Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

ANALISIS FAKTOR RISIKO ABORTUS DI KLINIK BIDAN PRAKTEK


SWASTA HJ. GUNARTI BANJARBARU

Siska Dhewi dan Ahmad Zacky Anwary


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan
E-mail: siskadhewi1987@gmail.com ; zackyanwary27@gmail.com

ABSTRAK
Abortus merupakan masalah dunia yang sangat mempengaruhi kesehatan, kesakitan
dan kematian ibu hamil.Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000
wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya. Data klinik Bidan Praktek Swasta
Hj.Gunarti terdapat 27 kasus ibu yang mengalami abortus tahun 2018, sedangkan tahun
2019, mengalami kenaikan sebanyak 38 kasus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan variabel kebiasaan ibu dalam mengonsumsi jamu selama hamil dan paritas
ibu dengan kejadian abortus. Metode yang digunakan adalah case control, yaitu
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol. Dengan perbandingan 1 : 1,
sampel pada penelitian berjumlah 38 sampel sebagai kelompok kasus dan 38 sampel
kelompok control. Hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara paritas
dengan kejadian abortus, ibu dengan paritas yang berisiko tinggi (paritas > 3) memiliki
risiko 2,95 kali lebih besar mengalami abortus dibandingkan ibu yang tingkat
paritasnya berisiko rendah (OR = 2,95, 95% CI : 1,159-7,503, p value = 0,039), terdapat
hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian abortus (OR = 3,37 95% CI :
1,303-8,744, p value = 0,021), dan terdapat hubungan yang bermakna antara status
pekerjaan dengan kejadian abortus (OR = 3,71, 95% CI : 1,437-9,603, p value = 0,012).
Saran bagi tenaga kesehatan agar dapat memaksimalkan capaian program pelayanan
keluarga berencana sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan keamanan bagi
masyarakat khususnya ibu hamil.
Kata Kunci : Abortus, Paritas, Umur dan Status pekerjaan

ABSTRACT
Abortion is a world problem that greatly affects the health, illness and death of pregnant
women. In the world there are 20 million cases of abortion each year and 70,000 women
die of abortion each year. The clinical data of the Private Practice Midwife Hj. Gunarti
there were 27 cases of mothers who experienced abortion in 2018, while in 2019, there
were an increase of 38 cases. The purpose of this study was to determine the
relationship between maternal habits in consuming herbs during pregnancy and
maternal parity with the incidence of abortion. The method used is case control, which
compares the case group and the control group. With a ratio of 1: 1, the sample in the
study amounted to 38 samples as a case group and 38 samples as a control group. The
results of the study showed a significant relationship between parity and the incidence
of abortion, mothers with high-risk parity (parity> 3) had a 2.95 times greater risk of
having an abortion than mothers with low-risk parity (OR = 2.95, 95% CI : 1.159-7.503,
p value = 0.039), there is a significant relationship between age and the incidence of
284
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

abortion (OR = 3.37 95% CI: 1,303-8,744, p value = 0.021), and there is a significant
relationship between work status and the incidence abortion (OR = 3.71, 95% CI:
1.437-9.603, p value = 0.012). Suggestions for health workers to be able to maximize
the achievements of family planning service programs so as to improve health and
safety for the community, especially pregnant women.
Keywords: Abortion, Parity, Age and Occupation

PENDAHULUAN
Abortus merupakan masalah dunia yang sangat mempengaruhi kesehatan,
kesakitan dan kematian ibu hamil.Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi
yang terjadi pada umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram.
Dampak dari abortus jika tidak mendapatkan penanganan langsung yang cepat
dan tepat akan menambah angka kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi
dari abortus yaitu dapat terjadi perdarahan, perforasi, infeksi dan syok (Sujiyatini,
2009). Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia
Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia. Sedangkan frekuensi
abortus spontan di Indonesia adalah 10-15 % dari 6 juta kehamilan setiap 1,5 juta
setiap tahunnya, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Handayani
dkk, 2014). Angka kematian ibu (AKI) menurut Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan pada tahun 2016 adalah sebesar 92 kasus kematian ibu.Pada
tahun 2017 kematian ibu terbanyak terdapat di Kabupaten Banjar yaitu ada 7 ibu.
Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab terjadinya abortus yaitu paritas 25
%, usia 12-26 % dan riwayat abortus 30-45 % yang mempunyai pengaruh besar.
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas, semakin
bertambahnya umur. Ada juga faktor lain yang berpengaruh yaitu predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kemungkinan terjadinya abortus berulang pada
seorang wanita yang mengalami abortus tiga kali atau lebih (Fajria, 2010).

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yakni dengan hanya
mengamati tanpa melakukan perlakuan pada objek penelitian, menurut waktunya

285
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

adalah cross sectional yakni pengamatan hanya dilakukan pada suatu saat saja.Metode
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan case control.
Menurut analisanya merupakan penelitian analitik yaitu mengetahui hubungan antara
variabel konsumsi jamu dan paritas dengan kejadian abortus di Klinik Bidan Praktek
Swasta Hj. Gunarti Banjarbaru. Sampel pada penelitian ini berjumlah 76 ibu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Abortus, Paritas,
Umur dan Status Pekerjaan Ibu di Klinik Bidan Praktek Swasta Hj. Gunarti
Banjarbaru
No. Variabel Univariat N %

1. Abortus
1) Kasus 38 50
2) Kontrol 38 50
2. Paritas
1) Resiko Tinggi 36 47,4
2) Resiko Rendah 40 52,6
3. Umur
1) Dewasa 43 56,6
2) Remaja 33 43,4
4. Status Pekerjaan
1) Bekerja 40 52,6
2) Tidak Bekerja 36 47,4

Dari tabel diatas didapatkan dari 76 responden, 38 (50%) ibu yang pernah
mengalami abortus dan 38 (50%) ibu yang tidak pernah mengalami abortus, terdapat 40
ibu (52,6%) termasuk dalam paritas berisiko rendah, 36 ibu (47,4%) termasuk paritas
berisiko tinggi, ada 43 ibu (56,5%) termasuk dalam kategori dewasa, sedangkan 33 ibu
(43,4%) termasuk dalam kategori remaja. Dari 76 ibu didapatkan 40 ibu (52,6%) yang
bekerja dan 36 ibu (47,4%) yang tidak bekerja.
Tabel 2. Distribusi frekuensi antara hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus
Kejadian Abortus
OR
Paritas Kasus Kontrol N % p value
(95% CI)
N % N %
Risiko Tinggi 23 60,5 13 34,2 36 47,4 0,039 2,95
286
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

Risiko Rendah 15 39,5 25 65,8 40 52,6 (1,159-7,503)


Total 38 100 38 100 76 100

Hasil analisis statistik uji chi square menunjukkan nilai p = 0,011 (p < 0,05)
dapat dimaknai bahwa terdapat hubungan antara jumlah paritas ibu dengan
kejadian abortus di Klinik Bidan Praktek Swasta Hj. Gunarti kota Banjarbaru. Ibu
yang termasuk dalam kategori risiko tinggi (paritas > 3) memiliki risiko 2,93 kali
lebih besar untuk mengalami abortus dibandingkan ibu dengan jumlah paritas ≤ 3
kali (OR = 2,95; 95% CI: 1,159-7,503).
Tabel 3. Distribusi frekuensi antara hubungan Umur dengan Kejadian Abortus
Kejadian Abortus
OR
Umur Kasus Kontrol N % p value
(95% CI)
N % n %
Dewasa 27 71,1 16 42,1 43 56,6 3,75
0,021
Remaja Akhir 11 28,9 22 57,9 33 43,4 (1,303-8,744)
Total 38 100 38 100 76 100

Hasil analisis statistik uji chi square menunjukkan nilai p = 0,021 (p < 0,05)
dapat dimaknai bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian
abortus di Klinik Bidan Praktek Swasta Hj. Gunarti kota Banjarbaru. Ibu yang
termasuk dalam kategori dewasa memiliki risiko 3,75 kali lebih besar untuk
mengalami abortus dibandingkan ibu dengan umur kategori remaja akhir (OR =
3,75; 95% CI: 1,303-8,744).
Tabel 4. Distribusi frekuensi antara hubungan Status Pekerjaan dengan Kejadian
Abortus
Kejadian Abortus
Status OR
Kasus Kontrol N % p value
Pekerjaan (95% CI)
N % n %
Bekerja
26 68,4 14 36,8 40 52,6 3,71
0,012
(1,437-9,603)
Tidak Bekerja 12 31,6 24 63,2 36 47,4
Total 38 100 38 100 76 100
Hasil analisis statistik uji chi square menunjukkan nilai p = 0,012 (p < 0,05)
dapat dimaknai bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu dengan
kejadian abortus di Klinik Bidan Praktek Swasta Hj. Gunarti kota Banjarbaru. Ibu
yang termasuk dalam kategori bekerja memiliki risiko 3,71 kali lebih besar untuk

287
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

mengalami abortus dibandingkan ibu dengan kategori tidak bekerja (OR = 3,71; 95%
CI: 1,437-9,603).
Pembahasan
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kasus abortus rata-rata terjadi karena
keguguran (abortus spontan), dimana kebanyakan tidak melakukan upaya kesahatan
yang memadai seperti cukup istirahat atau mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai
kebutuhan nutrisi ibu hamil. Pada penelitian Amalia dan Sayono (2015) didapatkan
hasil bahwa sebagian besar ibu hamil dalam kategori berisiko tinggi mengalami
kejadian abortus sebanyak 42 responden (66,7%). Sedangkan pada penelitian Silitonga,
dkk (2017) terdapat 48 orang yang termasuk dalam kelompok kasus yang mengalami
kejadian abortus spontan dengan berdasarkan beberapa risiko penyebabnya. Ibu dengan
kategori risiko tinggi memiliki kemungkinan lebih terjadi abortus pada kehamilannya
dibandingkan dengan ibu dengan tingkat kategori risiko rendah. Paritas 2 sampai 3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari suduk kematian maternal. Ibu dengan
paritas tinggi lebih dari 3 memiliki angka maternal yang tinggi karena dapat terjadi
gangguan endometrium.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proporsi responden yang
memiliki paritas dengan kategori risiko tinggi pada kelompok kasus sebesar 60,5%,
lebih besar daripada responden dalam kelompok kasus yaitu sebesar 34,2%. Hasil
analisis Odd Ratio dapat disimpulkan bahwa ibu dengan paritas yang berisiko tinggi
(paritas > 3) memiliki risiko 2,95 kali lebih besar mengalami kejadian abortus
dibandingkan ibu yang tingkat paritasnya berisiko rendah (OR = 2,95, 95% CI : 1,159-
7,503), dengan demikian terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan
kejadian abortus (p value = 0,039). . Hasil penelitian Matjino (2013) berdasarkan
analisis Odds Ratio-nya menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
paritas dengan kejadian abortus (p = 0,003). Ibu dengan paritas > 3 memiliki risiko
untuk mengalami abortus 2,98 kali lebih besar daripada ibu dengan paritas ≤ 3 (OR =
2,98; 95% CI: 1,502-5,933). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Amalia
(2015) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas terhadap
kejadian abortus inkompletus dan abortus kompletus pada ibu hamil di Rumah Sakit

288
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

Islam Sultan Agung Semarang tahun 2014 yang ditunjukkan oleh uji chi square p
= 0,021 dimana nilai p < 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proporsi responden yang
termasuk dalam kategori umur dewasa sebesar 56,6%, lebih besar daripada
responden dalam kategori umur remaja akhir yaitu sebesar 43,4%. Berdasarkan
asil analisis Odd Ratio dapat disimpulkan bahwa ibu dengan umur kategori
dewasa memiliki risiko 3,75 kali lebih besar mengalami kejadian abortus
dibandingkan ibu yang termasuk kategori umur remaja akhir (OR = 3,75, 95% CI
: 1,303-8,744). Dimana yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
umur dengan kejadian abortus (p value = 0,021). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Purwaningrum (2017) yang menyatakan bahwa secara teori
hubungan usia menarche dengan abortus spontan memungkinkan jika wanita
dengan usia menarche lebih dini berisiko terjadi keguguran dikarenakan jumlah
kehamilan yang lebih banyak dan usia kehamilan pertama yang lebih dini. Hasil
analisis bivariat yang dilakukan pada variabel bebas umur ibu menunjukkan
bahwa secara statistik umur ibu merupakan faktor risiko kejadian abortus spontan,
hal ini ditunjukkan dari hasil analisis bivariat yang memperoleh p = 0,014< 0.05.
Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar 3,115 pada interval
confidence 95%. Hal ini menunjukkan bahwa risiko abortus spontan pada ibu
dengan kehamilan pada usia <20 atau >35 tahun adalah 3 kali lebih besar
dibandingkan ibu dengan kehamilan pada usia 20-30 tahun. Hal ini dikaitkan
dengan kehamilan pada usia < 20 tahun secara biologis alat reproduksi belum
berfungsi dengan sempurna dan belum siap untuk menerima hasil konsepsi.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Prihandini (2016) juga sejalan dengan
penelitian ini dimana hasil analisis SPSS dengan uji koefisien kontingensi
diketahui bahwa p value 0,009 (p value <0,05) yang artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus, r hitung 0,219 yang
berarti korelasi hubungan lemah dan arah hubungan positif (+) maka apabila
seseorang hamil pada usia berisiko maka semakin berisiko terjadi abortus.
Berdasarkan hasil tabulasi silang, terdapat informasi yang menyatakan jika
responden dengan usia berisiko cenderung mengalami risiko abortus karena ada

289
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

beberapa faktor yang mempengaruhi saat seorang wanita berada pada usia berisiko.
Perempuan dengan usia <20 tahun masih memiliki sisi psikologis yang belum matang,
perkembangan otot-otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya, dan sistem
hormonal belum terkoordinasi lancar dan belum stabil sedangkan perempuan usia >35
tahun akan disertai dengan penyakit kronis seperti hipertensi, serta sel telur dan kondisi
rahim akan mengalami penurunan kesuburannya. Masalah yang dihadapi wanita hamil
berusia lebih tua (35 atau lebih) biasanya merupakan akibat dari penyakit kronis seperti
hipertensi yang lebih sering terjadi pada wanita yang beranjak tua dimana dapat
meningkatkan risiko aborsi spontan, pemisahan prematur plasenta, restriksi
pertumbuhan intrauterin, makrosomia, dan bayi lahir mati pada gravida lebih tua.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proporsi responden yang
bekerja pada kelompok kasus sebesar 65%, lebih besar daripada responden dalam
kelompok kontrol yaitu sebesar 35%. Berdasarkan asil analisis Odd Ratio dapat
disimpulkan bahwa ibu yang bekerja memiliki risiko 3,71 kali lebih besar mengalami
kejadian abortus dibandingkan ibu yang tidak bekerja (OR = 3,71, 95% CI : 1,437-
9,603). Sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dengan
kejadian abortus (p value = 0,012). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pitiriani
(2013) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja lebih berisiko 4,18 kali mengalami
abortus inkomplit dibandingkan yang tidak bekerja, dengan nilai p 0,000 yang berarti
terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian abortus. Demikian pula
dengan penelitian Jelita (2016) yang menjelaskan bahwa tingginya angka kejadian
abortus di RSIA Kirana Sidoarjo pada ibu hamil trimester 1 yang bekerja disebabkan
karena tempat bekerja dengan beban yang cukup tinggi antara lain di pabrik keramik,
pabrik plastik, pabrik gula, pabrik minyak goreng, pabrik semen, pabrik sepatu, pabrik
obat-obatan, dan pabrik terasi udang. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Amalia (2015) yang menjelaskan bahwa hasil analisis statistik menunjukkan ada
hubungan yang sif=gnifikan antara pekerjaan terhadap kejadian abortus inkompletus
dan abortus kompletus pada ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
tahun 2014 yang ditunjukkan oleh uji chi square p=0,004 dimana nilai p < 0,05. Dalam
penelitian ini, pekerjaan ibu hamil merupakan faktor yang memiliki risiko terhadap
kejadian abortus inkompletus dan abortus kompletus, hal tersebut ditunjukkan dengan

290
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

(OR=3,088) yang artinya responden yang bekerja mempunai risiko mengalami


abortus inkompletus dan abortus kompletus 3,088 kali dibanding responden yang
tidak bekerja.

KESIMPULAN
Kesimpulan
Terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian abortus
(p value = 0,039). Berdasarkan asil analisis Odd Ratio dapat disimpulkan bahwa
ibu dengan paritas yang berisiko tinggi (paritas > 3) memiliki risiko 2,95 kali
lebih besar mengalami kejadian abortus dibandingkan ibu yang tingkat paritasnya
berisiko rendah (OR = 2,95, 95% CI : 1,159-7,503). Terdapat hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian abortus (p value = 0,021). Berdasarkan
hasil analisis Odd Ratio dapat disimpulkan bahwa ibu dengan umur kategori
dewasa memiliki risiko 3,37 kali lebih besar mengalami kejadian abortus
dibandingkan ibu yang termasuk kategori umur remaja akhir (OR = 3,37, 95% CI
: 1,303-8,744). Terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dengan
kejadian abortus (p value = 0,012). Berdasarkan asil analisis Odd Ratio dapat
disimpulkan bahwa ibu yang bekerja memiliki risiko 3,71 kali lebih besar
mengalami kejadian abortus dibandingkan ibu yang tidak bekerja (OR = 3,71,
95% CI : 1,437-9,603).

Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi tenaga
kesehatan agar dapat meningkatkan program pelayanan keluarga berencana bagi
masyarakat. Ibu Hamil lebih bias meningkatkan kesadaran dalam menjaga
kehamilan yang aman dan sehat, juga dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti
lain yang ingin meneliti dengan tema yang sama namun bisa menggunakan
variabel baru yang belum diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

291
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

Amalia, Lu’lul Maghni, dan Sayono, 2015. Faktor Risiko Kejadian Abortus (Studi di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 10 (1): 2015.
Andriza. 2013. Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013.STIK Bina
Husada : Palembang
Ani Triana, dkk. 2015. Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Cet ke-1 . Yogyakarta:Deepublish.
Anggraeni, Widya., Kurnia Indriyanti P.S., dan Riska A.W., 2017. Hubungan Antara
Konsumsi Jamu Saat Hamil Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir Di Ruang
Melati RSUD Jombang. Jurnal Nurse and Health, 2017 Desember; 6 (2) : 60-64.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
BAPPENAS. 2011. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia 2011. Jakarta:
BAPPENAS.BAPPENAS. 2014. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
di Indonesia 2014. Jakarta:
Cobalt, Maya. 2018. Manfaat dan Bahaya Kunyit Bagi Ibu Hamil. Online.
http://www.google.com/amp/jateng.tribunnews.com/amp/2018/08/16/ma nfaat-
dan-bahaya-kunyit-bagi-ibu-hamil
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. 2016. Profil Kesehatan 2016. Kalsel:
Dinkes Kalsel.
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta :
Depkes RI Fajria L. 2013.Analisis Faktor Resiko Kejadian Abortus di RSUP Dr.
M.Djamil Padang.
Efek Samping Jamu untuk Ibu Hamil.Online. http://jurnalkesehatan.com
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus di Puskesmas Jarlong
Uluan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun tahun 2012.
Jurnal Darma Agung PP:1-10. Stedman. 2005.
Jelita, R., & Juaria, H. 2016. Gambaran Pekerjaan Ibu Hamil Trimester I Dengan
Kejadian Abortus Di RSIA Kirana Sidoarjo. Jurnal Kebidanan Midwiferia, 1(2),
105-109.
Manuaba IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Matjino, Sitti Hubaya, 2013. Faktor Risiko Kejadian Abortus di RSUD Dr. Chasan
Boesoirie Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Hsanuddin Makassar.
Ningsih, Indah Yulia, 2016. Keamanan Jamu Tradisional. Modul Saintifikasi Jamu,
Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Notoatmodjo , S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

292
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian tahun 2020

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan ISBN: 978-623-7583-55-4

Paryono, Ari Kurniarum, 2014. Kebiasaan Konsumsi Jamu Untuk Menjaga Kesehatan
Tubuh Pada Saat Hamil dan Setelah Melahirkan di Desa Kajoran Klaten Selatan.
Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No. 1, Mei 2014, Hal. 65-72.
Pitriani, R. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus Inkomplit di
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 2(2), 83-87.
Prihandini, S. R., Pujiastuti, W., & Hastuti, T. P. 2016. Usia Reproduksi Tidak Sehat
dan Jarak Kehamilan yang Terlalu Dekat Meningkatkan Kejadian Abortus di
Rumah Sakit Tentara Dokter Soedjono Magelang. Jurnal Kebidanan, 5(10), 47-
57.
Prawirohardjo, Sarwono.2010, Faktor Risiko Terjadinya Abortus Spontan. Higeia
Jurnal of Public Health Research and Development Riskesdas
Purnamawati, Dewi, dan Iwan Ariawan, 2012. Konsumsi Jamu Ibu Hamil sebagai
Faktor Risiko Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
Vol. 6, No. 6, Juni 2012, Hal. 267-272.
Purwaningrum, E. D., & Fibriyana, A. I. 2017. Faktor Risiko Kejadian Abortus
Spontan. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 1(3),
84-94.
Rochmawati, Putri. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi abortus di Rumah Sakit
Umum Pusat DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal.FKM UMS
Surakarta.Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2013.
Silitongga, Jernita Megawati., Rico Januar Sitorus., dan Yeni, 2017. Faktor-faktor
Penyebab Kejadian Abortus Spontan di Rumah Sakit Umum pusat dr. Mohammad
Hoesin Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2017, 8(2):100-108.

293

Anda mungkin juga menyukai