ABSTRAK
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam keselamtan pasien terutama pada
pemberian obat, dimana dalam pemberiannya kepada pasien harus menerapkan prinsip pemberian obat sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional rumah sakit untuk menjamin keselamatan pasien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan prinsip tujuh benar dalam pemberian obat di Rumah Sakit
Banda Aceh. Jenis studi kasus ini adalah kuantitatif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 10 orang perawat
dengan metode purposive sampling. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi. Hasil studi kasus ini
menunjukkan bahwa gambaran prinsip tujuh benar pemberian obat oleh perawat berdasarkan benar obat, benar
dosis, benar cara pemberian, benar informasi dan benar dokumentasi berada pada kategori baik 100% serta
gambaran prinsip tujuh benar pemberian obat oleh perawat berdasarkan benar pasien 50% perawat yang tidak
menerapkan prinsip benar pasien sedangkan pada benar waktu 30% perawat yang tidak menerapkan prinsip
benar waktu. Diharapkan kepada perawat untuk dapat meningkatkan kesadaran kepatuhan prinsip tujuh benar
khususnya pada prinsip benar pasien dan benar waktu sehingga menghindari kesalahan dalam kedua prinsip
obat tersebut.
Kata Kunci : Pemberian Obat, Prinsip Tujuh Benar, Perawat
ABSTRACT
Nurses are health workers who play an essential role in patient safety, especially administering medication.
When performing medication administration, nurses must abide by the principles of medication according to
the hospital's Standard Operating Procedures to ensure patient safety. The aim of this study is to know
illustration of drug administration by nurse based on the “7 rights” in the Women's Surgery Inpatient Room at
Hospital of Banda Aceh. This type of study was quantitative. The samples were ten nurses chosen by the
purposive sampling method. The study was conducted by observating drug administration which was done by
nurses through checklist format sheet consist of seven items. This case study showed that the overview of the
seven rights of medication administration performed by the nurses based on the right medication, right dose,
right route of administration, right information, and right documentation was in a good category (100%).
Furthermore, the seven rights based on the right patient showed that 50% of the nurses did not apply the
principle of the right patient, and 30% of the nurses did not apply the principle of the right time. The nurses
are expected to improve the implementation of seven rights, specifically on the right patient and time, to avoid
the mistake of administering medication to patients.
1
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022
LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi pelayanan bahwa kesalahan dalam pengobatan mempunyai
kesehatan bagi masyarakat dengan tujuan untuk akibat yang fatal bagi pasien (Indriyani, 2018).
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan Kesalahan pemberian obat diperkirakan 1 dari 10
terjangkau oleh masyarakat, agar terwujud derajat pasien diseluruh dunia (Hughes, 2010). Tipe
kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang- kesalahan yang menyebabkan kematian pada
Undang RI No 44, 2009). Perawat merupakan pasien meliputi 40,9%, salah dosis, 16% salah
tenaga kesehatan dirumah sakit yang memegang obat, dan 9,5% salah rute pemberian. Kejadian ini
peranan penting dalam upaya mencapai tujuan akan terus meningkat apabila tidak adanya
pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesadaran perawat dalam melakukan pemberian
kesehatan bergantung pada partisipasi perawat obat sesuai dengan prinsip pemberian yang
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berlaku dirumah sakit (Hughes, 2010). Data
berkualitas bagi pasien. Kepatuhan perawat juga pelaporan kejadian keselamatan pasien di
diperlukan dalam menerapkan prosedur RSUDZA Banda Aceh tahun 2015 diperoleh data
keselamatan pasien (Natasia, Loekqijana & Janik. bahwa terdapat angka pelaporan kejadian
2015). keselamatan pasien oleh perawat sebanyak 20
Secara nasional keselamatan pasien insiden dengan rincian enam laporan terjadi
Terdapat enam sasaran yaitu ¹mengidentifikasikan kesalahan pada cara pemberian obat yaitu dosis
pasien dengan benar ²meningkatkan komunikasi obat, dan waktu pemberian, 1 laporan kesalahan
yang efektif, ³memastikan lokasi pembedahan dalam melakukan tindakan operasi, 3 laporan
yang benar baik prosedur maupun pembedahan infeksi nasokomial pasien post operasi, 4 laporan
pasien yang benar serta ⁴meningkatkan keamanan kesalahan dalam mengidentifikasi pasien dalam
obat yang harus diwaspadai, ⁵pengurangan risiko pemberian tindakan medis, 2 laporan pasien jatuh
infeksi terkait pelayanan kesehatan dan dan 4 laporan terjadi karena kesalahan
⁶pengurangan risiko pasien jatuh (Permenkes, komunikasi saat hand over antar unit (Anwar dkk,
2016). Pemberian obat adalah salah satu bentuk 2016).
kinerja perawat. Walaupun dalam hal ini hasil observasi penulis di Rumah Sakit
merupakan suatu bentuk tugas limpahan dari Banda Aceh didapatkan bahwa 10 dari 22 perawat
apoteker atau asisten apoteker, namun kegiatan ini pelaksana yang belum semuanya dalam
lebih sering dilakukan oleh perawat dan bahkan menerapkan tujuh prinsip pemberian obat
seolah-olah merupakan tugas wajib perawat terutama pada prinsip benar pasien dan benar
dibandingkan dengan peran dan fungsi perawat waktu yang belum optimal. Sedangkan pada benar
yang lain (Robbins & Stephen, 2013). Pemberian obat, benar dosis, benar informasi dan benar
obat high alert harus teliti, hal tersbut dilakukan dokumentasi sudah optimal.
untuk meningkatkan keamanan obat high alert METODE PENELITIAN
adalah perawat harus melakukan pengecekan Studi kasus ini dilakukan di Ruang Rawat
ganda (double check) terhadap semua obat high Inap di Rumah Sakit di Banda Aceh yang
alert sebelum diberikan kepada pasien. Persiapan merupakan ruang bedah wanita dengan jumlah
dan penyimpanan pun harus jelas (Kemenkes, perawat keseluruhan 26 orang. Studi ini
2014). menggunakan teknik penentuan sampel yaitu
Menurut Institute of Medicine (IMO) teknik Purposive Sampling dengan jumlah sampel
setiap tahun di Amerika Serikat sekitar 48.000 10 perawat. Pengumpulan data dilakukan pada
sampai 100.000 pasien meninggal karena tanggal 3 Juni 2022 sampai 4 Juni 2022 dengan
kesalahan pemberian obat. Sedangkan di Jepang cara obseravsi menggunakan lembar checklist
sebagian besar laporan didasarkan pada kesalahan prinsip tujuh benar obat untuk melihat kepatuhan
pengobatan sebanyak 46,6 % dari total laporan dalam pemberian obat.
Patient Safety. Dari data ini dapat dilihat
2
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022
3
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022
4
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022
5
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022
2011), menyatakan bahwa jika obat Faktor yang menentukan cara pemberian
diintruksikan harus diberikan pada terbaik ditentukan oleh tempat kerja obat
interval waktu tertentu, pemberian obat yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi
oleh farmasis tidak boleh lebih dari 30 obat, kecepatan respon yang diinginkan,
menit, jika pemberian lebih 30 menit dari dan keadaan umum pasien.
waktu yang ditentukan maka 6. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar
biovailabilitas (kemampuan kecepatan Informasi)
obat untuk menyerap ke dalam sirkulasi Pemberian informasi kepada
sitemik) dari obat mungkin terpengaruh. pasien diharapkan mampu menambah
Kesalahan ini akan memberikan pengetahuan pasien maupun keluarga
dampak negatif terhadap hasil terapi terhadap obat yang akan diberikan dan
pengobatan pasien, dimana adanya dengan pemberian informasi oleh perawat
kemungkinan kelebihan dosis dan dapat mengurangi terjadinya kesalahan
interaksi obat yang berdampak negatif presepsi oleh pasien (Mahfudhah &
terhadap proses penyembuhan pasien Mayasari, 2018).
(Henke, 2007). Perawat mempunyai tanggung
5. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar jawab dalam melakukan pendidikan
Cara Pemberian) kesehatan pada pasien, keluarga, dan
Kesalahan penyuntikan obat masyarakat luas terutama yang berkaitan
dapat menyebabkan terjadinya reaksi dengan obat seperti manfaat obat secara
alergi ataupun efektifitas obat yang umum, penggunaan obat yang baik dan
berkurang atau bahkan tidak benar, alasan terapi obat dan kesehatan
menimbulkan efek sama sekali. Kejadian yang menyeluruh, hasil yang diharapkan
kesalahan pemberian obat dapat berakibat setelah pemberian obat, efek samping dan
fatal apabila terjadi gawat darurat yang reaksiyang merugikan dari obat, interaksi
membutuhkan penanganan segera. Hal ini obat dengan obat dan obat dengan
perlu untuk dipertahankan untuk makanan, perubahan-perubahan yang
mencegah terjadinya kesalahan alur diperlukan dalam menjalankan aktivitas
dalam pemberian obat. Adapun hal yang sehari-hari selama sakit dan sebagainya.
perlu diperhatikan untuk menjaga 7. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar
keberhasilan pengobatan tersebut yaitu, Dokumentasi)
dengan menerapkan secara terus menerus Pendokumentasian dalam
manajemen dan penggunaan obat sesuai keperawatan mencakup informasi
standar prosedur yang pemberian obat lengkap tentang status kesehatan pasien,
berdasarkan prinsip 7 benar pemberian kebutuhan pasien, kegiatan asuhan yang
obat (KARS, 2011). diterima Nursalam (2008). Pemberian
Memberikan obat pada rute yang obat sesuai dengan standard prosedur
telah diresepkan atau diintruksikan tetapi yang berlaku di rumah sakit dan selalu
jika diresep tersebut tidak terdapat rute mencatat informasi yang sesuai.
pemberian obat maka staf farmasi harus Pasien dapat menolak untuk
memberikan keterangan rute tersebut pemberian suatu pengobatan, adalah
pada etiket obat, staf farmasi harus tanggung jawab perawat untuk
memahami perbedaan antara rute seperti menentukan, jika memungkinkan, alasan
tingkat penyerapan, sehingga apabila rute penolakan dan mengambil langkah-
yang diintruksikan tidak sesuai dengan langkah yang perlu untuk mengusahakan
cara yang direkomendasikan, mereka agar pasien mau menerima pengobatan.
dapat mengingatkan dan mengkonfirmasi Jika suatu pengobatan ditolak,
ulang ke dokter (Perwitasari, 2012). penolakan ini harus segera
6
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022
7
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022
Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta Obat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H.
Kozier, B., Erb, G. (2010). Fundamental SOEWONDO Kendal. Semarang.
keperawatan, konsep proses dan praktik. Undang-Undang RI Nomor 44
Jakarta: EGC Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta
Mahfudhah, A. N., & Mayasari, P. (2018). 2009.
Pemberian Obat Oleh Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Banda
Aceh, III(4), 49–57.
Natasia, N., Loekqijana, & Janik, K (2014).
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Pelaksanaan Sop Asuhan Keperawatan Di
ICU-ICCU RSUD Gambiran kota Kediri.
Jurnal kedokteran brawijaya, vol.28.
Nursalam. (2008). Konsep dan Metode
Keperawatan . Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Permenkes. (2016). Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta;
Depkes RI.
Potter, P, A & Perry, A. G. (2005). Buku Saku
Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Edisi 5.
Jakarta: EGC
Potter, P. A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental
Of Nursing. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika.
Robbins & Stephen. P., (2013), Perilaku
Organisasi, Jakarta: Salemba Empat.
Rosita, M. N. (2010). Hubungan
Karakteristik Perawat Dengan Tingkat
Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan
di Rumah Sakit Columbia Asia Medan:
Medan.
Suryani, L & Permana, L, (2020). Peningkatan
Perilaku Perawat Melalui Pengetahuan
Dalam Menjalankan Prinsip Pemberian Obat
Dua Belas Benar.Vol 5 No. 5
Tampubolon, Lediana., dan Pujiyanto. (2018).
Analisis Penerapan Prinsip Keselamatan
Pasien Dalam Pemberian Obat Terhadap
Terjadinya Medication Error di Rawat Inap
Rumah Sakit X Tahun 2018. Vol. 4 (3).
Tirtawati NK. Evaluasi terhadap penerapan sistem
pelayanan UDD (Unit Dose Dispensing) di
Rumah Sakit Umum Dr. M. M. Dunda.
Universitas Negeri Gorontalo. 2014.
Wardana, S. Suryani, M. Sayono (2013)
Hubungan Kharakteristik Perawat Dengan
Penerapan Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian