Oleh
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
telah disetujui
Oleh :
Pembimbing Klinik
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah
memberikan rahmat serta karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Didalam makalah ini berisi tentang laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah. Saya menyadari bahwa didalam laporan ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman yang saya miliki. Namun demikian banyak pula pihak yang sudah
pemikiran.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini diwaktu yang akan datang, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang....………………………………………………………………
b. Tujuan Masalah----------------------------------------------------------------------------
c. Manfaat Masalah--------------------------------------------------------------------------
a. Konsep Manajemen-----------------------------------------------------------------------
c. Ringkup Manajemen----------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------
k. Beside Handover---------------------------------------------------------------------------
l. Teknik SBAR------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi
keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik
sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Profesionalisasi merupakan
proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan
oleh masyarakat. Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk
memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis, dan moral.
Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional bersifat humanistis, menggunakan
pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada
kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etis
(Nursalanm, 2011).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan. Proses registrasi dan legislasi keperawatan mulai terjadi
sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi, sejak tumbuhnya pendidikan tinggi
keperawatan (SI Keperawatan dan Ners), serta sejak berlakunya Undang-Undang No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Permenkes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan
Praktek Perawat. Namun pelaksanaan Permenkes No. 1239/2001 tersebut masih perlu
mendapatkan persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Hal ini
disebabkan adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum ada pengalaman
dalam memberikan pengakuan terhadap praktik keperawatan; belum ada pemahaman
tentang wujud dan batasan dari praktik keperawatan sebagai praktik keperawatan
profesional; dan jenis serta sifat praktik keperawatan profesional yang harus
dikembangkan. Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998), jenis
metode pemberian asuhan keperawatan yang profesional ada 4 metode, yaitu metode
fungsional, metode kasus, metode tim, dan metode primer. Keempat metode tersebut
dikenal dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (Nursalam, 2011).
Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. Di berbagai negara,
pengembangan ini mendapat dukungan yang besar dari Departemen Kesehatan dan dari
organisasi profesi (Hoffart dan Woods, 1996; Pearson, 1997). Pengembangan MPKP juga
menjadi strategi berbagai rumah sakit untuk membuat perawat betah bekerja di suatu
rumah sakit yang sering dikenal dengan istilah magnet hospital. (Scott, Sochalski, dan
Aiken, 1999 dikutip oleh Sitorus, 2006).
Adapun rumah sakit yang menerapkan pengembangan MPKP di berbagai negara
seperti Professional Practice Home (lowa Veterans Home, 1967), Professional Nursing
Practice Model (Beth Israel Hospital, 1973). Unit Level Self Management Model (John
Hopkins Hospital, 1981), Nursing Development Units (Burford Hospital, 1983),
Professionally Advanced Care Team Model (Robert Wood Johnson Hospital, 1987).
Shared Governance (St. Luke's Hospital, 1988). Transformational Model for the Practice
of Professional Nursing (Shadyside Hospital, 1993), dan Clinical Developnment Units
Nursing (The Western Sydney Area Health Service, 1996), (Sitorus, 2006).
Di negara Indonesia, Model Praktik Keperawatan Profesional pertama kali
dikembangkan oleh RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM). MPKP
FKUI - RSUPNCM ini dikembangkan oleh Sitorus (1997), pengembangan model
tersebut difasilitasi dengan Surat Keputusan Direktur RSUP Nasional dr. Cipto
Mangunkusumo Nomor: 2093/TU.K/VIV1996 (Sitorus, 2006).
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi merupakan salah satu rumah sakit yang
berada dibawah Yayasan Rumah Sakit Islam kapasitas 136 tempat tidur dan jumlah
perawat sebanyak 156 orang. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi merupakan salah
satu rumah sakit swasta yang memiliki persaingan yang cukup banyak dalam hal
pelayanan terhadap pasien. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang menjadi pilihan
bagi perusahaan- perusahaan dalam pemilihan pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan
faktor pendorong bagi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi untuk terus
meningkatkan kinerja baik dari segi pelayanan, peralatan dan fasilitas, serta sumber daya
manusia yang ada di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi.
Rumah sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Sumbar Bukittinggi adalah salah satu rumah
sakit yang menerapkan Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) termasuk di
dalamnya adalah ruangan Ar - Razi. Jika dilihat dari ketenagaan/sumber daya manusia
yang ada, ruangan Ar - Razi masuk dalam tingkatan MPKP Pemula yang mulai beralih ke
tingkat MPKP I. Sistem penugasan di ruangan Ar - Razi sendiri menggunakan metode
Tim dengan metode pemberian asuhan keperawatan adalah modifikasi keperawatan
primer. Struktur organisasi terdiri dari: Kepala Ruangan, CCM (Clinical CareManager),
Ketua Tim 1, Ketua Tim 2 dan Perawat Pelaksana atau Perawat Asosiet, yang
menjalankan peran dan fungsi masing - masing berdasarkan tugas dan tangung jawab
sebagaimana terlampir dalam buku standar model praktik keperawatan profesional yang
ditetapkan oleh Komite Keperawatan Rumah Sakit.
Metode perawatan tim dengan modifikasi keperawatan primer di Ruang Ar - Razi
telah berjalan dengan baik. Namun tingkat keberhasilan metode tersebut tentunya
dipengaruhi oleh kinerja dari perawat yang ada, mulai dari Kepala Ruangan, CCM, Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana. Sehingga diperlukan kerja sama yang baik, kekompakan dan
saling percaya satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, Model Praktik Keperawatan
Profesional benar-benar akan terlaksana dengan baik. Kinerja perawat merupakan salah
satu indikator penting dalam penilaian mutu pelayanan Rumah Sakit, salah satunya
adalah kinerja dari Perawat Pelaksana. Sebagai perawat pelaksana tentunya mempunyai
peran dan fungsi tersendiri, hal tersebut sudah dilaksanakan oleh perawat pelaksana yang
ada di ruangan Ar - Razi. salah satu tugas dari Perawat Pelaksana yaitu membuat rencana
kegiatan harian. Penerapan manajemen keperawatan di ruang MPKP dilaksanakan dalam
empat tahapan proses manajemen antara lain: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian. Perencanaan merupakan bagian dari fungsi manajemen mendasar dan
paling awal yang akan menyeleksi prioritas, hasil dan metode untuk memperoleh hasil
yang dinginkan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Secara individu atau kelompok dalam menunjukkan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yang ada
diruang Ar-razi Rumah Sakit Yarsi Sumbar Bukittinggi.
b. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan yang ada diruang Ar-razi Rumah Sakit Yarsi Sumbar
Bukittinggi.
A. Konsep Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola atau
mengurus. Managemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalani suatu kegiatan diorganisasi sedangkan management keperawatanadalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan
secara professional (Nursalam,2014).
Beberapa ahli manajemen mengemukan pengertian manajemen dari sudut pandang
yang berbeda, antara lain Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
2. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanaan oleh
pengelola. keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengrahkan
serta.menggawasi sumber-sumber yng ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana,
sehingga.dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien
keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2011).
Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien / keluarga / masyarakat, (Menurut Suyanto,
2008).
Manajemen keperawatan adalah perencanaan yang utama untuk seluruh aktivitas
yang lain atau fungsi-fungsi dari manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau
Konsep nyata yang sering dilaksanakan. Dalam penulisan, meskipun banyak orang dalam
perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab dari perencanaan
tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan (Swansburg, 2012). Manajemen
(Hersey dan Blanchard, 2005) adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain dan merupakan suatu
serangkaian kegiatan (termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan,
pengorganisasian, pimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya
organisasi (tenaga kerja, keuangan, fisik, dan informasi yang bertujuan untuk mencapai
sasaran organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keperawatan
adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanaan oleh pengelola keperawatan untuk
baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan
2007). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
mengawasi sumber- sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat
manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang
berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk
setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi
dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Filosofi suatu keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok yang mengarahkan
setiap pelaksanaan kegiatan individu atau kelompok kepada pencapaian tujuan bersama.
pembagian kerja, koordinasi, dan evaluasi. Dalam manajemen keperawatan, filosofi dapat
diaktualisasikan dengan menyakini bahwa mengerjakan hari ini lebih baik dari esok.
mutu kinerja perawat berarti peningkatan pengetahuan keperawatan bagi pelaksana yang
merupakan tanggung jawab bidang keperawatan. Selain itu, tim keperawatan harus
keperawatan. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan pada kliennya. Tim perawat harus menghargai
pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu. Perawat
adalah advokasi pasien yang berpartisipasi melalui fungsi komunikasi dan koordinasi
kesehatan pada pasien dan keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal.
perkerjaan
pasien
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya.
seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan
Managemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalahmemperkirakan
merupakan fungsi managemen dari setiap perawat kepaladari perawat klinis profesional
1) Tahap merancang
2) Tahap delegasi
3) Tahap mendidik
4) Tahap perkembangan
5) Tahap implementasi
a. Men
Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi, dalam
manajemen. faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja. sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja-
Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama
b. Money
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besarkecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang heredar dalarn perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan
dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
c. Methods
kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat
penggunaan waktu. serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
d. Material
Material icrdiri duri bahan setengah judi (raw mulerial) dan bahan jadi. Dulam dunia
usaha untuk menenpai hnsil Yang lebih baik. selain manusia Yang ahli dalam
sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan
e. Marketing
produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang
Yang diproduksi tidak laku. maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya.
proses keda tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera
pada klien sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan keperawatan professional.
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi,
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu
(Nursalam, 2007).
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika
diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan
1. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan
tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Depkes (2000) dalam Kurniadi (2013) mendefinisikan kepala ruangan adalah seorang
tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan
(2013) mendefinisikan kepala ruangann atau seorang perawat manajer pemula adalah
seorang perawat yang bertugas sebagai kepala di unit pelayanan perawatan terdepan yang
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
orang perawat
c. Pengarahan
anggota Tim
3) Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik
4) Membimbing bawahan
6) Melakukan supervisi
diruangan
d. Pengawasan
Melalui supervisi:
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
pelaksanaan tugas
e. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
2. Katim
oleh karu.
5) Menyelenggarakan konferensi.
a. Perencanaan
6) Menciptakan kerjasama yang harmonis antar tim dan antar anggota tim
b. Pengorganisasian
lain
7) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian askep, kerjasama anggota
c. Pengarahan
d. Pengawasan
anggota tim dan melihat catatan yang dibuat selama proses keperawatan serta
mendengar laporan secara lisan tentang tugas yang dilakukan.
e. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
4) Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons pasien pada
catatan perawatan.
1) Pemberian obat.
2) Pemeriksaan laboratorium.
Perawat pelaksana: Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
Mengkaji kesiapan pasien dan diri sendiri untuk melaksanakan suhan keperawatan.
b. Perencanaan
keperawatan.
c. Implementasi
Fungsi Pengorganisasian:
Fungsi pengarahan:
sesuai dengan ketentuan, proses yang sistematis berdasarkan alasan yang jelas untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan
adalah :
keperawatan
uraian tugas)
Pada dasarnya semua metode ataupun formula yang telah dikembangkan untuk
meghitung tenaga perawat di Rumah Sakit berakar pada beban kerja dari personal yang
bersangkutan, telah banyak penelitian tentang itu dinegara-negara maju, analisa kebutuhan
tenaga harus dilakukan secara cermat agar tidak berulang-ulang menghitungnya. Ada
2. Adanya perubahan jenis pelayanan dan fasilitas RS yang berdampak pada peningkatan
terbengkalai, hal ini terjadi karena pimpinan kurang perhatian, tidak ada rewart, kerja
yang ketat dan beban kerja yang banyak, serta tenaga kurang, maka perlu analisa
penambahan tenaga.
4. Adanya keluhan klien terhadap pelayanan perawatan yang diterima, perlu analisa
penyebabnya apa saja. Agar dapat menghasilkan asuhan keperawatan yang efektif maka
a. Faktor Pasien
4) Sosial budaya
b. Faktor keperawatan
2) Etika
3) Motivasi kerja
c. Faktor lingkungan
1) Disain ruangan : baraks, boxes, kamar
2) Keadaan fisik ruangan : lokasi dan tata letak alat berdekatan atau berjauhan
d. Faktor organisasi
1. Cara rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai patokan, metode ini sesuai SK
Menkes RI No. 262 tahun 1979 tentang ketenagaan di RS, mudah digunakan dan sangat
sederhana, hal ini dipakai bila kemampuan dan sumber daya perencanaan personal
Sebelum melakukan penghitungan tenaga harus ada keyakinan dari | pengelola perawatan
bahwa untuk ruang rawat tertentu perbandingan tenaga profesional ( perawat ahli ) dan
Jika menghitung tenaga berdasarkan teori ini langkah pertama adalah mengkategorikan
a. Minimal care
Keperawatan mandiri yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan
tindakan dan pengobatan, pasien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, perawat
b. Partial care
Keperawatan sebagian yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan dan
pengobatan, misalnya injeksi, pembersihan luka, kateter, pasien pasca operasi dalam
tahap penyembuhan, sedangkan aktifitas mandi, makan, eliminasi, memakai baju dll
c. Total care
Pasien memerlukan bantuan secara poenuh dalam perawatan diri ' dan memerlukan
observasi secara ketat, aktifitas seperti makan, eliminasi dll dilakukan ditempat tidur
kateterisasi, NGT, pasien membutuhkan perhatian secara teratur tapi tidak terus
menerus perhatian yang diperlukan adalah terhadap pola kesadaran pasien dan
d. Keperawatan intensif
Klien memerlukan observasi ketat dan tindakan yang terus menerus misal pada pasien
Setelah pasien dikategorikan, maka dihitung waktu yang dipakai untuk perawatan
1) Perawatan lansung Rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah 4-5 jam per pasien per
Adalah waktu yang dipakai untuk kegiatan seperti membuat rencana keperawatan,
konsultasi dengan tim kesehatan lain, menulis dan membuat catatan kesehatan, rata-
rata waktu yang dipakai menurut gillies 1989 adalah 38 menit, sedang menurut wolf
pasien.
4) Memakai suction
5) Gelisah / disorientasi
Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka kerja yang
asuhan keperawatan profesional. Dimana keberhasilan suatu asuhan keperaatan pada klien
sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Salah satu
metode yang ada dalam modul MAKP adalah metode tim. Metode tim merupakan metode
sekelompok tenaga keperawatan melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 2011).
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan
menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga di dasari atas
keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik (Swanburg, 2012).
anggota tim
perlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih
c. Karena perawatanya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini sangat
holistic
sama dengan berkomunikasi dengan klien Hal ini akan mempermudah dalam
a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim di tiadakan atau
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
I. Teknik SBAR
1. Pengertian SBAR
komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan
kondisi pasien. SBAR digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat
menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang
merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan
apabila digunakan antar tenaga medis saat melaporkan kondisi pasien. Hal ini
pelaporan kondisi pasien. Komponen yang dibutuhkan saat pelaporan seperti Situation,
Kegiatan transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan
lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut6. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki
tenaga kesehatan yang harus dimiliki salah satunya adalah komunikasi efektif seperti
SBAR. Komunikasi SBAR harus dilakukan dengan adanya SOP agar dapat
terdokumentasi dengan optimal. Proses komunikasi SBAR saat transfer pasien dilakukan
sebelum transfer dengan via phone dan saat transfer pasien berlangsung secara face to
face antar tenaga kesehatan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaporan kondisi
pasien. Komunikasi SBAR saat transfer pasien ini diterapkan oleh tenaga medis
kesehatan yang salah satunya adalah perawat. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi
keperawatan sesuai dengan pelaporan kondisi pasien yang diberikan saat pasien baru
2. Komponen SBAR
Situation : Komponen situation ini secara spesifik perawat harus menyebut usia
pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi
yang terjadi pada diri pasien,keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti
sesak nafas, nyeri dada dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa yang
Assessment : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari
temuan serta di fokuskan pada probelm yang terjadi pada pasien yang apabila
oleh perawat.
S : Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status diagnosa,
status secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik
B : Tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat),
keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring
Komunikasi SBAR terdiri dari pertanyaan yang terbagi dalam empat standar bagian.
informasi secara ringkas namun tetap sesuai standar. Komunikasi yang dilakukan
dengan SBAR dapat menjadi komunikasi yang efektif sehingga mengurangi terjadinya
melakukan:
3. Manfaat SBAR
4. Keuntungan SBAR
Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat
5. Penerapan SBAR
a) Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan yang
berkaitan dengan kondisi pasien6. Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan
menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai
Pelaporan Kondisi Pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis lain
termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setipap kondisi pasien kepada
dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamaran pasien. Faktor
yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien.
Berbagai jurnal yang telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat
meningkat.
c) Transfer Pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain dan
dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan external. Transfer pasien
internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien external
adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer,
Komunikasi yang efektif diperlukan untuk proses pelayanan kesehatan. Salah satu
proses pelayanan kesehatan adalah transfer pasien. Komunikasi SBAR merupakan salah
masalah dan dapat berdampak pada pasien. Masalah yang dialami seperti tidak
lengkapnya laporan transfer pasien dan kurang efektif komunikasi pelaporan informasi
kondisi pasien saat transfer. Masalah yang sering terjadi seperti komunikasi yang gagal
akibat kurangnya interaksi secara langsung dan dokumentasi yang kurang jelas. Masalah
yang terjadi saat transfer pasien dapat berdampak pada keselamatan pasien maka perlu