Anda di halaman 1dari 7

Salah satu variabel penelitian dalam penulisan ini adalah mengaitkan antara perilaku

petugas kesehatan dengan berlandaskan pada pengetahuan yang dimiliki para petugas tersebut
dan juga sikap yang ditunjukkan. Pada sub bahasan ini, diberikan titik fokus berupa pembahasan
mengenai perilaku yang ditunjukkan oleh para petugas kesehatan dalam rangka mengelola
sampah-sampah medis.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa tiap jurnal yang digunakan untuk penelitian
ini diberikan istilah A1, A2, A3, dan seterusnya. Untuk itu, pembahasan utama terkait perilaku
petugas kesehatan dalam pengelolaan sampah medis dimulai dengan hasil yang dijelaskan dalam
jurnal A1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh perawat yaitu
mengelola sampah medis jenis padat, diketahui bahwa dari 63 responden 44 responden memiliki
pengetahuan yang baik serta 38 responden memiliki sikap yang baik, hal ini akan sejalan dengan
tindakan petugas Kesehatan dimana didapatkan hasil Tindakan yang baik yaitu 37 (58,7%)
responden hal ini akan cenderung mengeluarkan perilaku yang baik dalam pengelolaan sampah
medis
Pada jurnal A2 diketahui petugas Kesehatan memiliki perilaku baik (56,6%) dan
pengetahuan yang tinggi (54,7%) lebih dari setengah jumlah responden, hal ini sejalan dengan
perilaku petugas kesehatan dala pengelolaan limbah medis didapatkan hasil yang memiliki
perilaku baik yaitu sebanyak 60 dari 106 responden (56,6%), dari hasil terwsebut dapat dilihat
bahwa semakin baik pengetahuan dan sikap maka akan baik pula dalam berperilaku pengelolaan
limbah medis.
Pada jurnal A3 membahas tindakan petugas kesehatan dalam memilah sampah-sampah
medis. Petugas kesehatan yang berperilaku baik dalam mengelola sampah medis hanya sebesar
44,6% dengan yang memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar 40% dan yang memiliki sikap
yang setuju dengna pemilahan sampah medis yaitu 47%
Pada jurnal A4 dan A5 yang sama sama membahas mengenai pengelolaan limbah medis
dan non-medis dengan perilaku para petugas Kesehatan. Pada jurnal A4 didapatkan hasil petugas
kesehatan yang memiliki pengetahan yang baik yaitu sebanyak 71,6% dan yang memiliki sikap
yang baik yaitu sebanyak 81,2%. Pengetahan yang baik dan sikaop yang baik akan diikuti juga
dengan perilaku yang baik, pada penelitian ini didapatkan hsil 22 dari 32 respoden memiliki
perilaku yang baik dalam pengelolaan limbah medis.
Selanjutnya jurnal A5 seluruh responden memiliki pengetahuan yang baik dan 96%
meiliki sikap yang positif terhadap pemilahan sampah medis, pada penelitian ini didapati hasil
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang pengelolaan sampah medis dengan sikap
perawat dalam memilah sampah medis
A6
Hasil dari pembahasan yang diberikan pada jurnal A1, A2, dan A3, dan berdasarkan
persentase data tertinggi, perilaku petugas medis masuk ke dalam kategori perilaku baik
ditunjukkan oleh petugas medis dengan tingkat pengetahuan menengah, dan rentang waktu kerja
yang relatif lama. Lebih spesifik, jurnal A2 menunjukkan bahwa persentase perilaku baik lebih
tinggi dimiliki oleh petugas kesehatan dengan tingkat pendidikan tinggi, yakni sejumlah 49,1%.
Jurnal selanjutnya, yakni A3, membahas tindakan petugas kesehatan dalam memilah sampah-
sampah medis. Petugas kesehatan yang berperilaku baik dalam mengelola sampah medis hanya
sebesar 44,6%. Hasilnya secara keseluruhan menunjukkan bahwa tindakan perawat selaku
petugas kesehatan dalam hal pemilahan sampah medis dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,
sikap, dan juga ketersediaan fasilitas. Dari penelitian yang ada membuktikan bahwa terdapat
pengaruh antara sikap, pengetahuan, dan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh seorang
petugas kesehatan atau instansi tempatnya bernaung terhadap tindakannya dalam melakukan
pengelolaan sampah medis
Selanjutnya adalah jurnal A4 dan A5 yang sama-sama membahas mengenai pengelolaan
limbah medis dan non-medis dengan perilaku para petugas kesehatan. Kedua penelitian ini
membawa hasil bahwa petugas kesehatan di daerah objek penelitiannya menunjukkan perilaku
yang terkategorisasi baik dalam mengelola sampah medis. Hasil dari penelitian pada jurnal A4
yang dilakukan pada tahun 2019 di Loka Rehabilitasi Batam menunjukkan bahwa tindakan
petugas medis pada dasarnya hanya berkaitan dengan bagaimana cara petugas tersebut
mengelola sampah medis, dan tidak ada kaitannya dengan faktor lain baik pengetahuan maupun
sikap. Tindakan ditunjukkan oleh bukti empiris bagaimana dilakukannya pengelolaan limbah
medis tersebut. Hal ini diafirmasi oleh hasil bahasan dalam jurnal A5, yang menunjukkan bahwa
pengetahuan petugas kesehatan memiliki keterkaitan terhadap sikap, dan tidak sama sekali
berimplikasi kepada tindakan yang diberikan. Tindakan tersebut seharusnya terlihat dari
bagaimana dilakukannya tata kelola sampah medis oleh petugas terkait.
Pada jurnal A6 hingga A10, faktor yang paling memiliki relevansi dengan perilaku
petugas kesehatan dalam hal ini adalah faktor pengetahuan. Dengan data persentase yang
ditunjukkan, keseluruhan jurnal masih menunjukkan persentase perilaku baik atau patuh
menempati posisi tertinggi di instansi terkait. Sebagai contoh, pada jurnal A8 menunjukkan
bahwa dalam penelitian yang dilakukan di Puskemas Kabupaten Konawe Utara, perilaku petugas
medis ditunjukkan dengan persentase berperilaku baik atau patuh sejumlah 72,16%, dan sisanya
adalah petugas yang terbilang memiliki perilaku tidak patuh, juga kategori perilaku yang baik
dengan nilai sebesar 85,7% di Puskesmas Dawan II, misalnya, dapat dicapai dengan persentase
pengetahuan dan sikap baik yang juga sama besarnya dengan output berupa tindakan tersebut.
Penelitian ini menyatakan bahwa perilaku akan dapat dikategorikan ketika ditelaah lewat sikap
baik yang dilakukan sebelumnya.
Berangkat dari hasil-hasil penelitian yang ditunjukkan dalam jurnal yang menunjang
penelitian ini, dapat dilihat bahwa terdapat kaitan dengan teori dasar yang disampaikan oleh
Lawrence Green, seorang tenokrat asal Amerika Serikat yang mendalami perihal kesehatan
masyarakat sehingga menjadi bagian dari spesialisasinya. Green berpendapat bahwa setidaknya
ada 3 (tiga) faktor yang memengaruhi perilaku seseorang akan konteks kesehatan, yakni
predisposisi, berupa umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan sikap, faktor pemungkin,
berisi jarak ke fasilitas kesehatan, juga faktor penguat, yakni dukungan dari keluarga individu
tersebut dan juga tokoh-tokoh dalam masyarakat (Ngurah et al., 2017). Pada sub bahasan tentang
perilaku yang ditunjukkan oleh petugas medis kali ini, ditemukan bahwasannya faktor
predisposisi menjadi faktor yang paling disorot untuk melihat perilaku petugas kesehatan,
utamanya dalam melakukan pengelolaan sampah medis sebagai upaya penindaklanjutan limbah
kesehatan.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnya, yakni hasil adanya kategorisasi tindakan baik dari para petugas kesehatan
dalam mengelola sampah medis ketika dikaitkan dengan salah satu faktor dalam teori Lawrence
Green, yakni faktor predisposisi berupa pengetahuan dan sikap. Akan tetapi, perlu ditelaah lebih
lanjut keadaan dari negara luar untuk memberikan kredibilitas yang optimal pada penelitian. Dari
penelitian yang dilakukan di Thailand, ditemukan hasil bahwa perilaku petugas kesehatan lahir
dari faktor seperti pengetahuan dan sikap. Akan tetapi, penelitian di Thailand ini memberikan
faktor lain berupa pengalaman kerja sebagai faktor yang paling memengaruhi perilaku petugas
kesehatan (Akkajit, Romin and Assawadithalerd, 2020). Lain halnya dengan penelitian yang
dilakukan di Basra, Irak Selatan. Penelitian ini menunjukkan adapun perilaku yang baik berasal
dari pengetahuan, sikap, dan berbagai faktor internal milik petugas kesehatan, terdapat faktor
lain yang datangnya dari luar dan paling memengaruhi jangkauan perilaku petugas kesehatan
(Khaled and Ali, 2022). Faktor tersebut diketahui adalah sistem manajemen pengelolaan limbah
rumah sakit. Jurnal lain datangnya dari penelitian yang dilakukan di Puducherry, India. Pada
pembahasan di jurnal tersebut menunjukkan jika pengetahuan bagaimanapun menjadi salah satu
faktor terpenting dalam memberikan wujud perilaku petugas kesehatan. Dalam hal ini diberikan
contoh, ketika seorang petugas kesehatan pada dasarnya memiliki etika dan sikap yang baik,
pada praktiknya, yakni perilaku yang ditunjukkan, akan terjadi miss jika tidak dibarengi dengan
pengetahuan yang mumpuni (A and Eshwar, 2015). Perilaku seseorang merupakan praktik dari
pengetahuan dan sikap yang dimilikinya.
Terdapat jurnal lain yang membahas bagaimana pengaruh perilaku, sikap, dan
pengetahuan yang dipunyai oleh petugas kesehatan dalam mengelola sampah medis di rumah
sakit yang melayani kesehatan tersier di Bhubaneswar, Odisha. Pada penelitian ini ditunjukkan
bahwa walaupun perilaku petugas kesehatan dipengaruhi oleh sikap baik dan pengetahuannya
yang mumpuni, perilaku akan lebih tergambar dari dirinya secara personal. Sehingga, motivasi
diri sendiri dan keinginan untuk menjadi lebih baik merupakan landasan dalam berperilaku.
Jurnal terakhir yang dapat dijadikan pembanding penelitian ini adalah hasil yang diberikan atas
penelitian di Kabupaten Benggala Barat, India. Penelitian ini dilakukan dengan telaah perilaku
petugas medis pada masa pandemi Covid-19. Dalam hasil bahasannya, diketahui bahwa
pengetahuan para petugas medis merupakan sesuatu yang harus diasah dari waktu ke waktu dan
secara sistematis oleh pihak rumah sakit atau instansi terkait. Sebab, keadaan tidak selamanya
sama dan perlu improvisasi yang penuh pengetahuan di dalamnya. Sehingga perilaku petugas
kesehatan dianggap merupakan hasil bentukan dari berbagai pelatihan sebagai pola pendidikan
yang diikutinya (Dash, Das and Satapathy, 2021)
Salah satu variabel penelitian dalam penulisan ini adalah mengaitkan antara perilaku
petugas kesehatan dengan berlandaskan pada pengetahuan yang dimiliki para petugas tersebut
dan juga sikap yang ditunjukkan. Pada sub bahasan ini, diberikan titik fokus berupa pembahasan
mengenai perilaku yang ditunjukkan oleh para petugas kesehatan dalam rangka mengelola
sampah-sampah medis.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa tiap jurnal yang digunakan untuk penelitian
ini diberikan istilah A1, A2, A3, dan seterusnya. Untuk itu, pembahasan utama terkait perilaku
petugas kesehatan dalam pengelolaan sampah medis dimulai dengan hasil yang dijelaskan dalam
jurnal A1dan A2 yang memiliki hasil yang sama, , pada jurnal A1 didapatkan hasil 58,7%
memiliki Tindakan yang baik terhadap pembuangan limbah medis padat. Pada jurnal A2 56,6%
memiliki perilaku yang baik terhadap pengelolaan limbah medis. Berdasarkan kedua penelitian
tersebut Para petugas yang disimpulkan memiliki pengetahuan mumpuni atau sikap yang baik
akan cenderung mengeluarkan perilaku yang baik dalam pengelolaan sampah medis. Sedangkan
pada jurnal A3, membahas tindakan petugas kesehatan dalam memilah sampah-sampah medis,
dari penelitian tersebut 55,4% didapatkan tindakan yang kurang baik dalam pemilahan limbah
medis dan selebihnya memiliki Tindakan yang baik dalam pemilahan sampah medis.
Selanjutnya adalah jurnal A4 dan A5 yang sama-sama membahas mengenai pengelolaan
limbah medis dan non-medis dengan perilaku para petugas kesehatan. Kedua penelitian ini
membawa hasil bahwa petugas kesehatan di daerah objek penelitiannya menunjukkan perilaku
yang terkategorisasi baik dalam mengelola sampah medis. Hasil dari penelitian pada jurnal A4
yang dilakukan pada tahun 2019 di Loka Rehabilitasi Batam menunjukkan bahwa 68,8%
responden memiliki perilaku yang baik dalam pengelolaan sampah medis, pada dasarnya hanya
berkaitan dengan bagaimana cara petugas tersebut mengelola sampah medis, dan tidak ada
kaitannya dengan faktor lain baik pengetahuan maupun sikap. Tindakan ditunjukkan oleh bukti
empiris bagaimana dilakukannya pengelolaan limbah medis tersebut. Hal ini diafirmasi oleh
hasil bahasan dalam jurnal A5, yang menunjukkan bahwa pengetahuan petugas kesehatan
memiliki keterkaitan terhadap sikap, cara berpikir yang baik dan memahami suatu pengetahuan
akan menghasilkan sikap yang positif serta sikap ini akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi
seperti perilaku pemilahan sampah medis. Jika perilaku pemilahan sampah medis terus menerus
dilakukan akan menghasilkan sikap positif dan perilaku tersebut seharusnya terlihat dari
bagaimana dilakukannya tata kelola sampah medis oleh petugas terkait.
Pada jurnal A6 hingga A10, keseluruhan jurnal masih menunjukkan persentase perilaku
baik atau patuh menempati posisi tertinggi di instansi terkait. Sebagai contoh, pada jurnal A8,
Penelitian ini menyatakan bahwa perilaku akan dapat dikategorikan ketika ditelaah lewat sikap
baik yang dilakukan sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan di Puskemas Kabupaten
Konawe Utara ini, perilaku petugas medis ditunjukkan dengan persentase berperilaku baik atau
patuh sejumlah 72,16%, dan sisanya adalah petugas yang terbilang memiliki perilaku tidak
patuh, juga kategori perilaku yang baik dengan nilai sebesar 85,7% di Puskesmas Dawan II,
misalnya, dapat dicapai dengan persentase pengetahuan dan sikap baik yang juga sama besarnya
dengan output berupa tindakan dalam pengelolaan sampah medis tersebut.
Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang ditunjukkan dalam jurnal yang menunjang
penelitian ini, dapat dilihat bahwa terdapat kaitan dengan teori dasar yang disampaikan oleh
Lawrence Green, seorang tenokrat asal Amerika Serikat yang mendalami perihal kesehatan
masyarakat sehingga menjadi bagian dari spesialisasinya. Green berpendapat bahwa setidaknya
ada 3 (tiga) faktor yang memengaruhi perilaku seseorang akan konteks kesehatan, yakni
predisposisi, berupa umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan sikap, faktor pemungkin,
berisi jarak ke fasilitas kesehatan, juga faktor penguat, yakni dukungan dari keluarga individu
tersebut dan juga tokoh-tokoh dalam masyarakat (Ngurah et al., 2017). Pada sub bahasan tentang
perilaku yang ditunjukkan oleh petugas medis kali ini, ditemukan bahwasannya faktor
predisposisi menjadi faktor yang paling disorot untuk melihat perilaku petugas kesehatan,
utamanya dalam melakukan pengelolaan sampah medis sebagai upaya penindaklanjutan limbah
kesehatan.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnya, yakni hasil adanya kategorisasi tindakan baik dari para petugas kesehatan
dalam mengelola sampah medis ketika dikaitkan dengan salah satu faktor dalam teori Lawrence
Green, yakni faktor predisposisi berupa pengetahuan dan sikap. Akan tetapi, perlu ditelaah lebih
lanjut keadaan dari negara luar untuk memberikan kredibilitas yang optimal pada penelitian. Dari
penelitian yang dilakukan di Thailand, ditemukan hasil bahwa perilaku petugas kesehatan lahir
dari faktor seperti pengetahuan dan sikap. Akan tetapi, penelitian di Thailand ini memberikan
faktor lain berupa pengalaman kerja sebagai faktor yang paling memengaruhi perilaku petugas
kesehatan (Akkajit, Romin and Assawadithalerd, 2020). Lain halnya dengan penelitian yang
dilakukan di Basra, Irak Selatan. Penelitian ini menunjukkan adapun perilaku yang baik berasal
dari pengetahuan, sikap, dan berbagai faktor internal milik petugas kesehatan, terdapat faktor
lain yang datangnya dari luar dan paling memengaruhi jangkauan perilaku petugas kesehatan
(Khaled and Ali, 2022). Faktor tersebut diketahui adalah sistem manajemen pengelolaan limbah
rumah sakit. Jurnal lain datangnya dari penelitian yang dilakukan di Puducherry, India. Pada
pembahasan di jurnal tersebut menunjukkan jika pengetahuan bagaimanapun menjadi salah satu
faktor terpenting dalam memberikan wujud perilaku petugas kesehatan. Dalam hal ini diberikan
contoh, ketika seorang petugas kesehatan pada dasarnya memiliki etika dan sikap yang baik,
pada praktiknya, yakni perilaku yang ditunjukkan, akan terjadi miss jika tidak dibarengi dengan
pengetahuan yang mumpuni (A and Eshwar, 2015). Perilaku seseorang merupakan praktik dari
pengetahuan dan sikap yang dimilikinya.
Terdapat jurnal lain yang membahas bagaimana pengaruh perilaku, sikap, dan
pengetahuan yang dipunyai oleh petugas kesehatan dalam mengelola sampah medis di rumah
sakit yang melayani kesehatan tersier di Bhubaneswar, Odisha. Pada penelitian ini ditunjukkan
bahwa walaupun perilaku petugas kesehatan dipengaruhi oleh sikap baik dan pengetahuannya
yang mumpuni, perilaku akan lebih tergambar dari dirinya secara personal. Sehingga, motivasi
diri sendiri dan keinginan untuk menjadi lebih baik merupakan landasan dalam berperilaku.
Jurnal terakhir yang dapat dijadikan pembanding penelitian ini adalah hasil yang diberikan atas
penelitian di Kabupaten Benggala Barat, India. Penelitian ini dilakukan dengan telaah perilaku
petugas medis pada masa pandemi Covid-19. Dalam hasil bahasannya, diketahui bahwa
pengetahuan para petugas medis merupakan sesuatu yang harus diasah dari waktu ke waktu dan
secara sistematis oleh pihak rumah sakit atau instansi terkait. Sebab, keadaan tidak selamanya
sama dan perlu improvisasi yang penuh pengetahuan di dalamnya. Sehingga perilaku petugas
kesehatan dianggap merupakan hasil bentukan dari berbagai pelatihan sebagai pola pendidikan
yang diikutinya (Dash, Das and Satapathy, 2021)

Anda mungkin juga menyukai