Anda di halaman 1dari 5

CRITICAL THINKING

INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) PADA PERSALINAN DENGAN

PREEKLAMSIA

Disusun oleh: Kelompok 2/A3

RAHMA SALSABELLA (1610104035)

RAHMA SUCI LADYA (1610104036)

MAYANG NURMA YASINTA (1610104045)

FRANSISKA HADJI (1610104047)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2018
INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

A.      DEFINISI INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

Kolaborasi antar profesi kesehatan adalah satu usaha untuk peningkatan mutu

pelayanan kesehatan. WHO telah membuat sebuah grand design tentang pembetukan karakter

kolaborasi dalam sebuah bentuk pendidikan formal yaitu berupa interprofessional

education. Interprofessional education  (IPE) adalah suatu pelaksanaan pembelajaran yang

diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas

pelayanan dan pelaksanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana

maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang professional.

Beberapa ahli mengungkapkan IPE dapat menjadi dasar dalam pembentukan

kolaborasi. Seperti halnya pendapat Mendez et. al.,(2008) IPE merupakan hal yang potensial

sebagai media kolaborasi antar profesional kesehatan dengan menanamkan pengetahuan  dan

skill dasar antar profesional dalam masa pendidikan. IPE merupakan hal yang penting dalam

membantu pengembangan konsep kerja sama antar profesional yang ada dengan

mempromosikan sikap dan perilaku yang positif antar profesi yang terlibat di dalamnya.

B.       TUJUAN INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai

profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009).

Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk

menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika
mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al.,

2009).

C.       CONTOH KASUS

Seorang ibu hamil datang ke Rumah sakit dengan keluhan kenceng-kenceng. Hasil anamnesa

ibu merasa sedikit pusing. Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 150/90 mmHg, Hasil

pemeriksaan ibu tersebut dapat ditegakkan diagnose bahwa ibu mengalami preeklamsia sehingga

bidan yang menangani ibu tersebut melakukan kolaborasi dengan beberapa profesi lain.

Penatalaksanaan pada kasus tersebut, yaitu:

1. Kolaborasi bidan dengan dokter kandungan

Bidan menghubungi dokter obgyn untuk menangani masalah yang dialami oleh ibu.   

Bidan berkolaborasi untuk menentukan obat yang akan diberikan kepada ibu untuk

mencegah terjadinya kejang eklamsia dan menurunkan tekanan darah. Kewenangan

dokter dalam penanganan kegawatdaruratan kebidanan yaitu sebagai konsultan dan

penanggung jawab pasien.

2.  Kolaborasi bidan dengan analis kesehatan

Bidan berkolaborasi dengan laboratorium untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap

dan urine rutin. Kewenangan analis adalah melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai

dengan anjuran dokter.

3. Kolaborasi bidan dengan ahli gizi


Bidan berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai konsumsi makanan dan minuman rendah

garam selama pasien dalam perawatan. Kewenangan ahli gizi yaitu menentukan jenis

konsumsi pasien sesuai dengan kondisinya.

4. Kolaborasi bidan dengan farmasi

Bidan melakukan kolaborasi dengan farmasi untuk memberikan obat sesuai dengan

anjuran dokter secara tepat.


SUMBER REFERENSI

http://rumahsakit.unair.ac.id/website/interprofessional-education-ipe/

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5783/BAB%20II.pdf?

sequence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai