kelebihan dari standar dan
15 Puskesmas yang kurang dari standar. Untuk tenaga Bidan dari
32 Puskesmas yang ada 8 Puskesmas yang kelebihan tenaga
bidan dan 17 Puskesmas yang kerurangan Bidan. Untuk Tenaga
Kesehatan Masyarakat dari 32 Puskesmas yang ada baru 4
Puskesmas yang terpenuhi sedangkan 28 Puskesmas yang lain
digantikan oleh tenaga kontrak daerah. Demikian juga dengan
tenaga Kefarmasian, tenaga Gizi dan Tenaga Ahli tehnologi
laboratorium Medik masih kurang sehingga perlu penambahan di
beberapa Puskesmas untuk memberikan pelayanan yang optimal
kepada masayarakt. Tenaga Sanitarian sudah kelebihan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 226


dibeberapa Puskesmas sehingga perlu redistribusi untuk
pemerataan tenaga.

b) Analisa Beban Kerja (ABK)


Analisa Beban Kerja (ABK) merupakan metode untuk
mengetahui kebutuhan riil pegawai (jenis dan jumlah) disuatu unit
organisasi yang dilakukan secara sistematis untuk menjalankan
fungsi suatu organisasi. Diperolehnya kebutuhan riil yang dilakukan
dengan cara merinci seluruh kegiatan/aktivitas yang dilakuakan
dalam suatu unit kerja atau perjenis kategori SDM (jabatan),
perhitungan ABK dilakukan menggunakan software/aplikasi. ABK
mampu menghitung kebutuhan SDM saat ini dan masa yang akan
datang. ABK juga mampu mengidentifikasi seberapa besar beban
kerja SDM. Mampu melihat apakah SDM bekerja sesuai dengan
kompetensinya.
Tabel 5.68
Hasil Perhitungan Analis Beban Kerja SDM Kesehatan Puskesmas Se –
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

Sumber : Berdasarkan entri data pada aplikasi RENBUT per Juli 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 227


Berdasarkan tabel diatas jumlah tenaga pengelola program,
keuangan, aset, pengadminstrasi dan lainnya berjumlah 72 orang
dan hasil perhitungan ABK dibutuhkan sebanyak 139 orang maka
kekurangan sebanyak 67 orang. Karena Dinas Kesehatan
kegiatannya lebih kearah manajemen yang dibantu oleh 15 orang
kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian, 4 orang kepala bidang dan 1
orang Sekretaris serta 1 (satu) orang Kepala Dinas yang
bertanggung jawab atas kegiatan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur.
Yang perlu menjadi perhatian untuk Dinas Kesehatan adalah,
adanya tenaga-tenaga fungsional yang tidak ditempatkan pada
tempat yang seharusnya. Misalnya, tenaga fungsional penyuluh
kesehatan yang ditempatkan di seksi pembiayaan kesehatan dan
sub bagian program dan pelaporan. Begitu pula dengan tenaga
fungsional K3 yang ditempatkan di seksi pelayanan primer,
akreditasi dan kesehatan tradisional.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 228


Tabel 69
Hasil Perhitungan Analis Beban Kerja SDM Kesehatan Puskesmas Se – Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2020

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 229


Sumber : Seksi SDMK Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020

Setelah dilakukan analis dengan menggunakan metode


Analisa Beban Kerja (ABK) berdasarkan Permenkes no. 33
Tahun 2015 di dapatkan hasil perhitungan 34 puskesmas yang
ada di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 masih mengalami
kekurangan tenaga di semua jenis tenaga kesehatan yang wajib
ada di Puskesmas.

3) Uji Kompetensi bagi Tenaga Kesehatan

Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan adalah suatu


proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
pejabat fungsional kesehatan yang dilakukan oleh tim penguji dalam
rangka memenuhi syarat kenaikan jenjang jabatan setingkat lebih
tinggi. Perlunya uji kompetensi jabatan fungsional didasarkan pada
suatu kenyataan bahwa lingkup pekerjaan Jabatan Fungsional tersebut
memiliki cakupan pekerjaan yang cukup luas, membutuhkan
penguasaan pengetahuan standar teoritis di bidangnya, serta
memerlukan penguasaan khusus secara substansial menurut tingkat
keahlian pada bidang tertentu.
Di samping itu, tuntutan perkembangan jenis pekerjaan atau
bidang garapan profesi fungsional di masa mendatang akan menuntut
ketajaman pemikiran yang terspesialisasikan menurut bidang
kompetensi masing-masing secara profesional. Sehingga dengan
demikian untuk dapat diketahui keterukuran kemampuan pada setiap
jenjangnya diperlukan adanya uji kompetensi.
Pada tahun 2020, telah dilakukan uji kompetensi jabatan
fungsional sebanyak 1 kali dan hanya dilakukan untuk tenaga
keperawatan dan terapis gigi dan mulut. Jumlah tenaga perawat yang
ikut uji kompetensi sebanyak 39 orang dan untuk terapis gigi dan mulut
sebanyak 5 orang. Jumlah peserta uji kompetensi ini tidak bisa
ditargetkan karena ini sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
perawat yang akan naik pangkat pada tahun tersebut.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 230


4) Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan
a) Peningkatan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan di dasarkan pada


ketersedian dana baik dari APBN maupun APBD serta pendanaan
yang bersumber pada dari pihak sendiri (Mandiri). Selain itu ditinjau
dari orientasi pendistribusian dan spesifikasi kebutuhan pelayanan
kesehatan masing-masing unit kerja. Unsur lainnya yang dapat
menjadi bagian penugasan belajar bagi tenaga kesehatan adalah
prestasi kerja dan disiplin kerja yang baik. Penyelenggaraan
Pendidkan dijabarkan pada jenjang pendidikan dan spesifikasinya
sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya manusia
kesehatan yang ada. Sedangkan di Kabupaten Lombok Timur
khususnya bidang kesehatan ada beberpa tenga kesehatan yang
mengikuti Program Pendidikan Dokter/ Dokter Spesialis
(PPDS/PPDGS) dan Tugas Belajar.

b) Peningkatan kualitas SDM melalui Pelatihan


Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan
formal yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau
ketrampilan kerja seseorang atau sekelompok orang. Unsur
pendidikan bertugas menangani pendidikan bagi calon tenaga yang
diperlukan oleh instansi atau organisasi yang bersangkutan.
Sementara itu, unsur pelatihan bertindak meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan tenaga atau pegawai yang telah menduduki suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu di instansi yang bersangkutan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 004/Menkes/SK/I/2003
tentang kebijakan dan strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan,
disebutkan bahwa dalam memantapkan sistem manajemen SDM
Kesehatan perlu dilakukan peningkatan dan pemantapan
perencanaan, pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan dan
pemberdayaan profesi kesehatan.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 231


Sedangkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur yaitu memberikan kesempatan
kepada tenaga kesehatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang
berhubungan langsung dengan kegiatan-kegiatan program yang
bersangkutan, selain itu juga memberikan kesempatan bagi tenaga
kesehatan untuk mengikuti pelatihan fungsional yang sesuai dengan
kebutuhan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.
Pada tahun 2020, seksi PSDMK telah melakukan 4 angkatan
pelatihan yang bersumber dari dana BOK Kabupaten. Jenis
pelatihan yang dilaksnakan ini sesuai dengan hasil Training Need
Assesment yang dilakukan pada tahun 2019. Adapun jenis pelatihan
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan deteksi dini kanker leher Rahim dan kanker payudara;
2. Pelatihan keperawatan jiwa komunitas;
3. Pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja di fasyankes;
4. Pelatihan pengelolaan limbah B3.
Setiap pelatihan memiliki 36 peserta yang terdiri dari 35 orang
peserta puiskesmas dan 1 orang peserta kabupaten. Masing-masing
pelatihan dikasanakan selama 3 hari dengan Narasumber dari
Propinsi.

5) Pemilihan dan Pembinaan Tenaga Kesehatan Teladan


Keberhasilan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas
memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mewujudkan
Lombok Timur Sehat yang Berkualitas dan Berkeadilan, sesuai
dengan Visi Kabupaten Lombok Timur tahun 2019 - 2023. Puskesmas
adalah sarana unit fungsional kesehatan terdepan yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Berbagai masalah yang timbul dalam mewujudkan kondisi
tersebut telah dicoba diatasi dengan diluncurkannya kebijakan dasar
Puskesmas yang tadinya berorientasi kepada kuratif dan rehabilitatif
menjadi pusat kesehatan masyarakat strata pertama dengan lebih

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 232


mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pemilihan tenaga kesehatan teladan di Puskesmas diharapkan
dapat menjadi motovasi untuk meningkatkan kinerja tenaga kesehatan
di Puskesmas dan dapat menjadi pendorong terciptanya tenaga
kesehatan yang profesional dan memiliki semangat pengabdian yang
tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur serta dapat
memegang teguh etika profesi.
Melalui surat Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Kp.03.02.BIV/1104/2009, tanggal 3 April 2009, diberitahukan bahwa
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan akan memberikan
penghargaan kepada tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas
yang mempunyai prestasi kerja baik. Penghargaan tersebut berupa
Pemberian Gelar Teladan kepada tenaga kesehatan yang dipilih
melalui seleksi tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas di
setiap tingkat administrasi sesuai pedoman yang telah ditetapkan.
Adapun Pedoman yang digunakan dalam penyelenggaraan
pemilihan Tenaga Kesehatan Teladan ini adalah Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 yang ditetapkan
tanggal 16 Mei 2016.
Tujuan dari dilaksanakannya pemilihan tenaga kesehatan
teladan ini adalah untuk pemberian penghargaan Menteri Kesehatan
kepada tenaga kesehatan teladan di Puskesmas sebagai pengakuan
atas keteladanan dalam pembangunan kesehatan di Puskesmas yang
dilaksanakan secara obyektif dan transparan.
Pelaksanaan pemilihan tenaga kesehatan teladan pada tahun
2020 hanya sampai pada seleksi tertulis di tingkat kabupaten.
Kegiatan penilaian selanjutnya tidak dapat dilakukan karena
terkendala dengan pandemi Covid.
Kegiatan lainnya yang menjadi tanggung jawab di seksi PSDMK
adalah pengelolaan mahasiswa PKL (Praktek Kerja Lapangan) dari
berbagai Institusi Pendidikan, mulai dari SMK dan perguruan tinggi

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 233


baik dari dalam daerah maupun dari luar daerah Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Untuk kelancaran pelaksanaan PKL ini, harus ada
perjanjian kerja sama antara Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur dengan Institusi Pendidikan. Perjanjian kerja sama ini dibuat
untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
Selama tahun 2020, hanya ada 2 (dua) institusi pendidikan yang
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kabupaten Lombok
Timur yaitu Stikes Hamzar (2 angkatan) dan Poltekkes Mataram (4
angkatan). Jumlah ini lebih sedikity dibandingkan dengan tahu 2019.
Menurunnya jumlah institusi pendidikan yang melakukan PKL terjadi
karena pandemi Covid-19.
Penentuan Puskesmas sebagai lokasi PKL ditentukan bersama
oleh institusi pendidikan dan Dinas Kesehatan. Dasar penentuan
lokasi ini adalah masalah kesehatan yang ada di Puskesmas, status
Puskesmas (Puskesmas PONED) dan tersedia tidaknya pembimbing
di Puskesmas.

6) Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Untuk program penelitian dan pengembangan, dari Badan
Litbang Kemenkes RI tahun 2020 tidak ada kegiatan dan kegiatan
yang kami lakukan untuk penelitian dan pengembangan kesehatan
tahun 2020 hanya memfasilitasi mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi, baik dari dalam maupun luar daerah yang akan melakukan
penelitian di Kabupaten Lombok Timur.
Sepanjang tahun 2020, terdapat 88 (delapan puluh delapan)
mahasiswa yang melakukan penelitian di Kabupaten Lombok Timur,
baik itu jenjang pendidikan DIII, S1, S2 maupun S3.

c. Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah


1. Permasalahan
1) Terjadi mutasi/perpindahan petugas pengelola SISDMK (Sistem
Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan), sehingga harus diganti
dengan petugas yang baru, dan perlu mempelajari aplikasi SISDMK.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 234


2) Petugas pengelola SISDMK Puskesmas belum bisa
mengisi/mengupdate data SDMK secara rutin, belum lancar dalam
mengoperasikan aplikasi SISDMK, sehingga data belum sesuai
dengan fakta/kenyataan yang ada di Puskesmas.
3) Koordinasi lintas program seperti Subag Umum dan Kepegawaian,
seksi PSDMK (Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan)
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, dan BKPSDM (Badan
Koordinasi Pengembang Sumber Daya Manusia) Kabupaten Lombok
Timur belum optimal.
4) Dokumen Renbut (Rencana Kebutuhan) Sumber Daya Manusia belum
digunakan sepenuhnya untuk perencanaan, penyebaran, dan
pendisdtribusian formasi tenaga kesehatan.

2. Upaya pemecahan masalah


1) Petugas pegelola SISDMK yang baru, belajar aplikasi secara mandiri
dan berkoordinasi dan konsultasi dengan penanggung jawab dan
pengelola SISDMK provinsi.
2) Petugas pengelola SISDMK Puskesmas berkoordinasi dan konsultasi
dengan pengelola SISDMK Kabupaten, dan pengelola SISDMK
Kabupaten melakukan bimbingan kepada petugas SISDMK
Puskesmas.
3) Dilakukan rapat koordinasi dan konsultasi antara seksi PSDMK,
Subag Umum dan Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
timur bersama BKPSDM Kabupaten Lombok Timur.
4) Diharapkan kedepan mulai tahun 2021 Dokumen Renbut (Rencana
Kebutuhan) Sumber Daya Manusia dipergunakan untuk perencanaan
/ pendistribusian formasi tenaga kesehatan.

3. SEKSI SARANA PRASARANA DAN ALAT KESEHATAN


a. Program Dan Kegiatan
Program dan kegiatan Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
tahun 2020 terdiri dari :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 235


1) Kegiatan Peningkatan Manajemen Pengelolaan Aset/Barang Daerah
(SIMDA - BMD) pada Program Program Manajemen Pengelolaan
Asset/Barang Daerah (1.02.1.02.01.09.01).

Tujuan dilaksanakannya peningkatan manajemen pengelolaan


aset/barang milik daerah adalah : (1) untuk memberikan acuan langkah
dan tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan Sarana Prasarana
dan Alat Kesehatan mulai dari perencanaan, pengadaan, instalasi dan
penerimaan, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan aset/barang
serta; (2) untuk mendukung arah kebijakan pemerintah daerah dalam
pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat kesehatan
Puskesmas/jaringannya.
Pelaksanaan pengelolaan barang/aset milik daerah (BMD)
membutuhkan pengurus barang dengan kompetensi memadai baik di
Dinas Kesehatan maupun Puskesmas maupun yang diukur dari
pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan/bimbingan teknis yang
pernah diikutinya dalam urusan pengelolaan barang milik daerah.
Pengetahuan dan kepatuhan akan peraturan-peraturan pengelolaan
barang milik daerah akan sangat membantu dalam melakukan
pengelolaan barang milik daerah karena peraturan tersebut akan
membatasi ruang gerak pejabat untuk melakukan dan tidak melakukan
pengambilan keputusan yang dapat membuat suatu aset berpindah
tangan atau tidak berpindah tangan kepada pihak lain, serta yang dapat
atau yang tidak dapat diberdayakan/dimanfaatkan untuk kepentingan
operasional pemerintah.
Proses yang panjang dalam pengelolaan barang milik daerah
memerlukan suatu sistem agar penarikan informasi menjadi lebih cepat,
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sistem Informasi
Manajemen Barang Milik Daerah (SIMDA - BMD) diciptakan untuk
menggantikan pekerjan manual menjadi pekerjaan yang dikerjakan
secara elektronik. Pengelolaan barang milik daerah juga memerlukan
komunikasi antara para pelaksananya. Selanjutnya komunikasi
diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah dalam
rangka menyamakan persepsi dan langkah secara integral dari semua

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 236


SKPD dalam pengelolaan barang milik daerah. Komunikasi yang
dibangun dikemas dalam bentuk sosialisasi dan rekonsiliasi.
Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
melalui Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
menyelenggarakan pengelolaan aset/barang dalam bentuk :

a) Rapat Koordinasi Pengelolaan Barang/Aset Puskesmas Tingkat


Kabupaten Lombok Timur yang dihadiri pengurus barang seluruh
Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur;
b) Rekonsiliasi aset dinas dan Puskesmas bersama Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah serta pihak terkait lainnya;
c) Penyediaan biaya operasional pengeloaan aset dinas dan
Puskesmas (honor, penyediaan ATK dan bahan cetak dan biaya
perjalanan dinas petugas);
d) Penyediaan perangkat kantor pendukung pengelolaan aset dinas
dan Puskesmas;
e) Pengelolaan Tempat Penyimpanan/Gudang Kantor.
2) Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat
Kesehatan Puskesmas dan Jaringannya pada Program Sumberdaya
Kesehatan (1.02.1.02.01.36.02).
Dalam rangka mendukung pelaksanaan akreditasi fasilitas
pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas, perlu diadakan proses
penguatan, yaitu melalui pemenuhan sumberdaya fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi sarana (bangunan), prasarana dan alat kesehatan
(SPA) serta sumbedaya manusia kesehatan yang profesional. Sebagai
konsekuensi pada sisi penguatan SPA tersebut perlu adanya berbagai
intervensi yang dilakukan agar target pemenuhan standar SPA di
fasilitas pelayanan kesehatan dapat tercapai.
Selanjutnya ketersediaan sarana prasarana dan peralatan
kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit,
Puskesmas maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Guna
mencapai kondisi maupun fungsi sarana prasarana dan peralatan
kesehatan yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 237


maka perlu adanya pengelolaan sarana prasarana dan peralatan
kesehatan yang terpadu.
Khusus peralatan kesehatan, agar dapat dikelola dengan baik
diperlukan adanya kebijakan pemerintah dalam pengelolaan peralatan
kesehatan di rumah sakit, Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Siklus peralatan kesehatan dibedakan sebelum
masuk ke fasilitas pelayanan kesehatan (pre-market) dan setelah
masuk ke fasilitas pelayanan kesehatan (post market). Pengelolaan
peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (postmarket),
diawali sejak perencanaan (didahului dengan penilaian teknologi dan
evaluasi peralatan kesehatan yang ada), pengadaan, penerimaan,
pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan. Termasuk di
dalamnya adalah ada proses inventarisasi, dekontaminasi, surveilens
dan vigilance serta recall. Semua pihak yang terkait dengan
pengelolaan peralatan kesehatan diharapkan dapat memahami dan
melaksanakannya sesuai dengan bidang tugas masing masing.
Oleh karena itu pada tahun 2020 Seksi Sarana Prasarana dan
Alat Kesehatan menyelenggarakan kegiatan yang mendukung
tercapainya tujuan pengelolaan sarana prasarana dan alat kesehatan
Puskesmas/Jaringannya antara lain :

a) Pertemuan Up Date dan Pemanfaatan Data ASPAK Puskesmas


Tingkat Kabupaten Lombok Timur
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2020 yang
dihadiri oleh seluruh Penanggung Jawab Pengelolaan Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan Puskesmas (Kepala Puskesmas dan
Admin ASPAK/Pengurus Barang Puskesmas), dimana materi yang
disampaikan dalam kegiatan tersebut antara lain (1) Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
disampaikan oleh Kepala Bidang SDK, Penelitian dan
Pengembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, (2)
Kebijakan Pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
Tingkat Pusat dan Provinsi NTB disampaikan oleh Kepala Seksi

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 238


Yankes Primer dan Kesehatan Tradisional Dinas Kesehatan Provinsi
NTB, (3) Pemanfaatan Data ASPAK Puskesmas disampaikan oleh
Penanggung Jawab ASPAK Provinsi NTB (4) Praktek
Pengisian/Update Data ASPAK Puskesmas disampaikan oleh Kasi
Sarana Prasarana dan alat Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur.

b) Pengelolaan Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan


(ASPAK) Puskesmas.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk :
(1) Entry data SPA pada ASPAK oleh Puskesmas;
(2) Validasi data SPA pada ASPAK Puskesmas dan Rumah Sakit
oleh Dinas Kesehatan;
(3) Perencanaan SPA Puskesmas berbasis data ASPAK
Puskesmas;
(4) Penyediaan operasional pengelolaan ASPAK.

c) Perencanaan SPA Puskesmas


Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk :
(1) Penyusunan Usulan Perencanaan SPA Puskesmas;
(2) Verifikasi Usulan Perencanaan SPA Puskesmas;
(3) Finalisasi Perencanaan SPA Puskesmas dalam Protal
Perencanaan Terpadu (PPT).
d) Penyediaan Perangkat Pendukung Pengelolaan Sarana
Prasrana dan Alat Kesehatan (Komputer, dll)
e) Distribusi Prasarana dan Alat Kesehatan ke Puskesmas.

3) Pemeliharaan Rutin/Berkala Alat Kesehatan


Pelaksanaan pemeliharaan merupakan suatu rangkaian kegiatan baik
preventif maupun korektif yang dilakukan untuk menjaga peralatan medis
bermutu, aman dan laik pakai. Peralatan medis sebagai bagian peralatan
kesehatan adalah yang memerlukan kalibrasi, pemeliharaan, perbaikan,
pelatihan pengguna, dan dekomisioning. Kegiatan ini biasanya dikelola

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 239


oleh para tenaga teknis (elektromedis/clinical engineer). Peralatan medis
digunakan untuk tujuan diagnosis tertentu dan pengobatan penyakit atau
rehabilitasi setelah penyakit atau luka yang dapat digunakan baik sendiri
atau bersamaan dengan aksesori, bahan operasional, atau bagian lain
dari peralatan medis. Peralatan medis di pedoman ini tidak termasuk
implan, peralatan sekali pakai atau disposabel.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin/berkala alat
kesehatan di Puskesmas/Jaringannya maka Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur melalui Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan telah
menyelenggarkan beberapa tahapan kegiatan pemeliharaan rutin/berkala
alat kesehatan, antara lain :
a) Inventarisasi kondisi peralatan kesehatan Puskesmas sesuai usulan
perbaikan alat kesehatan dari Puskesmas;

b) Penyediaan operasional pemeliharaan alat kesehatan di Dinas


Kesehatan dan Puskesmas, meliputi penyediaan biaya perjalanan
dinas dan jasa petugas pelaksana perbaikan alat kesehehatan serta
penyediaan suku cadang alat kesehatan;

c) Pelaksanaan kalibrasi alat kesehatan di Puskesmas (29 Puskesmas)


Kegiatan ini dilaksanakan oleh Petugas Kalibrasi dari Balai
Laboratorium Kesehatan dan Pengujian dan Kalibrasi Provinsi NTB
dengan sumber dana dari BOK Kabupaten DAK Non Fisik
Tahun 2020 dan Dana JKN Kapitasi Puskesmas.

b. Indikator Kinerja Kegiatan


Dalam rangka mengukur keberhasilan kinerja program dan kegiatan
dapat dilihat dengan membandingkan antara capaian kinerja dengan
target kinerja yang diharapkan pada waktu tertentu. Adapun hasil capaian
kinerja Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan pada tahun 2019
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 240


Tabel 5.70.
Hasil Capaian Kinerja Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
Tahun 2020

A. Program
: Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur (1.02 .
1.02.01 . 02 )
Kegiatan : Pemeliharaan rutin/berkala Alat
Kesehatan (1.02 . 1.02.01 . 02 . 30 )

INDIKATOR TOLOK UKUR KINERJA TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA PERSENTASE


Masukan Jumlah Dana Rp 29.240.000 Rp 29.240.000 100%
Keluaran Terlaksananya Perbaikan Alkes oleh
UPP Alkes Dinas Kesehatan di 25 Alkes 25 Alkes 100%
Puskesmas/Jaringannya
Hasil Peningkatan Penggunaan Alat
Kesehatan sesuai Standar di 100 % 100 % 100%
Puskesmas/Jaringannya 100 %
Manfaat Peningkatan Kualitas Pelayanan
Kesehatan di 100 % 100 % 100%
Puskesmas/Jariangannya 100 %

B. Program : Manajemen Pengelolaan


Asset/Barang Daerah (1.02 .
1.02.01 . 09 )
Kegiatan
: Peningkatan Manajemen Pengelolaan
Asset/Barang Daerah (SIMDA BMD) (1.02 .
1.02.01 . 09 . 01)

INDIKATOR TOLOK UKUR KINERJA TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA PERSENTASE


Masukan Jumlah Dana Rp 35.420.000 Rp 35.420.000 100%
Keluaran Tersedianya Dokumen Aset BMD
1 Dokumen 1 Dokumen 100%
Dinas 1 Dokumen
Hasil Tersedianya Data Aset BMD Dinas 100 % 100 % 100%
Manfaat Tertatanya Manajemen Aset BMD
100 % 100 % 100%
Dinas

C. Program
: Program Sumberdaya Kesehatan
(1.02 . 1.02.01 . 36)
Kegiatan
: Peningkatan Pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
(SPA) Puskesmas/Jaringannya (1.02 . 1.02.01 . 36 . 02)

INDIKATOR TOLOK UKUR KINERJA TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA PERSENTASE


Masukan Rp 63.609.000 Rp 61.909.000 97,3%
Keluaran Terlaksananya Pengelolaan SPA
Puskesmas/Jaringannya sesuai 32 Puskesmas 32 Puskesmas 100%
Standar
Hasil Peningkatan Kualitas Pengelolaan
100 % 100 % 100%
SPA Puskesmas/Jaringannya
Manfaat Peningkatan Kualitas Pelayanan
Kesehatan di 32 Puskesmas 32 Puskesmas 100%
Puskesmas/Jaringannya

Sumber : Seksi Sarpras Dinas Kesehatan Kab.Lotim Tahun 2020

Dalam mendukung tercapainya target kinerja program dan kegiatan


tentunya harus didukung dengan adanya ketersediaan anggaran yang
memadai yang disesuaikan dengan kebijakan anggaran Pemerintah
Daerah.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 241


Pada tahun 2020 Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
mendapatkan alokasi anggaran yang tertuang dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) sebesar Rp 256.294.000,- yang mengalami
perubahan dikarenakan refocusing anggaran guna mendukung
penangangan covid 19 yang dituangkan ke dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran Perubahan (DPA Perubahan) menjadi seebsar Rp
128.569.000,-. Dalam kurun waktu tersebut realisasi anggaran belanja
mencapai 98,67% yaitu sebesar Rp 126.569.000,-. Data selengkapnya
mengenai realisasi belanja pada tahun 2020 dapat dilihat pada lampiran
laporan ini:
Tabel 5.71
Realisasi Anggaran Kegiatan Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
Tahun 2020
A Program : Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur (1.02 . 1.02.01 . 02 )
Kegiatan : Pemeliharaan rutin/berkala Alat Kesehatan (1.02 . 1.02.01 . 02 . 30 )
NO KEGIATAN ALOKASI REALISASI PERSEN
1 Perbaikan Alkes pada UPP Alkes 4 org x 12 bln 12.000.000 7.200.000 100
2 Perjalanan Dinas Petugas Perbaikan Prasarana dan Alkes 4.240.000 3.120.000 99
3 Penyediaan Peralatan dan Bahan Perbaikan Alkes Puskesmas 8.760.000 14.600.000 99
Sub Total 25.000.000 24.920.000 99

B Program : Manajemen Pengelolaan Asset/Barang Daerah (1.02 . 1.02.01 . 09 )


Kegiatan : Peningkatan Manajemen Pengelolaan Asset/Barang Daerah (BMD) (1.02 . 1.02.01 . 09 . 01)
NO KEGIATAN ALOKASI REALISASI PERSEN
1 Honorarium Pengurus Barang Dinas 3.600.000 3.600.000 100
2 Penyediaan Alat Tulis Kantor (ATK) 6.130.000 6.130.000 100
3 Rapat Koordinasi Pengelola Barang Puskesmas 4.500.000 3.900.000 87
4 Rekonsiliasi Barang Milik Daerah (BMD) 4.000.000 4.000.000 100
5 Operasional Petugas Pelaksana Pengelolaan BMD 15.800.000 15.800.000 100
6 Cetak Dokumen Pengelolaan BMD 750.000 750.000 100
7 Penggandaan Dokumen Pengelolaan BMD 1.800.000 1.800.000 100
8 Perjalanan Dinas Petugas Pengelolaan BMD/BMN 3.020.000 600.000 20
9 Penyediaan Peralatan Kantor (Komputer, dll) 14.000.000 13.860.000 99
Sub Total 53.600.000 50.440.000 94
C Program : Sumberdaya Kesehatan (1.02 . 1.02.01 . 36)
Kegiatan : Peningkatan Pengelolaan SPA Puskesmas/Jaringannya (1.02 . 1.02.01 . 36 . 02)
NO KEGIATAN ALOKASI REALISASI PERSEN
1 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 1.400.000 1.400.000 100

2 Belanja Bahan Pakai Habis Penyediaan Alat Tulis Kantor (ATK) 8.610.000 8.510.000 98.84
3 Belanja Jasa Kantor 40.150.000 15.050.000 37.48
4 Belanja Cetak dan Penggandaan 9.000.000 5.800.000 64.44
5 Belanja Sewa 1.000.000 1.000.000 100
6 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 25.000.000 25.000.000 100
7 Belanja Makanan dan Minuman 7.150.000 5.400.000 75.52
8 Belanja Perjalanan Dinas 15.690.000 13.710.000 87.38
11 Kursus-kursus /Pelatihan Petugas Pemeliharan Alkes 5.000.000 5.000.000 100
12 Penyediaan Peralatan Kantor (Komputer, dll) 14.694.000 14.694.000 100
Sub Total 127.694.000 95.564.000 74.84
TOTAL 206.294.000 179.765.000 78.10

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 242


c. Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah

Dari kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2020 ditemukan


beberapa permasalahan beserta upaya pemecahannya sebagai berikut :
1. Dukungan Anggaran Pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat
Kesehatan berkurang karena Refocussing Anggaran
Penanggulangan Covid-19
Adanya pengurangan anggaran untuk pelaksanaan program dan
kegiatan pengelolaan sarana prasarana dan alat kesehatan baik Dinas
Kesehatan maupun Puskesmas berdampak pada kurang optimalnya
hasil pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan alat kesehatan.
Dengan adanya keadaan ini diupayakan melaksanakan program
dan kegiatan pengelolaan sarana prasarana dan alat kesehatan yang
lebih prioritas sehingga target kinerja minimal dapat tercapai.
2. Pelaksanaan Pemeliharaan Alat Kesehatan Puskesmas belum
maksimal
Terbatasnya jumlah dan kapasitas petugas perbaikan alat
kesehatan yaitu tenaga profesi teknis elekromedis serta minimnya
peralatan bengkel serta ketersediaan anggaran operasional
pemeliharaan alat kesehatan Puskesmas berdampak pada belum
maksimalnya pelaksanaan pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas.

Penambahan tenaga elektromedis baik di DInas Kesehatan


maupun Puskesmas tetap diupayakan untuk diusulkan pada
Pengusulan Rencana Kebutuhan Tenaga Kesehatan untuk tahun 2021
serta singkronisasi anggaran Dinas Kesehatan dengan Pusksmas lebih
dimantapkan agar dapat membantu meningkatkan capaian kinerja
pelaksanaan pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 243


D. BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
1. SEKSI KEFARMASIAN MAKANAN DAN MINUMAN
a. Program dan Kegiatan
Seksi Kefarmasian Makanan & Minuman Bidang Pelayanan
Kesehatan Dikes Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 melaksanakan 5
program dengan sumber dana dari DAK Fisik Reguler Kefarmasian dan
DAK Non Fisik Kefarmasian, DAK Non Fisik Pengawasan Obat &
Makanan, dan APBD II. Adapun program tersebut antara lain:
1) Program Pengadaan Obat & Perbekalan Kesehatan, Sumber Dana
Alokasi Khusus Fisik Reguler Bidang Kesehatan
Adapun Indikator kegiatan ini adalah :
- Capaian Program :
Tersedianya obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan program
puskesmas/jaringannya
- Keluaran :
Tersedianya obat program pelayanan kesehatan.
- Hasil :
Terpenuhinya ketersediaan obat di sarana pelayanan kesehatan.
- Manfaat :
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
- Dampak :
Meningkatnya derajat kesehatan & kualitas hidup masyarakat.
2) Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Sumber Dana Alokasi Khusus
Non Fisik Bidang Kefarmasian.
Indikator Kegiatan ini adalah :
- Capaian Program :
Persentase peningkatan kesehatan masyarakat & penyehatan
lingkungan
- Keluaran :
Terlaksananya kegiatan UKM (Promotif & Preventip) dan
penanggulangan stunting di Dinas Kesehatan & Puskesmas
- Hasil :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 244


Peningkatan target capaian program promotif dan preventif
(khususnya SPM bidang kesehatan
- Manfaat :
Peningkatan kesehatan masyarakat
- Dampak :
Meningkatnya derajat kesehatan & kualitas hidup masyarakat
3) Program Pengawasan Obat & Makanan, Sumber Dana Alokasi Khusus
Non Fisik Pengawasan Obat & Makanan
Indikator kegiatan ini adalah :
- Capaian Program :
Masyarakat terlindungi dari bahan makanan berbahaya dan
peredaran obat illegal
- Keluaran :
Terlaksananya kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan
- Hasil :
Masyarakat memahami tentang bahan pangan berbahaya dan obat
ilegal
- Manfaat :
Masyarakat bisa memilih pangan dan obat yang aman untuk di
konsumsi
- Dampak :
Meningkatnya perlindungan terhadap kesehatan masyarakat
4) Program Pengawasan Obat & Makanan, Sumber Dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Murni.
Indikator kegiatan ini adalah :
- Capaian Program :
Masyarakat terlindung dari bahan makanan berbahaya & peredaran
obat illegal.

- Keluaran :
Terlaksananya kegiatan pemberdayaan konsumen / masyarakat di
bidang obat & makanan.
- Hasil :
Peserta mengerti mengenai pentingnya keamanan pangan.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 245


- Manfaat :
Masyarakat aman dari makanan yang mengandung bahan
berbahaya.
- Dampak :
Meningkatnya perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.

5) Program Obat & Perbekalan Kesehatan, Sumber Dana Anggaran


Pendapatan Belanja Daerah Murni.
Indikator kegiatan ini adalah :
- Capaian Program :
Tersedianya obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan program
puskesmas/jaringannya.
- Keluaran :
Terlaksananya kegiatan peningkatan mutu obat & perbekalan
kesehatan
- Hasil :
Peningkatan mutu penggunaan obat & perbekalan kesehatan
- Manfaat :
Terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan sesuai standar

b. Hasil Kegiatan dan Program


Seksi Kefarmasian Makanan & Minuman sebagai salah satu seksi di
Bidang Pelayanan Kesehatan di tahun 2020 ini melaksanakan 5 (lima)
program sesuai dengan DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2020. Adapun 5 (lima) program tersebut akan diuraikan sbb:
1) Program Pengadaan Obat & Perbekalan Kesehatan, Sumber Dana
Alokasi Khusus Fisik Reguler Bidang Kesehatan.
Pelaksanaaan program obat dan perbekalan kesehatan Tahun
2020 dengan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dapat
diuraikan sebagai berikut :
a) Pengadaan obat – obatan, jumlah pagudana Rp. 6.000.000.000,-
dengan jumlah realisasi Rp. 5.880.826.065,-. Pengadaan obat
dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu pengadaan melalui

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 246


aplikasi e-purcashing/ e-katalog dan non e-purcashing/pengadaan
langsung. Pengadaan melaui e-katalog sebanyak 64 item obat dan
pengadaan langsung sebanyak 33 item obat – obatan. Obat-obatan
yang diadakan adalah obat-obatan untuk pengobatan kesehatan
dasar obat program tidak diadakan karena sudah di alokasikan oleh
pemerintah pusat.

b) Pengadaan bahan medis habis pakai jumlah pagudana Rp.


2.721.474.000,-, dengan jumlah realisasi Rp. 2.721.453.463,-.
Pengadaan bahan medis habis pakai dilakukan dengan
menggunakan 2 metode yaitu pengadaan melalui aplikasi e-
purcashing/ e-katalog dan non e-purcashing/pengadaan langsung.
Pengadaan melalui e-katalog sebanyak 22 jenis bahan medis habis
pakai dan pengadaan langsung sebanyak 33 jenis bahan medis
habis pakai.

2) Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Sumber Dana Alokasi


Khusus Non Fisik Bidang Kefarmasian.
Program ini merupakan Kegiatan yang bersumber dana dari DAK Non
Fisik Bidang Kefarmasian dimana kegiatan ini bertujuan untuk
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat – obatan dan bahan
medis habis pakai serta untuk membiayai terselenggaranya kegiatan
koordinasi pertemuan untuk penyusunan data indicator pengelolaan
obat dan perbekalan kesehatan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan
dalam program ini antara lain :
a) Kegiatan distribusi obat dan perbekalan kesehatan dari instalasi
farmasi kabupaten ke puskesmas. Kegiatan distribusi ke
puskesmas dilakukan sebanyak 12 kali dalam setahun. Dasar
distribusi obat ke puskesmas adalah Laporan Pemakaian &
Laporan Permintaan Obat (LPLPO) yang dilaporkan oleh
puskesmas setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur. Jumlah pagudana kegiatan ini Rp. 128.661.000,- dengan
jumlah realisasi Rp. 122.637.000,-

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 247


b) Penerapan system elektronik logistik obat di instalasi farmasi
kabupaten. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan
koordinasi data indikator. Pertemuan dilakukan sebanyak 4 kali
dengan rincian sebagai berikut :
Ø Pertemuan evaluasi dan monitoring data indikator obat;
Ø Pertemuan peningkatan kapasitas petugas pengelola obat
puskesmas terkait penyusunan laporan data indikator obat; &
Ø Pertemuan monitoring & evaluasi dinamika logistik obat
puskesmas ( 2 kali).
Jumlah pagudana kegiatan ini Rp. 121.339.000,- dengan jumlah
realisasi Rp. 107.939.000,-

3) Program Pengawasan Obat & Makanan, Sumber Dana Alokasi


Khusus Non Fisik Pengawasan Obat & Makanan
Program ini merupakan kegiatan yang bersumber dana DAK Non Fisik
Bidang Pengawasan Obat dan Makanan dimana kegiatan ini bertujuan
untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap bahan
pangan yang berbahaya dan obat illegal yang beredar di masyarakat.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini antara lain :
a) Kegiatan pelaksanaan dan perizinan bagi pelayanan kefarmasian
sesuai standar & persyaratan. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk
pengawasan ke lokasi sarana pelayanan kefarmasian dengan
target lokasi yang dituju sebanyak 152 sarana, namun yang
tercapai hanya pengawasan ke 27 sarana.
b) Kegiatan bimtek petugas pengelola sarana apotek dan toko obat
dalam rangka pemenuhan standard persyaratan sarana pelayanan
kefarmasian. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan
pemberian bimbingan tekhnis kepada 190 orang pengelola sarana
pelayanan kefarmasian milik pemerintah dan swasta (apotek, toko
obat, klinik dan rumah sakit). Materi yang disampaikan terkait
dengan standar-standar yang harus diterapkan dalam berpraktik di
sarana pelayanan kefarmasian. Narasumber pada kegiatan ini

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 248


adalah bapak kepala balai besar POM Mataram, Kepala Seksi
Kefarmasian & Apoteker AOC Kab. Lombok Timur.

4) Program Obat & Perbekalan Kesehatan, Sumber Dana Anggaran


Pendapatan Belanja Daerah Murni.
Program ini merupakan kegiatan yang bersumber dari dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pelaku usaha industri rumah tangga pangan. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam program ini adalah pertemuan penyuluhan
keamanan pangan kepada 20 orang pelaku usaha industry rumah
tangga pangan yang ingin mengurus izin edar pangan yang diproduksi
dan dilaksanakan selama 3 hari. Ada 8 materi standar yang
disampaikan pada kegiatan ini, hasil dari kegiatan ini berupa sertifikat
penyuluhan keamanan pangan yang diberikan kepada 20 orang pelaku
usaha IRTP. Sertifikat ini yang kemudian dilampirkan sebagai salah
satu persyaratan kepengurusan izin edar pangan industry rumah
tangga (SPP-IRTP). Pagu Anggaran kegiatan ini Rp. 44.081.000
dengan realisasi Rp. 10.435.000,-.

5) Program Pengawasan Obat & Makanan, Sumber Dana Anggaran


Pendapatan Belanja Daerah
Program ini merupakan kegiatan yang bersumber dari dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu penggunaan obat dan
perbekalan kesehatan agar sesuai dengan standar.
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu :
a) Sosialisasi kegiatan masyarakat cerdas menggunakan obat (Gema
Cermat);
b) Kegiatan ini dilakukan dengan cara turun ke 8 Desa dengan jumlah
peserta di masing – masing desa sebanyak 30 orang dengan
pelaksanaan selama 1 hari.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 249


c) Pertemuan evaluasi dan monitoring laporan per quartal;

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengundang 36 orang petugas


pengelola obat puskesmas untuk dilakukan monev terhadap 6 jenis
pelaporan yang rutin dikirim setiap bulannya ke Seksi Kefarmasian
Makanan & Minuman Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 1 hari dan 1 kali dalam setahun.

d) Perjalanan dinas petugas kabupaten dalam rangka konsultasi ke


dinas kesehatan provinsi.
Dilakukan dengan cara datang ke Dinas Kesehatan provinsi untuk
konsultasi terkait dengan program kegiatan yang akan
dilaksanakan. Dilaksanakan oleh 3 orang petugas sebanyak 3 kali
dalam setahun.

c. Sasaran & Pencapaian Indikator


1) Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Sasaran kegiatan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan adalah
tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata &
terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah.
Indikator kinerja kegiatan :
a) Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas (target 80%)
Definisi Operasional :
Persentase Puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial
(pemantauan dilaksanakan terhadap 40 item obat indikator)

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 250


Pada tahun 2020 persentase ketersediaan obat Kabupaten Lombok Timur
berjumlah 100%.
Berikut ini adalah tabel ketersediaan obat indikator mulai Bulan Januari s/d
Desember tahun 2020 Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 251


Tabel 5.72

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 252


b) Persentase Kabupaten/Kota yang menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas
Definisi Operasional :
Kabupaten/Kota yang telah menerapkan Penggunaan Obat Rasional adalah Kabupaten/Kota dengan minimal 20% Puskesmas di
wilayahnya memperoleh nilai penggunaan obat rasional di Puskesmas minimal 60%.
Tabel 5.73

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 253


Tabel 5.74

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 254


Tabel 5.75

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 255


Tabel 5.76

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 256


Tabel 5.77

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 Page 257


c) Laporan Pemakaian Obat – Obatan Tahun 2020
Kegiatan pengadaan obat & perbekalan kesehatan merupakan
kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Seksi Kefarmasian Makanan &
Minuman. Capaian yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu tersedianya
obat untuk pelayanan kesehatan program, puskesmas dan jaringannya
sehingga kebutuhan masyarakat di sarana pelayanan kesehatan dapat
terpenuhi dan secara tidak langsung dapat meningkatkan derajat
kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Jumlah anggaran belanja
obat tahun 2020 Rp. 6.000.000.000,- dan bahan medis habis pakai Rp.
2. 721.474.000,-.
Indikator keberhasilan dari kegiatan ini dapat dilihat dari jumlah
persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin essensial
pada tahun 2020. Persentase puskesmas yang memiliki 80% obat &
vaksin essensial, pemantauan dilaksanakan terhadap 40 item obat
indikator dan 5 vaksin essensial. Laporan ketersediaan obat indikator
dilaporkan setiap bulan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten
(Cq. Instalasi Farmasi Kabupaten) kemudian IFK meneruskan laporan
ini ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 5 setiap
bulannya.

TahunGrafik
2020 5.47
DAFTAR PEMAKAIAN 10 OBAT TERBANYAK TAHUN 2020
3.232.509
3.500.000
3.000.000
2.500.000 2.009.415 1.894.683
1.567.990
2.000.000 1.355.899
1.244.345 1.197.631
1.500.000 865.748
704.626 563.473
1.000.000
500.000
-
Antasida Doen I Tablet
Fumarat 60 mg + Asam Folat

Deksametason 0,5 mg
Asam Mefenamat 500 mg

Guaifenesin Tab 100 mg

Natrium Diklofenak 50 mg
Parasetamol 500 mg

Klorfeniramina Maleat (CTM)


Amoksisilin 500 mg

Kaptopril 25 mg
Tablet Tambah Darah Fero

Kunyah
0,4 mg

4 mg

Sumber : Seksi Kefarmasian Makanan Dan Minuman Tahun 2020

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi terkait


pemakaian 10 (sepuluh) obat terbanyak selama tahun 2020. Pemakaian

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 258


obat terbanyak ini harus sesuai dengan data 10 penyakit terbanyak
tahun 2020. Dapat dilihat pada grafik pemakaian obat terbanyak yang
menempati urutan pertama adalah tablet tambah darah, hal ini
menunjukkan keberhasilan program KIA dan Remaja untuk
meningkatkan konsumsi tablet tambah darah untuk ibu hamil dan usia
remaja. Diagnosa lain yang masuk dalam 10 pemakaian obat terbanyak
yaitu ISPA, Asam Lambung, Alergi, Hipertensi dan Rhematik, informasi
terkait jumlah konsumsi bisa dilihat pada grafik 5,99.

Pola Konsumsi Obat Berdasarkan Konsumsi Injeksi


Grafik 5.48
Di Kabupaten Lombok Timur
POLA KONSUMSI OBAT BERDASARKAN KONSUMSI INJEKSI
Tahun 2020
TAHUN 2018, 2019 & 2020

80.000
jumlah Konsumsi

70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
-
Amin Deks Diaz Difen Fito Metil Oksit Oksit Ranit Thia
ophil amet epa hidra men ergo etras osin idin min
lin ason m Inj mine adio metr iklin Inj Injek Hcl
Inj Inj 5 5 Inj n Inj in Inj si Inj
24 mg/ mg/ 10 10 Male 50 100
mg… ml ml mg… mg… at… mg… mg…
Tahun 2018 1.114 21.29 353 8.379 12.45 6.289 720 22.39 16.53 402
Tahun 2019 2.750 46.86 1.625 15.06 8.808 13.88 - 42.91 71.59 -
Tahun 2020 553 20.20 746 14.54 17.21 10.08 576 30.53 42.34 90

Sumber : Seksi Kefarmasian Makanan Dan Minuman Tahun 2020

Grafik 5.49
POLA KONSUMSI OBAT BERDASARKAN KONSUMSI INJEKSI
TAHUN 2018, 2019 & 2020

80.000
jumlah Konsumsi

70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
-
Amino Deksa Diazep Difenh Fitome Metile Oksite Oksito Raniti Thiami
phillin metas am Inj idrami nadion rgome trasikli sin Inj din n Hcl
Inj 24 on Inj 5 ne Inj Inj 10 trin n Inj Injeksi Inj 100
mg/ml 5 mg/ml 10 mg/ml Malea 50 mg/ml
mg/ml mg/ml t Inj mg/ml
0,2
mg/ml
Tahun 2018 1.114 21.291 353 8.379 12.450 6.289 720 22.392 16.530 402
Tahun 2019 2.750 46.861 1.625 15.069 8.808 13.883 - 42.918 71.590 -
Tahun 2020 553 20.200 746 14.542 17.211 10.080 576 30.533 42.340 90

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 259


Sumber : Seksi Kefarmasian Makanan Dan Minuman Tahun 2020

Grafik 5.50
Tahun
POLA KONSUMSI OBAT 2020
BERDASARKAN KONSUMSI ANTIBIOTIK
TAHUN 2018, 2019 & 2020

2.500.000
Jumlah Konsumsi Obat
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000-
Am Kotr Sipr Met Klor Cef Sefi Kotr Am Am Dok
oksi
imo oflo roni amf ota ksi imo oksi oxic sisik
silin
ksaz ksas daz enik xim m ksaz silin illin lin
500 ole in ol ol 1 100 ole Siru 250 100
mg 480 500 500 500 gra mg Sus p ml mg
mg mg mg m… m pe… Ke… syr
Tahun 2018 1.00 331. 160. 187. 55.9 - 3.65 28.2 55.5 - 9.10
Tahun 2019 2.34 516. 396. 239. 115. 35.0 40.8 36.5 74.5 1.20 35.7
Tahun 2020 1.89 255. 202. 108. 49.8 37.2 27.0 22.6 16.2 11.1 5.77

Sumber : Seksi Kefarmasian Makanan Dan Minuman Tahun 2020

c. Permasalahan dan Hambatan


1) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan obat yang
sesuai standar :
SDM petugas pengelola obat dan perbekalan kesehatan di
kabupaten masih kurang, sehingga perlu dilakukan pelatihan tata
kelola obat yang baik;
SDM petugas pengelola obat masih kurang dalam melakukan
pengelolaan obat di Puskesmas;
Petugas pengelola obat di Puskesmas tidak pernah melakukan
analisa kesesuian obat dengan pola penyakit, sehingga data pola
konsumsi obat yang dilaporkan tidak menunjukkan data
pemakaian yg sebenarnya;
Kontrol penggunaan obat di sub unit Puskesmas, terutama di
Pustu belum dilakukan;
Sarana dan prasarana yang mendukung pengelolaan obat yang
baik masih kurang, misalnya ketersediaan bahan habis pakai di
kamar obat, alat peracikan, sarana pencatatan dan pelaporan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 260


(seperti komputer, register harian dsb) tidak tersedia di beberapa
Puskesmas;
Sarana tempat penyimpanan obat kurang memadai, dimana luas
bangunan tempat penyimpanan obat tidak sesuai dengan volume
obat dan BMHP yang disimpan;
Sarana yang mendukung dalam penyimpanan obat dan BMHP
seperti rak obat – obatan, pallet, termometer kulkas, termometer
ruangan, kulkas masih kurang mencukupi sesuai dengan yang
dibutuhkan.
2) Hambatan yang dihadapi dalam Penyuluhan Keamanan Pangan
adalah kurangnya kesadaran para pemilik IRT untuk megikuti
penyuluhan tersebut, sehingga sulit pada waktu pendataan peserta.
3) Pembinaan dan pengawasan toko obat, hambatan yang ditemukan
adalah :
Ø Tingkat kehadiran Penanggung jawab toko obat sangat jarang di
setiap toko obat, sehingga kontrol pelayanan di toko obat sangat
kurang;
Ø Pihak pemilik sarana toko obat belum memahami standar
pelayanan toko obat (hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan).
4) Peningkatan Promosi Obat Bahan Alam Indonesia di Dalam dan
Diluar Negeri, hambatan yang ditemukan yakni masyarakat tidak
mempunyai inisiatif untuk membentuk tim pengelolaan batra sehingga
kami kesulitan dalam melakukan pendataan jumlah produksi obat asli
Indonesia du wilayah Lombok Timur.

2. SEKSI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER, AKREDITASI DAN


KESEHATAN TRADISIONAL
a. Program Kegiatan dan Indikator Kesehatan
1) Program Kegiatan
Pada Tahun 2020 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi
dan Kesehatan Tradisional telah melaksanakan beberapa program
dan kegiatan yang mendukung tercapainya pelayanan kesehatan
yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat di Puskesmas

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 261


dan jaringannya, dengan melaksanakan koordinasi dengan internal
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur maupun lintas sektor
yang terkait.
Pencapaian kegiatan program Seksi Yankes Primer, Akreditasi
dan Kesehatan Tradisional pada Tahun 2020 adalah sebagai berikut :
1. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
a. Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan
Kesehatan
b. Evaluasi dan pengembangan pelayanan kesehatan
c. BLUD puskesmas
d. Akreditasi puskesmas
2. Pengembangan obat asli indonesia, kegiatanya : pembinaan dan
pengawasan penyehat tradisional dan komplementer
2) Pencapaian Indikator Program
Adapun indikator kesehatan dan target capaian Seksi Yankes
Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional Tahun 2020 adalah
sebagai berikut :

Tabel 5.78
Indikator Program Seksi Yankes Primer Tahun 2020

No. INDIKATOR TARGET 2020 PENCAPAIAN 2020


1. Puskesmas BLUD 11 100%

2. Akreditasi Puskesmas Puskesmas 11 100%


BLUD

3. Cakupan Puskesmas dengan Kinerja 75% 51%


Baik

4. Puskesmas melaksanakan kegiatan 100% 100%


Kesehatan Tradisional

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 262


b. Hasil Pelaksanaan Program dan Kegiatan
1) BLUD Puskesmas
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan Puskesmas di Kabupaten Lombok
Timur, maka dipandang perlu mempercepat proses pelaksanaan
Puskesmas menjadi Badan Layanan Umum Daerah, sehingga sejak
tahun 2019 telah ditetapkan roadmap terhadap 12 puskesmas di
kabupaten Lombok Timur untuk dijadikan Puskesmas sasaran BLUD
tahun 2020 dan dilakukan pendampingan sampai dengan penilaian
yang dilakukan oleh tim penilai terkait kelengkapan dokumen BLUD
yang di susun oleh 12 Puskesmas. Adapun daftar 12 puskesmas
sasaran yang telah lulus dalam penilaian kelengkapan dokumen
BLUD pada tahun 2020 adalah :

Tabel 5.79
Data Puskesmas Lulus Penilaian BLUD Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020

NO NAMA PUSKESMAS KATEGORI PUSKESMAS

KARAKTERISTIK KEMAMPUAN
WILAYAH PENYELENGGARAAN

1 2 3 4
1 Sambelia Terpencil Rawat Inap
2 Batuyang Pedesaan Rawat Inap
3 Kalijaga Pedesaan Rawat Inap
4 Sembalun Terpencil Rawat Inap
5 Korleko Pedesaan Rawat Inap
6 Kerongkong Pedesaan Rawat inap
7 Lenek Pedesaan Rawat Inap
8 Jerowaru Terpencil Rawat Inap
9 Labuhan Lombok Pedesaan Rawat Inap
10 Rensing Pedesaan Rawat Inap
11 Kotaraja Pedesaan Rawat Inap
12 Lendang Nangka Pedesaan Rawat Inap

Berdasarkan table diatas, didapatkan bahwa, dari 12


Puskesmas yang diajukan sebagai sasaran BLUD tahun 2020
seluruhnya tercapai dan telah memenuhi persyaratan sebagai
puskesmas yang dapat menerapkan Pola Badan Layanan Umum
Daerah/BLUD tahun 2020. Agar dapat melakukan oprasional sebagai

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 263


Puskesmas yang menerapkan Pola BLUD harus ada Surat Keputusan
Bupati terkait penetapan pola pengelolaan BLUD puskesmas, tapi
sampai dengan akhir tahun 2020 SK tersebut belum ada, sehingga 12
puskesmas tersebut belum dapat menerapkan Pola BLUD pada tahun
2020.

2) Akreditasi Puskesmas

Akreditasi Puskesmas merupakan Pengakuan terhadap fasilitas


pelayanan tingkat pertama (Puskesmas) yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan setelah dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi standar
pelayanan yang ditetapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan
secara berkesinambungan. Akreditasi merupakan suatu kewajiban
bagi seluruh puskesmas sebagaimana yang telah diamanatkan dalam
Peraturam menteri kesehatan : Permenkes no 71 tahun 2013 tentang
sistem pelayanan di era JKN, Permenkes 43 tahun 2019 tentang
Puskesmas dan Permenkes 46 tahun 2016 tentang akreditasi FKTP.
Dalam upaya untuk menuju terakreditasinya Puskesmas tentunya
membutuhkan suatu proses yang sangat panjang dan membutuhkan
dukungan sumber dana yang mencukupi, SDM yang kompeten,
sarana dan prasarana Puskesmas yang memadai sesuai dengan
tuntutan akreditasi sehingga persiapanya menjadi maksimal.
Sejak awal pelaksanaan akreditasi Puskesmas di tahun 2016
sampai dengan tahun 2020 total Puskesmas terakreditasi di Lombok
Timur berjumlah 30 Puskesmas dengan status 4 terakreditasi dasar,
17 Puskesmas terakreditasi Madya dan 9 Puskemas terakreditasi
Utama. Sasaran Akreditasi Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur
pada pada Tahun 2020 adalah 11 puskesmas re-akreditasi dan 2
puskesmas akreditasi perdana dengan rincian sebagai berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 264


Tabel 5.80
Sasaran Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2020

NO NAMA PUSKESMAS KATEGORI PUSKESMAS

KARAKTERISTIK KEMAMPUAN STATUS SURVEI


WILAYAH PENYELENGGARAA AKREDITASI AKREDITASI
N
1 2 3 4 5 6
1 Dasan Lekong Pedesaan Rawat Inap Madya Re-akreditasi
2 Terara Pedesaan Rawat Inap Utama Re-akreditasi
3 Sakra Pedesaan Rawat Inap Madya Re-akreditasi
4 Pringgasela Pedesaan Rawat Inap Madya Re-akreditasi
5 Selong Pedesaan Rawat Inap Madya Re-akreditasi
6 Lepak Pedesaan Rawat inap Madya Re-akreditasi
7 Keruak Pedesaan Rawat Inap Dasar Re-akreditasi
8 Montong betook Pedesaan Rawat Inap Madya Re-akreditasi
9 Labuhan Lombok Pedesaan Rawat Inap Madya Re-akreditasi
10 Rensing Pedesaan Rawat Inap Madya Re-akreditasi
11 Sambelia Pedesaan Rawat Inap Dasar Re-akreditasi
12. Belanting Terpencil Rawat Inap Belum Perdana
13. Masbagik Baru Pedesaan Rawat Inap Belum Perdana

Berdasarkan table diatas, sasaran Akreditasi Puskesmas pada


tahun 2020 berjumlah 13 Puskesmas, terdiri dari 11 Puskesmas re-
akreditasi dan 2 puskesmas akreditasi perdana yang seharusnya di
survey pada tahun 2020. Pelaksanaan survey tidak dapat
dilaksanakan seluruhnya dikarenakan adanya Pandemi COVID-19
yang menyebabkan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.01/MENKES/455/2020 tentang Perizinan akreditasi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Penetapan Rumah sakit
Pendidikan pada Masa Pandemi COVID-19 yang berimplikasi pada
penundaan proses survei akreditasi Puskesmas. Dengan adanya
penundaan tersebut bukan berarti berhenti pula proses penjagaan
dan perbaikan mutu secara berkelanjutan, karena diharapkan
Puskesmas tetap dilaksanakan Continuous Quality Improvement
(CQI) di setiap fasilitas pelayanan Kesehatan yang dibuktikan dengan
adanya komitmen dalam meningkatkan mutu layanan Kesehatan dan
pendampingan Pasca akreditasi yang dilakukan oleh pendamping
akreditasi Kabupaten.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 265


3) Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care), atau
pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang
paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat
mereka mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary
health care pada pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang
sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang
berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya
promotive, preventif bagi masyarakat yang sehat untuk meningkatkan
kesehatan mereka. Selain itu juga disediakan pelayanan Kesehatan
berupa tindakan kuratif, dalam bentuk pelayanan dalam Gedung
berupa kegiatan poliklinik untuk rawat jalan dan rawat inap yang
diperuntukkan bagi masyarakat yang sakit ringan dan untuk penyakit-
penyakit yang masih dapat ditangani di Puskesmas. Beberapa
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan di dalam puskesmas
antara lain :
a) Pelayanan Rawat Inap
Persentase Cakupan Rawat Inap adalah jumlah kunjungan
rawat inap yang mendapatkan perawatan di sarana pelayanan
kesehatan dibagi jumlah penduduk di wilayah kerja dikalikan 100%.
Adapun hasil kegiatan pelayanan rawat inap dari 34 Puskesmas
Perawatan adalah sebagai berikut :
(1) Kunjungan Rawat Inap
Gambaran total kunjungan rawat inap puskesmas Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2020 tergambar dalah grafik berikut ini:

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 266


Grafik 5.51 Total Kunjungan Rawat Inap Puskesmas Tahun 2020
2.545

1.384
1.238 1.144 1.216
1.094
1.014 1.081 1.081 1.040
826 914 937 839806 841 740 877
801 820745
625 694741789786 676683735722 684
436 506
333 309
KERUAK

RARANG
TERARA
SAKRA

LEPAK

SIKUR

SUELA

LENEK
LENDANG NANGKA

KERONGKONG

LABUHAN LOMBOK

KOTARAJA

PENGADANGAN

SURALAGA
BATUYANG

AIKMEL

WANASABA

MONTONG BETOK

SAMBELIA
SEMBALUN
BELANTING

MASBAGIK BARU
RENSING

PRINGGASELA UTAMA
JEROWARU

MASBAGIK

DASAN LEKONG

KORLEKO

KALIJAGA

AIKMEL UTARA
DENGGEN
SELONG
SUKARAJA

LABUHAN HAJI

KARANG BARU
Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional
Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2020.

Grafik 5.52
1.600
Kunjungan Rawat Inap Puskesmas Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2020
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
-

Laki-laki Perempuan

Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan


Tradisional Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun
2020.

(2) Data 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap Tahun 2020


Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat inap di puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 267


Grafik 5.52
10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap Puskesmas Tahun 2020

4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan


Tradisional Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun
2020.

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa, dari pola 10


penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di puskesmas
Tahun 2020 menunjukkan bahwa kasus terbanyak masih
didominasi oleh penyakit infeksi yaitu kasus Typoid Fever
dengan jumlah total kasus 3.514 kasus dan penyakit-penyakit
saluran pencernaan lainnya seperti gastroenteritis, dyspepsia
dan gastritis. Hal ini mungkin disebabkan belum pemahaman
yang baik dari masyarakat tentang bagaimana menjaga
kebersihan makanan, menjaga pola makan yang baik dan
benar.

(3) Indikator Pelayanan Rawat Inap Puskesmas


Beberapa indikator pelayanan rawat inap di puskesmas
dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat
tidur, mutu, dan efisiensi pelayanan di puskesmas dengan
menggunakan indikator-indikator pelayanan yaitu BOR, AvLOS,
TOI dan BTO.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 268


Dari pengukuran indikator- indikator tersebut, dapat
diperoleh sejauh mana pemanfaatan tempat tidur pada
Puskesmas Perawatan. Adapun data dari indikator-indikator
tersebut sebagai berikut :
Grafik 5.53

Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan


Tradisional Dinas Kesehatan Kab. Lotim Tahun 2020.

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata BOR


kabupaten adalah 36,6%, berarti bahwa BOR puskesmas
berada dibawah nilai ideal. BOR merupakan prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur puskesmas. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85%. Kondisi ini disebabkan
rendahnya kunjungan pasien rawat inap di beberapa
puskesmas karena ketakutan masyarakat tertular covid-19.
Dengan rendahnya BOR puskesmas berarti semakin sedikit
tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien
dibandingkan dengan tempat tidur yang telah disediakan,
dengan kata lain jumlah pasien yang sedikit ini bisa
menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi puskesmas.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 269


Grafik 5.54

Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan


Tradisional Dinas Kesehatan Kab. Lotim Tahun 2020.

Berdasarkan gambaran data AvLOS diatas dapat disimpulkan


bahwa, AvLOS puskesmas berkisar 2,4 hari. Hal ini
memberikan gambaran bahwa pelayanan yang diberikan oleh
puskesmas sudah cukup efisien dan baik sehingga pasien
cepat pulih. AvLOS merupakan rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal
yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Standar ideal AvLOs
adalah 3-12 hari.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 270


Grafik 5.55

Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan


Tradisional Dinas Kesehatan Kab. Lotim 2020.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, rata-rata nilai TOI


puskesmas adalah 5,33 hari. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur
puskesmas di Kabupaten Lombok Timur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran1-3 hari. Dengan semakin besar
angka TOI, berarti semakin lama waktu menganggurnya tempat
tidur tersebut, maka semakin lama saat dimana sebuah tempat
tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur
semakin tidak produktif. Kondisi ini tentu kurang
menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen
puskesmas karena tempat tidur banyak yang tidak terpakai. Hal
ini masih sesuai apabila melihat tingkat pemakaian tempat tidur
(BOR) puskesmas juga rendah.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 271


Grafik 5.56

Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan


Tradisional Dinas Kesehatan Kab. Lotim Tahun 2020.

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa BTO


puskesmas sangat rendah batas ideal yang seharusnya yaitu
40-50 kali/tempat tidur/tahun. Pada Tahun 2020, BTO
puskesmas rata-rata 4,55 kali, hal ini sesuai dengan rendahnya
BOR Puskesmas yang merupakan dampak dari menurunnya
jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas (termasuk rawat
inap) akibat adanya pandemi Covid-19. Secara logika, semakin
rendahangka BTO berarti semakin sedikit pasien yang
menggunakan tempat tidur yang tersedia, hal ini merupakan
kondisi yang tidak menguntungkan bagi puskesmas karena
tempat tidur yang tersedia banyak yang menganggur dan
secara ekonomi berarti kurang menghasilkan pemasukan bagi
Puskesmas.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 272


b) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
Keperawatan Kesehatan Masyarakat adalah perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu,
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
Tujuan keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatnya kemandirian individu, keluarga,
kelompok/masyarakat (rawan kesehatan) untuk mengatasi masalah
kesehatan/keperawatannya sehingga tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu,
keluarga, kelompok/masyarakat rawan kesehatan.
Kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat meliputi asuhan
keperawatan pasien (kontak Puskesmas) di poliklinik Puskesmas,
Pustu, Pusling, Posyandu, dan Poskesdes, kunjungan rumah oleh
perawat secara terencana untuk melakukan pembinaan keluarga,
kunjungan perawat ke kelompok – kelompok prioritas secara
terencana seperti Posyandu balita, Posyandu usila, panti asuhan
dan lain-lain, serta asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap
Puskesmas.
Adapun hasil kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat
Tahun 2020 di kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut :

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 273


Tabel 5.81
Data Perawatan Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020

NO VARIABLE SASARAN CAKUPAN Capaian


(%)

1 Jumlah keluarga binaan 2,66%X 100


jumlah KK (Jumlah keluarga
binaan/jumlah
miskin sasaran
PerkesmasX100%)

2 Jumlah tingkat kemandirian keluarga


sebelum dibina
KM1 100 % KK 100
binaan 3.257

KM II 100 % KK 100
binaan 2.976

KM III 100 % KK 100


binaan 2.853

KM IV 80 100
3 Jumlah tingkat kemandirian keluarga
setelah dibina
KM I 100 % KK 100
binaan 1.825

KM II 100 % KK 100
binaan 3.046

KM III 100 % KK 100


binaan 3.274

KM IV 100 % KK 2.599 100


binaan

Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan


Tradisional Dinas Kesehatan Kab. Lotim Tahun 2020.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan


Perkesmas di puskesmas Kabupaten Lombok Timur pada Tahun
2020.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 274


4) Penilaian Kinerja Puskesmas
Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu proses yang obyektif
dan sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan
menggunakan informasi untuk menentukan seberapa efektif dan
efisien pelayanan Puskesmas disediakan, serta sasaran yang dicapai
sebagai penilaian hasil kerja/prestasi Puskesmas. Ruang lingkup
penilaian kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil
pelaksanaan pelayanan Kesehatan, manajemen puskesmas, dan
mutu pelayanan.
Penilaian kinerja puskesmas dikirim ke Seksi Yankes Primer,
Akreditasi dan Kesehatan Tradisional dikirim dalam bentuk laporan
kinerja tahunan yang dikumpulkan pada awal tahun berikutnya untuk
dianalisis dan dilakukan feed beck ke masing-masing puskesmas
dalam upaya perbaikan ke depan. Dari hasil analisis yang dilakukan
terhadap penilaian kinerja Puskesmas, kemudian dikategorikan
kedalam kelompok peringkat kinerja sesuai dengan pencapaian
kinerjanya menjadi 3 (tiga) kelompok/kategori, yaitu Puskesmas
dengan kinerja baik, cukup dan kurang. Berdasarkan hasil analisis
laporan kinerja tahunan puskesmas, maka ditentukan kelompok atau
kategori Puskesmas sesuai dengan pencapaian kinerjanya pada
tahun 2020 seperti tabel di bawah ini :

Tabel 5.82
Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas Tahun 2020

Kelompok I Kelompok II Kelompok III


(kinerja kategori Baik) (kinerja kategori (kinerja kategori
Cukup) Kurang)
1. Keruak 1. Kotaraja 1. Jerowaru
2. Sukaraja 2. Sikur 2. Sembalun
3. Sakra 3. Lendang Nangka 3. Suralaga
4. Rensing 4. Pringgasela 4. Aikmel Utara
5. Lepak 5. Denggen
6. Terara 6. Labuhan Haji
7. Montong Betok 7. Labuhan
8. Masbagik Lombok
9. Dasan Lekong 8. Suela
10. Kerongkong 9. Belanting

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 275


11. Selong 10. Rarang
12. Korleko 11. Karang Baru
13. Batuyang 12. Pringgasela
14. Aikmel Utama
15. Lenek
16. Kalijaga
17. Wanasaba
18. Sambelia
19. Masbagik Baru.
Sumber Data : Seksi Yankes Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional Dinas Kesehatan Kab. Lotim Tahun 2020.

Berdasarkan tabel tersebut diatas didapatkan hasil kinerja


Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur pada Tahun 2020, dimana
puskesmas yang memiliki kinerja baik sebanyak 19 puskesmas atau
sebesar 54,3%. berkinerja cukup sebanyak 12 puskesmas atau
sebesar 34,3% dan masih ada puskesmas yang berkinerja kurang
sebanyak 4 puskesmas atau sebesar 4,2%.

5) Kesehatan Tradisional
Pelayanan Kesehatan tradisional merupakan bagian dari Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) yang bertujuan untuk merubah paradigma
pengobatan menjadi promotive dan preventif. Pelayanan Kesehatan
tradisional harus memenuhi kriteria aman dan bermutu. Sesuai
dengan ketetapan Kementrian Kesehatan, Puskesmas dikatakan
sebagai penyelenggara Kesehatan Tradisional diwilayahnya apabila
salah satu dari 3 kriteria yaitu memiliki tenaga Kesehatan yang telah
mendapat pelatihan Kesehatan Tradisional, melaksanakan asuhan
mandiri Kesehatan tradisional ramuan dan keterampilan, melaksanaan
kegiatan pembinaan meliputi pengumpulan data Kesehatan
Tradisional, fasilitas, registrasi atau perijinan dan bimbingan teknis
serta pemantauan Kesehatan Tradisional.
Kegiatan pelayanan Kesehatan Tradisional telah dilaksanakan di
35 Puskesmas Kabupaten Lombok Timur. Peningkatan kapasitas
petugas pemegang program di puskesmas melalui workshop dan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 276


pertemuan lainnya dalam upaya untuk membrikan pemahaman
terhadap pelaksanaan kegiatan program.

6) Kesehatan Gigi dan Mulut


Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas salah
satunya adalah meliputi kegiatan pelayanan gigi dasar.
(1) Rasio tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap
Salah satu pelayanan gigi dasar di Puskesmas adalah
tumpatan/penambalan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap.
Indikasi dari perhatian masyarakat adalah apabila tumpatan gigi
tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih
memperhatikan Kesehatan gigi yang merupakan Tindakan
preventif, sebelum gigi tetap benar-benar rusak dan harus
dicabut. Rasio tumpatan /pencabutan gigi tetap yaitu jumlah gigi
tetap yang ditambal/ditumpat pada suatu wilayah puskesmas pada
waktu tertentu dibandingkan jumlah gigi tetap yang dicabut pada
wilayah periode waktu yang sama.
Tingkat keberhasilan program upaya Kesehatan gigi dan
mulut terutama pelayanan medik gigi dasar salah satunya dengan
melihat perbandingan antara tumpatan gigi tetap dan pencabutan
gigi tetap dengan rasio 1:1 sesuai dengan target yang ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Tabel 5.83
Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap di Puskesmas
Tahun 2020

NO PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN RASIO


GIGI DAN MULUT TUMPATAN/PENCA
TUMPATAN PENCABUTAN BUTAN
GIGI GIGI TETAP
TETAP
1 KERUAK 4 4 1,00
2 SUKARAJA 59 188 0,31
3 JEROWARU 0 2 0,00
4 SAKRA 39 9 4,33
5 RENSING 21 1 21,00

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 277


6 LEPAK 24 33 0,73
7 TERARA 23 53 0,43
8 SIKUR 57 46 1,24
9 MASBAGIK 48 44 1,09
10 LENDANG 6 26 0,23
NANGKA
11 PRINGGASELA 43 43 1,00
12 DASAN LEKONG 73 20 3,65
13 KERONGKONG 51 36 1,42
14 DENGGEN 23 26 0,88
15 SELONG 60 12 5,00
16 LABUHAN HAJI 48 41 1,17
17 LABUHAN 104 20 5,20
LOMBOK
18 BATUYANG 32 39 0,82
19 SUELA 58 53 1,09
20 AIKMEL 33 9 3,67
21 LENEK 34 21 1,62
22 WANASABA 10 5 2,00
23 KORLEKO 53 26 2,04
24 KOTARAJA 0 14 0,00
25 MONTONG 24 7 3,43
BETOK
26 KALIJAGA 36 22 1,64
27 SAMBELIA 66 80 0,83
28 SEMBALUN 29 24 1,21
29 BELANTING 99 52 1,90
30 RARANG 22 17 1,29
31 KARANG BARU 39 101 0,39
32 MASBAGIK BARU 39 38 1,03
33 SURALAGA 47 8 5,88
TOTAL KABUPATEN 1,16
1.304 1.120

Berdasarkan table tersebut didapatkan bahwa rasio tumpatan gigi


tetap lebih besar dibandingkan dengan pencabutan gigi tetap,
walaupun tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti bahwa sudah ada
motivasi masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya yang
merupakan Tindakan preventif masyarakat sebelum gigi tetap
benar-benar rusak dan harus dicabut.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 278


(2) Penyakit Terbanyak Ganguan Gigi dan Mul;ut

Grafik 5.57
10 Penyakit Terbanyak Gangguan Gigi dan Mulut Puskesmas
Tahun 2020

4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

Berdasarkan table 4.13 tersebut dapat disimpulkan dari 10


penyakit terbanyak pada gigi dan mulut didapatkan bahwa
penyakit pada gigi dan mulut masih didominasi oleh penyakit
infeksi yang disebabkan oleh karena masyarakat belum optimal
melakukan pencegahan penyakit gigi dan masih belum sadar
akan pentingnya perawatan gigi sehingga masyarakat
kebanyakan datang untuk memeriksakan giginya ke Puskesmas
pada saat sudah sakit dan rusak.

c. Masalahan dan Upaya Pemecahan Masalah


1) Permasalahan
Dari kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Seksi Yankes
Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional sepanjang Tahun 2020,
terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain :
1. BLUD
Puskesmas sasaran BLUD tahun 2020 yang berjumlah 12
Puskesmas belum dapat menerapkan Pola Badan Layanan Umum
(BLUD) karena belum adanya SK Penerapan Badan Layanan
Umum Puskesmas dari Kepala Daerah (Bupati)

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 279


2. Akreditasi Puskesmas
Adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.01/MENKES/455/2020 tentang Perizinan akreditasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan Penetapan Rumah sakit Pendidikan
pada Masa Pandemi COVID-19 mengharuskan penundaan
pelaksanaan survey akreditasi, baik untuk Puskesmas yang Re
akreditasi maupun akreditasi perdana. Kondisi tersebut
menyebabkan perencanaan akreditasi terhadap 11 puskesmas re
akreditasi dan 2 puskesmas akreditasi perdana yang sudah
direncanakan pada tahun 2020 menjadi tertunda.
3. Kinerja Rawat Inap
Belum tercapainya target indikator kinerja rawat inap (BOR, AvLOS,
TOI dan BTO) di puskesmas, dimana pada tahun 2020 rata-rata
BOR kabupaten adalah 36,6%, yang berarti bahwa BOR
puskesmas berada dibawah nilai ideal. Adapun nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85%. Dengan rendahnya BOR
puskesmas berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan
untuk merawat pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah
disediakan, dengan kata lain jumlah pasien yang sedikit ini bisa
menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi puskesmas.
4. Penilaian Kinerja Puskesmas
Dari hasil penilaian kinerja yang dilakukan pada tahun 2020
didapatkan bahwa, puskesmas dengan kinerja baik sebanyak 19
puskesmas atau sebesar 54,3%, tidak sesuai dengan target yang
ditetapkan yaitu sebesar 75%
5. Program Gigi
Data program yang didapatkan dari puskesmas yang dientry oleh
petugas kabupaten hanya dilakukan analisis secara sederhana
belum sampai tahap analisis data menyeluruh serta belum ada
tindak lanjut karena petugas di kabupaten bukan tenaga yang
memiliki kompetensi/keilmuan terkait Kesehatan gigi dan tidak
pernah ada peningkatan kapasitas bagi pemegang program gigi di
Dinas Kesehatan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 280


2) Upaya Pemecahan Masalah
Dalam melaksanakan kegiatan sepanjang Tahun 2020,
didapatkan beberapa masalah yang menghambat dalam pencapaian
target kegiatan, namun beberapa upaya pemecahan masalahan yang
dapat dilakukan untuk perbaikan kedepan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah agar menerbitkan
SK Pola Penerapan Badan Layanan Umum Daerah bagi 12
puskesmas yang sudah dilakukan penilaian BLUD sehingga dapat
menerapkan BLUD di puskesmasnya masing-masing
2. Melakukan pembinaan mutu secara berkesinambungan yang
dilakukan oleh pendamping akreditasi, bagi puskesmas re-
akreditasi dan mempersiapkan puskesmas akreditasi perdana
untuk siap apabila survey akreditasi telah diizinkan untuk
dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protocol Kesehatan.
Bekerjasama dengan program yang ada di Dinas Kesehatan dalam
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas.
3. Dalam situasi pandemic Covid-19, manajemen di puskesmas harus
memastikan layanan optimal kepada pasien dan memastikan
system layanan dapat berfungsi secara efisien dan efektif dengan
memperhatikan keselamatan petugas pemberi layanan dan
keselamatan pasien penerima layanan sehingga masyarakat tidak
takut untuk berobat ke puskesmas walaupun dalam kondisi
pandemik.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala target program
di puskesmas dengan melibatkan semua program yang ada di
Dinas Kesehatan serta melakukan pendampingan lebih intens
untuk program-program yang masih belum memenuhi target
kinerja.
5. Menempatkan tenaga yang memiliki kompetensi minimal perawat
gigi atau peningkatan kapasitas bagi pemegang program kesehatan
gigi agar dapat melakukan analisis dan membuat rencana tindak
lanjut hasil analisis sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 281


BAB VI
PENUTUP

Penyusunan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur


Tahun 2020 ini mengacu pada semua Laporan Tahunan bidang-bidang yang ada
di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.
Laporan Tahunan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran
dan informasi tentang hasil kegiatan/program pembangunan, hambatan dan
permasalahan bidang kesehatan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020.
Laporan Tahunan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
perencanaan tahun berikutnya, sehingga kegiatan yang direncanakan benar-
benar sesuai dengan prioritas masalah yang ada di Kabupaten Lombok Timur dan
program atau kegiatan yang kita laksanakan tepat sasaran dan menyentuh
masyarakat.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Laporan Tahunan ini
disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas dedikasi, dukungan serta
kerja kerasnyadalam melaksanakan program atau kegiatan demi tercapaianya
target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
sehingga derajat kesehatan masyarakat yang ada di Kabupaten Lombok Timur ini
bisa lebih baik.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Tahun 2020 282

Anda mungkin juga menyukai