Anda di halaman 1dari 8

,µ µvP v huµŒU W v ] ]l vU W Œ]š •YYYYYXXYYYXYYYYXXYYYYXX, Œo] ] v WµšŒ]U , oX íôð - 191

HUBUNGAN UMUR, PENDIDIKAN, PARITAS, PENYAKIT


PENYERTA TERHADAP KEJADIAN ABORTUS DI INSTALASI
RAWAT INAP KEBIDANAN RSD KALISAT JEMBER 2014

Herlidian Putri*
*Dosen Prodi D III Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRAK
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr. Salah satu jenis abortus adalah
abortus inkomplit. jumlah pasien abortus inkomplit di RSD Kalisat januari- februari 2014 yatu
146. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan umur, pendidikan, paritas dan penyakit
penyerta dengan terjadinya abortus inkomplet di Instalasi Rawat inap kebidanan RSD Kalisat
Jember tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan retrospektif. Sampel pada penelitian
ini adalah ibu yang mengalami abortus inkomplit yang dirawat di ruang kebidananan RSD Kalisat
Jember tahun 2014 yang tercatat di rekam medikdengan sampel sebanyak 107. Analisis
menggunakan Chi-Square. Dari analisis hubungan umur dengan abortus inkomplit didapatkan
nilai signifikansi 0,004<0,05, hubungan pendidikan dengan abortus inkomplit nilai signifikansi
0,000<0,05, hubungan paritas dengan abortus inkomplit nilai signifikansi 0,000<0,05, hubungan
penyakit penyerta dengan abortus inkomplit nilai signifikansi 0,000<0,05, sehingga terdapat
hubungan antara umur dengan abortus inkomplit, pendidikan dengan abortus inkomplit, paritas
dengan abortus inkomplit, penyakit penyerta dengan abortus inkomplit di Instalasi Rawat Inap
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014. Diharapkan ibu memperhatikan pentingnya status umur,
pendidikan, paritas, penyakit penyerta pada saat hamil.

Kata Kunci: umur, pendidikan, paritas, penyakit penyerta, abortus inkomplit

PENDAHULUAN 500 gram atau kehamilan kurang dari 20


Berdasarkan Survei Demografi minggu. (saifudin, 2006)
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rata- Di Indonesi diperkirakan sekitar 2-
rata angka kematian ibu (AKI) tercatat 2,5% juga mengalami keguguran setiap
mencapai 359 per 100 ribu kelahiran tahun. Ada beberapa faktor yang dapat
hidup. Sementara itu, laporan dari daerah menyebabkan terjadinya abortus yaitu
yang diterima Kementerian Kesehatan faktor janin, faktor ibu, faktor imunologis
menunjukkan jumlah ibu yang meninggal dan faktor ayah dimana masingmasing
karena kehamilan dan persalinan pada faktor mempunyai masalah-masalah
2013 sebanyak 5019. Sedangkan jumlah tersendiri yang dapat menyebabkan
bayi yang meninggal di Indonesia abortus. Faktor ayah tidak banyak yang
berdasarkan estiminasi SDKI 2012 diketahui dalam terjadinya abortus
mencapai 160.681 anak. (Ruslan K, spontan. Faktor janin yang dapat
2013) menyebabkan terjadinya abortus antara
Penyebab langsung kematian ibu lain perkembangan zigot yang
terkait kehamilan dan persalinan terutama abnormal.(Nugroho, 2010)
adalah perdarahan. Adapun beberapa Faktor dari ibu yang dapat
penyebab yang lain yaitu eklamsia, menyebabkan abortus adalah umur ibu,
infeksi, partus lama dan abortus. Abortus usia kehamilan, paritas, tingkat
adalah pengeluaran hasil pembuahan pendidikan, pekerjaan, status ekonomi,
(konsepsi) dengan berat badan janin < status perkawinan, riwayat abortus,
berbagai penyakit medis, kondisi

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 184


,µ µvP v huµŒU W v ] ]l vU W Œ]š •YYYYYXXYYYXYYYYXXYYYYX, Œoidian Putri, Hal. 184 - 191

lingkungan, dan kelainan perkembangan . hubungan antara usia ibu dengan kejadian
Penyakit infeksi akut dapat menimbulkan abortus tetapi tidak didapatkan hubungan
gugurnya kehamilan hingga terjadi antara paritas dengan kejadian abortus,
abortus atau partus prematurus. Anemia pada penelitian tersebut hanya dibuktikan
yang diderita oleh ibu dapat menjadi bahwa paritas hanya sebagai faktor risiko
salah satu penyebab terjadinya abortus. saja.
Hal ini terjadi karena berkurangnya kadar Berdasarkan studi pendahuluan
hemoglobin (Hb) maka akan yang dilakukan penulis didapatkan
mempengaruhi sirkulasi jaringan pada jumlah kejadian abortus di RSD Kalisat
ibu dan bayi, dimana fungsi dari Jember yang terbanyak adalah abortus
hemoglobin adalah mengikat oksigen. inkomplit . jumlah pasien abortus
Kelainan endokrin pada ibu juga dapat inkomplit di RSD Kalisat januari-
menyebabkan abortus. Beberapa faktor februari 2014 yatu 146. Berdasarkan
yang merupakan penyebab terjadinya studi pendahuluan yang penyebab abortus
abortus adalah (Nugroho, 2010) Faktor inkomplit yang sering adalah dari faktor
usia ibu saat hamil dan jumlah kehamilan maternal, yaitu: umur, pendidikan,
(paritas) ikut berkontribusi dalam paritas, penyakit yang menyertai.
penyebab kejadian abortus. Frekuensi Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
abortus yang secara klinis terdeteksi ingin menganalisa faktor ± faktor yang
meningkat dari 12% pada wanita berusia menyebabkan terjadinya abortus
kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada inkomplit di RSD Kalisat Jember. Tujuan
mereka yang usianya lebih dari 40 tahun, penelitian ini adalah mengetahui
abortus juga sering terjadi pada wanita hubungan umur, pendidikan, paritas dan
berusia 30 tahun. Kejadian abortus sulit penyakit penyerta dengan terjadinya
diketahui karena sebagian besar tidak abortus inkomplet di Instalasi Rawat inap
dilaporkan dan banyak dilakukan atas kebidanan RSD Kalisat Jember tahun
permintaan, keguguran spontan 2014.
diperkirakan sebesar 10%- 15%. Faktor
imunologis yang dikaitkan dengan METODE PENELITIAN
kejadian abortus adalah faktor autoimun
(imunitas terhadap tubuh sendiri) dan Penelitian ini menggunakan
faktor aloimun (imunitas terhadap orang pendekatan retrospektif. Populasi pada
lain). (Manuaba, 2003) penelitian ini adalah seluruh ibu yang
Salah satu kategori dari abortus mengalami abortus inkompletus yang
spontan adalah abortus inkompletus. dirawat di RSD Kalisat Jember bulan
Abortus inkompletus adalah keluarnya Januari ± Desember 2014 sebanyak 146.
sebagian hasil konsepsi dan sebagian Sampel pada penelitian ini adalah ibu
lainnya (biasanya jaringan plasenta) yang mengalami abortus inkomplit yang
masih tertinggal di dalam rahim. dirawat di ruang kebidananan RSD
(Saifudin, 2006) Kalisat Jember tahun 2014 yang tercatat
Penelitian sebelumnya yang di rekam medik sebanyak 107 dengan
dilakukan oleh Marito Yani Panggabean proporsional random sampling.
di RS Haji Medan pada Januari 2008 ± Variabel bebas dalam penelitian
April 2010 menunjukkan bahwa tidak ada ini adalah umur, pendidikan, paritas,
hubungan antara usia ibu, paritas dan penyakit penyerta, dan variabel terikat
riwayat penyakit ibu dengan kejadian adalah abortus inkomplit. Analisis data
abortus inkompletus. Namun penelitian mencangkup univariat dan bivariat
yang dilakukan oleh Firman Gustina pada Analisis data mencakup analisis
RSUD Soreang Bandung tahun 2008- univariat dan analisis bivariat. Analisis
2010 didapatkan hasil bahwa terdapat Univariat data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data yang dapat disajikan
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 185
,µ µvP v huµŒU W v ] ]l vU W Œ]š •YYYYYXXYYYXYYYYXXYYYYXX, Œo] ] v WµšŒ]U , oX íôð - 191

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Primipara 1 9%


Analisis Bivariat dilakukan untuk
Jumlah 107 100%
mengetahui hubungan antara variable
independen dan dependen dengan uji Sumber : Data Sekunder 2014
statistik yang digunakan Chi square
Berdasarkan tabel 5.3 diatas
dengan derajat kemaknaan 5 % atau (0,05).
menunjukkan paritas responden dengan
kategori grande multipara sejumlah 7
HASIL PENELITIAN
orang (6,5%), kategori multipara
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden sejumlah 99 (92,5%) dan primipara
Berdasarkan umur Paritas di Instalasi Rawat sejumlah 1 orang (9%).
Inap Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden
Umur Jumlah Persentase Berdasarkan penyakit penyerta di Instalasi
Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat Jember
Beresiko 39 36,6% 2014
Tidak beresiko 68 63,6% Pendidikan Jumlah Persentase
Ada 22 20,6%
Jumlah 55 100%
Sumber : Data Sekunder 2014 Tidak ada 85 79,4%
Jumlah 107 100%
Berdasarkan tabel 5.1 diatas
Sumber : Data Sekunder 2014
menunjukkan umur responden dengan
kategori umur beresiko sejumlah 39 Berdasarkan tabel 4.4 diatas
orang (36,6%), kategori usia beresiko menunjukkan responden yang
sejumlah 68 orang (63,3%). mempunyai penyakit penyerta sejumlah
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik
22 orang (20,6%), responden tanpa
Responden Berdasarkan pendidikan di penyakit penyerta sejumlah 85 orang
Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat (79,4%).
Jember 2014
Tabel 5.5 Hubungan umur dengan Kejadian
Pendidikan Jumlah Persentase abortus inkomplit di Instalasi Rawat Inap
Dasar (SD dan Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014.
93 86,9% Obs Exp Res Chi- Df Asy
SMP)
erve ecte idua Squar mp.
Menengah (SMA) 14 13,1% Umur d N d N l e(a) Sig.
Jumlah 107 100% Beres -
53,
iko 39 14,
Sumber : Data Sekunder 2014 5
5
,00
Berdasarkan tabel 5.2 diatas tidak 7,860 1
53, 14, 4
menunjukkan pendidikan responden beres 68
5 5
iko
dengan kategori pendidikan dasar (SD
Total 107
dan SMP) sejumlah 93 orang (86,9%),
kategori pendidikan menengah (SMA)
sejumlah 14 orang (13,1%). Dari hasil uji data dengan
menggunakan analisis Chi Square 1
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden
sample didapatkan diperoleh nilai 7,860
Berdasarkan paritas di Instalasi Rawat Inap
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014 > 3,841 dan nilai signifikansi 0,004.
Pendidikan Jumlah Persentase 'HQJDQ WLQJNDW NHSHUFD\DDQ .
0,05) dan df=1. Sesuai dengan dasar
Grande multipara 7 6,5%
pengambilan keputusan penelitian
Multipara 99 92,5% hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 186


Hubungan Umur, W v ] ]l vU W Œ]š •YYYYYXXYYYXYYYYXXYYYYXX, Œo] ] v WµšŒ]U , oX íôð - 191

signifikansi (0,004) < 0,05 maka H1 primi 35,


1 -34,7
diterima atau H0 ditolak sehingga dapat 7
disimpulkan bahwa ada hubungan yang Total 107
signifikan antara umur dengan kejadian Dari hasil uji data dengan
abortus di Instalasi Rawat Inap menggunakan analisis Chi Square 1
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014. sample didapatkan diperoleh nilai
169,196 > 3,841 dan nilai signifikansi
Tabel 5.6 Hubungan pendidikan dengan 0,000. Dengan tingkat kepercayaan 95%
Kejadian abortus inkomplit di Instalasi . dan df=2. Sesuai dengan dasar
Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat Jember
pengambilan keputusan penelitian
2014.
hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa
As
Obs Exp Chi- ym signifikansi (0,000) < 0,05 maka H1
Pendi Resid diterima atau H0 ditolak sehingga dapat
erve ecte Squar Df p.
dikan ual disimpulkan bahwa ada hubungan yang
dN dN e(a) Sig
. signifikan antara paritas dengan kejadian
SD abortus di Instalasi Rawat Inap
53,
dan 93
5
39,5 Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014.
SMP 58,32 ,00
1 Tabel 5.8 Hubungan penyakit penyerta
SMA 53, 7 0
14 -39,5 dengan Kejadian abortus inkomplit di
5
Total 107 Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat
Jember 2014.
Dari hasil uji data dengan Peny
Chi- Asy
menggunakan analisis Chi Square 1 akit Obs Exp Res
Squar Df mp.
Peny erve ecte idua
sample didapatkan diperoleh nilai 58,327 e(a) Sig.
erta d N d N l
> 3,841 dan nilai signifikansi 0,000.
Ada -
'HQJDQ WLQJNDW NHSHUFD\DDQ . 22
53,
31,
0,05) dan df=1. Sesuai dengan dasar 5
5 37,09
pengambilan keputusan penelitian 1 ,000
tidak 53, 31, 3
hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa 85
ada 5 5
signifikansi (0,000) < 0,05 maka H1 Total 107
diterima atau H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan Dari hasil uji data dengan
kejadian abortus di Instalasi Rawat Inap menggunakan analisis Chi Square 1
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014. sample didapatkan diperoleh nilai 37,093
Hasil penelitian hubungan paritas > 3,841 dan nilai signifikansi 0,000.
dengan Kejadian abortus inkomplit di 'HQJDQ WLQJNDW NHSHUFD\DDQ .
Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSD 0,05) dan df=1. Sesuai dengan dasar
Kalisat Jember 2014. pengambilan keputusan penelitian
hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa
Tabel 5.7 Hubungan paritas dengan Kejadian signifikansi (0,000) < 0,05 maka H1
abortus inkomplit di Instalasi Rawat Inap diterima atau H0 ditolak sehingga dapat
Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014. disimpulkan bahwa ada hubungan yang
Obs Exp Chi- Asy signifikan antara penyakit penyerta
erve ecte Resid Squar Df mp.
dengan kejadian abortus di Instalasi
Paritas d N d N ual e(a) Sig.
Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat
grande 35,
7 -28,7 Jember 2014.
7 169,1 ,00
2
multi 35, 96 0
99 63,3 PEMBAHASAN
7

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 187


,µ µvP v huµŒU W v ] ]l vU W Œ]š •YYYYYXXYYYXYYYYXXYYYYXX, Œo] ] v WµšŒ]U , oX íôð - 191

6.1 Hubungan umur dengan Kejadian Usia ibu sangat mempengaruhi


abortus inkomplit di Instalasi kesiapan ibu dalam menyiapkan
Rawat Inap Kebidanan RSD kehamilan juga persalinan karena ibu
Kalisat Jember 2014. perlu kesiapan fisik dan mental. Bila fisik
Usia dibawah 16 tahun bukan juga mental telah siap, resiko terhadap
masa yang baik untuk hamil karena masalah juga komplikasi dapat dihindari.
organ-organ reproduksi belum sempurna, Maka untuk setiap wanita bila ingin
hal ini tentu akan menyulitkan proses hamil harus bisa mempertimbangkan
kehamilan dan persalinan. Hal ini kapan waktu yang baik bagi seorang
disebabkan karena pada usia kurang 16 wanita itu perlu hamil dan melahirkan.
tahun belum matangnya alat reproduksi Penelitian ini juga sejalan dengan teori
untuk hamil sehingga dapat merugikan yang disebutkan oleh Cuningham
kesehatan, namun pre eklampsia- (951:2006) tentang hubungan usia
eklampsia sering terjadi pada usia lebih dengan kejadian abortus pada ibu,
dari 35 tahun dimana fungsi organ dimana resiko terjadi abortus spontan
reproduksi sudah mulai menurun menurut (Warburton dan
(Sarwono, 2003), dikatakan juga oleh Fraser,1964;Wilson dkk,1986), lebih
Wahyudi (2000) saat terbaik bagi seorang sering dengan umur ibu yang tergolong
perempuan untuk hamil adalah saat beresiko. Oleh karena itu secara teoritis
berusia 20-35 tahun, sel telur telah umur ibu mempengaruhi proses
diproduksi sejak lahir namun baru terjadi kehamilan bahkan berpengaruh pada
ovulasi ketika masa pubertas. Sel telur kehamilan yang beresiko, terutama
yang berhasil keluar hanya satu setiap adanya kemungkinan terjadi abortus.
bulan, ini menunjukkan adanya unsur
seleksi yang terjadi sehingga diasumsikan 6.2 Hubungan pendidikan dengan
sel telur yang berhasil keluar adalah sel Kejadian abortus inkomplit di
telur yang unggul. Oleh karena itu Instalasi Rawat Inap Kebidanan
semakin lanjut usia maka kualitas sel RSD Kalisat Jember 2014.
telur sudah berkurang hingga berakibat Hasil penelitian ini sejalan dengan
juga menurunnya kualitas keturunan yang penelitian yang dilakukan oleh Saifudin,
dihasilkan, sementara usia dibawah 20 dkk (2002) bahwa semakin tinggi tingkat
tahun bukan masa yang baik untuk hamil pendidikan makin rendah kejadian
karena organ-organ reproduksi belum abortus, yaitu tertinggi pada golongan
sempurna yang tentu akan menyulitkan berpendidikan SMA, secara teoritis
proses kehamilan dan persalinan. diharapkan wanita yang berpendidikan
Sedangkan kehamilan pada usia lebih tinggi cenderung lebih
diatas 35 tahun mempunyai resiko untuk memperhatikan kesehatan diri dan
mengalami komplikasi dalam kehamilan keluarganya.
dan persalinan antara lain perdarahan Martadisoebrata dan Wahyuni
yang dapat mengarah pada terjadinya (2012) menyatakan bahwa pendidikan
abortus, pre eklampsia, ketuban pecah sangat dibutuhkan untuk pengembanan
dini, hipertensi dalam kehamilan, distosia diri dan meningkatkan kematangan
dan partus lama. Hipertensi pada intelektual seseorang. Kematangan
kehamilan paling sering mengenai wanita intelektual akan berpengaruh pada
yang lebih tua, yaitu dengan wawasan dan cara berfikir baik dalam
bertambahnya usia menunjukkan tindakan dan pengambilan keputusan
peningkatan insiden hipertensi kronis maupun dalam membuat kebijaksanaan
mengahadapi resiko yang lebih besar dalam menggunakan pelayanan kesehatan
untuk menderita hipertensi sehingga meeka tidak mengenal bahaya
(Manuaba,2003). yang mungkin terjadi, meskipun sarana

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 188


,µ µvP v huµŒU W v ] ]l vU W Œ]š •YYYYYXXYYYXYYYYXXYYYYXX, Œo] ] v WµšŒ]U , oX íôð - 191

kesehatan telah tersedia namun belum merupakan paritas paling aman ditinjau
tentu mereka mau menggunakannya. dari sudut kematian maternal dan
Selain itu pernyataan tersebut neonatal. Sedangkan paritas 1 dan >4
sesuai dengan pernyataan yang merupakan paritas yang memerlukan
dikemukakan Notoatmodjo (1993), yaitu suatu pengawasan kehamilan dan proses
tingkat pendidikan akan mempengaruhi persalinan yang memadai. Sesuai dengan
seseorang dalam bertingkah laku hidup pernyataan berdasarkan karakteristik
sehat, semakin tinggi tingkat pendidikan untuk ibu paritas yang tinggi juga
maka akan semakin baik dalam kemungkinan mempunyai riwayat
bertingkah laku hidup sehat, tetapi obstetri, seperti riwayat persalinan <
sebaliknya semakin rendah tingkat bulan, riwayat abortus atau primi tua.
pendidikan seseorang maka akan semakin Paritas tinggi kemungkinan yang lebih
kurang baik dalam bertingkah laku hidup besar terjadi gangguan involusi karena
sehat.Hal ini sesuai dengan hasil kontraksi uterus yang kurang maksimal.
penelitian bahwa responden yang Riwayat obstetri ini dapat meningkatkan
mengalami abortus tingkat pendidikannya angka kematian dan morbiditas ibu dan
yang pling banyak adalah pendidikan bayi (Rachmat, 2009).
dasar yaitu SD dan SMP. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Cunningham et al
6.3 Hubungan paritas dengan (2009), bahwa resiko abortus semakin
Kejadian abortus inkomplit di meningkat dengan bertambahnya paritas.
Instalasi Rawat Inap Kebidanan Pada kehamilan, rahim ibu akan teregang
RSD Kalisat Jember 2014. oleh adanya janin dan bila terlalu sering
Paritas tinggi atau melahirkan, rahim akan semakin lemah
grandemultipara mempunyai komplikasi sehingga rentan dan beresiko untuk
persalinan yang tinggi, karena semakin terjadinya keguguran. Bila ibu telah
sering wanita mengalami persalinan, melahirkan 4 orang anak atau lebih, maka
terjadi penurunan fungsi reproduksi otot- harus waspada adanya gangguan
otot uterus lebih regang sehingga kehamilan, persalinan dan nifas. Pada
kontraksi uterus menjadi lemah dan penelitian lain yang dilakukan oleh
vaskularisasi akan berkurang atau terjadi Lukitasari (2010) di RS H.M Ryacudu
perubahan atrofi pada desidua akibat Kotabumi Lampun Utara menunjukkan
yang lalu sehingga akan merugikan adanya hubungan signifikan antara
kesehatan ibu dan perkembangan janin, frekuensi prsalinan dengan kejadian
lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian abortus.
maternal, resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga 6.4 Hubungan penyakit penyerta
berencana. Sebagian kehamilan dapat dengan Kejadian abortus
dicegah dengan keluarga berencana. inkomplit di Instalasi Rawat Inap
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi Kebidanan RSD Kalisat Jember
adalah tidak direncanakan. 2014.
(Wiknjosastro, 2002). Saat ibu sedang hamil kebutuhan
Berdasarkan paritas institute of akan oksigen dan zat-zat makananakan
medicine (1990) menyatakan bahwa ibu- bertambah, karena itu merupakan
ibu dengan paritas tinggi (melahirkan keperluan untuk janinnya yang harus
lebih dari 3x) cenderung mengalami dipenuhi melalui darah ibu. Status
komplikasi dalam kehamilan yang kesehatan ibu sebelum/ pada saat hamil
akhirnya berpengaruh pada hasil berpengaruh besar terhadap kemampuan
persalinan terutama juga pada nulipara ibu dalam menghadapi komplikasi. Status
yang berumur belasan tahun. Paritas 2-3 kesehatan meliputi: status gizi, penyakit

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 189


,µ µvP v huµŒU W v ] ]l vU W Œ]š •YYYYYXXYYYXYYYYXXYYYYXX, Œo] ] v WµšŒ]U , oX íôð - 191

infeksi, penyakit menahun. Ada beberapa Universitas Negeri Semarang


faktor penyakit yang dapat tahun 2008
mempengaruhi terjadinya abortus yaitu: Lukitasari, Eli. 2010. Skripsi Kejadian
anemia, asma, gagal jantung, diabetus Abortus Inkomplit yang Berkaitan
militus, infeksi, status gizi. Pada hasil Faktor Resiko Pada Ibu Hamil di
penelitian didapatkan penyakit penyerta RSU H.M Ryacudu Kotabumi
yang terbanyak adalah anemia sebanyak Kabupaten Lampung Utara.
18 orang, anemia pada kehamilan adalah Jakarta. Perpus UI
karena kekurangan zat besi untuk Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta
meningkatkan untuk meningkatkan Kedokteran Edisi ketiga, jilid I,
jumlah sel darah merah dan untuk hlm: 260 FKUI Jakarta: Media
membentuk sel darah merah janin dan Aesculapius
plasenta. Anemia defisiensi merupakan Manuaba, Ida bagus Gde dkk. (2004).
keadaan yang sering dijumpai pada Gawat Darurat Obstetri
kehamilan. (irwan 2008). Anemia dapat Ginekologi. Jakarta : EGC
menyebabkan abortus, hal ini didukung Manuaba, Ida bagus Gde dkk. (2003).
dengan hasil penelitian bahwa penyakit Gawat Darurat Obstetri
penyerta tertinggi adalah anemia Ginekologi. Jakarta : EGC
disamping masih ada penyakit penyerta Martadisoebrata. Bunga Rampai Obstetri
yang lain yaitu hipertensi, jantung, dan dan Ginekologi Sosial. Edisi
TB. Pertama. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka Prawirohardjo: 2015.
DAFTAR PUSTAKA ISBN 9798150198
Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: Notoatmojo, Soekijo. (2002). Metodologi
Rineka Cipta; 2005. Penilitian Kesehatan. Jakarta :
Azwar. Reliabilitas dan Validitas. Rineka Cipta
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan
2000. Wanita, Gender dan
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik Untuk Permasahannya. Yogyakarta:
Kedokteran dan Kesehatan Nuha Medika
Masyarakat. Dalam: Arlinda Sari Nursalam. Konsep dan Penerapan
Wahyuna. 2007. Statistika Metodologi Penelitian Ilmu
Kedokteran Keperawatan. Surabaya: Salemba
Cunningham dkk. (2005). Obstetri Medika; 2003.
William. Jakarta:EGC Prawiroharjo, Sarwono. (2007). Ilmu
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Normal. Jakarta Rahmat. 2007. Komplikasi Kehamilan
Derek Liewollyn dan Jones. 2002. Dasar- Resiko Tinggi (high risk). http://
dasar obstetri dan Ginekologi. www.info-wikipedia.co.id.
Jakarta. Hipokrates Diakses tanggal 4 maret 2010
Hartanto. 2003. Keluarga Berencana dan Rozikin. 2007. Abortus Inkomplit.
Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Jevuska Academia Edu
Sinar Harapan Sastroasmoro. Dasar- dasar Metodologi
Irwan Budiono. 2008. Prevalensi dan Penelitian Klinis. Jakarta: CV
Determinan Kejadian Anemia Sagung Setu 2006.
pada Ibu Hamil. Studi Pada Setiawan. Metodologi Penelitian
Keluarga Nelayan di Mangkang Kebidanan D III, D IV, S1, dan
Semarang. Laporan Penelitian S2. Nuha Medika. Yogyakarta:
Dosen Muda DP2M Dikti Nuha Medika; 2010.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 190


,µ µvP v huµŒU W v ] ]l vU W Œ]š •YYYYYXXYYYXYYYYXXYYYYXX, Œo] ] v Wµtri, Hal. 184 - 191

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif. Bandung: Alfabeta;
2008.
Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta; 2006.
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi
Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Suyanto. Riset Kebidanan Metodologi
dan Aplikasi. Bandar Lampung:
Mitra Cendekia; 2008.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 191

Anda mungkin juga menyukai