Anda di halaman 1dari 7

JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 4 No.

1 (2020) 34

Volume. 4 Nomor. 1 Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi


Periode: Januari – Juni 2020; hal. 34-40 (JIKO)
p-ISSN : 2580-1112; e-ISSN : 2655-6669 Article history:
Copyrighr @2020 Received: Desember 12, 19
Penulis memiliki hak cipta atas artikel ini Revised: September 07, 20
journal homepage: https://ejournal.akperfatmawati.ac.id Accepted: September 09, 20
DOI:10.46749/jiko.v3i2.38

Ketepatan Pemberian Obat Oleh Perawat Dipengaruhi Lingkungan


Kerja Di Ruang Rawat Inap Rsud Kanujoso Balikpapan
Pipit Feriani1
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Abstrak
Lingkungan kerja terdiri dari gaya kepemimpinan dan budaya organisasi.Gaya
kepemimpinan merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan
Budaya organisasi diyakini juga merupakan faktor penentu terhadap kesuksesan kinerja
yang memeliki keterkaitan dengan kulaitis pelayanan. Kualitas pelayanan rumah sakit
dapat dilihat dari kecepatan pelayanan, keramahan, efektifitas tindakan, serta kondisi yang
dapat menciptakan kenyamanan bagi pasien dan pengunjung. Salah satu bentuk kualitas
ini diukur dari ketepatan dalam tindakan pemberian obat. Six rights dalam pemberian obat
meliputi tepat klien, obat, dosis, waktu, cara/rute dan ditambah dengan tepat dokumentasi
agar tidak terjadi medication error. Hasil uji Chi-Square gaya kepeminpinan dan b
budaya organisasai diperoleh nilai p (0,003; 0,001). artinya terdapat pengaruh gaya
kepemimpinan dan budaya organisasi dengan dengan ketepatan pemberian obat.

Kata kunci: Gaya kepemimpinan, Lingkungan kerja, Ketepatan Pemberian Obat

Abstract
Work environment consists of leadership style and organizational culture.
Leadership style is a way for leaders to influence others. While organizational culture is
also believed to be a determining factor for the success of performance that has an
association with service quality. The quality of hospital services can be seen from the
speed of service, friendliness, effectiveness of actions, and conditions that can create
comfort for patients and visitors. One form of this quality is measured by the accuracy in
drug administration. Six rights in giving medicines include the right client, medicine,
dosage, time, method / route and added with proper documentation so that medication
error does not occur. Chi-Square test results of leadership style and organizational
culture b obtained p value (0.003; 0.001). it means that there is an influence of leadership
style and organizational culture with the accuracy of drug delivery.

Keywords: Work Environment, work environment, Accuracy Dispensing

1
e-mail: Pf561@umkt.ac.id

Ketepatan Pemberian Obat oleh Perawat….


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 4 No. 1 (2020) 35

Pendahuluan kesalahan yang terjadi dan Responden


Kualitas pelayanan suatu rumah yang takut disalahkan kalau melapor
sakit dapat diidentifikasi dari kinerja para sebanyak 38.1%. Responden mendukung
perawat sebagai salah satu tenaga keselamatan pasien dan harapan adanya
kesehatan. Porsi perawat di rumah sakit monitoring serta evaluasi, ini didukung
adalah yang terbanyak sehingga perawat oleh 47.6% responden.
berperan penting dalam mendukung Ketepatan pemberian obat
terciptanya kualitas pelayanan. merupakan salah satu bentuk kinerja
Hal ini terkait dengan keberadaan perawat. Walaupun dalam hal ini
perawat yang bertugas selama 24 jam merupakan suatu bentuk tugas limpahan
melayani pasien dan jumlah perawat dari apoteker atau farmasi, namun
yang mendominasi tenaga kesehatan di kegiatan ini lebih sering dilakukan oleh
rumah sakit, yaitu sekitar 40-60% perawat dan bahkan seolah-olah
(Swansburg, 2010). merupakan tugas wajib perawat
Salah satu tugas perawat adalah dibandingkan dengan peran dan fungsi
melakukan pemberian obat kepada perawat yang lain, dalam hal ini juga
pasien sebagai bentuk peran perawat dalam pemberian obat
pertanggungjawaban secara legal atas merupakan peran yang vital didalam
tindakan yang telah dilakukan. Penerapan pencapaian derajat kesembuhan dan
prinsip enam tepat (six rights) oleh kesehatan bagi pasien dilihat dari latar
perawat akan mempengaruhi belakang kejadian yang dapat
keberhasilan pengobatan. ditimbulkan apabila hal ini tidak
Hal ini terutama akan tampak dilakukan sesuai SOP (Robbins , 2013).
pada pasien yang dirawat di ruang rawat
inap. Seorang perawat harus memberikan Metode Penelitian
berbagai macam obat kepada beberapa Penelitian ini bertujuan untuk
pasien rawat inap yang berbeda, yang menganalisis hubungan lingkungan kerja
menjadi tanggung jawabnya.perawat dan role stress dengan ketepatan
harus menerapkan prinsip “enam tepat” pemberian obat oleh perawat di ruang
tersebut untuk menghindari kesalahan rawat inap RSUD Kanudjoso
pemberian obat (Hidayat dan Uliyah, Djatiwibowo Balikpapan. Penelitian ini
2014). menggunakan jenis penelitian kuantitatif
Permasalahan muncul ketika dengan metode cross sectional.
berdasarkan hasil pengamatan peneliti Populasinya adalah perawat yang
selama residensi dan data dari safety bekerja di ruang rawat inap RSUD Dr
centre di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Kanujoso Djatiwibowo Balikpapandan
Balikpapan terdapat kenaikan jumlah merupakan pegawai tetap rumah sakit,
ketidaktepatan pemberian obat baik atau tenaga honorer yang telah bekerja
dalam segi waktu, orang, dosis,dan lokasi lebih dari 1 tahun, dan perawat yang
dari tahun ke tahun dengan data sebagai sudah pernah mengikuti uji kompetensi
berikut. dasar keperawatan, yang memenuhi
Kecilnya data tingkat kejadian kriteria tersebut ada sebanyak 258
medication error salah satunya bisa perawat.
disebabkan oleh budaya keselamatan Sampel adalah perawat yang
pasien di RSUD Dr. Kanujoso diambil menjadi sampel yang memenuhi
Djatiwibowo Balikpapan yang belum kriteria inklusi: perawat Pelaksana yang
optimal, hal ini dapat dilihat dari hasil bertugas di ruang rawat inap, masa kerja
kuesioner dengan sampel 19 orang di pelayanan rawat inap minimal 1 tahun
perawat bahwa terdapat 57.1% responden dan perawat pelaksana yang sudah
tidak pernah melaporkan adanya

Ketepatan Pemberian Obat oleh Perawat….


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 4 No. 1 (2020) 36

pernah mengikuti ujian kompetensi adalah ruang Flamboyan A, B, C, D, E,


perawat dasar.. Soka, Kemuning, Karamunting, Mawar
Metode pengambilan sampel Melati, dan juga anggrek hitam lantai 4.
berbasis pada probabilitas dengan Hasil uji reliabilitas dari masing-masing
metode random sederhana. Pengambilan variabel dalam penelitian ini ditunjukkan
jumlah sampel dilakukan dengan kuesiner gaya kepeminpinan
menggunakan rumus Lemeshow tranformasional, gaya kepemimpinan
diperoleh sampel sebanyak 116 perawat. transasional, budaya organisasi (0,969;
Ruangan-ruangan yang dipakai oleh 0,927 dan 0,816).
peneliti untuk diambil datanya antara lain

Hasil Penelitian Tabel menunjukkan bahwa


Distribusi Frequensi Karakteristik mayoritas responden berjenis kelamin
Perawat RSUD Kanujoso Djatiwibowo perempuan (86,7%), umur responden
Balikpapan Tahun 2018 termuda adalah 21 tahun dan tertua 46
N
Frek
Persent tahun dengan rata-rata 26,72 tahun,
Karakteristik uens ketika umur responden ini
o ase (%)
i
dikelompokkan berdasarkan rata-rata
1 Jenis kelamin
- Laki-laki 18 13,3 umur responden, umur responden lebih
- Perempuan 117 86,7 banyak yang berada di bawah rata-rata
2 Umur yaitu sebanyak 84 (62,2%) responden
- Termuda = 21 tahun memiliki umur ≤ 27 tahun, dan sisanya
- Tertua = 46 tahun
51 (37,8%) responden memiliki umur di
- Rata-rata = 26,72
tahun atas 27.
Kelompok umur 84 62,2 Berdasarkan tingkat pendidikan
- ≤ 27 tahun 51 37,8 mayoritas responden berpendidikan D3
- > 27 tahun keperawatan (87,4%), dan mayoritas
3 Pendidikan
telah berprofesi sebagai perawat di
- D3 keperawatan 118 87,4
- S1 keperawatan 17 12,6 RSUD Kanujoso Djatiwibowo
4 Lama kerja Balikpapan selama ≤8 Tahun (60,0%).
- Terendah = 1 tahun
- Tertinggi = 18 tahun
- Rata-rata = 8 tahun
Kelompok lama kerja
- < 8 tahun 81 60,0
- > 8 tahun 54 40,0
Total 135 100

Rincian Temuan Kesalahan Pemberian Obat oleh Perawat di RSUD Kanujoso


Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2018
Ketepatan
No Pemberian Implementasi Hasil penelitian
Obat
1. Benar pasien Perawat mencocokan nama Sekitar 43,0% perawat tidak melakukan
yang tertera di obat dengan pengecekan gelang identitas pasien yang
identitas di gelang pasien disesuaikan ndengan buku RPO dan
tanggal lahir pasien, sehingga sangat rawan
untuk terjadi salah pemberian obat ke
pasien lain atau pasien yang namanya
mirip.
2. Benar obat Perawat mencocokkan 15,6 % perawat tidak mencocokkan nama
jenis/nama obat yang ada di di status dengan obat yang diberikan, untuk

Ketepatan Pemberian Obat oleh Perawat….


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 4 No. 1 (2020) 37

status pasien dengan obat perawat yang tugas sore dan malam
yang akan diberikan untuk harusnya mengecek ulang terapi obat-obat
pasien yang diteruskan ataupun dihentikan setelah
dokter melakukan visite.
3. Benar dosis Perawat mencocokkan/ 13,3% perawat tidak mencocokkan/
menghitung ulang jumlah menghitung ulang dosis yang di status
dosis yang ada di status dengan obat yang diberikan, untuk perawat
pasien dengan obat yang yang tugas sore dan malam harusnya
akan diberikan untuk pasien mengecek ulang terapi obat-obat yang
diteruskan ataupun dihentikan setelah
dokter melakukan visite.
4. Benar Perawat melihat kembali Pemberian obat melalui parenteral atau
cara/rute cara pemberian obat yang selang infuse pasien hendaknya dilakukan
ada di status pasien dengan di tempat penyuntikan yang benar dan
alat yang akan disiapkan menggunakan selang infuse yang benar.
untuk pemberian obat untuk Akibat pemberian obat di lokasi yang
pasien kurang tepat akan mengakibatkan resiko
terjadinya phlebitis yang cukup besar dan
juga mengakibatkan pasien lebih cenderung
merasa nyeri pada saat dilakukan injeksi.
(Wayunah, 2011)
Ada sekitar 19,3% perawat yang tidak
benar cara/rute diantaranya tidak
menggunakan alcohol swab, sarung tangan,
dan melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan yang dilakukan kepada
pasien
5. Benar waktu Perawat mengecek waktu Pemberian obat yang harus mundur
pemberian obat terakhir beberapa jam akibat : stok di depo kosong,
pasien yang dicocokkan keterlambatan pengiriman dari depo, obat
dengan status pasien yang sebelumnya belum habis padahal
harusnya dijadwal sudah harus habis (obat-
obat yang pemberiannya menggunakan
infuse), jalur infuse yang bermasalah
(adanya phlebitis) sehingga perlu diganti,
dan penggantian ini biasanya menunggu
pemberian obat seluruh pasien selesai
terlebih dahulu baru dipasang infuse baru.
Pemberian obat oral yang kurang
pengawasan (dibagikan 2 jam sebelum
waktu minum dan 17,8% tidak dicek lagi
apakah pasien meminumnya atau tidak)
sehingga ada dijumpai oleh peneliti bahwa
pasien memiliki stok obat yang berlebihan
di tempat tidurnya karena pasien tidak
pernah mau meminum obat yang diberikan
perawat. Hal ini pastinya akan
menimbulkan lamanya masa perawatan dan
penyembuhan pasien.
6. Benar Perawat mencatat tindakan Kesalahan dalam hal dokumentasi paling
dokumentasi pemberian obat kepada banyak ditemui dilakukan oleh sekitar
pasien di status dan buku 60,0% perawat. Didalam teori
obat pasien pendokumentasian yang baik dan benar
(Indracahyani, 2010) bahwa dokumentasi

Ketepatan Pemberian Obat oleh Perawat….


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 4 No. 1 (2020) 38

yang baik dan benar harus menyertakan


nama dan tandatangan yang jelas si
pemberi obat ke pasien tersebut, didalam
rekam medic petunjuk pemberian obat
didokumentasikan dengan cara hanya
mencentang saja buku pemberian obat, hal
ini kurang tepat.

Hasil Uji Regresi Logistik Ganda menyebabkan ketidaktepatan pemberian


Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya obat oleh perawat 4,332 kali lebih tinggi
Organisasi, dan Role stress Terhadap daripada budaya organisasi tinggi.
Ketepatan Pemberian Obat oleh Perawat
di di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Pembahasan
Balikpapan Tahun 2018 Berdasarkan jenis kelamin,
didominasi oleh perawat perempuan,
berdasarkan umur didominasi oleh
95% C.I.for
Variabel B Sig. Exp(B) EXP(B) perawat di tingkatan umur remaja akhir
dan rata-rata memiliki pengalaman
Lower Upper
kurang dari 8 tahun.
Transformasional 1,559 0,003 4,755 1,687 13,403 Poin tertinggi yang kedua yang
Transaksional 1,044 0,037 2,841 1,063 7,592
harus menjadi catatan adalah setiap
Budaya perawat wajib dan harus mengecek
1,466 0,007 4,332 1,500 12,516
organisasi gelang dan memanggil nama pasien pada
saat akan dilakukan tindakan medis
Berdasarkan Tabel diketahui maupun keperawatan kepada pasien hal
bahwa semua variabel independen ini akan memberikan efek nyaman dan
berpengaruh secara signifikan terhadap tenang baik dari segi perawat sendiri
ketepatan pemberian obat, masing- maupun dari segi pasien.
masing ditunjukkan dengan perolehan Apalagi pada saat dilakukan
nilai p < 0,05. Gaya kepemimpinan penelitian ini ada kegiatan perbaikan
memiliki nilai OR terbesar yaitu 4,755 sarana dan prasarana yang menyebabkan
[IK95% = 1,687-13,403], artinya gaya pasien berpindah-pindah tempat, hal ini
kepemimpinan transformasional yang dirasa oleh peneliti menjadi hal yang
rendah akan menyebabkan sangat rawan terjadi kesalahan dalam
ketidaktepatan pemberian obat oleh pemberian obat dan tindakan medis
perawat sebesar 4,755 kali lebih tinggi apabila pengecekan gelang identitas
daripada gaya kepemimpinan pasien ini tidak dilakukan
transformasional tinggi. Gaya kepemimpinan
Nilai OR gaya kepemimpinan transformasional yang tinggi dalam
transaksional sebesar 2,841 [IK95% = penelitian ini ditunjukkan oleh cara
1,063-7,592], artinya gaya atasan mengajukan tujuan yang ingin
kepemimpinan transaksional yang rendah dicapai dan menyerahkan cara
akan menyebabkan ketidaktepatan pencapaiannya kepada perawat,
pemberian obat oleh perawat sebesar pemberian tantangan pekerjaan kepada
2,841 kali lebih tinggi daripada gaya perawat, atasan memberikan contoh
kepemimpinan transaksional tinggi. Nilai bagaimana mencapai kesuksesan berkarir
OR budaya organisasi sebesar 4,332 pada bawahan, atasan memotivasi
[IK95%=1,500-12,516], artinya budaya bawahan untuk menjadi ahli di bidang
organisasi yang rendah akan masing-masing, dan atasan dapat

Ketepatan Pemberian Obat oleh Perawat….


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 4 No. 1 (2020) 39

meningkatkan rasa bangga, kekaguman, Kesimpulan dan Saran


dan bisa menjadi panutan bagi bawahan. Gaya kepemimpinan yang paling
Persepsi terhadap gaya berhubungan dengan ketepatan
kepemimpinan transformasional yang pemberian obat adalah gaya
tinggi atau efektif tersebut diikuti dengan kepeminpinan transformasional, hal ini
kinerja perawat yang baik dalam hal sesuai dengan data demografi pendidikan
ketepatan pemberian obat Alloubani, perawat yang mayoritas adalah diploma,
Almatar, dan Almukhtar (2014) mereka lebih menyukai pekerjaan yang
Budaya organisasi di rumah sakit telah ditetapkan dan diatur oleh kepala
sudah menunjukkan kebebasan dalam ruangan.
pemberian maupun penyampaian Budaya organisasi di rumah sakit
informasi, namun hal ini hanya dirasakan sudah menunjukkan kebebasan dalam
pada wilayah top manajer dan pada lini pemberian maupun penyampaian
perawat pelaksana atau dibawah masih informasi, namun hal ini hanya dirasakan
cenderung apabila ada masalah ditutup- pada wilayah top manajer dan pada lini
tutupi bahkan apabila bisa hanya akan perawat pelaksana atau dibawah masih
diselesaikan secara intern saja (Agustina cenderung apabila ada masalah ditutup-
2015). Hal ini tampak dari 29,6% tutupi bahkan apabila bisa hanya akan
perawat yang mengatakan bahwa budaya diselesaikan secara intern saja. Sehingga
organisasi rumah sakit termasuk rendah. budaya pelaporan apabila terjadi insiden
Pada penelitian ini ketidakjelasan pelanggaran juga minimal dilakukan oleh
peran perawat tersebut terutama ruangan.
ditunjukkan oleh rencana dan tujuan Penelitian lebih lanjut pada
pekerjaan yang tidak jelas, tidak dapat tingkat konflik yang lebih kompleks
membagi waktu dengan baik karena terkait konflik antar profesi, antar bagian
harus menyelesaikan pekerjaan di dan antar institusi akan bermanfaat untuk
berbagai tempat, tidak tahu dengan jelas meningkatkan kinerja antar profesi guna
harapan rumah sakit sakit terhadapnya, menuju kepemimpinan klinik yang baik
tidak jelas tentang pekerjaan yang dan dalam pengelolaan rumah sakit yang
seharusnya dilakukan dan tidak lebih berkualitas.
memahami wewenang yang saat ini
dimiliki. Ketidakjelasan peran tersebut Daftar Pustaka
pada akhirnya menyebabkan Agustina, L., 2015, Pengaruh Konflik
ketidaktepatan pemberian obat. Peran, Ketidakjelasan Peran Dan
Kelebihan peran yang dialami Kelebihan Peran Terhadap
oleh perawat di RSUD Kanujoso Kepuasan Kerja Dan Kinerja
Djatiwibowo Balikpapan berdasarkan Auditor (Penelitian Pada KAP
tingkatan frekuensinya antara lain Yang Bermitra Dengan KAP Big
perawat memiliki terlalu banyak Four Di Wilayah DKI Jakarta),
pekerjaan untuk dilaksanakan pada suatu Jurnal Akuntansi, 1(1):40-69.
waktu tertentu, standar pekerjaan yang Alloubani AM., Almatari M., Almukhtar
dibebankan terlalu tinggi, dibebani MM., 2014, “Review: Effects of
pekerjaan yang bukan tanggung Leadership Styles on Quality of
jawabnya, dibebani pekerjaan dengan Services In Healthcare”,
kapasitas berlebih yang seharusnya European Scientific Journal June
dilakukan lebih dari satu orang, dan 2014 edition vol.10, No.18 ISSN:
harus menyelesaikan pekerjaan pada 1857 – 7881 (Print) e - ISSN
waktu yang sama saat periode peak 1857- 7431.
season. Fanani, dkk., 2018, Pengaruh Struktur
Audit, Konflik Peran dan

Ketepatan Pemberian Obat oleh Perawat….


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 4 No. 1 (2020) 40

Ketidakjelasan Peran Terhadap Lawalata, dkk., 2016. Pengaruh


Kinerja Auditor, Jurnal Akuntansi Independensi Auditor, Komitmen
dan Keuangan Indonesia, 5(2): Organisasi, Gaya Kepemimpinan
139-155. Dan Budaya Organisasi
Hidayat, A. A. A., dan M. Uliyah, 2014, Terhadap Kinerja Auditor.
Kebutuhan Dasar Manusia. Luthans, Fred. 2016, Organizational
Jakarta: EGC. Behaviour. New york, McGraw-
Indracahyani A, 2010, Keselamatan Hill
Pemberian Medikasi, Jurnal Maulana, I., 2012, Pengaruh Struktur
Keperawatan Indonesia, Volume Audit, Konflik Peran,
13, No. 2, Juli 2010, 105-111. Ketidakjelasan Peran Dan Locus
Indriantoro, N. dan B. Supomo, 1999, Of Control Terhadap Kinerja
Metode Penelitian Bisnis untuk Auditor (Studi Empiris Pada KAP
Akuntansi dan Manajemen, Di Pekanbaru Dan Batam),
Yogyakarta: BPFE. Universitas Riau.
Iroegbu M.N. 2014.“Impact of Role Robbins, S. P., 2013, Perilaku
Overload on Job Performance Organisasi, Jakarta: Salemba
among Construction Workers”. Empat.
Asian Journal of Social Sciences Sabri L. dan Sutanto PH. 2010.Statistik
and Management Studies Vol. 1, Kesehatan. Cetakan Keempat.
No. 3, 83-86. Jakarta: PT Raja Grafindo
Janovich, Jay. Joeana, Young. Daniel, R. Persada
Denison and Hee Jee. 2006. Swanburg, R. C., 2010, Kepemimpinan
Diagnosing Organizational dan Manajemen untuk Perawat
Culture: Validating a Model and Klinis. Jakarta: EGC.
Method for Support that they Trisnaningsih, S., 2017, Independensi
have provided for this research. Auditor Dan Komitmen
The international Institute for Organisasi Sebagai Mediasi
Management Development and Pengaruh Pemahaman Good
the University of Michigan Governance, Gaya
Business School. Kepemimpinan Dan Budaya
Jogiyanto, 2012, Metodologi Penelitian Organisasi Terhadap Kinerja
Bisnis: Salah Kaprah Dan Auditor, Simposium Akuntansi
Pengalaman-Pengalaman, Nasional X Makasar.
Yogyakarta: BPFE.

Ketepatan Pemberian Obat oleh Perawat….

Anda mungkin juga menyukai