Anda di halaman 1dari 13

36

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umun Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang” hubungan aktivitas fisik dengan

stabilitas tekanan darah pada penderita Diabetes Melitus di Pukesmas

Padang Luar Tahun 2022”. Proses penelitian ini dilakukan pada tanggal 6-

23 september 2022 dengan jumlah responden 60 sesuai dengan kriteria

sampel yang telah ditentukan. Dengan variabel independen aktifitas fisik

dan variabel dependent stabilitas tekanan darah pendera DM

Setelah seluruh data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan

data untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan stabilitas tekanan

darah pada penderita Diabetes Melitus di Pukesmas Padang Luar Tahun

2022. Analisa dilakukan secara komputerisasi dengan aplikasi SPSS

dengan mengunakan metode spearman rank

B. Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik responden bedasarkan jenis kelamin


Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik bedasarkan jenis kelamin
penderita DM di Pukesmas Padang Luar tahun 2022

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)


Laki-laki 17 28,3
Perempuan 43 71,7
Jumlah 60 100,0
37

Tabel 5.1 menujukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar


responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 43 responden
(71,1 %)
2. Gambaran Karakteristik responden bedasarkan usia
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi karakteristik bedasarkan umur penderita DM
di Pukesmas Padang Luar tahun 2022
Usia Frekuensi (f) Presentase (%)
26-35 tahun 4 6.7
36-45 tahun 5 8,3
46-55 tahun 22 36,7
56-65 tahun 29 48,3
Jumlah 60 100,0

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar


umur responden yang menderita DM berkisar antara 56-65 tahun yaitu
sebanyak 29 responden (48,3%)
3. Gambaran aktifitas fisik pada penderita DM di Pukesmas Padang Luar
tahun 2022
Tabel 5.3
Aktifitas fisik penderita DM di Pukesmas Padang Luar tahun 2022
Aktifitas fisik Frekuensi (f) Presentase (%)
Ringan 12 20,0
Sedang 25 41,7
Berat 23 38,3
Jumlah 60 100,0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar


aktifitas fisik responden adalah aktifitas sedang yaitu sebanyak 25
responden (41,7%)
38

4. Gambaran stabilitas tekanan darah pada penderita DM di Pukesmas


Padang Luar tahun 2022
Tabel 5.4
Stabilitas tekanan darah penderita DM di Pukesmas Padang Luar
tahun 2022

Stabilitas TD Frekuensi (f) Presentase (%)


Stabil 23 38,3
Tidak stabil 37 61,7
Jumlah 60 100,0

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar


responden DM memiliki tekanan darah yang tidak stabil yaitu sebanyak
43 responden (71,7%)

C. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel


independen (aktifitas fisik) dan variabel dependent (stabilitas tekanan
darah)

Tabel 5.5

Hubungan aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah pada


penderita DM di Pukesmas Padang Luar tahun 2022

stabilitas TD
tidak
jumlah
aktiftas fisik stabil stabil r p
N % N % N %
ringan 9 15 3 5 12 20
sedang 11 18,3 14 23,4 25 41,7
0,471 0, 000
berat 3 5 20 33,3 23 38,3
jumlah 23 38,3 37 61,7 60 100
39

Tabel 5.5 menujukkan bahwa dari 23 responden dengan tekanan

darah,11 responden (18,3%) dengan aktifitas sedang, sedangkan 37

responden dengan tekanan darah tidak stabil sebagian besar dengan

aktifitas sedang dan 20 responden (33,3%) dengan aktifitas berat

Analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan

darah dengan mengunakan uji statistik spearman rank didapatkan hasil p-

value =0,000 (p<0,05) , nilai r=0,471 artinya terdapat korelasi sedang,

sehingga Ha diterima yang berarti ada hubungan antara aktifitas fisik

dengan stabilitas tekanan darah pada penderita DM di Puskesmas di

Padang Luar tahun 2022


40

BAB VI

PEMBAHASAN

A. ANALISA UNIVARIAT

1. Jenis kelamin penderita DM di Puskesmas di Padang Luar tahun

2022

Bedasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 43 responden

(71,1 %), sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 responden

(28,3%). Sehingga jenis kelamin perempuan masih mendominasi

sebagai mayoritas resiko terkena DM di Puskesmas di Padang Luar

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Usman et al., (2020) yang

menunjukkan bahwa mayoritas responden DM yang diperoleh berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 44 responden (69,8%), penderita

DM lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, hal ini

dipengaruhi oleh penurunan hormone estrogen akibat menopouse. Pada

perempuan setelah menopouse akan terjadi perubahan hormone

estrogen yang akan memicu fluktuasi kadar gula gula darah.

Arania et al., (2021) menjelaskan bahwa prevalensi kejadian DM

bedasarkan pengukuran gula darah lebih tinggi pada perempuan

dibandingkan laki-laki, perempuan beresiko menderita DM lebih tinggi

dikarenakan pada pasca menopouse respon insulin menurun akibat dari

hormon estrogen yang rendah, faktor lain yang menyebabkan

perempuan beresiko DM adalah berat badan perempuan sering tidak

ideal sehingga dapat menurunkan sensitivtas insulin.


41

Bedasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa perempuan

memiliki resiko tinggi menderita DM, beberapa penyebabnya adalah

faktor hormonal yaitu hormon estrogen dan faktor pola hidup. Oleh

karena itu responden diharapkan mampu melakukan dan menjaga pola

hidup sehat untuk mengurangi resiko menderita DM terutama perempua

yang memiliki resiko tinggi dibandingkan laki-laki.

2. Usia penderita DM di Puskesmas di Padang Luar tahun 2022

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

didapatkan bahwa responden sebagian besar umur responden yang

menderita DM berkisar antara 56-65 tahun yaitu sebanyak 29 responden

(48,3%) .Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Nurhaliza et al., (2022) yang menyatakan bahwa mayoritas responden

berusia 56-65 tahun yaitu sebanyak 14 responden (46,7%)

Penelitian Lathifah (2017) mendapatkan 25 responden (52%)

menderita DM berumur >58 tahun. Pertambahan usia dapat

meyebabkan penurunan kerja sistem tubuh termasuk sistem endokrin

sehingga berdampak terjadinya resistensi insulin yang akan memicu

tidak stabilnya kadar glukosa darah (Isnaini&Ratnasari, 2018)

Berdasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa pada

penelitian ini sebagian besar responden termasuk dalam usia Lansia

akhir yaitu pada usia 56-65 tahun. Peneliti menarik kesimpulan bahwa

semakin bertambah atau meningkatnya usia seseorang maka akan

mempengaruhi proses produksi insulin dalam pankreas yang akan

mengganggu proses sekresi insulin dalam tubuh.


42

Oleh karena itu, diharapkan responden seiring dengan

bertambahnya usia agar menjalankan pola hidup sehat dan secara rutin

memeriksakan kesehatan tubuhnya ke pelayanan kesehatan, agar dapat

dilakukan pencegahan resiko terkena diabetes mellitus terutama pada

usia diatas 46 tahun.

3. Aktifitas fisik responden DM di Pukesmas Padang Luar tahun

2022

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

didapatkan bahwa sebagian besar aktifitas fisik responden adalah

aktifitas sedang yaitu sebanyak 25 responden (41,7%) Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Lestari & Laksmi (2020) dari 50 respoden,

25 responden (50%) memiliki aktifitas fisik sedang. Aktivitas Fisik

merupakan kegiatan menggerakkan badan yang dilakukan secara terus-

menerus dalam satu waktu. Sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Sudaryanto et al., (2014) bahwa aktivitas fisik yang kurang

menyebabkan seseorang memiliki risiko terhadap DM, Dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa semakin lama seseorang melakukan

Aktivitas Fisik atau olahraga akan memberikan efek yang positif bagi

lemak dalam tubuh, tekanan dalam darah dan distribusi lemak dalam

tubuh, sehingga akan membuat tubuh terhindar dari berbagai penyakit

salah satunya DM

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Primahuda & Sujianto

(2016), didapatkan bahwa mayoritas ketidakpatuhan responden diabetes

mellitus dalam melaksanakan aktivitas fisik karena responden pada saat


43

di tempat kerja jarang berdiri, di waktu luang bekerja responden jarang

melakukan olahraga, memiliki pekerjaan yang ringan, dan ketika

memiliki waktu luang jarang melakukan aktivitas fisik. Menurut Putri

(2014), dalam Primahuda & Sujianto (2016) faktor dalam

ketidakpatuhan responden dalam melakukan aktivitas fisik antara lain

memiliki kesibukan secara individu, belum terbentuknya kebiasaan

melakukan olahraga sejak awal, kurang tersedianya sarana dan

prasarana, serta responden didominasi oleh Lansia.

Aktifitas yang dianjurkan pada penderita DM adalah aktifitas

yang berintensitas sedang, sedangkan penderita DM yang memiliki

aktifitas ringan atau kurang melakukan aktifitas cenderung memiliki

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung harus

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot

jantung memompa , makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri

(Anggara & Prayitno, 2013)

Berdasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa sebagian

besar respoden di Pukesmas Padang Luar memiliki aktifitas fisik

sedang, sebagian besar respoden bekerja sebagai petani, sebagian

responden yang lainnya memanfaatkan jenis pekerjaannya untuk dapat

sekaligus beraktivitas fisik


44

4. Stabilitas tekanan darah responden DM di Pukesmas Padang

Luar tahun 2022

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

didapatkan bahwa sebagian besar responden DM memiliki tekanan

darah yang tidak stabil yaitu sebanyak 37 responden (61,7%).hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdurrosidi et al., (2021)

menunjukkan bahwa sebagian besar tekanan darah responden tidak

stabil yaitu 44 responden (75,9%).

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak tiga kali dalam

rentang 6 hari, kemudian hasil dari pengukuran tekanan darah akan

direratakan menjadi hasil akhir apakah memenuhi atau tidak

memenuhi target tekanan darah yang diharapkan, sehingga dapat

dikategorikan apakah tekanan darah stabil atau tidak stabil. Tekanan

darah dikatakan stabil bila hasil rerata tekanan darah selama enam hari

memenuhi target tekanan darah yang diharapkan yaitu ≤ 130/70-79

mmHg (usia 18-65 tahun) dan ≤ 139/70-79 mmHg (usia > 65 tahun)

(Abdurrosidi et al., 2021). Ketidakstabilan tekanan darah bisa

dikaitkan dengan usia responden yang sebagian besar dalam rentang

usia 56-65 tahun. Pada usia tersebut pembuluh darah mungkin

telah banyak rusak akibat proses aging, degeneratif, permeabilitas

yang mal adaptif dan vasokontriksi yang semuanya ini bisa

menyebabkan kondisi ketidakstabilan tekanan darah (Amir, 2013)


45

Berdasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa

responden cenderung memiliki tekanan darah yang tidak stabil karena

selain mereka menderita DM mereka juga memiliki tekanan darah

tinggi dan tidak minum obat hipertensi secara teratur selain itu faktor

usia juga menyebabkan ketidakstabilan tekanan darah.

B. ANALISA BIVARIAT

Bedasarkan dari tabel 5.5 analisa bivariat hubungan aktivitas fisik

dengan stabilitas tekanan darah pada penderita DM dari 60 responden,

menujukkan bahwa dari 23 responden dengan tekanan darah stabil yaitu 9

responden (15,0%) dengan aktifitas ringan,11 responden (18,3%) dengan

aktifitas sedang dan 3 responden (5,0%) dengan aktifitas berat , sedangkan

37 responden dengan tekanan darah tidak stabil sebagian besar yaitu 3

responden (5,0%) responden beraktifitas ringan, 14 responden (23,4%)

dengan aktifitas sedang dan 20 responden (33,3%) dengan aktifitas berat.

Hal ini menjelaskan sebagian besar penderita DM Di Pukesmas Padang

Luar mempunyai aktifitas yang berat dan tekanan darah tidak stabil.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) kesimpulanya

adalah ada hubungan antara aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah

pada penderita DM, nilai r=0,471 artinya terdapat korelasi sedang antara

variabel aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah Di Pukesmas

Padang Luar tahun 2022

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Abdurrosidi et al., (2021) menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara aktifitas fisik dengan stabilitas tekanan darah, penelitian


46

Abdurrosidi et al., (2021) yang menunjukan bahwa sebagian besar

memiliki aktifitas fisik ringan dengan tekanan darah tidak stabil sebanyak

39 responden (67,3%), dalam penelitianya ia juga menjelaskan bahwa

semakin kurang aktifitas fisik maka tekanan darah cenderung tidak stabil

dan seseorang yang melakukan aktifitas fisik sedang dan berat cenderung

memiliki tekanan darah stabil. Sedangkan penelitian Rihiantoro & Widodo

(2018) yang menunjukkan aktifitas fisik ringan sebanyak 23 responden

(67,6%) mengalami ketidakstabilan tekanan darah dan 11 responden

(32,4%) tekanan darah stabil, sedangkan dari 30 responden yang aktifitas

fisiknya sedang dan berat sebanyak 9 responden (30%) mengalami

ketidakstabilan tekanan darah dan 21 responden (70%) tekanan darah

stabil.

Penelitiam febby (2012) dalam kustiani (2020) menjelaskan

hubungan aktifitas fisik penderita DM dengan tekanan darah, bahwa

aktifitas fisik sedang-berat dapat menurunkan tahan perifer akan

menyebabkan tekanan darah penderita DM juga ikut turun atau stabil.

(Khasanah & Irma Susanti, 2019)

Kestabilan tekanan darah yang terjadi pada responden yang

beraktifitas ringan dikarenakan beberapa faktor seperti responden

menjaga pola makan, sedangkan responden yang beraktifitas fisik sedang-

berat mengalami ketidakstabilan tekanan darah. Ketidakstabilan tekanan

darah pada penderita beraktifitas fisik sedang-berat dipengaruhi oleh usia,

kualitas tidur yang menurun, stress, mengosumsi makanan yang asin atau

mengandung banyak garam, obesitas, dan merokok (Khasanah & Irma


47

Susanti, 2019), salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan

tekanan darah pada penelitian ini adalah faktor, karakteristik usia

responden pada penelitian ini rata-rata sudah berusia lanjut. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya penurunan fisiologis sehingga rentan terhadap

peningkatan tekanan darah. Hal ini sebagaimana teori yang mengatakan

bahwa semakin bertambahnya umur, struktur pembuluh darah pada

seseorang akan mengalami perubahan fisiologis seperti terjadinya

penyempitan lumen dan tingkat keelastisan pada dinding pembuluh darah

mengalami penurunan sehingga hal ini dapat meningkatkan tekanan darah

(Unger et al., 2020)

Peneliti berasumsi bahwa ketidakstabilan tekanan darah penderita

DM Di Puskesmas Padang Luar disebabkan oleh dua faktor yaitu usia,

faktor pola makan, penderita DM Di Puskesmas Padang Luar memiliki

kecenderungan tak acuh pada tekanan darahnya, yang seharusnya

penderita DM memiliki kestabilan tekanan darah, seorang pasien DM

harus mengetahui bahwa betapa pentingnya kestabilan tekanan darah.

Harus dipahami bagi seorang penderita DM yang memiliki ketidakstabilan

tekanan darah berisiko tinggi risiko tinggi menglami penyakit

kardivaskular lainya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti berpendapat bahwa

terdapat hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Stabilitas Tekanan Darah

pada Penderita DM Di Pukesmasa Padang Luar Tahun 2022, aktivitas fisik

yang apabila dilakukan secara rutin dan tepat oleh responden belum tentu

menyebabkan tekanan darah stabil ada beberapa faktor yeng menyebab


48

kan tekanan darah menjadi tidak stabil . Penyakit DM merupakan penyakit

yang tidak dapat disembuhkan bahkan penderita DM juga memiliki

penyakit penyerta yaitu hipertensi, sehingga penderita DM juga perlu

mengontrol kestabilan tekanan darahnya, penderita Dmdiharapkan selalu

patuh menjalankan pola hidup sehat dalam kesehariannya

Anda mungkin juga menyukai