Anda di halaman 1dari 10

21

“BERPIKIR KRITIS” DASAR BIDAN DALAM MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


Aldina Ayunda Insani, Ayu Nurdiyan, Yulizawati, Lusiana Elsinta B, Detty Iryani,
Fitrayeni
Prodi S1 Kebidanan FK-UNAND, Jln. Niaga No.56 Kota Padang, 25127, Indonesia

INFORMASI ARTIKEL:

Riwayat Artikel :
Tanggal diterima : Mei 2016
Tanggal direvisi : Oktober 2016
Tanggal Publikasi : Desember 2016

ABSTRAK ABSTRACT

Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu Management of midwifery care is a problem-solving


proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan process in the case of maternity done systematically.
yang dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang For that a midwife profession should do critical
profesi bidan harus memanfaatkan kompetensinya, thinking to establish a diagnosis of midwifery in
sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis agar order to achieve appropriate decision making and
menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang tepat produce quality care. This review aims to analyze
sehingga tercapai pengambilan keputusan dan one of the midwife’s competency is critical thinking.
menghasilkan asuhan yang bermutu. Kajian ini Method used in this review was by doing analysis
bertujuan untuk menganalisis salah satu and review of some references. Then that references
kemampuan yang harus dimiliki seorang profesi quoted and reviewed, and then the analysis was
bidan yaitu berpikir kritis. Metode yang digunakan made in narration that related to the topic. Critical
dalam kajian ini adalah dengan melakukan analisis thinking is an art, illustration attitude as a midwife
dan kajian pustaka terhadap beberapa referensi in analyzing, evaluating something she sees,
yang mendukung. Beberapa referensi dikutip dan clarifying that in the hearing, the method of
dikaji kemudian dibuat analisisnya terkait dengan knowledge for logical thinking and arguing as well
topic kajian ini. Berpikir kritis merupakan seni, as the application of science to understand to make
gambaran sikap sebagai bidan dalam menganalisis, an informed decision and decide something after
mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi that she believed.. After the decision making process
yang di dengar, metode pengetahuan untuk berfikir have been done, so the midwife can be continuous to
logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang action in the management of midwifery care. Every
dipahami untuk membuat suatu keputusan dan action of midwifery care management, a
memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini. professional midwife always think critically and
Setelah keputusan terbentuk maka bidan dapat explain the purpose of each of these actions
bejalan ketahap tindakan dalam manajemen asuhan
kebidanan. Setiap melakukan tindakan manajemen Key word : Critical Thinking, Midwife, Management
asuhan kebidanan, seorang profesi bidan selalu Of Midwifery Care
berpikir kritis dan menjelaskan tujuan dari setiap
tindakan tersebut.

Kata kunci: Berpikir Kritis, Bidan, Manajemen


Asuhan Kebidanan

PENDAHULUAN didapatkan diagnosa kebidanan aktual dan


Manajemen asuhan kebidanan potensial, masalah dan kebutuhan, adanya
merupakan suatu proses pemecahan masalah perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi
dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara (Varney, 2004)
sistematis, diawali dari pengkajian data (data Manajemen asuhan kebidanan yang
subjektif dan objektif) dianalisis sehingga dilakukan akan dipertanggungjawabkan melalui

Telepon : 085274991855. Alamat E-mail: aldinaayundainsani@ymail.com


sistem dokumentasi Subjektif, Objektif, beberapa referensi yang mendukung seperti
Assesment, Planning (SOAP) serta catatan dasar teori berpikir kritis dan berpikir kritis
perkembangan. Seorang profesi bidan, sangat dalam pegambilan keputusan. Beberapa
penting untuk mempertajam proses berpikir referensi dikutip dan dikaji kemudian di buat
kritis untuk mengantisipasi diagnosa dan analisisnya. Analisis dibuat dengan mengetahui
masalah potensial sehingga tercapainya asuhan langkah-langkah manajemen asuhan kebidanan
yang berkualitas dan tepat sasaran.. dan dikaji satu persatu yang berkaitan dengan
Penyebab kematian ibu cukup kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
kompleks, dapat digolongkan atas penyebab profesi bidan yaitu berpikir kritis sehingga
langsung (faktor- faktor reproduksi, komplikasi menghasilkan suatu keputusan yang rasional dan
obstetric) dan tidak langsung (3 terlambat, tepat.
pengetahuan, sosio-ekonomi). Salah satu bagian
3 terlambat yaitu terlambat mendapatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
pertolongan yang juga bisa disebabkan oleh
penolong atau tenaga kesehatan. Perlu adanya Manajemen Asuhan Kebidanan
tindakan awal yang bersifat preventif agar Manajemen asuhan kebidanan merupakan
meminimalkan kasus tersebut, salah satunya suatu proses pemecahan masalah dalam kasus
adalah membiasakan diri bagi seorang bidan kebidanan yang dilakukan secara sistematis,
atau tenaga kesehatan untuk berpikir kritis, diawali dari pengkajian data (data subjektif dan
rasional terhadap setiap tindakan yang objektif) dianalisis sehingga didapatkan
dilakukan, setiap melakukan manajemen asuhan diagnosa kebidanan aktual dan potensial,
kebidanan. masalah dan kebutuhan, adanya perencanaan,
Proses manajemen kebidanan tersebut pelaksanaan hingga evaluasi tindakan (Varney,
merupakan proses yang khas, terdiri dari 2004).
tindakan perencanaan, pengorganisasian
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan Manajemen asuhan kebidanan menurut
untuk menentukan serta mencapai sasaran- Varney, 2004, terdapat tujuh langkah langkah
sasaran yang telah ditentukan melalui pertama adalah pengumpulan data dasar. Pada
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber- langkah ini dilakukan pegumpulan informasi
sumber lainnya. yang akurat dan lengkap dari semua sumber
Pilar seorang bidan yang terdapat pada
yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
kerangka kerja menurut ICM (2015) adalah
memperoleh data dilakukan dengan cara
pengetahuan, keahlian dalam melaksanakan
pelayanan asuhan kepada bayi baru lahir, anamnesis (biodata, riwayat menstruasi, riwayat
wanita, keluarga sepanjang kehidupannya. kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan
Pengetahuan yang ada bisa menjadi pondasi nifas, biopsikospiritual serta pengetahuan
untuk melakukan suatu keahlian jika dilakukan klien), pemeriksaan fisik (data fokus),
sesuai tujuan dan setiap bertindak harus diiringi pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi,
dengan berpikir kritis dengan menjawab setiap auskultasi, perkusi) dan pemeriksaan penunjang
pertanyaan “mengapa” dan “kenapa” saat (pemeriksaan laboratorium)
bertindak. Langkah kedua adalah interpretasi data
Oleh karena itu data pasien menjadi dasar. Identifikasi terhadap diagnosa atau
dasar informasi untuk dmenegakkan dignosa masalah berdasarkan interpretasi atas data-data
yang akan mempengaruhi pola piker bidan untuk yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
berencana, melaksanakan dan evaluasi. dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
METODE PENELITIAN merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik. Pada langkah ini bidan harus berpikir
Penelitian ini merupakan kajian pustaka. kritis agar diagnosa yang ditegakkan benar-
Metode yang digunakan dalam penelitian ini benar tepat.
adalah melakukan analisis dengan data Langkah ketiga adalah mengidentifikasi
sekunder, yaitu kajian pustaka terhadap diagnosa dan masalah potensial. Hal ini
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini dilaksanakan secara efisien dan aman.
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh
dilakukan pencegahan, pada langkah ini bidan bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
juga melakukan pikiran kritis sehingga bersiap- sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
siap bila diagnosa/masalah potensial benar-benar kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan
terjadi. sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
Langkah keempat yaitu mengidentifikasi mengarahkan pelaksanaannya (misalnya:
kebutuhan dan tindakan segera. memastikan agar langkah-langkah tersebut
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh benar-benar terlaksana).
bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan Bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk
atau ditangani bersama dengan anggota tim menangani klien yang mengalami komplikasi,
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. maka keterlibatan bidan dalam manajemen
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab
proses manajemen kebidanan. terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
Manajemen bukan hanya selama asuhan yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan meningkatkan mutu dari asuhan klien.
namun berkelanjutan atau terus-menerus. Langah ketujuh yaitu evaluasi. Pada langkah
Langkah kelima yaitu perencanaan. Pada ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
langkah ini direncanakan asuhan yang asuhan yang sudah diberikan meliputi
menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
sebelumnya. Pada langkah ini informasi/data benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut
hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dapat dianggap efektif jika memang benar
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa sedang sebagian belum efektif.
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, Pola pikir yang digunakan oleh bidan dalam
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan asuhan kebidanan mengacu kepada langkah
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah- Varney dan proses dokumentasi manajemen
masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, asuhan kebidanan menggunakan Subjectif,
kultural atau masalah psikologis. Objectif, Assesment, Planning (SOAP) dengan
Asuhan terhadap wanita tersebut sudah melampirkan catatan perkembangan.
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan Subjectif merupakan hasil dari anamnesis,
semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan baik informasi langsung dari klien maupun dari
haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu keluarga. Anamnesis yang dilakukan harus
oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan secara terperinci sehingga informasi yang
dengan efektif karena klien merupakan bagian diharapkan benar-benar akurat. Pada langkah ini,
dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena diharapkan bidan menggunakan daya nalarnya
itu, pada langkah ini tugas bidan adalah terkait informasi yang didapatkan.
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil Objectif merupakan hasil dari pemeriksaan
pembahasan rencana bersama klien, kemudian yang dilakuan oleh bidan. Pemeriksaan tersebut
membuat kesepakatan bersama sebelum meliputi pemeriksaan keadaan umum,
melaksanakannya. pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik
Pada langkah ini pikiran kritis dari bidan secara head to toe, pemeriksaan penunjang
untuk meyakinkan klien sangatlah diperlukan (pemeriksaan laboratorium baik darah, urin, tinja
karna akan menentukan langkah selanjutnya. atau cairan tubuh). Data hasil kegiatan subjectif
Langkah keenam adalah pelaksanaan. Pada dan objectif akan beriringan. Hal ini meyakinkan
langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh bidan untuk melakukan langkah selanjutnya
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 yaitu assessment.
Pada langkah assessment, bidan akan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang
melakukan 3 poin pokok, yaitu menegakkan dipahami untuk membuat suatu keputusan dan
diagnosa kebidanan baik aktual maupun memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia
potensil, menentukan masalah (aktual dan yakini, (Glaser dalam Alec Fisher, 2001;
potensial) dan menentukan kebutuhan. Diagnosa OU,2008).
kebidanan mengacu kepada nomenklatur, artinya Berpikir kritis dan penalaran klinis
diagnosa yang ditegakkan merupakan diagnosa adalah bentuk hipotetis-deduktif. Berpikir dan
hasil anamnesis dan pemeriksaan yang penalaran yang berfokus pada fakta-fakta
merupakan kasus kebidanan, kasus yang biofisik sehingga memastikan bahwa keputusan
menjadi hak, kewajiban dan wewenang bidan diagnostik dan pengobatan nantinya didasarkan
untuk memberikan asuhan kebidanan. pada pemikiran logis (Jefford, et al., 2011).
Pada langkah planning atau perencanaan, Berpikir kritis memungkinkan bagi
bidan akan merencanakan asuhan kebidanan bidan untuk memanfaatkan potensi dirinya
yang akan diberikan kepada klien sesuai dengan melihat, memecahkan masalah dan menciptakan
diagnosa kebidanan yang telah ditegakkan, suatu hal baru dalam manajemen asuhan
sesuai dengan kebutuhan yang telah disusun kebidanan.
pada langkah assessment. Pada langkah Berpikir kritis meningkatkan
perencanaan ini, bidan mempertimbangkan kemampuan verbal dan analitik yang sistematis
seluruh kebutuhan baik fisik maupun psikologis sehingga mengeksplorasikan gagasan-gagasan,
klien. Tindakan apa yang akan dilakukan, menganalisis masalah hingga memahami
mengapa tindakan tersebut dilakukan, kapan masalah khususnya dalam manajemen asuhan
tindakan tersebut dilakukan, siapa yang kebidanan.
melakukan dan bagaimana caranya tindakan Berpikir kritis meningkatkan kreatifitas.
tersebut dilakukan. Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap
Tahap perencanaan ini terdapat beberapa suatu masalah tidak hanya memerlukan gagasan
analisis yang dilakukan oleh bidan meliputi baru namun dengan berpikir kritis dapat
tahap prioritas, mempertimbangkan apakah klien mengevaluasi gagasan lama dan baru, memilih
dan keluarga diikutsertakan dalam tindakan yang terbaik dan memodifikasi bila perlu.
kebidanan, apakah intervensi yang direncanakan Berpikir kritis merupakan upaya refleksi
dan dilakukan sesuai dengan permasalahan dan diri, evaluasi diri terhadap nilai, keputusan yang
penyakit klien, membuat rasional tindakan dan diambil sehingga hasil refleksi dapat diterapkan
dokumentasi. Setelah tahap perencanaan dalam kehidupan sehari-hari. (Lai Emily, 2011;
dilakukan oleh bidan maka bidan melanjutkan Jefford et al, 2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Fenech
kegiatan pemberian asuhan.
(2015) pada bidan dan perawat yang melakukan
Kegiatan asuhan yang diberikan oleh bidan,
refleksi praktik dengan Protection Motivation
dilakukan dokumentanya dalam bentuk catatan
Theory (PMT) diyakini bahwa bidan akan dapat
perkembangan. Pada catatan ini, bidan secara
bekerja dalam kemitraan dengan dokter
terperinci membuat asuhan yang diberikan
kandungan untuk memberikan perawatan yang
dengan melampirkan hari, tanggal, waktu, tanda
aman dan efektif dalam lingkup praktek dan
tangan dan nama petugas yang melaksanakan.
tidak adanya rasa takut.
Setiap asuhan yang diberikan harus
Bidan sebagai praktisi maupun dalam
melampirkan hal tersebut.
pendidikan harus menggunakan unsur-unsur
dasar dalam berpikir kritis agar asuhan
kebidanan yang akan diberikan berkualitas.
Unsur pertama dalam berpikir kritis adalah
Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan seni (Paul and konsep. Seorang bidan harus memahami konsep
Linda Elder, 2006) gambaran sikap seseorang dasar manajemen asuhan kebidanan, konsep-
dalam menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang konsep dasar kebidanan baik definisi, aturan
ia lihat, mengklarifikasi yang di dengar, metode yang mengikat atau etika profesi dan prinsip-
pengetahuan untuk berfikir logis dan prinsip dari konsep kebidanan tersebut.
Unsur kedua adalah asumsi, yaitu Asuhan kebidanan diberikan kepada
dugaan sementara oleh bidan terhadap kasus wanita mulai prakonsepsi, kehamilan, persalinan
kebidanan yang ditangani. asumsi akan menjadi hingga nantinya tumbuh dan berkembang
diagnosa nyata setelah bidan melakukan menjadi dewasa. Manajemen asuhan kebidanan
pengumpulan da subjektif dan objektif secara yang diberikan kepada sasaran tersebut akan
akurat dan diolah dengan berpikir kritis, analisis terkait dengan semua konsep diatas. Manajemen
dan logis. tersebut diberikan sesuai dengan masalah yang
Unsur ketiga adalah implikasi dan ada pada sasaran dan cara nya pun akan berbeda
konsekuensi. Bidan melakukan suatu tindakan sehingga menuntut bidan untuk selalu
dan bertanggungjawab untuk setiap konsekuensi memikirkan hal-hal baru agar tata cara yang
yang timbul dari masing-masing tindakan yang diberikan akan berbeda-beda.
telah dilakukan karena setiap tindakan memiliki Kualitas suatu pelayanan dapat dinilai
alasan atau rasionalnya. dengan cara bagaimana seorang profesi bidan
Unsur keempat adalah tujuan. tersebut memberikan suatu asuhan yang
Manajemen asuhan kebidanan harus jelas tujuan sistematis dan komprehensif, suhan kebidanan
dan rasional. Unsur kelima adalah pertanyaan yang tepat guna, sesuai dengan masalah dan
atas isu yang ada. Bidan dalam melakukan kebutuhan dari kondisi klien. Untuk tercapainya
manajemen asuhan kebidanan harus ini semua, maka sebagai seorang profesi bidan
memecahkan semua pertanyaan atau isu yang harus mampu menganalisis dan menggunakan
ada. Unsur keenam adalah informasi akurat, pikiran untuk kritis disetiap langkah kegiatan
yaitu manajemen asuhan kebidanan harus asuhan.
didapat dari data yang akurat, jelas sumber, fakta Seorang bidan yang professional harus
ataupun melakukan observasi langsung. memiliki karakteristik dalam berpikir kritis. Hal
Unsur ketujuh adalah interpretasi dan ini meliputi seorang bidan mampu
inferensi. Manajemen asuhan kebidanan akan mempertimbangkan sesuatu sesuai dengan
memberikan hasil akhir sehinggadapat alasan yang rasional dan logis, bersifat reflektif,
mengambil keputusan terhadap asuhan mampu menganalisis, mensintesis, mengevaluasi
kebidanan yang diberikan. bukti-bukti yang ada terkait masalah yang akan
Beberapa ahli penelitian menyatakan dipecahkan, memiliki kemampuan pemecahan
bahwa berpikir kritis memiliki keterkaitan masalah (problem solvig). Karakteristik lainnya
dengan konsep lain, diantaranya metakognitif, menurut beberapa ahli adalah seorang bidan
motivasi dan kreatifitas. Menurut Kuhn (1999), mampu membuat suatu kesimpulan dari
Van Gelder (2005) dan Willingham (2007) berbagai informasi yang diperoleh, dari berbagai
menyatakan bahwa berpikir kritis termasuk hasil pemeriksaan yang telah dikumpulkan
didalamnya adalah metakognitif (berfikir dengan adanya bukti, membuat argument yang
tentang dasar pengetahuan), mengetahui meta- beralasan untuk mendukung kesimpulan dan
strategi (berfikir bagaiman prosedur dalam menjelaskan pola fikir yang telah terbentuk dari
suatu pengetahuan) serta mengetahui hasil kegiatan langkah-langkah karakteristik
epistemologi (berfikir bagaimana pengetahuan sebelumnya.
tersebut dihasilkan) sehingga harus benar Cara untuk meningkatkan kemampuan
komponen waktu, strategi dan kondisi (Kuhn & berpikir kritis diantaranya pertama adalah
Dean, 2004; Schraw et al, 2006). membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara
Kreatifitas dalam berpikir kritis
kritis, seorang profesi bidan harus bisa membaca
merupakan proses menemukan sesuatu yang
dengan kritis pula. Semua informasi yang
baru dan memerlukan suatu rangsangan dari
lingkungan. Sebagai bidan, dinyatakan berpikir didapat dari berbagai sumber harus dipikirkan
kreatif jika seorang bidan mampu menemukan secara kritis, disesuaikan dengan kondisi klien
hal baru dengan mempertimbangkan manfaat, disaat memberikan suatu asuhan. Membaca
tujuan dan melahirkan atau menata kembali ide kritis berarti menerapkan keterampilan-
yang lama membentuk suatu ide yang baru. keterampilan berpikir kritis seperti mengamati,
menghubungkan teks dengan konteksnya,
mengevaluasi teks dari logika dan
kredibilitasnya, merefleksika kandungan teks berpikir kritis dapat dipengaruhi oleh usia, lama
dengan pendapat sendiri dan membandingkan pendidikan dengan peningkatan jenjang
tes yang satu dengan yang lainnya yang pendidikan, filsafat (Brown, 2001; Schin, 2006).
memiliki keterkaitan (OU, 2008) Berpikir kritis berdampingan dengan
Cara kedua adalah menulis dengan berpikir kreatif, artinya kemampuan berpikir
kritis. Seorang profesi bidan yang telah seorang bidan untuk membuat hubungan yang
melakukan membaca dengan kritis harus baru dan yang lebih berguna dari informasi yang
menuliskan semua pemahaman yang ada dalam sebelumnya sudah diketahui oleh bidan. Bidan
bentuk tulisan. Salah satu contohnya adalah melakukannya dengan cara membangkitkan
dokumentasi dalam manajemen asuhan sejumlah besar ide-ide, menerima hal yang baru
kebidanan. Dokumentasi tersebut merupakan dan tidak cepat mengambil keputusan. Semua
suatu media bagi profesi bidan untuk informasi yang didapatkan diolah dengan
menuangkan semua asuhan yang telah diberikan membuat suatu hubungan sebab akibat dengan
dan menjadi acuan untuk asuhan berikutnya. teknik brainstorming, idea writing, mind
Cara ketiga adalah meningkatkan mapping, forcing new connections and relaxers.
analisis dari yang dibaca dan ditulis. Asuhan Berpikir kritis yang dilakukan seorang
kebidanan yang telah dituliskan dapat menjadi bidan tidak terpisah dari clinical reasoning,
bahan diskusi untuk dievaluasi atau mencari artinya seorang bidan memusatkan pikirannya
penyelesainan masalah atau mendiskusikan hal kea rah diagnosa kebidanan yang
terburuk yang mungkin terjadi. memungkinkan berdasarkan campuran pola
pengenalan dan penalaran deduktif hipotetik.
Cara keempat adalah mengembangkan
kemampuan observasi. Observasi atau Para ahli mengorganisasikan pengetahuan
mengamati suatu kondisi klien akan melalui tiga fase, yaitu akumulasi pengetahuan
memudahkan seorang profesi bidan untuk dasar, proses penggabungan pengetahuan dasar
menarik kesimpulan dari kondisi klien yang dengan kasus nyata dan proses menggunakan
diamati. Pengamatan tersebut dikritisi dan script yang sesua untuk menangani kasus yang
pengamatan yang ia dapatkan bisa menjadi baru.
acuan untuk menarik kesimpulan yang Fase pertama merupakan proses
berdampak pada pembuaan keputusan. akumulasi pengetahuan dasar tentang penyakit,
Cara kelima yaitu meningkatkan rasa dapat dicontohkan bidan seperti patofisiologi
ingin tahu, kemampuan bertanya dan dan patogenesis. Patofisiologi persalinan,
refleksi.Pengajuan pertanyaan yang bermutu patofisiologi seorang perempuan hamil dengan
yaitu pertanyaan yang tidak memiliki jawaban penyakit asma, potogenesis suatu penyakit. Fase
benar atau salah atau pertanyaan yang kedua adalah proses penggabungan pengetahuan
mengharuskan seorang profesi bidan dasar dengan kasus nyata melalui pengalaman
menjelaskan sehingga memperbanyak berpikir. menangani klien atau dikenal dengan istilah
Berpikir kritis memungkinkan perawat illness script. Fase ketiga merupakan proses
dan atau bidan untuk memenuhi kebutuhan klien menggunakan script yang sesuai untuk
sesuai dengan data yang ia dapatkan, mampu menangani kasus yang baru.
mempertimbangkan alternatif, sehingga asuhan Strategi clinical reasoning menggunakan
kebidanan dan perawatan klien berkualitas tinggi logika induktif dan deduktif untuk membuat
dan berpikir reflektif berarti bidan bukan hanya kesimpulan atau dikenal metode analitik
menerima laporan dan tugas melakukan asuhan hipotetico-deductive. Strategi reasoning data dan
kebidanan lanjutan tanpa pemahaman yang informasi yang diperoleh dari klien
signifikan dan evaluasi (Mottola, 2001) digeneralisasikan menjadi hipotesis sebagai
Praktisi terampil dapat berpikir kritis diagnosis banding. Diagnosis banding yang
karena mereka memiliki keterampilan kognitif dihasilkan digunakan sebagai dasar untuk
dengan mencari informasi, diskriminasi, menentukan data yang masih diperlukan,
menganalisis, mengubah pengetahuan, membedakan berbagai penyakit dalam
prediksi/asumsi, menerapkan Standar, dan hipotesisnya. Data yang dikumpulkan akan
alasan-alasan logis. Kemampuan bidan untuk
diinterpretasikan untuk menetapkan diagnosis daya ingat menunjukan seberapa efektifnya
kebidanan yang pasti. pengetahuan yang dimiliki untuk digunakan
Strategi clinical reasoning yang dalam mempelajari atau merumuskan suatu
dijalankan oleh bidan terkait dengan masalah.
keterampilan bidan untuk menginterpretasi data Representation atau mental
untuk memahami argument dan pendapat orang representative menunjukan representasi masalah
lain. Bidan dituntukt memiliki kompetensi utuk
yang dihadapi di dalam pikiran yang biasanya
mengevaluasi secara kritis argumentasu dan
pendapat serta mengembangkan dan selalu terkait dengan pengetahuannya. Para
mempertahankan argumentasi yang dibuat pemula biasanya memiliki representasi masalah
dengan landasan yang kuat. secara naïf atau terlalu menyederhanakan.
Ada beberapa aspek penalaran klinis Kualitas perumusan masalah, para ahli
yang harus diaplikasikan oleh seorang bidan mengatakan bahwa lima puluh persen masalah
dalam menjalankan manajemen asuhan dapat diselesaikan apabila tercapai keberhasilan
kebidanan. diantaranya adalah pertama, dalam melakukan perumusan masalah
penalaran berdasarkan pengetahuan atau ilmiah Hasil penalaran, berpikir kritis, clinical
Penalaran ilmiah digunakan untuk mengerti reasoning dari manajemen asuhan kebidanan
suatu kondisi yang sedang terjadi pada akan dilakukan pencatatan dan pelaporan.
seseorang dan memutuskan untuk Pencatatan atau dokumentainya memeiliki
mengintervensinya. Ini merupakan proses logis beberapa metode, diantaranya
yang sejalan dengan permintaan ilmiah. pendokumentasian naratif dan
Kedua adalah penalaran naratif . pendokumentasian ceklist.
Penalaran naratif artinya melibatkan cara Bentuk naratif merupakan pencatatan
berpikir dalam bentuk narasi. Penalaran naratif tradisional dan bertahan paling lama serta
memahami arti kondisi atau penderitaan tersebut merupakan sistem pencatatan yang fleksibel.
bagi penderita atau klien. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh
Ketiga adalah penalaran pragmatik. sumber asal dari dokumentasi maka sering
Penalaran klinis merupakan ‘kegiatan’ dalam dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada
praktek klinis sehari-hari, maka isu-isu yang sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat
ditemukan tiap hari harus dapat teridentifikasi siapa saja dari petugas kesehatan yang
atau dibuktikan kebenarannya dan hal ini akan bertanggung jawab untuk memberikan
mempengaruhi proses terapi. Ini meliputi informasi. Setiap narasumber memberikan, hasil
pembaharuan di dalam sumber daya, kultur observasinya, menggambarkan aktifitas dan
organisasi, kekuatan hubungan antar anggota evaluasinya yang unik.
tim, dan kegiatan ilmiah. Cara penulisan ini mengikuti dengan
Keempat adalah penalaran etis. Proses ketat urutan kejadian/kronologis. Biasanya
penalaran klinis lebih sering berakhir dalam kebijakan institusi menggariskan siapa
keputusan etis, daripada berdasarkan ilmu mencatat/melaporkan apa, bagaimana sesuatu
pengetahuan, dan etika alami merupakan tujuan akan dicatat dan harus dicatat dimana. Ada
akhir dari penalaran klinis secara keseluruhan. lembaga yang menetapkan bahwa setiap jenis
Bidan dalam mengaplikasikan petugas kesehatan harus mencatat di formulir
penalaran, berpikir kritis, dipengaruhi oleh yang telah dirancang khusus, misalnya catatan
beberapa faktor, yaitu knowledge base, memory dokter, catatan perawat atau fisioterapi atau
atau daya ingat, representation atau mental petugas gizi. Ada juga institusi yang membuat
representative dan kualitas perumusan masalah. rancangan format yang dapat dipakai untuk
Knowledge Base atau landasan semua jenis petugas kesehatan dan semua
pengetahuan adalah awal mula dari interpretasi catatan terintegrasi dalam suatu catatan.
dari suatu masalah, semakin bervariasi Berhubung sifat terbukanya catatan naratif
pengetahuan yang berkaitan dengan gejala- (orientasi pada sumber data) sehingga dapat
gejala tersebut makin memungkinkan digunakan pada setiap kondisi klinis. Tidak
merumuskan masalah lebih akurat. Memory atau adanya struktur yang harus diakui
memungkinkan bidan atau perawat
mendokumentasikan hasil observasinya yang sheet lebih sering digunakan di unit gawat
relevan dan kejadian secara kronologis. darurat, terutama data fisiologis.
Keuntungan catatan naratif diantaranya Lembar alur yang unik, berupa
adalah memudahkan penafsiran secara berurutan kesimpulan penemuan , termasuk flowsheet
dari kejadian dari asuhan/tindakan yang instruksi dokter/perawat, grafik, catatan
dilakukan, memberi kebebasan kepada bidan pendidikan dan catatan pemulangan klien.
untuk mencatat menurut gaya yang disukainya Rangkaian informasi dalam sistem pendekatan
dan format menyederhanakan proses dalam orientasi masalah. Catatan ini dirancang dengan
mencatat masalah, kejadian perubahan, format khusus pendokumentasian informasi
intervensi, reaksi klien dan outcomes. mengenai setiap nomor dan judul masalah yang
Kelemahan catatan naratif diantaranya sudah terdaftar. Flow sheet sendiri berisi hasil
adalah cenderung untuk menjadi kumpulan data observasi dan tindakan tertentu. Beragam format
yang terputus-putus, tumpang tindih dan mungkin digunakan dalam pencatatan walau
sebenarnya catatannya kurang berarti, sulit demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan
mencari informasi tanpa membaca seluruh perkembangan adalah syarat minimal untuk
catatan atau sebagian besar catatan tersebut. dokumentasi pasien yang adekuat/memadai.
Mengabdikan sistem menguburkan pesanan Berpikir kritis dalam manajemen asuhan
dimana mencatat masalah pasien secara kebidan menggambarkan bahwa seorang bidan
suferpisial/dangkal daripada mengupasnya tersebut memiliki basis pengetahuan dan
secara mendalam. Beberapa penulis juga kemampuan untuk menganalisis dan
menyatakan bahwa dalam pencatatan secara mengevaluasi pengetahuan terbaru,
naratif juga memiliki kekurangan diantaranya mengaplikasikan logika dan rasionalnya untuk
perlu meninjau catatan dari seluruh sumber mengambil sutu keputusan klinis. Berpikir kritis
untuk mengetahui gambaran klinis pasien secara diiringi pengalaman bidan maka akan
menyeluruh, membuang banyak waktu karena meminimalkan atau tidak adanya kesalahan,
format yang polos menuntun pertimbangan hati- bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain akan
hati untuk menentukan informasi yang perlu menjadikan bidan lebih memahami kebutuhan
dicatat setiap klien, kronologis urutan peristiwa klien.
dapat mempersulit interpretasi karena informasi Bidan menerapkan setiap kegiatan
yang bersangkutan mungkin tidak tercatat pada manajemen asuhan kebidanan selalu
tempat yang sama dan harus mengikuti menggunakan penalaran, berpikir kritis. Hal ini
perkembangan klien yang bisa menyita banyak dapat dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan
waktu. proses pengukuran pencapaian tujuan yang
Flow sheet atau lembaran ceklist diinginkan dengan menggunakan metode yang
memungkinkan bidan untuk mencatat hasil teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa
observasi atau pengukuran yang dilakukan penelitian mengevaluasi kemampuan
secara berulang yang tidak perlu ditulis secara berpikir kritis dari aspek ketrampilan
naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda- intelektual seperti ketrampilan menganalisis,
tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, mensintesis, dan mengevaluasi dengan
suhu), berat badan, jumlah masukan dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian berbasis taxonomi Bloom. Sedangkan tujuan
obat. Flow sheet yang biasanya dipakai adalah pengajaran berpikir kritis meliputi ketrampilan
catatan klinik, catatan keseimbangan cairan dan strategi kognitif, serta sikap.
dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian Colucciello menggabungkan berbagai
tentang asuhan keperawatan. Flow sheet elemen yang digunakan dalam penelitian dan
merupakan cara tercepat dan paling efisien komponen pemecahan masalah keperawatan
untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga serta kriteria yangdigunakan dengan
kesehatan akan dengan mudah mengetahui komponen ketrampilan dan sikap berpikir
keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang kritis. Elemen tersebut antara lain
terdapat pada flow sheet. Oleh karena itu flow menentukan tujuan, menyusun pertanyaan
atau membuat kerangka masalah, menunjukkan
bukti, menganalisis konsep, interpretasi, asumsi, uploads/documents/Dissemination/140508%
perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan 20Dissemination%20ICM%20V06.pdf
kesesuaian. Dengan kriteria antara lain: Jefford, E., Kathleen Fahy & Deborah Sundin.
kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan, 2011. Decision-making Theories and their
keluasan, kedalaman, dan logika. usefulness to the midwifery profession both
in terms of midwifery practice and the
KESIMPULAN education of midwifes. International Journal
Berpikir kritis merupakan dasar bagi of Nursing Practice, 17 (3), pp. 246-253
setiap bidan untuk melakukan manajemen Kuhn, D., & Dean, D. 2004. A bridge between
asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan cognitive psychology and educational
keputusan dan tepatnya asuhan yang diberikan. practice. Theory into Practice, 43(4).pp.
Berpikir kritis harus diintegrasikan 268–273. Available at
kepada seluruh profesi bidan dan dimulai pada https://www.researchgate.net/publication/232
mahasiswa kebidanan untuk setiap manajemen 869320_Metacognition_A_Bridge_Between_
asuhan kebidanan yang akan dilakukan sehingga Cognitive_Psychology_and_Educational_Pra
menghasilkan asuhan yang tepat dan bermutu. ctice
Lai, Emily.R. 2011. Critical Thinking : a
Literature Review Research Report. Pearson.
UCAPAN TERIMA KASIH Available at
http://images.pearsonassessments.com/image
Ucapan terima kasih diberikan kepada s/tmrs/CriticalThinkingReviewFINAL.pdf
Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Mottola CA, Murphy P. 2001. Antidote
Kedokteran Universitas Andalas yang selalu dilemma—an activity to promote critical
memberikan dukungan dan dorongan di setiap thinking. Journal of Continuing Education in
kegiatan penelitian yang dilakukan. Nursing 32(4).pp.161-164.

Paul, Richard and Linda Elder. 2006. Critical


DAFTAR PUSTAKA Thinking “Concepts and Tools. The
Foundation for Critical Thinking. Available
Brown JM, Alverson EM, Pepa CA. 2001. The at
influence of a baccalaureate program on https://www.criticalthinking.org/files/Concep
traditional, RN-BSN, and accelerated ts_Tools.pdf
students’ critical thinking abilities. Holist Schraw, G., Crippen, K. J., & Hartley, K. 2006.
Nurs Pract 15(3).pp. 4-8. Available at Promoting self-regulation in science
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12120 education: Metacognition as part of a broader
110 perspective on learning. Research in Science
Education, 36 (1).pp. 111–139. Available at
Fenech, Giliane, 2016. Critical reflection in
http://link.springer.com/article/10.1007/s111
midwifery practice: the protection motivation 65-005-3917-8
theory. Journal Reflective Practice, 17(3).
Schin S, Ha J, Shin K, et al. 2006. Critical
Available at
thinking ability of associate, baccalaureate
http://dx.doi.org/10.1080/14623943.2016.116
and RN-BSN senior students in Korea. Nurs
4680
Outlook 54(6).pp.328-333. Available at
Fisher, Alec. 2001. Critical Thinking An
http://www.nursingoutlook.org/article/S0029
Introduction. United Kingdom; Cambridge
-6554(06)00253-3/abstract
University Press. Pp.1-14
The Open University. 2008. Thinking Critically.
ICM. 2014. The International Confederation of
United Kingdom : Thanet Press. Available at
Midwives Dissemination Pack. Global
https://www.openpolytechnic.ac.nz/assets/Le
Standard, Competencies and Tools. Available
arning-Central/Critical-thinking-Open-
at
University.pdf
http://www.internationalmidwives.org/assets/
Varney Helen., Jan.M Krie & Carolyn L.Gegor. www.uripsantoso.wordpress.com//2008/08/23/ca
2004. Varney’s Midwifery. Journal of ra-berpikir-cerdik-kritis-danilmiah
Midwifery & Women’s Health 49(1), pp 62- http://yusufalamromadhon.blogspot.com/200
63 available at 8/06/persepsi-pemilik-blog-tentang
http://www.sciencedirect.com/science/article/ kinerja.htm
pii/S1526952303004203 http://re-searchengines.com/1007arief3.html...//
www.fk.undip.ac.id/pengembangan-
pendidikan//77-pembelajaran-kemampuan-
berpikir-kritis.html..//

Anda mungkin juga menyukai