Anda di halaman 1dari 8

Studi Kasus.

JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

PRINSIP TUJUH BENAR PEMBERIAN OBAT: SUATU STUDI KASUS

Seven Rights of Medication Administration: A Case Study

Nisa Aprilia1, Rachmah2, Yullyzar2


1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Email: nisaprilia22@gmail.com

ABSTRAK
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam keselamtan pasien terutama pada
pemberian obat, dimana dalam pemberiannya kepada pasien harus menerapkan prinsip pemberian obat sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional rumah sakit untuk menjamin keselamatan pasien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan prinsip tujuh benar dalam pemberian obat di Rumah Sakit
Banda Aceh. Jenis studi kasus ini adalah kuantitatif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 10 orang perawat
dengan metode purposive sampling. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi. Hasil studi kasus ini
menunjukkan bahwa gambaran prinsip tujuh benar pemberian obat oleh perawat berdasarkan benar obat, benar
dosis, benar cara pemberian, benar informasi dan benar dokumentasi berada pada kategori baik 100% serta
gambaran prinsip tujuh benar pemberian obat oleh perawat berdasarkan benar pasien 50% perawat yang tidak
menerapkan prinsip benar pasien sedangkan pada benar waktu 30% perawat yang tidak menerapkan prinsip
benar waktu. Diharapkan kepada perawat untuk dapat meningkatkan kesadaran kepatuhan prinsip tujuh benar
khususnya pada prinsip benar pasien dan benar waktu sehingga menghindari kesalahan dalam kedua prinsip
obat tersebut.
Kata Kunci : Pemberian Obat, Prinsip Tujuh Benar, Perawat

ABSTRACT
Nurses are health workers who play an essential role in patient safety, especially administering medication.
When performing medication administration, nurses must abide by the principles of medication according to
the hospital's Standard Operating Procedures to ensure patient safety. The aim of this study is to know
illustration of drug administration by nurse based on the “7 rights” in the Women's Surgery Inpatient Room at
Hospital of Banda Aceh. This type of study was quantitative. The samples were ten nurses chosen by the
purposive sampling method. The study was conducted by observating drug administration which was done by
nurses through checklist format sheet consist of seven items. This case study showed that the overview of the
seven rights of medication administration performed by the nurses based on the right medication, right dose,
right route of administration, right information, and right documentation was in a good category (100%).
Furthermore, the seven rights based on the right patient showed that 50% of the nurses did not apply the
principle of the right patient, and 30% of the nurses did not apply the principle of the right time. The nurses
are expected to improve the implementation of seven rights, specifically on the right patient and time, to avoid
the mistake of administering medication to patients.

Keywords : Medication administration, seven rights principles, nurse

1
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi pelayanan bahwa kesalahan dalam pengobatan mempunyai
kesehatan bagi masyarakat dengan tujuan untuk akibat yang fatal bagi pasien (Indriyani, 2018).
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan Kesalahan pemberian obat diperkirakan 1 dari 10
terjangkau oleh masyarakat, agar terwujud derajat pasien diseluruh dunia (Hughes, 2010). Tipe
kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang- kesalahan yang menyebabkan kematian pada
Undang RI No 44, 2009). Perawat merupakan pasien meliputi 40,9%, salah dosis, 16% salah
tenaga kesehatan dirumah sakit yang memegang obat, dan 9,5% salah rute pemberian. Kejadian ini
peranan penting dalam upaya mencapai tujuan akan terus meningkat apabila tidak adanya
pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesadaran perawat dalam melakukan pemberian
kesehatan bergantung pada partisipasi perawat obat sesuai dengan prinsip pemberian yang
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berlaku dirumah sakit (Hughes, 2010). Data
berkualitas bagi pasien. Kepatuhan perawat juga pelaporan kejadian keselamatan pasien di
diperlukan dalam menerapkan prosedur RSUDZA Banda Aceh tahun 2015 diperoleh data
keselamatan pasien (Natasia, Loekqijana & Janik. bahwa terdapat angka pelaporan kejadian
2015). keselamatan pasien oleh perawat sebanyak 20
Secara nasional keselamatan pasien insiden dengan rincian enam laporan terjadi
Terdapat enam sasaran yaitu ¹mengidentifikasikan kesalahan pada cara pemberian obat yaitu dosis
pasien dengan benar ²meningkatkan komunikasi obat, dan waktu pemberian, 1 laporan kesalahan
yang efektif, ³memastikan lokasi pembedahan dalam melakukan tindakan operasi, 3 laporan
yang benar baik prosedur maupun pembedahan infeksi nasokomial pasien post operasi, 4 laporan
pasien yang benar serta ⁴meningkatkan keamanan kesalahan dalam mengidentifikasi pasien dalam
obat yang harus diwaspadai, ⁵pengurangan risiko pemberian tindakan medis, 2 laporan pasien jatuh
infeksi terkait pelayanan kesehatan dan dan 4 laporan terjadi karena kesalahan
⁶pengurangan risiko pasien jatuh (Permenkes, komunikasi saat hand over antar unit (Anwar dkk,
2016). Pemberian obat adalah salah satu bentuk 2016).
kinerja perawat. Walaupun dalam hal ini hasil observasi penulis di Rumah Sakit
merupakan suatu bentuk tugas limpahan dari Banda Aceh didapatkan bahwa 10 dari 22 perawat
apoteker atau asisten apoteker, namun kegiatan ini pelaksana yang belum semuanya dalam
lebih sering dilakukan oleh perawat dan bahkan menerapkan tujuh prinsip pemberian obat
seolah-olah merupakan tugas wajib perawat terutama pada prinsip benar pasien dan benar
dibandingkan dengan peran dan fungsi perawat waktu yang belum optimal. Sedangkan pada benar
yang lain (Robbins & Stephen, 2013). Pemberian obat, benar dosis, benar informasi dan benar
obat high alert harus teliti, hal tersbut dilakukan dokumentasi sudah optimal.
untuk meningkatkan keamanan obat high alert METODE PENELITIAN
adalah perawat harus melakukan pengecekan Studi kasus ini dilakukan di Ruang Rawat
ganda (double check) terhadap semua obat high Inap di Rumah Sakit di Banda Aceh yang
alert sebelum diberikan kepada pasien. Persiapan merupakan ruang bedah wanita dengan jumlah
dan penyimpanan pun harus jelas (Kemenkes, perawat keseluruhan 26 orang. Studi ini
2014). menggunakan teknik penentuan sampel yaitu
Menurut Institute of Medicine (IMO) teknik Purposive Sampling dengan jumlah sampel
setiap tahun di Amerika Serikat sekitar 48.000 10 perawat. Pengumpulan data dilakukan pada
sampai 100.000 pasien meninggal karena tanggal 3 Juni 2022 sampai 4 Juni 2022 dengan
kesalahan pemberian obat. Sedangkan di Jepang cara obseravsi menggunakan lembar checklist
sebagian besar laporan didasarkan pada kesalahan prinsip tujuh benar obat untuk melihat kepatuhan
pengobatan sebanyak 46,6 % dari total laporan dalam pemberian obat.
Patient Safety. Dari data ini dapat dilihat

2
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

HASIL 2. Lembar Observasi


1. Karakterteristik Responden a. Tabel 5 pelaksanaan Tujuh Prinsip
a. Usia Pemberian Obat Benar Pasien (n=10)
Tabel 1 Data Demografi Perawat No Usia f %
Berdasarkan Usia (n=10)
1. Baik 5 50
No Usia F %
2. Kurang 5 50
1. 21-30 4 40
baik
Tahun
2. 31-40 6 60
Berdasarkan tabel 5 diketahui
Tahun
bahwa penerapan pemberian 7 prinsip
Berdasarkan tabel diatas, bahwa
benar obat dari 10 perawat melakukann
sebanyak 60% perawat berusia diantara
prinsip benar pasien dengan kategori
31 sampai 40 tahun.
masing- masing 50 5
b. Pendidikan b. Tabel 6 pelaksanaan Tujuh Prinsip
Tabel 2 Data Demografi Perawat Pemberian Obat Benar Dosis (n=10)
Berdasarkan pendidikan (n=10) No Usia f %
No Usia F %
1. Baik 10 100
1. D-III 6 60
2. Kurang 0 0
2. Ners 4 40 baik
Berdasarkan tabel 6
Berdasarkan tabel diatas, bahwa
menunjukkan bahwa 10 perawat
sebanyak 40% perawat berpendidikan
mampu melakukan prinsip benar dosis
Ners.
dengan kategori baik sebanyak 10
c. Lama Bekerja
perawat 100%.
Tabel 3 Data Demografi Perawat
c. Tabel 7 pelaksanaan Tujuh Prinsip
Berdasarkan lama bekerja (n=10)
Pemberian Obat Benar Obat (n=10)
No Usia f %
No Usia f %
1. <5 5 50
1. Baik 10 100
Tahun
2. >5 5 50 2. Kurang 0 0
Tahun baik
Berdasarkan tabel diatas, bahwa Berdasarkan tabel 7 menunjukkan
sebanyak 50% perawat yang lama bahwa 10 perawat mampu melakukan
bekerja selama lebih dari 5 tahun. prinsip benar obat dengan kategori
d. Status Pekerjaan baik sebanyak 10 perawat 100%.
Tabel 4 Data Demografi Perawat d. Tabel 8 pelaksanaan Tujuh Prinsip
Berdasarkan status pekerjaan (n=10) Pemberian Obat Benar Waktu (n=10)
No Usia F % No Usia F %

1. Non- 10 100 1. Baik 7 70


PNS
2. Kurang 3 30
2. PNS 0 0
baik
Berdasarkan tabel diatas, bahwa
sebanyak 100% perawat yang status Berdasarkan tabel 8 menunjukkan
pekerjannya Non-PNS. bahwa 10 perawat mampu melakukan

3
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

prinsip benar waktu dengan kategori Berdasarkan data demografi diatas


baik sebanyak 7 perawat 70% dan didapatkan hasil bahwa sebagian besar
dengan kategori kurang baik 3 perawat perawat berusia 25-35 tahun termasuk dewasa
30%. awal, jenis kelamin yang didominasi oleh
e. Tabel 9 pelaksanaan Tujuh Prinsip perawat adalah perempuan, dengan mayoritas
Pemberian Obat Benar Cara pendidikan perawat berada pada jenjang D-III
Pemberian (n=10) keperawatan, lama masa kerja perawat
No Usia f % terbanyak adalah kurang dari 5 tahun dan
sebagian besar perawat berstatus Non-PNS.
1. Baik 10 100
1. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar
2. Kurang 0 0 Pasien)
baik Benar pasien adalah langkah
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan penting dalam pemberian obat, salah satu
bahwa 10 perawat mampu melakukan dalam memberikan obat adalah dengan
prinsip benar cara pemberian dengan cara memastikan identitas pasien dengan
kategori baik sebanyak 10 perawat memeriksa gelang identitas yang
100%. bertuliskan nama dan nomor registrasi
f. Tabel 10 pelaksanaan Tujuh Prinsip masuk (Potter & Perry, 2010).
Pemberian Obat Benar informasi Dalam manajemen penggunaan
(n=10) obat di rumah sakit harus melakukan
No Usia F % penerapan standar pemberian obat yang
termasuk proses untuk memverifikasi
1. Baik 10 100
apakah obat sudah sesuai berdasarkan
2. Kurang 0 0 pesanan obat, yang meliputi : Tepat
baik pasien dalam pemberian obat maksudnya
Berdasarkan tabel 10 obat yang akan diberikan hendaknya
menunjukkan bahwa 10 perawat benar pada pasien yang diprogramkan
mampu melakukan prinsip benar dengan cara mengidentifikasi kebenaran
informasi dengan kategori baik obat dengan mencocokkan nama, nomor
sebanyak 10 perawat 100%. register, alamat dan program pengobatan
pada pasien (Deniza, 2012)
g. Tabel 11 pelaksanaan Tujuh Prinsip Menurut Joint Comission
Pemberian Obat Benar Dokumentasi International 2012, terlaksananya benar
(n=10) pasien sebelum pemberian obat yang
cukup tidak menjadi keberhasilan
No Usia f % standard prosedur tindakan terbebas dari
Baik 10 100 resiko kesalahan pemberian obat. Adapun
1.
dampak yang dapat ditimbulkan akibat
2. Kurang 0 0 kesalahan identifikasi dalam pengobatan
baik seperti adverse events atau Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadia Nyaris
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan Cedera (KNC), Kejadian Potensi Cidera
bahwa 10 perawat mampu melakukan (KPC), dan Kejadian Tidak Cedera
prinsip benar dokumentasi dengan (KTC).
kategori baik sebanyak 10 perawat 2. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar
100%. Dosis)
Benar dosis pemberian obat
PEMBAHASAN merupakan salah satu indikator

4
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

keberhasilan peran perawat sebagai tanggap dan memperhatikan dengan teliti


kolaborator. Peran tersebut diukur terhadap beberapa obat yang bila
berdasarkan kemampuan perawat disebutkan terdengar mirip dan ejaan
memberikan obat dengan dosis yang yang terlihat sama, contoh: digoxin
benar sesuai peran apoteker dan tidak dengan digitoxin. Staf farmasi harus
menambahkan atau mengurangi dosis dari membaca label obat dengan hati-hati
resep yang telah ditentukan. (Boyer, (Deniza, 2012).
2013). Untuk menghindari kesalahan Sebelum pemberian obat perawat
pemberian obat dan agar perhitungan obat harus menentukan bahwa staff
benar untuk diberikan kepada pasien, kefarmasian sudah menuliskan cara
maka ketepatan dosis atau penentuan pemberian obat dengan benar. dimana
dosis harus diperhatikan dengan perawat perlu mengecek ulang obat dan
menggunakan alat standar seperti alat dosis yang akan diberikan jika terdapat
untuk membelah tablet, spuit atau sendok penulisan obat yang kabur atau kurang
khusus, gelas ukur, obat cair harus jelas. Selain itu, baca label obat untuk
dilengkapi alat tetes (Tambayong, 2012). memastikan bahwa cara pemberian
Kesalahan pengobatan dapat terjadi tercantum pada kemasan obat ( Potter &
dalam menentukan obat dan regimen Perry, 2005).
dosis, kelebihan dosis, kekurangan dosis, Tubuh membutuhkan dosis obat
dalam menuliskan resep. salah dosis, yang tepat agar memberikan dampak
kontaminan atau keliru kemasan positif (Hardianti, 2016). Apabila
(Aronson, 2009). pemberiannya tidak sesuai obat tersebut
Beberapa studi dalam tujuh prinsip akan menjadi toksin yang mengganggu
pemberian obat diantaranya, Tirtawati kesehatan seperti alergi,muntah, hingga
(2014) menyebutkan bahwa benar dosis mengakibatkan kematian (Hura, 2014).
dapat mengurangi kesalahan dalam
pemberian obat, dimana perawat perlu
mengecek ulang obat dan dosis yang akan 4. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar
diberikan jika terdapat penulisan obat Waktu)
atau dosis yang kabur atau kurang jelas. Pemberian obat pada waktu yang
Seorang perawat melakukan pemberian tepat juga memiliki peran terhadap
obat sesuai dosis untuk menjamin kesembuhan pasien sehingga obat yang
keamanan pengobatan bagi pasien serta diberikan sesuai dengan efek terapetik
mengurangi terjadinya medication error yang diharapkan. Obat yang diberikan
Adian, Gahral & Pratama (2013) bergantung pada waktu paruh, waktu
3. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar paruh adalah waktu yang dibutuhkan oleh
Obat) setengah dari jumlah awal obat atau zat
Benar obat berarti menerima obat lain untuk dieliminasi dari tubuh, obat
yang telah diresepkan, baik oleh dokter, dengan waktu paruh yang pendek lebih
dokter gigi, atau petugas kesehatan yang sering diberikan dibandingkan dengan
sudah mendapatkan izin seperti staf obat waktu paruh yang panjang hal
farmasi yang sudah berpengalaman yang tersebut untuk mempertahankan efek
berwewenang untuk mengorder obat. teraupetik obat dalam plasma (Kamienski
Obat mempunyai nama dagang dan nama & Keogh, 2015).
generik, jadi apabila ada obat dengan Mengecek kesesuaian waktu dan
nama dagang yang asing ditemui, harus frekuensi pemberian dengan resep atau
diperiksa nama generiknya pesanan dengan mempertimbangkan lama
(Tambayong., 2012). Staf farmasi harus kerja obat dan efektivitas obat. (Edoprata,

5
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

2011), menyatakan bahwa jika obat Faktor yang menentukan cara pemberian
diintruksikan harus diberikan pada terbaik ditentukan oleh tempat kerja obat
interval waktu tertentu, pemberian obat yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi
oleh farmasis tidak boleh lebih dari 30 obat, kecepatan respon yang diinginkan,
menit, jika pemberian lebih 30 menit dari dan keadaan umum pasien.
waktu yang ditentukan maka 6. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar
biovailabilitas (kemampuan kecepatan Informasi)
obat untuk menyerap ke dalam sirkulasi Pemberian informasi kepada
sitemik) dari obat mungkin terpengaruh. pasien diharapkan mampu menambah
Kesalahan ini akan memberikan pengetahuan pasien maupun keluarga
dampak negatif terhadap hasil terapi terhadap obat yang akan diberikan dan
pengobatan pasien, dimana adanya dengan pemberian informasi oleh perawat
kemungkinan kelebihan dosis dan dapat mengurangi terjadinya kesalahan
interaksi obat yang berdampak negatif presepsi oleh pasien (Mahfudhah &
terhadap proses penyembuhan pasien Mayasari, 2018).
(Henke, 2007). Perawat mempunyai tanggung
5. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar jawab dalam melakukan pendidikan
Cara Pemberian) kesehatan pada pasien, keluarga, dan
Kesalahan penyuntikan obat masyarakat luas terutama yang berkaitan
dapat menyebabkan terjadinya reaksi dengan obat seperti manfaat obat secara
alergi ataupun efektifitas obat yang umum, penggunaan obat yang baik dan
berkurang atau bahkan tidak benar, alasan terapi obat dan kesehatan
menimbulkan efek sama sekali. Kejadian yang menyeluruh, hasil yang diharapkan
kesalahan pemberian obat dapat berakibat setelah pemberian obat, efek samping dan
fatal apabila terjadi gawat darurat yang reaksiyang merugikan dari obat, interaksi
membutuhkan penanganan segera. Hal ini obat dengan obat dan obat dengan
perlu untuk dipertahankan untuk makanan, perubahan-perubahan yang
mencegah terjadinya kesalahan alur diperlukan dalam menjalankan aktivitas
dalam pemberian obat. Adapun hal yang sehari-hari selama sakit dan sebagainya.
perlu diperhatikan untuk menjaga 7. Tujuh Prinsip Pemberian Obat (Benar
keberhasilan pengobatan tersebut yaitu, Dokumentasi)
dengan menerapkan secara terus menerus Pendokumentasian dalam
manajemen dan penggunaan obat sesuai keperawatan mencakup informasi
standar prosedur yang pemberian obat lengkap tentang status kesehatan pasien,
berdasarkan prinsip 7 benar pemberian kebutuhan pasien, kegiatan asuhan yang
obat (KARS, 2011). diterima Nursalam (2008). Pemberian
Memberikan obat pada rute yang obat sesuai dengan standard prosedur
telah diresepkan atau diintruksikan tetapi yang berlaku di rumah sakit dan selalu
jika diresep tersebut tidak terdapat rute mencatat informasi yang sesuai.
pemberian obat maka staf farmasi harus Pasien dapat menolak untuk
memberikan keterangan rute tersebut pemberian suatu pengobatan, adalah
pada etiket obat, staf farmasi harus tanggung jawab perawat untuk
memahami perbedaan antara rute seperti menentukan, jika memungkinkan, alasan
tingkat penyerapan, sehingga apabila rute penolakan dan mengambil langkah-
yang diintruksikan tidak sesuai dengan langkah yang perlu untuk mengusahakan
cara yang direkomendasikan, mereka agar pasien mau menerima pengobatan.
dapat mengingatkan dan mengkonfirmasi Jika suatu pengobatan ditolak,
ulang ke dokter (Perwitasari, 2012). penolakan ini harus segera

6
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

didokumentasikan. Perawat yang UCAPAN TERIMAKASIH


bertanggung jawab, perawat primer, atau Ucapan terimakasih yang sebesar-
dokter harus diberitahu jika pembatalan besarnya penulis tujukan kepada kedua
pemberian obat ini dapat pembimbing dan pihak Rumah Sakit beserta
membahayakan klien, seperti dalam staff perawat yang berdinas di ruang bedah
pemberian insulin, tindak lanjut juga wanita Rumah Sakit Banda Aceh yang telah
diperlukan jika terjadi perubahan pada berpartisipasi dalam studi kasus karya ilmiah.
hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya REFERENSI
pada pemberian insulin atau warfarin Adian,Gahral. D.., & Pratama. H.S. (2013).
(Suryani & Permana, 2020). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Menurut penulis Jika Perawat Dengan Penerapan Prinsip Benar
pendokumentasian tidak dilakukan maka Pemberian Obat Pada Tindakan Injeksi di
tidak akan bisa menjadi bukti atas RSUD Wates. Stikes Respati: Yogyakarta.
tanggung jawab dan tanggunggugat dari Anwar, Kontoko RR, Wardiyah D, Yuswardi
tindakan perawat. (2016). Hubungan fungsi manajemen kepala
ruang dengan penerapan “Patient Safety
KESIMPULAN
Culture” di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Berdasarkan hasil studi yang
Abidin Banda Aceh. Jurnal Keperawatan
dilakukan selama dua hari mengenai prinsip
Unsyiah
tujuh benar pemberian obat perawat di ruang
Aronson, J.K. (2009). British Journal Of Clinical
rawat inap di Rumah Sakit Banda Aceh maka
Pharmacology. Medication Errors:
dapat disimpulkan bahwa :
Definitions and Classification. Oxfaord, UK
1. Penerapan prinsip tujuh benar pada benar
: Department of Primary Health Care. DOI:
pasien pada kategori “Tidak Dilakukan”
10.1111/j.1365-2125.2009.03415.x
sebnayak 5 responden (50%). Sedangkan
Boyer, M. J. (2013). Perhitungan Dosis Obat:
pada kategori “Dilakukan” sebanyak 5
Panduan Praktis untuk Menghitung Dosis
responden (50%).
dan Menyiapkan Obat. Edisi 7 Surabaya:
2. Penerapan prinsip tujuh benar pada benar
Erlangga
dosis pada kategori “Dilakukan”
Hilmawan, F.A., Suprapti E., & Solechan, A
sebanyak 10 responden (100%).
(2014). Hubungan Antara Penerapan
3. Penerapan prinsip tujuh benar pada benar
Standart Operational Procedure (SOP)
obat pada kategori “Dilakukan” sebanyak
pemberian Obat Prinsip Enam Benar dengan
10 responden (100%).
Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Ungaran.
4. Penerapan prinsip tujuh benar pada benar
Hughes, V.M. (2010). Teacher Evaluation
waktu pada kategori “Dilakukan”
Practices And Teacher Job Satisfaction.
sebanyak 7 responden (70%), sedangkan
Presentation for the Faculty of the Graduate
pada kategori “Tidak Dilakukan”
School University of Missouri-Columbia
sebanyak 3 responden (30%).
Iyer, P.W., & Camp, N. H. (2005). Dokumentasi
5. Penerapan prinsip tujuh benar pada benar
Keperawatan. Jakarta : EGC
cara pemberian obat pada kategori
Joint Commission International. (2012).
“Dilakukan” sebanyak 10 responden
International Essentials of Health Care
(100%).
Quality and Patient Safety.
6. Penerapan prinsip tujuh benar pada benar
Kamienski, M., & Keogh, J (2015). Farmakologi
informasi pada kategori “Dilakukan”
Demistystied. Yogyakarta: Rapha
sebanyak 10 responden (100%).
Publishing
7. Penerapan prinsip tujuh benar pada benar
Kemenkes (2014). Profil Kesehatan Indonesia.
dokumentasi pada kategori “Dilakukan”
Jakarta
sebanyak 10 responden (100%).
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2011). Standar

7
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta Obat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H.
Kozier, B., Erb, G. (2010). Fundamental SOEWONDO Kendal. Semarang.
keperawatan, konsep proses dan praktik. Undang-Undang RI Nomor 44
Jakarta: EGC Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta
Mahfudhah, A. N., & Mayasari, P. (2018). 2009.
Pemberian Obat Oleh Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Banda
Aceh, III(4), 49–57.
Natasia, N., Loekqijana, & Janik, K (2014).
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Pelaksanaan Sop Asuhan Keperawatan Di
ICU-ICCU RSUD Gambiran kota Kediri.
Jurnal kedokteran brawijaya, vol.28.
Nursalam. (2008). Konsep dan Metode
Keperawatan . Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Permenkes. (2016). Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta;
Depkes RI.
Potter, P, A & Perry, A. G. (2005). Buku Saku
Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Edisi 5.
Jakarta: EGC
Potter, P. A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental
Of Nursing. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika.
Robbins & Stephen. P., (2013), Perilaku
Organisasi, Jakarta: Salemba Empat.
Rosita, M. N. (2010). Hubungan
Karakteristik Perawat Dengan Tingkat
Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan
di Rumah Sakit Columbia Asia Medan:
Medan.
Suryani, L & Permana, L, (2020). Peningkatan
Perilaku Perawat Melalui Pengetahuan
Dalam Menjalankan Prinsip Pemberian Obat
Dua Belas Benar.Vol 5 No. 5
Tampubolon, Lediana., dan Pujiyanto. (2018).
Analisis Penerapan Prinsip Keselamatan
Pasien Dalam Pemberian Obat Terhadap
Terjadinya Medication Error di Rawat Inap
Rumah Sakit X Tahun 2018. Vol. 4 (3).
Tirtawati NK. Evaluasi terhadap penerapan sistem
pelayanan UDD (Unit Dose Dispensing) di
Rumah Sakit Umum Dr. M. M. Dunda.
Universitas Negeri Gorontalo. 2014.
Wardana, S. Suryani, M. Sayono (2013)
Hubungan Kharakteristik Perawat Dengan
Penerapan Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian

Anda mungkin juga menyukai