Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN RETENSI PASIEN

PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI-


KASSI
Dilla Aprilya1, Ridwan Amiruddin2, Ansariadi3
1Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,Indonesia,dillaaprilya@yahoo.com
2Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,Indonesia,

ridwan.amiruddin@yahoo.com,
3Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,Indonesia, ansariadi@yahoo.com

ABSTRAK

Retensi atau lamanya pasien berada pada terapi merupakan salah satu indikator untuk Program Terapi
Rumatan Metadon (PTRM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor perilaku dengan retensi
pasien Program Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Kassi-Kassi. Penelitian ini adalah observasional analitik
dengan rancangan Cross Sectional Study. Subyek penelitian ini adalah pengguna napza suntik (penasun) yang
terdaftar di Klinik PTRM Puskesmas Kassi-Kassi dengan jumlah responden sebanyak 75 orang. Variabel faktor
perilaku yang digunakan adalah, pengetahuan, sikap, dosis metadon, dukungan keluarga, dan dukungan teman
sesama. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proporsi retensi pasien PTRM pada 6 bulan pengobatan sebesar 93,3%. Berdasarkan uji
bivariat diperoleh hubungan yang signifikan antara sikap (p=0,034), dosis metadon (p=0,017), dan dukungan
teman sesama (p=0,002) dengan retensi pasien PTRM. Sedangkan variabel yang tidak signifikan adalah
pengetahuan (p=0,639) dan dukungan keluarga (p=0,119).Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan faktor
perilaku (sikap, dosis metadon, dan dukungan teman sesama) dengan retensi pasien Program Terapi Rumatan
Metadon di Puskesmas Kassi-Kassi. Pengupayaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan retensi pasien
adalah pendekatan emosional antara teman sesama dengan penasun dalam rangka peningkatan perubahan
perilaku termasuk dalam membangun sikap positif penasun.
Kata Kunci : Retensi PTRM, Metadon, Penasun

1. Pendahuluan

P enyalahgunaan narkoba masih menjadi masalah


utama kesehatan masyarakat di dunia.
Tingginya angka penularan HIV dan penyakit
lain yang ditularkan melalui darah pada kalangan
pengguna napza suntik (penasun) meningkatkan
metadon di Guizhou Province, China sebesar 68,8%
pada 6 bulan pengobatan dan 57,4% pada 12 bulan
pengobatan metadon. Retention rate di Malaysia
hanya sekitar 54,69% pada 6 bulan pengobatan
(Mohammad et al, 2010). Sedangkan penelitian dari
pentingnya kebutuhan untuk melakukan upaya khusus Sarasvita (2009) menunjukkan retention rate pasien
dalam pencegahan dan penanggulangan HIV&AIDS. terapi metadon di Indonesia secara umum adalah
Salah satu upaya yang dilakukan yakni pengurangan 74,2% (3 bulan terapi) dan 61,3% (6 bulan terapi).
dampak buruk (Harm Reduction). Program terapi Berbagai faktor yang berpengaruh dalam
substitusi yang terbukti cukup efektif dalam mempertahankan pasien pada suatu program
pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) salah perawatan untuk mencapai tingkat kesehatannya, yaitu
satunya adalah Program Terapi Rumatan Metadon, faktor yang berasal dari pasien itu sendiri dalam hal
yaitu terapi bagi pengguna napza suntik untuk ini terkait dengan faktor perilaku pasien tersebut
mengatasi masalah yang ditimbulkannya. PTRM di seperti pengetahuan dan sikap. Disamping itu
Puskesmas Kassi-Kassi telah diterapkan sejak Agustus pelayanan kesehatan dalam hal ini pemberian dosis
2007, dengan jumlah peserta hingga akhir September yang diberikan kepada pasien merupakan faktor
2013 tercatat sebanyak 253 orang, dimana peserta pemungkin pasien untuk lebih lama berada dalam
meninggal hingga periode ini sebanyak 43 orang dan terapi. Dukungan dari keluarga dan teman sesama juga
jumlah peserta aktif sebanyak 51 orang (Puskesmas sangat berpengaruh. Hubungan yang baik dengan
Kassi-Kassi, 2013). keluarga dan teman sesama menjadi faktor penguat
Retensi atau lamanya pasien berada pada terapi pasien untuk berada lebih lama di terapi rumatan
merupakan salah satu indikator untuk Program Terapi metadon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Rumatan Metadon (PTRM). Nilai retensi (retention hubungan faktor perilaku dengan retensi pasien
rate) bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan program terapi rumatan metadon di Puskesmas Kassi-
program. Penelitian yang dilakukan oleh Liu et al Kassi.
(2008) menemukan retention rate pasien terapi
2. BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pengguna
observasional analitik dengan rancangan cross napza suntik yang terdaftar dalam Program Terapi
sectional study. Variabel faktor perilaku yang Rumatan Metadon di Klinik PTRM di Puskesmas
digunakan adalah, pengetahuan, sikap, dosis metadon, Kassi-Kassi, baik pasien yang sedang aktif pada
dukungan keluarga, dan dukungan teman sesama. PTRM, pasien yang sudah selesai/sembuh (clean),
Penelitian ini dilaksananakan di Klinik PTRM maupun pasien yang telah DO (Drop Out). Penarikan
Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar pada bulan sampel menggunakan simple random sampling dengan
Januari-Februari 2014. Populasi dalam penelitian ini besar sampel 75 orang. Analisa data yang dilakukan
adalah seluruh pengguna napza suntik yang terdaftar adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square.
dalam Program Terapi Rumatan Metadon di Klinik Data primer diperoleh melalui metode wawancara
PTRM di Puskesmas Kassi-Kassi. Berdasarkan langsung dengan pedoman kuesioner. Hasil analisis
laporan tahunan cakupan Harm Reduction Puskesmas disajikan dalam bentuk tabel yang dijelaskan dengan
Kassi-Kassi pada Juni 2013, sebanyak 252 orang. narasi.

3. HASIL pendidikan SMA yaitu 69,3% kemudian tingkat


Tabel 1. Karakteristik Responden Program pendidikan perguruan tinggi/akademi (24%), dan
Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Kassi- terdapat 1,3% yang berpendidikan SD. Status
Kassi perkawinan paling banyak adalah pada status menikah
yaitu sebanyak 58,7%. Sepertiga (33,3%) dari
Karakteristik
n % responden belum menikah dan terdapat 8% janda/duda
Responden
(Tabel 1).
Jenis Kelamin
Laki-Laki 71 94.7 Tabel 2. Hubungan Variabel Independen Dengan
Retensi Pasien Program Terapi Rumatan
Perempuan 4 5.3 Metadon di Puskesmas Kassi-Kassi
Umur (Tahun) Retensi Hasil Uji
Variabel
18-21 1 1.3 Independen
Total Statistik
Kurang Baik
22-25 7 9.3 n % N % n %
26-29 18 24 Pengetahuan
30-33 31 41.3 Kurang 2 8.7 21 91.3 23 100 p=0.639
Cukup 3 5.8 49 94.2 52 100
34-37 14 18.7
Sikap
38-41 4 5.3
Negatif 4 14.8 23 85.2 27 100 p=
Pendidikan Positif 1 2.1 47 97.9 48 100 0.034
SD 1 1.3 Dosis
Metadon
SMP 4 5.3
Rendah 4 16.7 20 83.3 24 100 p=0.017
SMA 52 69.3 Tinggi 1 2.0 50 98.0 51 100
Dukungan
PT/Akademi 18 24 Keluarga
Status Perkawinan Kurang 3 13.6 19 86.4 22 100 p=0.119
Menikah 44 58.7 Cukup 2 3.8 51 96.2 53 100
Dukungan Teman
Belum Menikah 25 33.3 Sesama
Janda/Duda 6 8.0 Kurang 4 22.2 14 77.8 18 100 p=0.002
Sumber : Data Primer, 2014 Cukup 1 1.8 56 98.2 57 100
Sumber : Data Primer, 2014
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Sebagian besar (93,3%) responden memiliki
menunjukkan bahwa hampir semua responden berjenis
retensi baik ( ≥ 6 bulan ) dan hanya sebagian kecil
kelamin laki-laki (94,7%). Hanya sebagian kecil
(6,7%) responden yang memiliki retensi kurang (<6
responden yang berjenis kelamin perempuan yakni
bulan) pada PTRM. Tidak ada hubungan antara
5,3%. Sebagian besar responden (41,3%) berumur 30-
pengetahuan penasun tentang HIV&AIDS dan PTRM
33 tahun, menyusul kelompok umur 26-29 tahun
dengan retensi pasien program terapi rumatan metadon
(24%) dan 34-37 tahun (18,7%). Selain itu terdapat
(p=0,639). Responden yang mempunyai pengetahuan
1,3% responden yang berumur 18-21 tahun.
baik maupun yang kurang umumnya mempunyai
Berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak adalah pada
retensi yang baik yaitu diatas 90% (Tabel 2). Terdapat
tingkat
47 orang (97,9%) dari 48 responden yang mempunyai
sikap positif dan memiliki retensi baik pada PTRM adanya program terapi metadon kekhawatiran akan
dan 23 orang (85,2%) dari 27 responden yang gejala putus heroin berkurang.
mempunyai sikap negatif dan memiliki retensi baik Sebagian besar responden (69,3%) memiliki
pada PTRM. Hasil uji statistik diperoleh nilai pengetahuan yang cukup, hanya 30,7% responden
p=0,034, dengan demikian ada hubungan sikap dengan tingkat pengetahuan kurang. Hal ini
penasun terhadap HIV&AIDS dan PTRM dengan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang
retensi pasien program terapi rumatan metadon (Tabel sebagian besar berpendidikan tinggi karena tingkat
2). pendidikan berbanding lurus dengan tingkat
Terdapat 50 orang (98%) dari 51 responden pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang cukup
menerima dosis tinggi dengan retensi baik dan tentang terapi metadon merupakan modal dasar bagi
sebanyak 20 orang (83,3%) dari 24 responden yang pengguna napza suntik dalam memutuskan perilaku
menerima dosis rendah dengan retensi baik. Hasil uji sehat bagi dirinya seperti ikut terapi metadon, bertahan
statistik diperoleh nilai p=0,017, dengan demikian ada pada program terapi, menggunakan jarum suntik steril
hubungan dosis metadon dengan retensi pasien atau tidak berbagi jarum suntik, dan lain-lain. Salah
program terapi rumatan metadon (Tabel 2). Tidak ada satu unsur yang dapat merubah perilaku seseorang
hubungan dukungan keluarga dengan retensi pasien adalah karena pengetahuan yang dimilikinya. Hasil uji
program terapi rumatan metadon (p=0,119) (Tabel 2). statistik diperoleh tidak ada hubungan antara tingkat
Responden yang mendapatkan dukungan keluarga pengetahuan penasun tentang HIV&AIDS dan PTRM
yang cukup maupun kurang umumnya mempunyai dengan retensi pasien program terapi rumatan metadon
retensi yang baik yaitu diatas 80%. Terdapat 56 orang (p= 0,639). Beberapa penelitian juga menunjukkan
(98,2%) dari 57 responden yang mendapatkan bahwa pengetahuan tidak selalu berhubungan dengan
dukungan teman sesama yang cukup dan memiliki perilaku. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
retensi baik pada PTRM, dan 14 orang (77,8%) dari Harviani (2010) menyimpulkan bahwa tidak ada
18 responden mendapatkan dukungan teman sesama hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
yang kurang dan memiliki retensi baik pada PTRM. keikutsertaan pasien pada program terapi rumatan
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,002, dengan metadon. Namun berbeda dengan hasil penelitian
demikian ada hubungan antara dukungan teman Wihastuti et al (2010) menyatakan bahwa terdapat
sesama dengan retensi pasien program terapi rumatan hubungan antara pengetahuan dengan motivasi
metadon (Tabel 2). mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon.
Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan
4. PEMBAHASAN Kory (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan
Penelitian ini menemukan bahwa dari 75 antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan penasun
responden yang mampu ditemui terdapat 70 (93,3%) terhadap pelayanan metadon. Walaupun pada
responden memiliki retensi baik (≥ 6 bulan) pada penelitian ini diperoleh hasil yang berbeda, hal ini bisa
PTRM dan 5 (6,7%) responden lainnya memiliki disebabkan karena keputusan untuk berhenti total dari
retensi kurang (< 6 bulan) pada PTRM. Proporsi napza dan tetap betahan pada terapi metadon
responden yang memiliki retensi baik (≥ 6 bulan) pada merupakan sebuah keputusan besar yang bukan hanya
PTRM sesuai dengan hasil yang ditemukan (93,3%) membutuhkan modal pengetahuan saja tetapi juga
sudah tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena mental dan kesiapan seseorang.
kebanyakan pasien yang mengikuti PTRM di Kebanyakan (64%) responden bersikap positif
Puskesmas Kassi-Kassi memiliki jangka waktu terapi terhadap HIV&AIDS dan program terapi rumatan
yang lama. Adapun nilai rata-rata (mean) retensi metadon. Beberapa responden menyatakan bahwa
pasien terapi metadon di Puskesmas Kassi-Kassi dari program yang ada saat ini sudah baik dan layanan
75 responden yang ditemui sebesar 42 bulan. yang diberikan oleh petugas outreach dalam program
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2010) juga Harm Reduction (HR) sangat membantu. Hasil uji
menemukan retention rate pasien terapi metadon di statistik diperoleh ada hubungan antara sikap penasun
Puskesmas Kecamatan Tebet sebesar 90.8% pada 6 dengan retensi pasien program terapi rumatan metadon
bulan pengobatan. Penelitian serupa juga dilakukan (p = 0,034). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
oleh Liu et al (2009) menemukan retention rate pasien dilakukan Harjon (2009) menyebutkan bahwa ada
terapi metadon di Guizhou Province, China sebesar kecenderungan hubungan antara sikap dengan perilaku
68,8% pada 6 bulan pengobatan dan penelitian dari keteraturan minum metadon pada klien PTRM. Hal ini
Sarasvita (2009) menunjukkan retention rate pasien juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
terapi metadon di Indonesia secara umum adalah Harviani (2010) yang menyatakan bahwa ada
61,3% pada 6 bulan terapi. Pada saat melakukan hubungan antara sikap dengan keikutsertaan Program
wawancara dengan beberapa responden, mereka Terapi Rumatan Metadon bagi penasun terhadap
menyatakan bahwa mereka bertahan pada terapi PTRM. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sikap
metadon karena ingin memutuskan hubungan dari berbanding lurus dengan perilaku seseorang, dimana
lingkaran penggunaan heroin minimal dengan jika seseorang bersikap positif, perilaku yang
mengurangi secara perlahan perilaku menyuntik. ditimbulkan akan positif pula. Penelitian ini juga
Disamping itu, mereka menganggap bahwa dengan didukung oleh teori Sarwono (2000) yang menyatakan
bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk antara dukungan keluarga dengan retensi pasien
bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. program terapi rumatan metadon namun peran
Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah keluarga sangat dibutuhkan dalam mendampingi dan
mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. memberikan informasi ataupun dukungan kepada
Sedangkan dalam sikap negatif terdapat penasun untuk mau merubah perilakunya ke arah lebih
kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, baik dan bersedia menjalani terapi metadon. Bentuk
membenci dan tidak menyukai objek tertentu. dukungan bisa berupa dukungan emosional,
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,017, penghargaan, instrumental, dan informatif tentang
dengan demikian ada hubungan antara dosis metadon PTRM demi kepatuhan anak dalam menjalani proses
dengan retensi pasien program terapi rumatan terapi sehingga mendukung kesembuhannya dengan
metadon. Hanya 32% responden menerima dosis bertahan pada program terapi.
rendah dan selebihnya (68%) responden menerima Kebanyakan responden (76%) mendapatkan
dosis tinggi (≥ 60 mg/hari). Hal ini sejalan dengan dukungan teman sesama yang cukup dan hanya (24%)
penelitian yang dilakukan oleh Huissod et al (2012) responden memperoleh dukungan yang kurang dari
dan Bao et al (2009) yang menunjukkan adanya teman sesama. Hal tersebut juga didukung dengan
hubungan antara dosis dengan retensi pasien terapi adanya kelompok teman sesama yang aktif di
metadon. Penelitian Liu et al (2009) juga Puskesmas Kassi-Kassi bernama Kassi-Kassi Care
menunjukkan adanya hubungan antara dosis dengan Support (KKCS) yang merupakan sebuah wadah
retensi pasien terapi metadon. Pasien yang menerima perhimpunan pasien narkoba yang aktif menjalani
dosis harian 50 mg/hari atau lebih cenderung untuk terapi subtitusi oral ini dan terapi ARV. KKCS aktif
lebih lama mengikuti terapi metadon. Penelitian mengadakan pertemuan bulanan untuk berbagi
Mohamad et al (2010) juga memperlihatkan bahwa informasi terkait HIV&AIDS maupun PTRM dan
dosis yang lebih tinggi berhubungan dengan retensi pengalaman selama menjalani terapi. Dukungan yang
pasien terapi metadon dan didukung oleh CDC (2002) diperoleh dari teman sesama dirasakan lebih efektif
yang menyatakan pasien yang mendapatkan dosis karena hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi
tinggi cenderung lebih lama tinggal di terapi, lebih lebih kecil dibandingkan dari bukan teman sesama.
sedikit menggunakan kembali heroin dan obat lain, Dukungan teman sesama efektif dalam mendukung
serta memiliki risiko yang lebih rendah untuk perubahan sikap kearah yang lebih positif. Dengan
terinfeksi HIV dan mengurangi tindakan kriminalitas. adanya sikap positif, kecenderungan tindakan adalah
Berbeda dengan penelitian Pahlemy (2010) yang mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu
menyatakan tidak ada hubungan dosis rumatan seperti terapi metadon. Penelitian ini menemukan
metadon dengan retensi pasien PTRM (p=0,103). bahwa ada hubungan antara dukungan teman sesama
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada dengan retensi pasien program terapi rumatan metadon
pasien yang menerima dosis rendah dan memiliki (p = 0,002). Hasil penelitian serupa dilakukan oleh
retensi kurang, hal ini disebabkan karena mereka Kory (2011) yang menyatakan bahwa terdapat
merasa bahwa dengan dosis yang rendah justru tidak hubungan antara dukungan teman sebaya dengan
mencegah gejala putus obat. keaktifan penasun terhadap pelayanan metadon. Agar
Dari 75 responden yang berhasil ditemui, dapat diterima dalam suatu kelompok, penasun harus
paling banyak mendapatkan dukungan yang cukup mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok tersebut,
dari keluarga yaitu sebanyak 53 orang dengan demikian halnya dengan kelompok sebaya yang
persentase 70,7% dan hanya 22 responden (29,3%) mengikuti PTRM, misalnya tetap bertahan pada terapi
memperoleh dukungan yang kurang. Penelitian ini metadon hingga kualitas hidup membaik. Kelompok
menemukan bahwa tidak ada hubungan dukungan sebaya seperti inilah yang dapat mengubah perilaku
keluarga dengan retensi pasien Program Terapi seseorang menjadi lebih baik lagi.
Rumatan Metadon (p=0,119). Namun, jika dilihat dari
persentase responden yang memiliki retensi baik, 5. KESIMPULAN DAN SARAN
sebagian besar memperoleh dukungan keluarga yaitu
51 (96.2%) dari 70 responden yang memiliki retensi Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada
baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hubungan sikap penasun terhadap HIV&AIDS dan
penelitian Yang et al (2009) yang dalam penelitiannya PTRM (p=0,034), dosis metadon (p=0,017), dan
menemukan adanya hubungan antara dukungan dukungan teman sesama (p=0,002) dengan retensi
keluarga dengan retensi pasien terapi metadon. Akan pasien program terapi rumatan metadon. Pengetahuan
tetapi, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian penasun tentang HIV&AIDS dan PTRM (p=0,639)
Huissoud et al (2012) yang menyatakan tidak ada dan dukungan keluarga (p=11,9) tidak berhubungan
hubungan antara dukungan sosial dengan retensi dengan retensi pasien program terapi rumatan
pasien PTRM dan hasil penelitian Kory (2010) yang metadon.
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara Disarankan bagi pihak Klinik PTRM agar tetap
dukungan keluarga dengan keaktifan penasun terhadap mempertahankan mekanisme pemberian dosis rumatan
pelayanan metadon. Meskipun pada penelitian ini yang telah dilakukan guna mempertahankan pasien
secara langsung tidak ditemukan adanya hubungan agar tetap bertahan pada program terapi rumatan
metadon. Bagi pihak keluarga dan teman sesama perlu Sarwono, SW 2000, Psikologi Remaja, Raja Grafindo
adanya pendekatan dengan penasun agar bertindak dan Persada, Jakarta.
berpikir positif sehingga pasien PTRM termotivasi Wihastuti, T, A, Suharsono, T, & Anwar, S, 2010,
untuk bertahan pada terapi metadon. ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Program Terapi Rumatan Metadon dengan
DAFTAR PUSTAKA Tingkat Motivasi Mengikuti Program Terapi
Rumatan Metadon pada Pengguna Napza
Bao, Y, P, & Liu, Z, 2009, ‘A Meta-Anaysis of Suntik di Puskesmas Kecamatan Grogol
Retention in Methadone Maintenance by Dose Petamburan Jakarta Barat’.
and Dosing Strategy’, The American Journal of Yang, Fang, Peng, Lin, Yan, Li, Qun, He, Qisui,
Drug and Alcohol Abuse Long, Fu, X, & Luo, A, Y, 2013, ‘Predictors of
Central for Disease Control 2002, ‘Methadone retention in community-based methadone
Maintenance Treatment’, Department of Health maintenance treatment program in Pearl River
and Human Services Delta, China’, Harm Reduction Journal, 10
Harjon, A 2009, ‘Hubungan Faktor Perilaku
Keteraturan Minum Metadon pada Klien
PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur tahun
2009’ Skripsi, FKM UI, Jakarta
Harviani, 2010, ‘Hubungan Faktor Perilaku dengan
Keikutsertaan Terhadap Pelayanan Metadon
pada Pengguna Napza Suntik di Puskesmas
Kassi-Kassi Makassar’ Skripsi, FKM Unhas,
Makassar
Huissod, T, Rousson, V, & Arber, F, D, 2012,
‘Methadone Treatments in a Swiss Region,
2001-2008: a registry based analysis’, BMC
Psychiatry, 12
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor:567/Menkes/SK/VIII/2006, Pedoman
Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
(NAPZA). Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Kory, S 2011, ‘Faktor yang Berhubungan dengan


Keaktifan Pengguna Napza Suntik terhadap
Pelayanan Metadon di RSP.Jumpandang Baru
Makassar Tahun 2011’ Skripsi, FKM Unhas,
Makassar
Liu, E, Liang, T, Shen, L, Zhong, H, & Wang, B,
2009, ‘Correlates of Methadone Client
Retention: A Prospective Cohort Study in
Guizhou Province, China’. NIH Public Access.
Mohamad, N, Hidayah, N, Musa, N, Talib, N, &
Ismail, R, 2010, ‘Better Retention of Malaysian
Opiate Dependents Treated with High Dose
Methadone in Methadone Maintenance
Therapy’, Harm Reduction Journal
Puskesmas Kassi-Kassi, 2013, ‘Data Pengguna
Narkoba yang Menjalani Terapi Metadon’,
Makassar
Rahayu, T 2013, ‘Gambaran dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan retensi pasien program
terapi rumatan metadon (PTRM) di Puskesmas
Kecamatan Tebet’ Skripsi, Universitas
Indonesia, Jakarta
Sarasvita, R 2009, ‘Treatment Retention in Methadone
Maintenance Program in Indonesia: Toward
Evidence-Informed Drug Policy’, Thesis,
University of Adelaide.

Anda mungkin juga menyukai