DISUSUN OLEH
KHAIRUNNISA
70600116027
TAHUN 2021
Menurut WHO (2005) setiap tahun diperkirakan 40-70 kasus abortus per 1000 wanita
usia reproduksi terjadi setiap tahun diseluruh dunia. Diperkirakan 15 juta remaja yang mengalami
kehamilan setiap tahunnya di seluruh dunia, sekitar 60% diantaranya tidak ingin melanjutkan
kehamilan tersebut sehingga berupaya mengakhirinya dengan secara abortus. Frekuensi
kehamilan yang tidak diingini yang itu dipatikan akan meningkatkan jasa pelayanan abortus (Data
WHO, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh di Rekam Medik Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar bahwa pada tahun 2010 jumlah abortus 383 orang, tahun 2011 jumlah abortus
408 orang dan pada bulan Januari sampai Desember 2012 jumlah abortus sebanyak 389 kasus
dengan abortus spontan 254 dan abortus provacatus 135 kasus. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa kasus abortus yang terjadi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar masih
cukup tinggi sehingga peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Karakteristik Ibu dengan
kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar (Data Rekam Medik RSIA
Siti Fatimah Makassar).
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwaterdapat 122 responden (61.9%)berada pada
umur yang berisiko untuk terjadinya abortus yaitu usia < 20 tahun dan > 35 tahun.Sedangkan 75
responden (38.1%) tidak berisiko yang berada pada rentang umur 20 – 25 tahun. Hasil ujistatistik
memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara umur ibu dengan
kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassardengan nilai
signifikansilebih kecil dari 5% (p=0.000>α=0.05).
Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan Kasman (2010) yang
mengatakan bahwa perempuan dengan umur kategori risiko tinggi lebih banyak melakukan aborsi
sebanyak 60,1%. Begitu halnya dengan penelitian yang dilakukan Fattah (2001) di RS Labuang
Baji Makassar, menemukan bahwa kelompok umur yang paling banyak melakukan aborsi adalah
umur kelompok berisiko (umur Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perempuan dengan
paritas yang tidak berisiko (pernah melahirkan sebanyak 1-3 kali), cenderung memiliki sikap
positif terhadap aborsi, sedangkan perempuan dengan paritas yang berisiko (belum pernah
melahirkan atau telah melahirkan ≥4 kali) cenderung memiliki sikap negatif terhadap aborsi. Ini
dikarenakan perempuan yang sering melahirkan cenderung untuk melakukan aborsi apalagi ketika
mengalami kehamilan yang tidak dinginkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang
mengemukakan bahwa sikap ibu terhadap aborsi dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman
melahirkan. Aborsi sering terjadi pada kehamilan pertama, karena faktor fisik ataupun alasan
sosial (hamil diluar nikah), belum siap memiliki anak, dimana mereka berada pada paritas 0.
Aborsi juga banyak terjadi pada paritas tinggi ≥4 karena kegagalan kontrasepsi dengan alasan
ekonomi (Saifuddin, 2002).
Hubungan status perkawinan terhadap kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa terdapat 18 responden (9.1%)
berisiko untuk melakukan abortus apabila dilihat dari status perkawinan dan 179 responden
(90.9%) tidak berisiko untuk melakukan abortus apabila ditinjau dari status perkawinan. Hasil uji
statistik memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara status
perkawinan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.000 Berdasarkan tabel 9 Menunjukkan bahwa terdapat
147 responden yang tidak beresiko/menikah mengalami abortus spontan dan 32 responden yang
tidak beresiko/menikah mengalami abortus provokatus. Terdapat pula 18 responden yang belum
menikah melakukan abortus provokatus.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
beberapa waktu yang lalu menunjukkan, bahwa di Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali
dan Manado angka kehamilan sebelum menikah pada remaja danyang mencari pertolongan untuk
aborsi meningkat dari tahun ke tahun. Catatan konseling Sahaja menunjukkan pada tahun
1998/1999 tercatat sebesar 113 kasus kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD) sehingga status
perkawinan berhubungan dengan kejadian abortus (Tanjung et al., 2001 dalam Mariana, 2006)
KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) antara umur ibu dengan kejadian abortus di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
2. Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) antara jumlah persalinan dengan kejadian
abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
3. Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) antara status perkawinan dengan kejadian
abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
Daftar pustaka