Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN PERSEPSI DAN KESIAPAN MAHASISWA TERHADAP

IMPLEMENTASI IPE (INTERPROFESSIONAL EDUCATION) DI STIKES


SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

Dina Rasmita1; Endar Timiyatun2, I Gusti Ayu Pramitaresti3 1Dosen Fakultas


Keperawatan dan Kebidanan UNPRI; 2Dosen STIKes Surya Global Yogyakarta
3Dosen PSIK FK Udayana

ABSTRAK

Pendidikan Interprofessional (IPE) adalah praktik kolaboratif dengan dua atau lebih
profesi kesehatan yang masing-masing mempelajari peran masing-masing profesi
kesehatan untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas perawatan kesehatan. Tujuan
penelitian adalah mendapatkan gambaran umum tentang persepsi dan kesiapan siswa
untuk IPE di STIKes Surya Global Yogyakarta. Metode penelitian adalah deskriptif
eksploratif dengan desain cross sectional dan pendekatan kuantitatif serta kualitatif.
Sampel terdiri dari 30 mahasiswa sarjana, keperawatan, kesehatan masyarakat, dan
farmasi yang mereka pilih metode purposive sampling. Data kuantitatif diperoleh
melalui kuesioner Interdisclipinary Education Perception Scale (IEPS) dan Readiness
Interprofessional Learning Scale (RIPLS). Data kualitatif dikumpulkan melalui
diskusi kelompok terarah. Hasil penelitian adalah persepsi tentang IPE sebagian besar
termasuk baik (60%).

Pendahuluan. Pendidikan Interprofessional (IPE) adalah praktik kolaboratif dengan


dua atau lebih profesi kesehatan yang masing-masing mempelajari peran
masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas
perawatan kesehatan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran umum tentang
persepsi dan kesiapan siswa untuk IPE di STIKes Surya Global Yogyakarta.

Metode.Metode penelitian adalah deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional


dan pendekatan kuantitatif serta kualitatif. Sampel terdiri dari 30 mahasiswa sarjana,
keperawatan, kesehatan masyarakat, dan farmasi yang mereka pilih metode purposive
sampling. Data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner Interdisclipinary Education
Perception Scale (IEPS) dan Readiness Interprofessional Learning Scale (RIPLS)

Hasil penelitian : Persepsi tentang IPE sebagian besar termasuk baik (60%).
Kesiapan untuk IPE terutama milik yang baik (83,3%). Persepsi dan kesiapan untuk
IPE mahasiswa sarjana di STIKes Surya Global Yogyakarta sebagian besar termasuk
dalam kategori baik
Kesimpulan ; Pendidikan Interprofessional (IPE) adalah praktik kolaboratif dengan
dua atau lebih profesi kesehatan yang masing-masing mempelajari peran
masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas
perawatan kesehatan.

Pendapat terhadap jurnal : Pelayanan mutu di Indonesia sudah mengalami


peningkatan dengan perubahan system pelayanan kesehatan tetapi Pendidikan
Interprofessional( IPE ) seharusnya dikembangkan di Indonesia dengan beberapa
dasar penelitian baik di luar negeri maupun di Indonesia sebagai salah satu usaha
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
GAMBARAN PERSEPSI DAN KESIAPAN MAHASISWA TERHADAP
IMPLEMENTASI IPE (INTERPROFESSIONAL EDUCATION) DI STIKES
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

Dina Rasmita1; Endar Timiyatun2, I Gusti Ayu Pramitaresti3 1Dosen Fakultas


Keperawatan dan Kebidanan UNPRI; 2Dosen STIKes Surya Global Yogyakarta
3Dosen PSIK FK Udayana

ABSTRAK
Interprofessional Education (IPE) is a collaborative practice with two or more health
professions that each studying the role of each health profession to improve
collaboration and quality of health care. The objective of study was getting a general
overview on students' perception and readiness for IPE at the STIKes Surya Global
Yogyakarta. The methode of study was descriptive explorative with cross sectional
design and quantitative as well as qualitative approaches. Samples consisted of 30
undergraduate students, nursing, public health, and pharmacy that they selected
purposive sampling method. Quantitative data were obtained through questionnaire of
interdisclipinary Education Perception Scale (IEPS) and Readiness Interprofessional
Learning Scale (RIPLS). Qualitative data gathered through focus group discussion.
The result of study was perception about IPE mainly belonged to good (60%).
Readiness for IPE mainly belonged to good (83,3%). Perception and readiness for IPE
of undergraduate students at the STIKes Surya Global Yogyakarta mainly belonged to
good category

Preliminary: Interprofessional Education (IPE) is a collaborative practice with two or


more health professions that each studying the role of each health profession to
improve collaboration and quality of health care. The objective of study was getting a
general overview on students' perception and readiness for IPE at the STIKes Surya
Global Yogyakarta.
Methode: The methode of study was descriptive explorative with cross sectional
design and quantitative as well as qualitative approaches. Samples consisted of 30
undergraduate students, nursing, public health, and pharmacy that they selected
purposive sampling method.

Results : The result of study was perception about IPE mainly belonged to good
(60%). Readiness for IPE mainly belonged to good (83,3%). Perception and readiness
for IPE of undergraduate students at the STIKes Surya Global Yogyakarta mainly
belonged to good category

Conclution : Interprofessional Education (IPE) is a collaborative practice with two or


more health professions that each studying the role of each health profession to
improve collaboration and quality of health care

Opinions about journals: Quality services in Indonesia have increased with changes
in the health care system but Interprofessional Education (IPE) should be developed
in Indonesia with some research bases both abroad and in Indonesia as an effort to
improve the quality of health services.

PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


PERAWAT DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN DOKTER
Sri Siska Mardiana a,*, Tri Nur Kristina a, b, Madya Sulisno b aProdi Magister
Keperawatan Universitas Diponegoro Gondosari, Kudus, Indonesia bFakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia

ABSTRAK

Komunikasi antara perawat dengan dokter merupakan salah satu elemen penting dari
praktik kolaborasi dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi yang terjalin baik antara
dokter dan perawat diharapkan dapat menjadi sarana untuk menyampaikan hal - hal
penting, menjalin diskusi, memutuskan secara bersama-sama serta dapat
meminimalkan hambatan-hambatan yang ada dalam pemberian perawatan kepada
pasien. Model teknik komunikasi SBAR (Situation Background Assessment
Recommendation) membantu perawat untuk mengorganisasi cara berfikir,
mengorganisasi informasi, dapat memudahkan penyampaian pesan serta berdiskusi
saat berkomunikasi dengan dokter.

Pendahuluan :Komunikasi antar tenaga kesehatan merupakan salah satu komponen


penting dalam membangun suksesnya sebuah pelayanan kesehatan (Diniyah, 2017).
Komunikasi yang efektif dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam penanganan
pasien, mencegah keterlambatan dalam pelayanan kepada pasien dan dapat
menggambarkan kesatuan hubungan yang 274 terkoordinasi dengan baik dari seluruh
tim kesehatan (Kesrianti, 2015). Komunikasi antara perawat dan dokter merupakan
salah satu elemen penting dari praktik kolaborasi dalam pelayanan kesehatan (Rofi’i,
2011). Komunikasi yang terjalin baik antara dokter dan perawat yang sesuai dengan
makna kolaborasi diharapkan dapat menyampaikan hal-hal penting menurut
pandangan masing-masing keilmuan profesinya serta menjalin diskusi dan
memutuskan secara bersama-sama sehingga dapat meminimalkan
hambatan-hambatan yang ada dalam pemberian perawatan kepada pasien (Supingatno,
2015).

Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah penerapan komunikasi


SBAR dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi lisan dengan
dokter.

Metode penelitian : quasi experiment dengan pre-post test with control group.
Jumlah sampel sebanyak 18 peserta pada kelompok intervensi dan 18 peserta pada
kelompok kontrol yang diambil dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling.

Hasil penelitian : menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tidak terjadi


peningkatan yang signifikan pada kemampuan pearwat dalam berkomunikasi dengan
dokter ditunjukkan dengan p value 0,430 ,sedangkan pada kelompok intervensi ada
peningkatan yang signifikan setelah diberikan intervensi dengan nilai p value 0,000.
Penelitian ini menemukan bahwa penerapan komunikasi SBAR dapat meningkatkan
kemampuan perawat dalam berkomunikasi dengan dokter.

Kesimpulan :Berdasarkan hasil penelitian, konsep serta penelitian terkait dapat


disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
pelaksanaan SBAR perawat dan kemampuan berkomunikasi perawat dengan dokter
setelah diberikan pelatihan komunikasi SBAR. Kemampuan perawat dalam
berkomunikasi dengan dokter pada kelompok intervensi lebih baik daripada
kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan SBAR.
Pendapat terhadap penelitian : berdasarkan penelitian hubungan antara dokter dan
perawat bisa dikatakan kurang harmonis karena minimnya pemahaman terhadap
kewajiban profesi satu sama lain. Sebaiknya anatara dokter dan perawat mempunyai
kolaborasi atau komunikasi yang baik agar apa yang dikerjakan bersama-sama
mempunyai tujuan dan maksud yang sama.
PERSEPSI DOSEN STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA TERHADAP INTER
PROFESIONAL EDUCATION (IPE)
Ida Nur Imamah1 ; Martini Listrikawati2 1. Dosen STIKES ‘Aisyiyah Surakarta 2.
Fasilitator PKH Kemensos iedaimamah@gmail.com

ABSTRAK
Interprofessional Education (IPE) merupakan konsep pendidikan terintegrasi yang
terdiri dari pendidikan interdisiplin dimana professional kesehatan belajar mengenai
kolaborasi dalam lintas disiplin ilmu dengan tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam bekerja bersama profesi kesehatan lain.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran persepsi dosen dalam IPE di
STIKES ‘Aisyiyah Surakarta yang bertujuan sebagai bahan kajian dalam penyusunan
kurikulum dan strategi pembelajaran. Penelitian menggunakan teknik total sampling
yaitu sebanyak 42 dosen di STIKES dengan menggunakan instrumen Interdisciplinary
Education Perception Scale (IEPS). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 88,1 %
dosen memiliki persepsi baik terhadap IPE, namun 80 % dosen mengatakan belum
terpapar terhadap IPE.

Tujuan : untuk mengetahui gambaran persepsi dosen dalam IPE di STIKES


‘Aisyiyah Surakarta yang bertujuan sebagai bahan kajian dalam penyusunan
kurikulum dan strategi pembelajaran.

Metode penelitian : Penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif


eksplorativ dengan jenis penelitian survey. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner dan wawancara. Pengukuran variabel persepsi menggunakan instrumen
Interdisciplinary Education Perception Scale.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 88,1 % dosen memiliki


persepsi baik terhadap IPE, namun 80 % dosen mengatakan belum terpapar terhadap
IPE.

Kesimpulan : Hasil wawancara juga menyatakan setuju dengan penerapan IPE,


namun demikian aplikasi di lapangan masih banyak idealism dan egoism
masing-masing profesi untuk bekerja sendiri. Penerapan kurikulum dan pembelajaran
bersama mungkin dapat diterapkan tetapi harus melihat sumber daya dan sarana
prasarana yang tersedia sehingga dapat diaplikasikan secara optimal. Penerapan IPE
juga baik, namun perlu dilakukan tinjauan kurikulum yang masih sangat panjang
prosesnya.

Pendapat terhadap penelitian : Kedepan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang
persepsi mahasiswa tentang IPE serta kesiapan dosen serta mahasiswa dan institusi
dalam penerapan kurikulum Interprofessional Education (IPE). Hal tersebut
diperlukan sehingga apabila IPE diterapkan di institusi pendidikan kesehatan memang
benarbenar telah siap baik kesiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana.

Anda mungkin juga menyukai