Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGAN AR-RAZI TAHUN 2022

Oleh

Agung willyanto 1811142010005

Aisyah rahma alfi 1811142010008

Dilla febriani 1811142010037

Sandra nopita 1811142010035

Widia nofri erika 1811142010081

PRODI S1 KEPERAWATAN

UMNATSIR YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN 2021/2022
LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

telah disetujui

Oleh :

Pembimbing Akademis Pembimbing Akademis

(Ns. Marlina Andrian, M.Kep) (Ns. Srihayulita, M.Kep)

Pembimbing Klinik

(Ns. Helga silfira, S.Kep)


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah

memberikan rahmat serta karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Didalam makalah ini berisi tentang laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah. Saya menyadari bahwa didalam laporan ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan,

pengetahuan, dan pengalaman yang saya miliki. Namun demikian banyak pula pihak yang sudah

membantu dengan menyediakan sumber-sumber informasi serta memberikan masukan

pemikiran.

Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan

makalah ini diwaktu yang akan datang, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bukittinggi, 20 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang....………………………………………………………………

b. Tujuan Masalah----------------------------------------------------------------------------

c. Manfaat Masalah--------------------------------------------------------------------------

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Konsep Manajemen-----------------------------------------------------------------------

b. Konsep Manajemen, Filosofi dan Tujuan Manajemen-------------------------------

c. Ringkup Manajemen----------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

d. Sistem Model Asuhan Keperawatan----------------------------------------------------

e. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional----------------------------------------

f. Fungsi Manajemen pada Metode Tim--------------------------------------------------

g. Pedoman Perhitungan Ketenangan Ruangan Rawat Inap----------------------------

h. Analisa Kebutuhan Tenaga---------------------------------------------------------------

i. Cara Menghitung Kebutuhan Tenaga Keperawatan----------------------------------

j. Sistem Model dalam Asuhan Keperawatan Profesional------------------------------

k. Beside Handover---------------------------------------------------------------------------

l. Teknik SBAR------------------------------------------------------------------------------
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi
keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik
sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Profesionalisasi merupakan
proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan
oleh masyarakat. Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk
memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis, dan moral.
Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional bersifat humanistis, menggunakan
pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada
kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etis
(Nursalanm, 2011).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan. Proses registrasi dan legislasi keperawatan mulai terjadi
sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi, sejak tumbuhnya pendidikan tinggi
keperawatan (SI Keperawatan dan Ners), serta sejak berlakunya Undang-Undang No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Permenkes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan
Praktek Perawat. Namun pelaksanaan Permenkes No. 1239/2001 tersebut masih perlu
mendapatkan persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Hal ini
disebabkan adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum ada pengalaman
dalam memberikan pengakuan terhadap praktik keperawatan; belum ada pemahaman
tentang wujud dan batasan dari praktik keperawatan sebagai praktik keperawatan
profesional; dan jenis serta sifat praktik keperawatan profesional yang harus
dikembangkan. Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998), jenis
metode pemberian asuhan keperawatan yang profesional ada 4 metode, yaitu metode
fungsional, metode kasus, metode tim, dan metode primer. Keempat metode tersebut
dikenal dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (Nursalam, 2011).
Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. Di berbagai negara,
pengembangan ini mendapat dukungan yang besar dari Departemen Kesehatan dan dari
organisasi profesi (Hoffart dan Woods, 1996; Pearson, 1997). Pengembangan MPKP juga
menjadi strategi berbagai rumah sakit untuk membuat perawat betah bekerja di suatu
rumah sakit yang sering dikenal dengan istilah magnet hospital. (Scott, Sochalski, dan
Aiken, 1999 dikutip oleh Sitorus, 2006).
Adapun rumah sakit yang menerapkan pengembangan MPKP di berbagai negara
seperti Professional Practice Home (lowa Veterans Home, 1967), Professional Nursing
Practice Model (Beth Israel Hospital, 1973). Unit Level Self Management Model (John
Hopkins Hospital, 1981), Nursing Development Units (Burford Hospital, 1983),
Professionally Advanced Care Team Model (Robert Wood Johnson Hospital, 1987).
Shared Governance (St. Luke's Hospital, 1988). Transformational Model for the Practice
of Professional Nursing (Shadyside Hospital, 1993), dan Clinical Developnment Units
Nursing (The Western Sydney Area Health Service, 1996), (Sitorus, 2006).
Di negara Indonesia, Model Praktik Keperawatan Profesional pertama kali
dikembangkan oleh RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM). MPKP
FKUI - RSUPNCM ini dikembangkan oleh Sitorus (1997), pengembangan model
tersebut difasilitasi dengan Surat Keputusan Direktur RSUP Nasional dr. Cipto
Mangunkusumo Nomor: 2093/TU.K/VIV1996 (Sitorus, 2006).
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi merupakan salah satu rumah sakit yang
berada dibawah Yayasan Rumah Sakit Islam kapasitas 136 tempat tidur dan jumlah
perawat sebanyak 156 orang. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi merupakan salah
satu rumah sakit swasta yang memiliki persaingan yang cukup banyak dalam hal
pelayanan terhadap pasien. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang menjadi pilihan
bagi perusahaan- perusahaan dalam pemilihan pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan
faktor pendorong bagi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi untuk terus
meningkatkan kinerja baik dari segi pelayanan, peralatan dan fasilitas, serta sumber daya
manusia yang ada di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi.
Rumah sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Sumbar Bukittinggi adalah salah satu rumah
sakit yang menerapkan Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) termasuk di
dalamnya adalah ruangan Ar - Razi. Jika dilihat dari ketenagaan/sumber daya manusia
yang ada, ruangan Ar - Razi masuk dalam tingkatan MPKP Pemula yang mulai beralih ke
tingkat MPKP I. Sistem penugasan di ruangan Ar - Razi sendiri menggunakan metode
Tim dengan metode pemberian asuhan keperawatan adalah modifikasi keperawatan
primer. Struktur organisasi terdiri dari: Kepala Ruangan, CCM (Clinical CareManager),
Ketua Tim 1, Ketua Tim 2 dan Perawat Pelaksana atau Perawat Asosiet, yang
menjalankan peran dan fungsi masing - masing berdasarkan tugas dan tangung jawab
sebagaimana terlampir dalam buku standar model praktik keperawatan profesional yang
ditetapkan oleh Komite Keperawatan Rumah Sakit.
Metode perawatan tim dengan modifikasi keperawatan primer di Ruang Ar - Razi
telah berjalan dengan baik. Namun tingkat keberhasilan metode tersebut tentunya
dipengaruhi oleh kinerja dari perawat yang ada, mulai dari Kepala Ruangan, CCM, Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana. Sehingga diperlukan kerja sama yang baik, kekompakan dan
saling percaya satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, Model Praktik Keperawatan
Profesional benar-benar akan terlaksana dengan baik. Kinerja perawat merupakan salah
satu indikator penting dalam penilaian mutu pelayanan Rumah Sakit, salah satunya
adalah kinerja dari Perawat Pelaksana. Sebagai perawat pelaksana tentunya mempunyai
peran dan fungsi tersendiri, hal tersebut sudah dilaksanakan oleh perawat pelaksana yang
ada di ruangan Ar - Razi. salah satu tugas dari Perawat Pelaksana yaitu membuat rencana
kegiatan harian. Penerapan manajemen keperawatan di ruang MPKP dilaksanakan dalam
empat tahapan proses manajemen antara lain: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian. Perencanaan merupakan bagian dari fungsi manajemen mendasar dan
paling awal yang akan menyeleksi prioritas, hasil dan metode untuk memperoleh hasil
yang dinginkan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Mampu mengelola dan mengaplikasikan fungsi manajemen di pelayanan


keperawatan profesional tingkat dasar dengan menerapkan sistem manajemen
keperawatan secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang
profesional.

2. Tujuan Khusus
Secara individu atau kelompok dalam menunjukkan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yang ada
diruang Ar-razi Rumah Sakit Yarsi Sumbar Bukittinggi.
b. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan yang ada diruang Ar-razi Rumah Sakit Yarsi Sumbar
Bukittinggi.

c. Menentukan solusi pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan


yang ada diruang Ar-razi Rumah Sakit Yarsi Sumbar Bukittinggi.
d. Melakukan implementasi pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan yang ada diruang Ar-razi Rumah Sakit Yarsi Sumbar
Bukittinggi .

e. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan solusi penyelesaian masalah


manajemen pelayanan keperawatan yang ada diruang arr-razi Rumah Sakit
Yarsi Sumbar Bukittinggi.
C. Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
Dengan adanya Praktek manajemen diruang Ar-razi Rumah Sakit Yarsi
Payakumbuh. diharapkan dapat memperbaiki dan lebih mengoptimalkan metode
manajemen diruang Ar-razi Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi.
2. Institusi Pendidikan ( UMNATSIR Yarsi SumbarBukittinggi)
Diharapkan dapat sebagai acuan untuk menambah pengetahuan dan literatur
bagi Instansi Pendidikan tentang manajemen Rumah Sakit.
3. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang lebih mendalam dalam terkait dengan manajemen Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola atau
mengurus. Managemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalani suatu kegiatan diorganisasi sedangkan management keperawatanadalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan
secara professional (Nursalam,2014).
Beberapa ahli manajemen mengemukan pengertian manajemen dari sudut pandang
yang berbeda, antara lain Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
2. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanaan oleh
pengelola. keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengrahkan
serta.menggawasi sumber-sumber yng ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana,
sehingga.dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien
keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2011).
Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien / keluarga / masyarakat, (Menurut Suyanto,
2008).
Manajemen keperawatan adalah perencanaan yang utama untuk seluruh aktivitas
yang lain atau fungsi-fungsi dari manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau
Konsep nyata yang sering dilaksanakan. Dalam penulisan, meskipun banyak orang dalam
perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab dari perencanaan
tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan (Swansburg, 2012). Manajemen
(Hersey dan Blanchard, 2005) adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain dan merupakan suatu
serangkaian kegiatan (termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan,
pengorganisasian, pimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya
organisasi (tenaga kerja, keuangan, fisik, dan informasi yang bertujuan untuk mencapai
sasaran organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keperawatan

adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanaan oleh pengelola keperawatan untuk

merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta menggawasi sumber-sumber yng ada

baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang efektif, baik kepada pasien keluarga maupun keluarga.

B. Konsep Filosofi Dan Tujuan Manajemen Keperawatan

1. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam,

2007). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan  oleh

pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta

mengawasi sumber- sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan

masyarakat. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan

melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan

rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

Menurut Swanburg, Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,

karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat

manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang

berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk

setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi

dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi

keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan

tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan.

Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen

keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola

keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi

sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

2. Filosofi Manajemen Keperawatan

Filosofi suatu keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok yang mengarahkan

setiap pelaksanaan kegiatan individu atau kelompok kepada pencapaian tujuan bersama.

Filosofi manajemen keperawatan merupakan keyakinan yang dimiliki oleh tim

keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui

pembagian kerja, koordinasi, dan evaluasi. Dalam manajemen keperawatan, filosofi dapat
diaktualisasikan dengan menyakini bahwa mengerjakan hari ini lebih baik dari esok.

Manajemen keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan. Peningkatan

mutu kinerja perawat berarti peningkatan pengetahuan keperawatan bagi pelaksana yang

merupakan tanggung jawab bidang keperawatan. Selain itu, tim keperawatan harus

mempercayai bahwa pendidikan berkelanjutan dibutuhkan untuk meningkatkan

pengetahuan keperawatan bagi pelaksana dan merupakan tanggung jawab bidang

keperawatan. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap

tindakan keperawatan yang diberikan pada kliennya. Tim perawat harus menghargai

pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu. Perawat

adalah advokasi pasien yang berpartisipasi melalui fungsi komunikasi dan koordinasi

segala tindakan keperawatan. Selain itu, perawat berkewajiban memberikan pendidikan

kesehatan pada pasien dan keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal.

3. Tujuan Manajemen Keperawatan

Menurut nursalam 2000 tujuan manajemen keperawatan pada umumnya ditentukan

oleh bidang keperawatan meliputi:

a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit

b. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan mendidik

perawat agar mempunyai sikap profesional dan bertanggung jawab terhadap

perkerjaan

c. Meningkatkan hubungan dengan pasien, kelurga dan masyarkat

d. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan kenyaman

pasien

e. Meningkatkan komunikasi atas staf


f. Meningkatkan produktifitas dan kualitas staf keperawatan

A. Lingkup Manajemen Keperawatan

Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan

berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling

mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan

membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang

memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat

didalamnya.

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif

seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan

perawat pelaksana meliputi:

1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan

2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose

3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat

4. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan

5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.

1. Prinsip Manajemen Keperawatan

Managemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalahmemperkirakan

peristiwa - peristiwa sampai pembuatan rencana operasional. Perencanaan juga

merupakan fungsi managemen dari setiap perawat kepaladari perawat klinis profesional

sampai perawat manager, penyelia, direkturdan administrator. Ratcliffe dan logsdon

menspesifikasikan 6 tahap dalam proses perencanaan :

1) Tahap merancang
2) Tahap delegasi

3) Tahap mendidik

4) Tahap perkembangan

5) Tahap implementasi

6) Tahap tindak lanjut (evaluasi penampilan dan umpan balik)

2. Unsur-unsur Manajemen Keperawatan

Menurut George R. Ten-y dalam bukunya Principlc of Management mengatakan. ada

lima daya pokok dari manajernen yaitu:

a. Men

Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi, dalam

manajemen. faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat

tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada

manusia tidak ada proses kerja. sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja-

Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama

untuk mencapai tujuan.

b. Money

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang

merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besarkecilnya hasil kegiatan dapat

diukur dari jumlah uang yang heredar dalarn perusahaan. Oleh karena itu uang

merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu

harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang

yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan

dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
c. Methods

Dalam pelaksanaan manajemen diperlukan metode-metode kerja_ Suatu tata cara

kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat

dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja dengan memberikan berbagai

pertimbanganpertimbangan dari sasamn, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan

penggunaan waktu. serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode

baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai

pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama

dalarn manajemen tetap manusia itu sendiri.\

d. Material

Material icrdiri duri bahan setengah judi (raw mulerial) dan bahan jadi. Dulam dunia

usaha untuk menenpai hnsil Yang lebih baik. selain manusia Yang ahli dalam

bidangnya juga harus dopat mcnggunakan baharvmalcri-materi sebagai salah satu

sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan

tercapai hxsil Yung dikehendaki.

e. Marketing

Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan)

produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang

Yang diproduksi tidak laku. maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya.

proses keda tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti

menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar

pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera

konsumen dan daya beli (kemampuan) konsurnen.


B. Sistem Model Asuhan Keperawatan

System model asuhan keperawatan professional merupakan suatu kerangka kerja

yang mendefinisikan standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system

model asuhan keperawatan professional. Dimana keberhasilan suatu asuhan keperawatan

pada klien sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan keperawatan professional.

Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah:

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi

2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.

4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

5. Kepuasan kinerja perawat.

C. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode

pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di

masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan

keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena

masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya

melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini

berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas

( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2007).

2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus


Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.

Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan

bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode

penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya

dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi,

intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan.

Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu

(Nursalam, 2007).

3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer

dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada

metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif

serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6

klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat

primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam

merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika

diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan

didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)

4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana

seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif ( Douglas, 1984).


D. Fungsi Manajerial Pada Metode Tim

1. Kepala Ruangan

Kepala ruangan adalah Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan

tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.

Depkes (2000) dalam Kurniadi (2013) mendefinisikan kepala ruangan adalah seorang

tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan

mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat. Sedangkan Kurniadi

(2013) mendefinisikan kepala ruangann atau seorang perawat manajer pemula adalah

seorang perawat yang bertugas sebagai kepala di unit pelayanan perawatan terdepan yang

langsung berhadapan dengan pasien, dimana dalam melaksanakan tugasnya

menggunakan gaya kepemimpinan dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen

keperawatan agar menghasilkan mutu pelayanan keperawatan yang tinggi.

a. Perencanaan

1) Menunjuk katim yang bertugas diruangan masing-masing.

2) Mengkikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan persiapan

pulang bersama katim.

4) Mengidentifikasi jumlah perawata yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan

kebutuhan pasien bersama katim, mengatur peugasan/penjadwalan.

5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawawatan.

6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi patfisiologi, tindakan medis

yang dilakukan, program pengobatan,dan mendiskusikan dengan dokter tentang

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.


7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:

a. Membimbing pelaksanaan askep

b. Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai askep

c. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

d. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

8) Membantu pengembangan staf: pendidikan, latihan dll.

9) Merencanakan bimbingan terhadap peserta di keperawatan.

b. Pengorganisasian

1) Merumuskan metode atau sistem penugasan yang digunakan

2) Merumuskan tujuan/sistem metode

3) Membuat rincian tugas katim dan anggota tim secara jelas

4) Membuat rentang kendali: karu membawahi 2 katim, dan katim membawahi 2 – 3

orang perawat

5) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan

6) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek

7) Mendelegasikan tugas saat karu tidak berada di tempat kepada katim

8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien

9) Mengatur penugasan jadwal pos /pekarya

c. Pengarahan

1) Memberikan pengarahan kepada ketua Tim

2) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap

anggota Tim

3) Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik
4) Membimbing bawahan

5) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim

6) Melakukan supervisi

7) Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep

diruangan

8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

d. Pengawasan

Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim

maupu pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien.

Melalui supervisi:

1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan

langsung secara lisan dan memperbaiki/mengatasi kelemahan/kendala yang terjadi

saat itu juga

2) Pengawasan tidak langsung mengecek daftar hadir katim, membaca dan

memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah

proses keperawatan dilaksanakan, mendengarakn laporan katim tentang

pelaksanaan tugas

e. Evaluasi

Fungsi pengendalian:

1) Mengevaluasi kinerja katim.

2) Memberikan umpan balik pada kinerja katim.

3) Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut.

4) Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan.


5) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

2. Katim

1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan

oleh karu.

2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.

3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.

4) Mengembangkan kemampuan anggota.

5) Menyelenggarakan konferensi.

Peran katim dalam :

a. Perencanaan

1) Bersama karu mengadakan serah terima tugas setiap pergantian dinas

2) Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya

3) Menyusun rencana askep

4) Menyiapkan keperluan untuk melaksankan askep

5) Mengikuti visite dokter

6) Menciptakan kerjasama yang harmonis antar tim dan antar anggota tim

7) Memberi pertolongan segera pada klien dengan kedaruratan

8) Membuat laporan pasien

9) Melakukan ronde keperawatan bersama karu

10) Mengorientasikan pasien baru

b. Pengorganisasian

1) Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan


2) Melakukan pembagian tugas bersama karu sesuai dnegan perencanaan terhadap

pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

3) Pembagian kerja sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien

4) Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama anggota tim kesehatan

lain

5) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim

6) Mendelegasikan pelaksanaan proses askep kepada anggota tim dan pelimpahan

wewenang: pengambilan keputusan dan penggunaan sumber daya.

7) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian askep, kerjasama anggota

dan antar tim.

c. Pengarahan

1) Memberikan pengarahan kepada anggota tim

2) Memberikan bimbingan pada anggota tim

3) Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep

4) Mengawasi proses pemberian askep

5) Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan

6) Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim

7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

d. Pengawasan

1) Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat

pelaksana dalam memberi askep

Melalui Supervisi: melihat/mengawasi proses askep yang dilaksanakan oleh

anggota tim dan melihat catatan yang dibuat selama proses keperawatan serta
mendengar laporan secara lisan tentang tugas yang dilakukan.

e. Evaluasi

Fungsi pengendalian:

1) Mengevaluasi asuhan keperawatan

2) Memberikan umpan balik pada pelaksana

3) Memperhatikan aspek legal dan etik

4) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

3. Perawat Pelaksana (PP)

Perawat pelaksana: Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan

untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.

Tugas Perawat Pelaksana:

1) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan

sentuhan kasih sayang.

2) Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun.

3) Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.

4) Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons pasien pada

catatan perawatan.

Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab, misal:

1) Pemberian obat.

2) Pemeriksaan laboratorium.

3) Persiapan pasien yang akan dioperasi.

Perawat pelaksana: Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk

memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien. Peran Perawat Pelaksana


a. Pengkajian

Mengkaji kesiapan pasien dan diri sendiri untuk melaksanakan suhan keperawatan.

b. Perencanaan

1) Bersama Karu mengadakan serah terima tugas.

2) Menerima pembagian tugas dari katim.

3) Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan

keperawatan.

4) Mengikuti ronde keperawatan.

5) Menerima pasien baru.

c. Implementasi

Fungsi Pengorganisasian:

1) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim.

2) Menerima pembagian tugas.

3) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim.

4) Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

5) Menyesuiakn waktu istirahat dengan anggota tim lainnya.

6) Melaksanakan asuhan keperawatan.

7) Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

Fungsi pengarahan:

1) Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim.

2) Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan askep

dengan etik dan legal.

3) Memahami pemahaman yang telah dicapai.


4) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.

E. Pedoman Perhitungan Ketenagaan Ruangan Rawat Inap

Perencanaan tenaga keperawatan adalah langkah-langkah merencanakan tenaga

sesuai dengan ketentuan, proses yang sistematis berdasarkan alasan yang jelas untuk

menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan

keperawatan sesuai standar keperawatan (Junaiti 1995).

Langkah-langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut dructe dan gillies, 1994

adalah :

1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang diberikan

2. Menetukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan

keperawatan

3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan

4. Menerima dan menyaring tenaga untuk mengisi posisi yang ada

5. Melakukan seleksi calon yang ada

6. Menetukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiftnya

7. Memberikan tanggungjawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan (sesuai

uraian tugas)

F. Analisa Kebutuhan Tenaga

Pada dasarnya semua metode ataupun formula yang telah dikembangkan untuk

meghitung tenaga perawat di Rumah Sakit berakar pada beban kerja dari personal yang

bersangkutan, telah banyak penelitian tentang itu dinegara-negara maju, analisa kebutuhan

tenaga harus dilakukan secara cermat agar tidak berulang-ulang menghitungnya. Ada

beberapa situasi yang perlu dipertimbangkan :


1. Adakah perluasan Rumah Sakit sehingga berdampak pada penambahan tempat tidur, hal

ini akan berdampak pada rasio tenaga perawat.

2. Adanya perubahan jenis pelayanan dan fasilitas RS yang berdampak pada peningkatan

BOR, akhirnya perlu tenaga.

3. Adanya penurunan motivasi, penurunan prestasi kerja, datang terlambat, pekerjaan

terbengkalai, hal ini terjadi karena pimpinan kurang perhatian, tidak ada rewart, kerja

yang ketat dan beban kerja yang banyak, serta tenaga kurang, maka perlu analisa

penambahan tenaga.

4. Adanya keluhan klien terhadap pelayanan perawatan yang diterima, perlu analisa

penyebabnya apa saja. Agar dapat menghasilkan asuhan keperawatan yang efektif maka

dalam menyusun perencanaan tenaga perlu diketahui faktor berikut :

a. Faktor Pasien

1) Tingkat ketergantungan pasien

2) Rata-rata lama tindakan keperawatan

3) Jumlah rata-rata pasien dirawat dan lama hari rawatan

4) Sosial budaya

5) Harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan

b. Faktor keperawatan

1) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja

2) Etika

3) Motivasi kerja

4) Beban kerja, uraian tugas, mekanisme kerja

c. Faktor lingkungan
1) Disain ruangan : baraks, boxes, kamar

2) Keadaan fisik ruangan : lokasi dan tata letak alat berdekatan atau berjauhan

3) Kelengkapan fasilitas penunjang dan bahan-bahannya apakah terbatas atau tidak

d. Faktor organisasi

1) Metode penugasan apa yang dipakai ?

2) Pengembangan kemampuan perawat bagaimana ?

3) Sistem pelayanan penunjang

4) Kemampuan Rumah Sakit

G. Cara Menghitung Kebutuhan Tenaga Perawat Di Rumah Sakit

1. Cara rasio

Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai patokan, metode ini sesuai SK

Menkes RI No. 262 tahun 1979 tentang ketenagaan di RS, mudah digunakan dan sangat

sederhana, hal ini dipakai bila kemampuan dan sumber daya perencanaan personal

terbatas, namun tidak dapat mengetahui produktifitas SDM tersebut.

2. Cara gillies (1994)

Sebelum melakukan penghitungan tenaga harus ada keyakinan dari | pengelola perawatan

bahwa untuk ruang rawat tertentu perbandingan tenaga profesional ( perawat ahli ) dan

non profesional (perawat terampil ) yang dibutuhkan adalah :

1) Untuk ruang rawat intensif =1:1

2) Kebidanan, bedah, anak, jiwa =2:1

Jika menghitung tenaga berdasarkan teori ini langkah pertama adalah mengkategorikan

pasien menurut kebutuhan asuhan yang diberikan oleh perawat yaitu :

a. Minimal care
Keperawatan mandiri yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan

tindakan dan pengobatan, pasien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, perawat

hanya menyediakan alat-alat seperti perangkat mandi dll

b. Partial care

Keperawatan sebagian yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan dan

pengobatan, misalnya injeksi, pembersihan luka, kateter, pasien pasca operasi dalam

tahap penyembuhan, sedangkan aktifitas mandi, makan, eliminasi, memakai baju dll

dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan

c. Total care

Pasien memerlukan bantuan secara poenuh dalam perawatan diri ' dan memerlukan

observasi secara ketat, aktifitas seperti makan, eliminasi dll dilakukan ditempat tidur

dengan memakai tindakan atau alat khusus misal

kateterisasi, NGT, pasien membutuhkan perhatian secara teratur tapi tidak terus

menerus perhatian yang diperlukan adalah terhadap pola kesadaran pasien dan

kemampuan pasien untuk mengikuti petunjuk

d. Keperawatan intensif

Klien memerlukan observasi ketat dan tindakan yang terus menerus misal pada pasien

cardiogenic shock yang memakai respirator, monitor jantung, monitor haemodinamik,

adanya tanda-tanda shock, aspiksia, coma dll

Setelah pasien dikategorikan, maka dihitung waktu yang dipakai untuk perawatan

lansung dan tidak lansung seperti :

1) Perawatan lansung Rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah 4-5 jam per pasien per

hari, dengan rincian sebagai berikut :


- Perawatan mandiri ½ x 4 jam = 2 jam

- Perawatan partial ¾ x 4 jam = 3 jam

- Perawatan total 1 - ½ x 4 jam= 4-6 jam

- Perawatan intensif 2 x 4 jam = 8 jam

2) Perawatan tidak lansung

Adalah waktu yang dipakai untuk kegiatan seperti membuat rencana keperawatan,

konsultasi dengan tim kesehatan lain, menulis dan membuat catatan kesehatan, rata-

rata waktu yang dipakai menurut gillies 1989 adalah 38 menit, sedang menurut wolf

young dalam gillies adalah 60 menit.

3) Penyuluhan atau pendidikan kesehatan

Rata-rata waktu yang dipakai adalah 15 menit/pasien, kegiatannya antara lain

penyuluhan terhadap aktifitas sehari-hari pasien, obat-obatan, kelanjutan perawatan

pasien.

3. Cara Douglas (1984)

Perhitungan tenaga berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien terhadap

keperawatan, klasifikasi itu dibagi 3 tingkat yaitu :

a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 — 2 jam / hr, kriteria

1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

2) Makan, minum dilakukan sendiri

3) Ambulasi dengan pengawasan

4) Observasi tanda vital dilakukan tiap sift dinas


5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil

6) Tindakan pengobatan biasanya simpel

b. Perawatan intermediate waktunya 3-4 jam / hr, kriteria

1) Kebersihan diri, makan dan minum dibantu

2) Observasi tanda vital tiap 4 jam

3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

4) Kateter/ intake dan output dicatat

5) Terpasang infus, drain, persiapan pengobatan atau memerlukan prosedur

c. Perawatan maksimal atau total waktunya 5-6 jam / hr, kriteria :

1) Segalanya diberikan / dibantu

2) Posisi yang diatur, observasi tanda vita tiap 2 jam

3) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena

4) Memakai suction

5) Gelisah / disorientasi

H. Sistem Model Dalam Asuhan Keperawatan Profesional Dengan Metode Tim

Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka kerja yang

mendefenisikan standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem model

asuhan keperawatan profesional. Dimana keberhasilan suatu asuhan keperaatan pada klien

sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Salah satu

metode yang ada dalam modul MAKP adalah metode tim. Metode tim merupakan metode

pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 2011).
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan

menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga di dasari atas

keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik (Swanburg, 2012).

1. Tujuan pemberian metode tim

a. Untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien

sehingga pasien merasa puas

b. Memungkin adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences diantara

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

c. Meningkatkan pengetahuan serta memberikan keterampilan dan motivasi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan

2. Kemampuan Yang Harus Dimiliki Oleh Ketua Tim

a. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim

b. Menjadi konsultan dalam asuhan kepeerawatan

c. Melakukan peran sebagai model peran

d. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien

e. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien

f. Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien.

g. Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari

anggota tim

h. Menjadi guru pengajar

i. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

3. Keuntungan Ketua Tim


a. Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat Karena pasien merasa di

perlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih

mengenal dan memahami kebutuhanya

b. Perawat dapat mengenali pasien secara individual

c. Karena perawatanya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini sangat

memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan melihat pasien secara

holistic

d. Perawat akan memperlihatkan kinerja lebih produktif melalui kemampuan bekerja

sama dengan berkomunikasi dengan klien Hal ini akan mempermudah dalam

mengenali kemampuan anggota tim yang dapat di manfaatkan secara optimal.

4. Kerugian Metode Tim

a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung

jawabnya

b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim di tiadakan atau

terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar

anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat

c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau

berlindung ke pada anggota tim yang mampu atau ketua tim

d. Akomodasi dalam tim kabur

I. Teknik SBAR

1. Pengertian SBAR

SBAR (Situation, Background, Assessment, Recomendation) adalah metode

komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan
kondisi pasien. SBAR digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat

transfer pasien. Teknik SBAR (Situation, Background, Assessment, Recomendation)

menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang

kondisi pasien. SBAR merupakan mekanisme komunikasi yang mudah diingat,

merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan

kerja angota tim dan meningkatkan keselamatan pasien.

Penerapan komunikasi SBAR adalah metode komunikasi yang sangat efektif

apabila digunakan antar tenaga medis saat melaporkan kondisi pasien. Hal ini

dikarenakan komunikasi SBAR sudah mencakup komponen yang dibutuhkan saat

pelaporan kondisi pasien. Komponen yang dibutuhkan saat pelaporan seperti Situation,

Background, Assassement, Recomendation dari pasien. Komunikasi yang tidak efektif

dapat menimbulkan kesalahpahaman pelaporan kondisi pasien yang berdampak pada

keselamatan pasien saat diberikan tindakan. Tindakan Komunikasi SBAR dapat

diterapkan saat kegiatan transfer pasien.

Kegiatan transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan

lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih

lanjut6. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki

kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer9. Kemampuan dan pengetahuan

tenaga kesehatan yang harus dimiliki salah satunya adalah komunikasi efektif seperti

SBAR. Komunikasi SBAR harus dilakukan dengan adanya SOP agar dapat

terdokumentasi dengan optimal. Proses komunikasi SBAR saat transfer pasien dilakukan

sebelum transfer dengan via phone dan saat transfer pasien berlangsung secara face to

face antar tenaga kesehatan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaporan kondisi
pasien. Komunikasi SBAR saat transfer pasien ini diterapkan oleh tenaga medis

kesehatan yang salah satunya adalah perawat. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi

perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan pelaporan kondisi pasien yang diberikan saat pasien baru

datang dari bangsal lain.

2. Komponen SBAR

Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen, yaitu :

 Situation : Komponen situation ini secara spesifik perawat harus menyebut usia

pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi

pasien apakah stabil atau tidak.

 Background : Komponen background menampilkan poko masalah atau apa saja

yang terjadi pada diri pasien,keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti

sesak nafas, nyeri dada dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa yang

menyebabkan munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data

kelinik yang mendukung maslah pasien.

 Assessment : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari

temuan serta di fokuskan pada probelm yang terjadi pada pasien yang apabila

tidak diantisipai akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.

 Recommendation : Komponen recommendation menyebutkan hal – hal yang

dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus direkomendasikan

oleh perawat.

Berikut ini adalah contoh komponen komunikasi SBAR, yaitu:

 S : Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status diagnosa,
status secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik

atau tujuan dari tes diagnosis

 B : Tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat),

antibiotik, IV infus, hasil laboratorium, diit, klinik informasi lainnya meliputi

jenis monitoring yang dibutuhkan.

 A : Prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan keamanan

petugas kesehatan, kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan kulit,

monitoring gastroentestinal perdarahan

 R : Pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan

keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring

dan intervensi nyeri.

Komunikasi SBAR terdiri dari pertanyaan yang terbagi dalam empat standar bagian.

Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan mengkomunikasikan

informasi secara ringkas namun tetap sesuai standar. Komunikasi yang dilakukan

dengan SBAR dapat menjadi komunikasi yang efektif sehingga mengurangi terjadinya

pengulangan informasi. Sebelum melakukan serah terima pasien, perawat harus

melakukan:

 Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini

 Perawat mengumpulkan data – data yang diperlukan yang berhubungan dengan

kondisi pasien yang akan dilaporkan

 Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan

yang harus dilanjutkan


 Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini dan hasil

pengkajian perawat shift sebelumnya

 Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian

3. Manfaat SBAR

Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk :

a) Meningkatkan patient safety

b) Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang

c) Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang efektif

d) Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap

4. Keuntungan SBAR

Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:

 Sebagai kekuatan perawat untuk berkomunikasi secara efektif

 Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan

kondisi pasien

 Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,

Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh tenaga kesehatan,

diharapkan dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokementasi cacatan

perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat

mengetahui perkembangan pasien.

5. Penerapan SBAR

a) Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan yang

berkaitan dengan kondisi pasien6. Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan

kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan,

menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai

tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.

b) Pelaporan Kondisi Pasien

Pelaporan Kondisi Pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis lain

termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setipap kondisi pasien kepada

dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien.

Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamaran pasien. Faktor

yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi

yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien.

Berbagai jurnal yang telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat

meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan pasien

meningkat.

c) Transfer Pasien

Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain dan

dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan external. Transfer pasien

internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien external

adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer,

peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien.

Komunikasi yang efektif diperlukan untuk proses pelayanan kesehatan. Salah satu

proses pelayanan kesehatan adalah transfer pasien. Komunikasi SBAR merupakan salah

satu komunikasi efektif yang dapat meningkatkan keselamatan pasien.

Masalah komunikasi SBAR saat proses transfer berpotensi untuk mengalami

masalah dan dapat berdampak pada pasien. Masalah yang dialami seperti tidak

lengkapnya laporan transfer pasien dan kurang efektif komunikasi pelaporan informasi

kondisi pasien saat transfer. Masalah yang sering terjadi seperti komunikasi yang gagal

akibat kurangnya interaksi secara langsung dan dokumentasi yang kurang jelas. Masalah

yang terjadi saat transfer pasien dapat berdampak pada keselamatan pasien maka perlu

diperhatikan mekanisme transfer pasien.

Anda mungkin juga menyukai