BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
E. Keaslian Penelitian
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Abortus
1. Pengertian
d. Faktor eksternal
1) Umur
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, namun
kehamilan yang normal pun mempunyai resiko, walaupun tidak secara
langsung meningkatkan risiko kematian ibu. Salah satu faktor risiko
tersebut adalah umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun. Dalam kurun reproduksi sehat, umur yang aman untuk
kehamilan adalah umur antara 20 - 35 tahun. Oleh karena itu umur
juga merupakan salah satu faktor penyebab abortus yaitu pada umur di
bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun (Yuliarsih, 2013).
Menurut Bobak (2014) Umur seorang ibu berkaitan dengan alat
reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah pada
Umur 20 - 35 tahun. Pada Umur >35 tahun terkait dengan kemunduran
dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering
menimpa di Umur ini. Umur yang kemungkinan tidak risiko tinggi pada
saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20 - 35 tahun, karena pada
Umur tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah
matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri.
Umur<20 tahun atau >35 tahun merupakan risiko tinggi kehamilan dan
persalinan. Dengan demikian diketahui bahwa umur pada saat
melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu
maupun anak yang dilahirkan.
Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berUmur 20 tahun
sampai 35 tahun. Kenyataannya sebagai perempuan hamil berUmur
dibawah 20 tahun sampai 35 tahun. Kenyataannya sebagian perempuan
hamil berUmur dibawah 20 tahun dan tidak sedikit pula yang
9
2) Paritas
Paritas adalah keadaan seorang wanita sehubungan dengan
keadaan seorang anak yang dapat hidup yang dibedakan menjadi
primipara, multipara, dan grande multipara. Paritas merupakan faktor
risiko yang mempengaruhi terjadinya abortus, pada paritas yang rendah
(paritas 1) ibu belum memiliki pengalaman sehingga tidak mampu
11
3) Radiasi
4) Nutrisi
7) Alkohol
Abortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka
abortus meningkat dua kali lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap
minggu, dan tiga kali pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap
hari dibandingkan bukan dengan peminum.
8) Kafein
a. Menurut Kejadiannya
janin mati. Saat kematian janin kadang - kadang ada perdarahan pervaginam
sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya
rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan
maserasi janin.
6) Abortus habitualis (keguguran berulang). Abortus yang telah berulang dan
berturut - turut terjadi, sekurang - kurangnya 3 kali berturut - turut.
2) Objektif
a) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan penunjang
2) Pemeriksaan dalam
2) Pemeriksaan dalam
c) Ostium uteri tertutup, bila ostium uteri terbuka teraba rongga uterus
kosong
3) Pemeriksaan penunjang
b) Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal.
c) Teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum.
e. Missed abortion
Dasar diagnosis:
1) Anamnesis
terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah sempat
membeku antara desidua dan korion. Kalau darah beku ini sudah seperti
daging disebut juga mola karnosa.
c. Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan - benjolan,
disebabkan oleh hematom - hematom antara amnion dan korion.
d. Nasib janin yang mati bermacam - macam, kalau masih sangat kecil dapat
diabsorbsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan amnion
diabsorbsi hingga janin tertekan.
6. Komplikasi abortus
b. Perforasi
Perforasi uterus pada saat kerokan terjadi pada uterus pada posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi seperti ini penderita perlu diamati dengan teliti
jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari
luas dan bentuk perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada
abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat
dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya
mengambil tindakan - tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
22
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan
suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion). Tanda dan gejala terkena
sepsis diantaranya nyeri abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas,
perdarahan berlanjut, lemah - lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret dan
pus dari serviks, nyeri goyang serviks.
Kehamilan sering tejadi bersamaan dengan infeksi yang dapat
memengaruhi kehamilan atau sebaliknya memberatkan infeksi. Di samping
itu, terdapat beberapa infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
sehingga kombinasi tersebut memerlukan pengobatan yang intensif dan
melakukan gugur kandung.
Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi
abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Saat kehamilan,
jumlah produksi imun mengalami perubahan responsif, yang membantu
dalam mencegah fetal resection (penyayatan jaringan tubuh fetus), tetapi
memengaruhi wanita terhadap infeksi. Infeksi saat kehamilan dapat
memengaruhi fetus sekaligus ibunya.
Macam - macam infeksi yang dapat menyebabkan abortus:
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
area infeksi berat (syok endoseptik).
7. Penanganan Umum Abortus
Umur
Abortus
Paritas
27
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara umur dengan abortus di RSUD Rokan Hulu.
2. Ada hubungan antara paritas dengan abortus di RSUD Rokan Hulu.
BAB III
METODE PENELITIAN
faktor risiko yang diduga berperan. Pada desain ini, pengukuran variabel
Dalam penelitian ini subyek yang telah terkena penyakit adalah ibu hamil
dengan abotus (efek) kemudian ditelusuri kebelakang yaitu paritas dan umur
28
(P1 – p2 ) 2
Dimana :
N = Besar sampel
Za = 1.96
Zβ = (1.64)
3. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sistematik
random sampling.
D. Definisi Operasional
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah dengan menggunakan lembar
ceklis, dokumen dan rekam medis yang berisi tentang variabel yang akan
diteliti.
F. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri, pada
penelitian ini diperoleh langsung dari responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain diluar
dari responden penelitian. Sumber tersebut diperoleh dari Rekam
Medik RSUD Rokan Hulu.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Emzir (2014) pengolahan data secara manual pada
umumnya melalui langkah - langkah sebagai berikut :
a) Editing (Penyuntingan Data)
a) Univariat
BAB IV
Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu adalah rumah sakit milik
pemerintah kabupaten rokan hulu propinsi riau yang terletak di pusat kota Pasir
Pengeraian yang melayani rujukan dari semua kecematan yang ada dan intuisi
dirikan pada tahun 2004 yang di tetapkan melalui keputusan bupati rokan hulu
No. 061 tahun 2004 sebagai rumah sakit tipe C dan mulai di resmikan
Luas area rumah sakit adalah 5,8 Hektar, terletak di Jl. Syekh Ismail
Paripurna Rating Bintang 5 (Lima) pada Tahun 2023. Data Penelitian ini di
B. Batas Wilayah
Batu selatan
C. Hasil Penelitian
Rokan Hulu telah dilaksanakan dari bulan Februari - Mei 2023. Dalam
(Daniel, 2011). Responden pada penelitian ini berjumlah 100 orang terdiri dari
50 Kontrol dan 50 kasus. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik Chi-Square.
1. Analisis Univariat
Hulu. Adapun hasil analisis univariat dapat dilihat pada uraian berikut :
Kontro
Paritas Kasus % %
l
Paritas Beresiko (1 dan >3 Kali) 24 48% 28 56%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa Paritas ibu Kategori kasus
Paritas Kategori Kasus Tidak beresiko 26 Oang (52%) dan Kategori kontrol 22
Orang (44%).
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.3
Hubungan Umur terhadap Kejadian Abortus Di RSUD Rokan Hulu
Abortus
Nilai
Umur Ya Tidak OR 95% CI
p
∑ % ∑ %
Umur Reproduksi Sehat
41 82% 37 74%
(20 – 34 Tahun)
Umur Reproduksi Tidak 0.613 –
9 18% 13 26% 0.469 1.601 4.176
Sehat (<20 dan ≥35 Tahun)
Total 50 100% 50 100%
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Umur ibu dengan
Tabel 4.4
Hubungan Paritas ibu yang mengalami kejadian Abortus
di RSUD Rokan Hulu
Abortus
95%
Paritas Ya Tidak Nilai p OR
CI
∑ % ∑ %
Paritas Beresiko (1 dan
24 48% 28 56%
>3 Kali) 0.330-
0.423 0.725
Paritas Tidak Beresiko 1.594
26 52% 22 44%
(2 dan 3 Kali)
37
orang (44%)
3. Pembahasan
Dalam penelitian ini peneliti menyesuaikan pada teori yang ada dan
kejadian abortus pada ibu hamil dan melahirkan di RSUD Rokan Hulu yang
dilakukan pada bulan Januari – Mei 2023 dengan data yang diambil dari bulan
Januari sampai Desember 2023 dengan jumlah responden sebanyak 100 ibu
RSUD Rokan Hulu, yang pertama adalah faktor Umur, berdasarkan Umur ibu
peneliti membagi 2 kategori Umur yang pertama Umur reproduksi sehat yaitu
rentang Umur 20 - 34 tahun dan Umur reproduksi tidak sehat yaitu <20 dan
≥35 tahun.
reproduksi tidak sehat berjumlah 9 orang (18%). Dari 50 ibu tidak mengalami
Hasil uji statistic chi square di peroleh nilai p >0,05 yaitu p= 0.469
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Umur ibu
Adeniran (2015) bahwa umur memengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada
Umur bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat
adalah 20 - 30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada Umur muda karena
pada Umur muda/remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap
untuk hamil. Kehamilan maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
pada wanita 20 tahun menjadi 26% pada wanita diatas 40 tahun. Penyebab
2013).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Elvira Junita, dkk, (2013), dimana faktor umur yang mempengaruhi
kejadian abortus di RSUD Rokan Hulu tahun 2011 dari 132 ibu mayoritas
pada kategori umur <20 tahun sebanyak (40,9%) dan minoritas pada kategori
umur >35 tahun sebanyak (22%). Distribusi frekuensi abortus ibu hamil yang
hamil yang beresiko terhadap kejadian abortus adalah kelompok umur <20
tahun yaitu sebanyak 98%. Dari analisa hubungan umur ibu hamil dengan
kejadian abortus terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu hamil
yang tidak berisiko berjumlah 18 orang (38.3%). Dari 50 ibu yang dirawat yang
Hasil uji statistic chi square di peroleh nilai p >0,05 yaitu p= 0.548
paritas ibu dengan kejadian abortus. Dalam penelitian ini lebih banyak yang
mengalami abortus pada Paritas Tidak Beresiko mengalami abortus Hal tersebut
tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Adeniran, 2015) yang
meningkatnya jumlah kehamilan dan kelahiran, Umur ibu dan Umur ayah
besar (57,9%) mengalami abortus, dan hampir setengahnya (42,1%) yang tidak
(55,9%) yang tidak mengalami abortus dan hampir setengahnya (44,1%) yang
mengalami abortus, dari hasil uji statistic maka tidak ada hubungan antara paritas
asuhan obstetric yang baik selama kehamilan, seperti ibu yang tidak
melakukan antenatal care secara teratur dan ibu yang mudah sterss dapat
hidup aterm. Tetapi jika dilakukan asuhan obstetric yang lebih baik selama
grandamultipara lebih dari atau sama dengan 4 kali dapat disebabkan oleh
menurunnya fungsi alat reproduksi dalam menerima buah kehamilan dan dapat
BAB V
A. Kesimpulan
0,469.
2. Paritas ibu hamil dengan kejadian Abortus di RSUD Rokan Hulu
menunjukkan tidak ada Hubungan yang bermakna dengan nilai p-value
0,548
B. Saran
Abortus.
3. Bagi Responden
yang lebih banyak, tempat yang berbeda dan penelitian yang lebih
43
dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unisayogya.ac.id/5973/1/1910104058_Angraini_Naskah
%20Publikasi%20 - %20Diyah%20Ayu.pdf. Diakses pada 2 Febuari 2023.
Emzir, 2014. Analisis data. Depok. Fajar intapertama Mandiri
Fajria, L. (2013). Analisis Faktor Resiko Kejadian Abortus Di RSUP Dr. M.
Djamil Padang . Ners Jurnal Keperawatan, 2.
Handayani, E. Y. (2015). Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian
Abortus Di RSUD Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal ,
249.
Heryanti. (2018). Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
Abortus Inkumplit Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2017 . Jurnal Kesehatan Palembang , 1.
Janiwarty, dkk. 2013. Pendidikan psikologi untuk bidan. Yogyakarta. Andi Offset.
Junita, E (2013). Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Di
RSUD Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal ,
249.Kurniasih, N., & Modjo, R. 2015, 09 1. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Kejadian Abortus pada Pekerja Wanita di PT X
Kabupaten Sumedang propinsi Jawa Barat tahun 2013. Dipetik 12 11, 2016,
dari Lib.UI.ac.id: ac.id
Jyoshma, P. Dkk. 2017. Prevalence Of Congenital Anomaly In A Tertiary Care
Hospital In Coastal Karnataka: A Three Year Retrospective Study.
International Journal of Recent Scientific Research Vol. 8, Issue, 12, pp.
22289-22291, December, 2017
Sitti H. 2013. Faktor Risiko Kejadian Abortus Di Rsud Dr. Chasan Boesoirie
Jakarta.
Erlangga.
Linda. (2018). Faktor Determinan Kejadian Abortus pada Ibu Hamil di
RSUD Goeteng Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal Ilmiah Ilmu - ilmu
Kesehatan, 85 - 100.
Neolaka, A. 2016.Metode penelitian dan statistik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Who, 2013. Comprehensive cervical cancer prevention and control a healthier
future for girls and women. WHO Library Cataloguing - in - Publication
Data.