Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA

PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. MOEWARDI


SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Umum

Oleh:

YUNDARI SUCITANINGTYAS A.
J500130106

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKARTA
2017

i
ii
iii

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA


PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Abstrak
Penyakit ginjal kronik merupakan suatu penyakit dengan etiologi beragam
yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan biasanya
akan berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan adanya penurunan fungsi ginjal yang bersifat ireversibel yang
pada suatu derajat akan memerlukan penangan atau terapi yang tetap, berupa
dialisis dan transplantasi ginjal. Berdasarkan data dari Persatuan Nefrologi
Indonesia (PERNEFRI) juga memperkirakan bahwa terdapat 70.000 penderita
penyakit ginjal kronik di Indonesia. Penelitian ini menggunakan penelitian
observasional analitik dengan pendekatan secara cross sectional. Subjek dalam
penelitian berjumlah 56 pasien penyakit ginjal kronik yang belum menjalani
hemodialisis. Instrumen yang digunakan adalah data rekam medik untuk dilihat
indeks massa tubuh dan tekanan darahnya. Hasil pengujian hipotesis digunakan
uji chi square dimana didapatkan nilai p=0,00, nilai signifikan p<0,05. Hal ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh
dengan hipertensi pada penderita penyakit ginjal kronik.

Kata kunci :Hipertensi, Indeks Massa Tubuh, Penyakit Ginjal Kronik

Abstract
Chronic Kidney Disease (CKD) is a disease with diverse etiology that lead
progressively decrease a renal function, and sometimes can be a Kidney failure.
Kidney failure is a clinical condition characterized by an irreversible decrease
renal function which in some levels require a medical or therapy fixed, like
dialysis and kidney transplantation. The research from Persatuan Nefrologi
Indonesia (PERNEFRI) also estimate that 70.000 patients with Chronic Kidney
Disease can be found in Indonesia. To investigate relationship between body mass
index and hypertension in patient with chronic kidney disease. This study used
analytic observational research with cross sectional approach. Subjects in this
study amounted to 56 patients with chronic kidney disease which not undergone
hemodialysis yet. The instrument used the medical record to seen body mass
index and blood preassure. The hypothesis was analyzed using Chi Square Test,
which the statistical results is p=0,00, significance of p<0,05. It means H0 was
rejected and H1 was accepted. There was a significant relationship between body
mass index and hypertension in patient with chronic kidney disease
Key words: Hypertention, Body Mass Index, Chronic Kidney Disease

1
1. PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab kematian nomor satu
di dunia, dan hipertensi menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah stroke
dan tuberculosis yaitu, 6,7% kematian dari semua umur di Indonesia. Di
banyak negara saat ini, prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan
perubahan gaya hidup seperti, merokok, obesitas, inaktifitas fisik, dan stress
psikososial (Natalia, et al., 2015).
Menurut data dari WHO tahun 2007 pervalensi penderita hipertensi di
DKI Jakarta yaitu mencapai 34,0% dengan jumlah penderita hipertensi
terbanyak. Di Jawa Tengah sendiri prevalensi hipertensi yaitu sebesar 21,4%
(Rahajeng, et al., 2009). Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi yaitu, kebiasaan gaya hidup modern seperti,
mengkonsumsi makanan tinggi lemak, tinggi kalori, kolesterol dan kurangnya
melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. IMT sangat berpengaruh pada
kejadian hipertensi dimana Pada IMT berlebih atau kelebihan berat badan
dapat memicu terjadinya faktor resiko hipertensi yang lebih tinggi
dibandingkan seseorang dengan IMT normal (Dien, et al., 2014).
Berdasarkan hasil dari United State Renal Data System di Amerika
Serikat prevalensi penyakit ginjal kronik meningkat sebesar 20-25% pada
setiap tahunnya (the united states renal system, 2013). Menurut WHO
diperkirakan bahwa di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal
ginjal pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4%, dan menurut dari Persatuan
Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) juga memperkirakan bahwa terdapat 70.000
penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia (Tandi, et al., 2014).
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi penyakit
ginjal kronik berdasarkan diagnosis dokter di Jawa Tengah sebesar 0,3%, dan
Klaten merupakan prevalensi tertinggi di Jawa Tengah yaitu mencapai 0,7%.
Prevalensi penyakit ginjal kronik berdasarkan wawancara yang didiagnosis
dokter meningkat seiring dengan bertambahnya usia, yang menempati posisi
tertinggi yaitu usia 75 tahun yaitu sebesar (0,6%) (Santoso, et al., 2013).

2
Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada penderita
penyakit ginjal kronik. Pada penelitian sebelumnya juga dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan penyakit ginjal
kronik dan pada keadaaan tertentu seperti DM, hanya saja laporan mengenai
hubungan antara IMT dengan hiperetensi pada DM tipe 2 sudah banyak
dilakukan, sehingga pada penelitian ini ingin membuktikan bahwa terdapat
hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada penyakit ginjal
kronik khususnya di jawa tengah.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasi analitik
cross-sectional. Variabel-variabel yang hendak diteliti hanya diukur pada satu
kali pengukuran saja, kemudian dilihat ada tidaknya hubungan antara variabel
satu dengan yang lainnya (Notoadmodjo, 2012). Penelitian dilaksanakan di
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Moewardi Surakarta pada bulan oktober2016-
bulan november 2016. Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien
penyakit ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta. Populasi aktual pada penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal
kronik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta di bagian Poli Klinik Penyakit
Dalam pada bulan September 2014-September 2016.
Teknik sampling yang digunakan adalah Simple random sampling.
Simple random sampling yaitu teknik yang didasari pada suatu pertimbangan
yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang telah
diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini yang menjadi
kriteria dalam pemilihan sampel adalah pasien penyakit ginjal kronik di
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta. Hasil data tersebut dilakukan dengan analisis uji Chi Square.
Seluruh data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS versi 19 for
windows.

3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Subjek yang diteliti adalah pasien penyakit ginjal kronik dari
poliklinik prnyakit dalam di RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada bulan
Desember 2014-September 2016. Penelitian ini dimulai pada tanggal 28
Oktober- 24 Desember 2016. Pelaksanaan penelitian ini dengan cara
meneliti data catatan rekam medik pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani rawat jalan di poliklinik Penyakit dalam RSUD DR.Moewardi
Surakarta. Data yang diperoleh seluruhnya berjumlah 56 orang dan telah
memenuhi kriteria penelitian.
3.1.1 Analisis Deskriptif
Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Hipertensi Tidak Hipertensi
Usia Jumlah (%)
(%) (%)
36-50 tahun 9 (32.2) 8 (28.6) 17 (30.4)
51-65 tahun 13 (46,4) 10 (35.7) 23 (41.1)
66-80 tahun 6 (21.4) 10 (35.7) 16 (28.6)
Total 28 (100) 28 (100) 56 (100)
Sumber: Data sekunder
Berdasarkan dari tabel 1 di atas presentasi usia populasi
subjek yang tertinggi terdapat pada kelompok usia 51-65 tahun
Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Stage dari PGK
Stage Hipertensi% Tidak Hipertensi% Jumlah
I 4 (14.3) 2 (7.1) 6 (10.7)
II 6 (21.4) 7 (25.0) 13 (23.2)
III 10 (35.7) 10 (35.7) 20 (35.7)
IV 6 (21.4) 6 (21.4) 12 (21.4)
V 2 (7.1) 3 (10.7) 5 (8.9)
Total 28(100) 28 (100) 56 (100)
Sumber: Data sekunder
Berdasarkan tabel 2 di atas presentasi stadium penyakit
ginjal kronik yang diderita dari populasi subjek yang tertinggi
adalah pasien dengan penyakit ginjal kronik pada stadium III.

4
Tabel 3. Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Hipertensi (%) Tidak Hipertensi (%) Jumlah (%)
Kelamin
laki-laki 19(54,3) 16(43,7) 35 (62.5)
perempuan 9(42,9) 12(57,1) 21 (37.5)
total 28(100) 28(100) 56 (100)
Sumber: Data sekunder
Berdasarkan dari tabel 3 di atas presentasi jenis kelamin
populasi subjek yang tertinggi terdapat pada jenis kelamin laki-
laki, dibanding perempuan.
3.1.2 Analisis Bivariat
Tabel 4. Distribusi Data Sampel Indeks Massa Tubuh
Indeks Hipertensi total p= value
Massa
Tubuh
Ya % Tidak %

Overweight 18 32.1 5 8.9 23


Non 10 17.9 23 41.1 33 p=0,000
overweight
Total 28 50 28 50 56
Sumber: Data sekunder
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-sqare
didapatkan adanya hubungan indeks massa tubuh dengan
hipertensi pada penderita penyakit ginjal kronik, dengan p=0.000
(p<0.05). berarti H1 diterima dan H0 ditolak, interpretasinya yaitu
indeks massa tubuh berpengaruh terhadap hipertensi pada
penderita penyakit ginjal kronik.
3.2 PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks
massa tubuh dengan hipertensi pada penderita penyakit ginjal kronik di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Populasi subjek dalam penelitian
sebanyak 56 orang yang menjalani rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta yang diambil dengan teknik simple random sampling.
Tabel 1 Menunjukan bahwa penderita penyakit ginjal kronik
tertinggi adalah usia 51-65 tahun yaitu terdapat 41,1% (23 orang),
kemudian kelompok 36-50 yaitu 30,4% (17 0rang), kelompok usia
terendah yaitu usia 66-80 tahun yaitu 28,6% (16 orang). Usia terbanyak

5
yaitu usia 51-65 dan terdapat 13 pasien penyakit ginjal kronik dengan
hipertensi. Menurut teori dikatakan bahwa usia diatas 45 tahun dinding
pembuluh darah akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan
zat kalogen pada lapisan otot. Sehingga pembuluh darah akan menyempit
dan menjadi kaku (Nuraini, 2015).
Tabel 2 menunjukkan pada hasil penelitian didapatkan bahwa
pasien penyakit ginjal kronik tertinggi adalah pada stage III yaitu sebesar
35,7% (20 orang), dan 10 diantaranya menderita hipertensi sedangkan
yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 10 pasien. Pada kategori
penyakit ginjal kronik stage II memiliki presentase 23.2% (13 orang),
stage IV dengan presentase sebesar 21,4% (12 orang), kemudian kategori
penyakit ginjal kronik stage I yaitu sebesar 10,7% (6 orang), terendah
yaitu kategori penyakit ginjal kronik stage V yaitu sebesar 8,9% (5 orang).
Dari hasil penelitian sesuai dengan kriteria inklusi bahwa pasien penyakit
ginjal kronik dengan stage V sangat jarang dan sebagian besar pasien yang
menderita penyakit ginjal kronik stage V sudah menjalani hemodialisis.
Dari data yang didapatkan bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang
terdiagnosis pertama kali yaitu pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik
stage III, namun dari data atau catatan rekam medis pasien yang
terdiagnosis penyakit ginjal kronik pertama kali tidak hanya terdiagnosis
penyakit ginjal kronik saja melainkan dengan berbagai macam diagnosis
kerja.
Tabel 3 Menunjukkan presentase penderita Penyakit Ginjal Kronik
pada laki-laki sebesar 62.5% (35 orang), dimana diantaranya 19 pasien
PGK dengan hipertensi dan 16 pasien PGK yang tidak mengalami
hipertensi. Untuk perempuan yaitu sebanyak 37,5% (21 orang). Penderita
Penyakit Ginjal kronik terbanyak diderita oleh laki-laki yaitu sebesar
62.5%. Hal ini sesuai dengan penelitian Pranandari dan supadmi (2015)
sebelumnya dimana, dikatakan bahwa laki-laki cenderung menglami
resiko 2 kali lebih besar dibandingkan perempuan, hal ini disebabkan oleh
banyak faktor seperti kebiasaan merokok, dan kurangnya menjaga pola

6
makan serta kebersihan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga laki-laki
cenderung lebih tinggi beresiko menderita hipertensi.
Penelitian ini menggunakan uji chi square, di dapatkan hasil
p=0,000 dengan nilai p<0.05 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada penderita penyakit
ginjal kronik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, berarti H1 diterima H0
ditolak.
Hasil yang berbeda pada penelitian sebelumnya, dimana dikatakan
bahwa tidak ada hubungan antara status gizi atau indeks massa tubuh
dengan hipertensi pada lansia didesa samosir tahun 2013. Hasil analisis
statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh bahwa nilai
p=0,160 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi
dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok
yang obesitas dan tidak obesitas adalah 1,220 (p=0,160). (Arifin, et al.,
2016)
Hasil yang berbeda juga dari Ratnaningrum (2013), dari hasil
analisis uji chi square tidak terdapat hubungan antara hubungan indeks
massa tubuh dengan tekanan darah pada wanita menopause yaitu diperoleh
p=0,412 yang artinya tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan
tekanan darah pada wanita menopause. Terdapat perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan Tjekyan (2014), terdapat hubungan yang
signifikan antara hipertensi dengan penyakit ginjal kronik yang
menunjukan hasil p=0,00 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara hipertensi dengan penyakit ginjal kronik.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Natalia Diana,
Hasibuan Petrus dan Hendro (2015) dalam hubungan obesitas dengan
hipertensi menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas
dan hipertensi dimana didapatkan hasil p<0,05. Pada penelitian ini
didapatkan semakin besar indeks massa tubuh maka resiko terkena
hipertensi akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori (Solaeman,
2007), penyebab terjadinya penyakit ginjal yaitu Hipertensi, Diabetes

7
mellitus, dan obesitas. Pada penyakit ginjal kronik terjadi pengurangan
masa ginjal yang menyebabkan terjadinya hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor. Pada
keadaan ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang kemudian diikuti
oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerolus (Suwitra,
2014).
Pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai hubungan indeks
massa tubuh dengan hipertensi pada populasi normal atau tidak sakit
menunjukan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan, namun
ada beberapa penelitian yang menunjukan terdapat hubungan yang
signifikan walaupun sangat sedikit. Pada peneletian ini peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan indeks massa tubuh dengan hipertensi pada
pnyakit ginjal kronik dikarenakan pada penelitian-penelitian sebelumnya
pada populasi normal masih menunjukan hasil yang beragam.
4. PENUTUP
Kesimpulan dari hasil penelitian yang di lakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada
penderita penyakit ginjal kronik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan
nilai kemaknaan p= 0,00. Overweight dapat meningkatkan resiko hipertensi
pada penderita penyakit ginjal kronik.
PERSANTUNAN
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang
tulus kepada pihak-pihak di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah
meberikan izin untuk melakukan penelitian in sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan lancar dan baik. Kepda DR. Dr. E.M. Sutrisna, M.kes selaku
dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dr. Erna
Herawati Sp.KJ selaku Kepala Biro Skripsi, Dr. Suryo Aribowo, M.kes,
Sp.PD (KHOM), Dr. Iin Novita M.Sc, Sp.PD, Dr. Nur Hidayat Sp.PD yang
telah membimbing, memberikan saran dan kritik dalam peneliian ini. Segenap
dosen dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta,

8
keluarga, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anggara, F.H.D., Nanang, P. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan
Darah diPuskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012 dalam
jurnal ilmiah kesehatan, pp. 20.

Arifin, M.H.B.M., Weta, W., Ratnawati, Ni Luh, K.A. 2016. Faktor yang
Berhubungan dengan Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah
UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E-Jurnal
Medika. Vol. 5, No. 7. pp. 3-4

Boris, A.K.G., Yangoua, M.H. Ngondi, J. L., Julius, E.O. 2010. The Effect of
Body Weight on the Incidence and Prevalence of Hypertension in
Yaounde. Vol. 1, No. 1

Dahlan, M.S. 2014. Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia

Dien, N.G., Mulyadi., Kundre, R.M., 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan Hipertensi di Poliklinik Hipertensi dan Nefrologi RSUP.
Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Universotas Samratulangi Manado. pp.
03-04

Haris, S., Taralan, T. 2009. Hipertensi pada Sindrom Metabolik. (Departemen


Ilmu Kesehatan Anak FK UI), Vol. 11, No. 4, pp. 259.

Jelantik, I.G.M.G., Hj. Erna, H. 2014. Hubungan faktor Risiko Umur, Jenis
Kelamin, Kegemukan dan Hiipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas Mataram. (Media Bina Ilmiah 39),
Vol. 8, No. 1

Marwadias., Nissan., Amalina, T.S., Dwi, R. 2014. Hubungan Indeks Massa


Tubuh dan Lingkar Pinggang dengan Tekanan Darah pada Wanita
Dewasa Didusun Kalibang Desa Wonokerto Kecamatan Wonogiri
kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah Tahun 2014. Jurnal Permata
Indonesia, Vol. 5, No. 2, pp. 30.

Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko beberapa Penyakit. Jakarta:


Pustaka Obor Populer

Mohani., Chandra I. 2014. Hipertensi Primer In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II (ed VI) Jakarta: Interna Publishing. pp:2285-2286

9
Muhadi. 2016. JNC 8: Evidence-based Guidline Penanganan Pasien Hipertensi
Dewasa. Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Vol. 43,
No. 1, pp. 56-57

Natalia., Diana., Petrus, H., Hendro. 2015. Hubungan Obesitas dengan Kejadian
Hipertensi di Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat. Vol. 42 no. 5

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine, University of


Lampung. vol. 4, No. 5, pp. 11

Nuryati, S. 2009. Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan
Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI
Jakarta. (Sekolah Pascasarjana Institus Pertanian Bogor) pp. 69-70.

Pranandari, S., Woro, Supadmi. 2015. Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik Di
Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo. Majalah farmaseutik, Vol.
11 No. 2, pp. 318

Pura, L., Rudi, S., Gaga, I.N., Ria, B., Rachmat, S. 2009. Hubungan Laju Filtrasi
Glomerolus dengan Status Nutrisi pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik
Predialisis. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Rahajeng, E., Sulistyowati., Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan


Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59

Sandjaja., Sudikno. 2005. Prevalensi Gizi Lebih dan obesitas Penduduk di


Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Bogor,
Vol. 3, pp. 1.

Santoso, B., Eva S., Sekartuti., Astuti, L. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013 .
Jawa Tengah: Lembaga Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Sastroasmoro, S., Sofyan, I. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.


Sagung Seto

Septianggi, F.N., Tatik, M., Hapsari, S. K. 2013. Hubungan Asupan Lemak dan
Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita
Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang. (Jurnal Gizi
Universitas Muhammadiyah Semarang), Volume. 2, Nomor. 2, pp. 14.

10
Sigarlaki, H.J.O. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi
di Desa Bocor,Kecamatan Bulus Pesantren,Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. (Makara,Kesehatan), pp. 78-88.

Soelaeman, M., Rachmat. 2014. Hipertensi Pada Penyakit Ginjal Menahun, In:
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing, pp. 2294-2295.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komperhensif. Bandung: Alfa Beta

Sulastri, D., Elmatris., Rahmi, R. 2012. Hubungan Obesitas dengan Kejadian


Hipertensi pada Masyarakat Etnik di Minangkabau di Kota Padang.
(Fakultas Kedokteran Andalas), Vol. 36, No. 2, pp. 191.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Suwitra, K. 2014. Penyakit Ginjal Kronik, In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing, pp. 2159

Tandi, M., Arthur, M., Firginia, M. 2014. Hubungan Antara Derajat Penyakit
Ginjal Kronik dengan Nilai Agregasi Trombosit di RSUP
Prof.DR.R.D.Kandou Manado. (Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 2, No. 2,
pp. 509

Tjekyan, R.M Suryadi. 2014. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal
Kronik di RSUP Dr.Muhammad Hoesin Palembang 2012. Bagian Ilmu
Kesehatan ,Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, pp. 277

Verdiansah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. (Program Pendidikan Dokter


Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung), Vol.3,
No. 2, pp. 148-149

World Healt Organization (WHO). 2013. World Health Organization-


International Society of Hypertension Statement of Management of
Hypertension.

Yogiantoro, M. 2014. Pendekatan Klinis hipertensi, In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi ke Enam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing. pp: 2259-2263

11

Anda mungkin juga menyukai