Nila Marwiyah
STIKes Faletehan Serang Banten
Jl. Raya Cilegon KM. 06 Pelamunan Serang-Banten
42161 e-mail: nila_marwiyah@yahoo.com
ABSTRAK
Kata kunci: Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir mengalami gagal nafas secara
jenis persalinan spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia merupakan penyebab kematian bayi baru
kejadian asfiksia lahir. Setiap tahunnya terdapat 120 juta bayi lahir didunia dan 1 juta bayi meninggal
penyakit kehamilan disebabkan asfiksia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penyakit
kehamilan dan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia. Desain penelitian yang
digunakan adalah cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini 203 bayi, yang diambil dari
data sekunder. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa, sebagian besar penyakit kehamilan
adalah preeklamsi berat (45,8%), sebagian besar jenis persalinan adalah persalinan spontan
(44,3%), dan sebagian besar bayi yang dilahirkan adalah asfiksia sedang (82,8%). Hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi square mengenai penyakit kehamilan menunjukkan
bahwa nilai p = 0,025, dimana nilai p < alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara penyakit kehamilan dengan asfiksia. Hal ini dapat terjadi karena
penyakit yang diderita ibu seperti hipertensi dan preeklamsia akan mempengaruhi janin
dimana sirkulasi uteri plasenta yang kurang baik berpengaruh pada gangguan pertumbuhan
janin serta gangguan pernafasan. Sedangkan untuk jenis persalinan, hasil menunjukkan
nilai p = 0,945, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis persalinan
dengan asfiksia. Saran dari penelitian ini diharapkan perlunya pemantauan kondisi ibu
hamil dan janin khususnya ibu dengan penyakit kehamilan serta memotivasi untuk
melakukan kunjungan ANC secara rutin.
ABSTRACT
Keywords: Asphyxia is a condition in which a newborn baby suffers from respiratory failure
asphyxia spontaneously and regularly. It causes neonatal mortality. Globally, 120 million
labor type babies are born every year and 1 million of them die because of asphyxia. The
pregnancy disease research aimed to find the relationship of pregnancy disease and labor type to
asphyxia. The research design was cross-sectional. The sample size was 203 ba-bies,
taken from secondary data. The statistical test showed that most of the preg-nancy
disease was severe preeclampsia (45.8%), most of the labor type was spon-
258 NurseLine Journal Vol. 1 No. 2 Nopember 2016: 257-266
taneous labor (44.3%), and most of neonatals was moderate asphyxia (82.8%). The
result of statistical test by using Chi Square showed p value of 0.025, in which p value
< alpha (0.05). It can be concluded that the relationship of pregnancy disease and
asphyxia was present. It may happen due to a disease suffered by the mother such as
hypertension and preeclampsia which influences placental uterine circulation of fetus.
A deficient placental uterine circulation impacts on fetus devel-opment disorder and
respiratory disorder. Meanwhile, the relationship of labor type and asphyxia showed p
value of 0.945. It can be concluded that there was no correlation between labor type
and asphyxia. The research recommends monitor-ing on the condition of pregnant
mother and her fetus, especially the mother with pregnancy disease, and motivating
pregnant mother to do ANC visits regularly.
caesarea (SC) perabdominam dapat besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr
mengakibatkan komplikasi asfiksia pada neonatal, Dradjat Prawiranegara tahun 2016 adalah bayi
hal ini sesuai dengan penelitian Neneng (2011) di dengan ibu yang memiliki penyakit preeklamsi
RSUD dr M Soewandhie Surabaya menyatakan berat (PEB), yaitu sebanyak 93 (45,8%).
bahwa sectio caesarea (SC) perabdominam dapat
mengakibatkan kejadian asfiksia neonatorum. Jenis Persalinan
Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang Pada tabel 2 didapatkan sebagian besar bayi
dilakukan oleh Dewi (2013) bahwa jenis persalinan dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat
normal dan sectio caesare (SC) dapat Prawiranegara Serang tahun 2016 dilahirkan secara
mengakibatkan bayi mengalami asfiksia. spontan yaitu sebanyak 90 (44,3%).
Seringkali bayi yang baru lahir tidak dapat
diantisipasi akan mengalami kesulitan dalam Asfiksia Neonatorum
bernafas, sehingga akibat lebih lanjut dari asfiksia ini Pada tabel 3 didapatkan sebagian besar
dapat menyebabkan epilepsi dan keterbelakangan bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr
mental (Aristianti, 2010). Hasil penelitian Kurnia Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016
(2008) yang mengemukakan bahwa 61% neonatus mayoritas mengalami asfiksia sedang yaitu
dengan asfiksia berat mengalami gagal ginjal akut. sebanyak 168 atau sebesar (82,8%).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
di ruang Perinatalogi RSUD dr Dradjat Prawiranegara Hubungan Penyakit Kehamilan Dengan
Serang, tercatat angka kejadian asfiksia neonatorum Kejadian Asfiksia Neonatorum
pada tahun 2015 terdapat 1.604 bayi dan pada tahun Pada tabel 4 menunjukkan terdapat 93 bayi
2016 sebanyak 1.562 bayi dengan kategori asfiksia mengalami asfiksia dari ibu dengan preeklamsi
ringan, sedang dan berat. Mengingat masih banyaknya berat yaitu sebanyak 11 bayi yang mengalami
angka kejadian asfiksia neonatorum, dan asfiksia asfiksia ringan, 77 bayi yang mengalami asfiksia
merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi, sedang, dan sebanyak 5 bayi yang mengalami
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian asfiksia berat. Nilai p adalah 0,025.
dengan tujuan ingin mengetahui hubungan antara
penyakit kehamilan dan jenis persalinan dengan Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian
kejadian asfiksia neonatrum diruang Perinantalogi Asfiksia Neonatorum
RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016. Pada tabel 5 bahwa terdapat 90 bayi yang
mengalami afiksia neonatorum dengan lahir spontan,
METODE di antaranya 8 bayi yang mengalami asfiksia ringan,
73 bayi yang mengalami asfiksia sedang dan 9 bayi
Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan yang mengalami asfiksia berat. Nilai p adalah 0,945.
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian ini yaitu bayi yang mengalami asfiksia PEMBAHASAN
pada bulan Januari-Juni 2016 sebanyak 203 bayi
dengan menggunakan total sampling. Pengumpulan Gambaran Penyakit Kehamilan
data menggunakan data sekunder yaitu data yang Berdasarkan hasil analisis telah diketahui
telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data yang bahwa sebagian besar bayi yang dilahirkan di
sudah ada (Hidayat, 2011). Instrumen penelitian ini RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun
menggunakan lembar check list mengenai penyakit 2016 adalah bayi dari ibu yang mengalami
kehamilan, jenis persalinan, serta tingkatan asfiksia preeklamsi berat (PEB) sebanyak 93 bayi (45,8%).
dengan melihat catatan register ruang VK dan ruang Penyakit hipertensi yang dapat terjadi meliputi
Perinatalogi RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang berbagai gangguan pada pembuluh darah yang
tahun 2016, dan analisis data secara univariat dengan terjadi sebelum kehamilan dan terjadi sebagai
distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan sebuah komplikasi selama masa kehamilan atau
Chi square. pada awal masa pascapartum (Reeder et al., 2011).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
HASIL yang dilakukan oleh Badriyah & Tajhyani (2013)
menyatakan bahwa frekuensi kejadian persalinan
Penyakit Kehamilan dengan preeklamsi berat di RSUD dr M Soewardhie
Pada tabel 1 didapatkan bahwa sebagian Surabaya pada tahun 2013 cukup tinggi yaitu sebanyak
260 NurseLine Journal Vol. 1 No. 2 Nopember 2016: 257-266
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang
Tabel 4. Hubungan Penyakit Kehamilan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat
Prawiranegara Serang
Tabel 5. Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat
Prawiranegara Serang
56,64%. Didukung dengan penelitian yang dilakukan dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016
oleh Gafur (2012) yang menyatakan terdapat 81 dilahirkan secara spontan yaitu sebanyak 90 bayi
(50%) responden mengalami preeklamsi. Hal ini di (44,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan
pengaruhi oleh usia responden yang <= 20 tahun, penelitian yang dilakukan oleh Mulastin (2014)
status persalinan primipara dan usia kehamilan yang menyatakan bahwa frekuensi jenis persalinan
responden <= 37 minggu yang mengakibatkan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara mayoritas
tingginya angka kejadian preeklamsi. bersalin secara spontan sebanyak 787 (68,4%). Hal
Menurut Wiknjosastro (2006) preeklamsi ini disebabkan karena kebanyakan responden
berat (PEB) merupakan hipertensi dengan tekanan beranggapan ingin mendapatkan pelayanan yang
darah sistolik 160 mmHg atau tekanan diastolik 110 lebih baik dan dengan keadaan yang
mmHg pada dua kali pengukuran dengan rentang memungkinkan responden bersalin secara spontan
waktu minimal 6 jam ketika klien tirah baring, pro- di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara yang juga
teinuria minimal 4 gram per 24 jam atau positif 3 merupakan rumah sakit yang mencanangkan
sampai positif 4 dengan menggunakan analisa semi program jampersal (jaminan persalinan).
kuantitatif, edema paru atau sianosis, gangguan Persalinan spontan adalah bila bayi lahir
serebral seperti: gangguan kesadaran, sakit kepala, dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai
atau penglihatan kabur yang terjadi setelah kehamilan alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
mencapai 20 minggu. melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
Menurut Manuaba (2007) setelah umur dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro,
kehamilan 20 minggu terjadi peningkatan superim- 2006). Pada persalinan spontan terdapat mekanisme
posed preeklamsi atau eklamsi. Kejadian selaras serta tahapan persalinan yang meliputi kala I, kala II,
dengan makin meningkatnya frekuensi kontraksi kala III, dan kala IV dengan batas waktu maksimal 18
Braxton-Hicks setelah umur kehamilan di atas 20 jam, selebihnya harus ditolong dengan persalinan
minggu. Kegagalan invasi sel trofoblas ekstravilli buatan agar tidak terjadi gawat janin.
khususnya pada trimester kedua pada arterioli pada
otot uterus, menyebabkan terjadinya berbagai bentuk Gambaran Asfiksia Neonatorum
pelebaran pembuluh darah arteriolinya dan masih Berdasarkan hasil penelitian telah
terdapat otot polos yang didalam arteriolinya. Bentuk diketahui bahwa sebagian besar bayi yang lahir di
kuantitas dan kualitas invasi sel trofoblas yang tidak RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun
sempurna ini tidak seluruhnya memuluskan aliran 2016 yang mengalami asfiksia, yaitu sebanyak 168
darah menuju retroplasenta. Dengan demikian, maka atau sebesar (82,8%) bayi mengalami asfiksia
kontraksi Braxton-Hicks mempunyai kesempatan sedang. Hal ini menunjukkan kejadian asfiksia
lebih mengganggu aliran darah menuju retroplasenta sedang di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang
sirkulasi, dengan akibat bila terjadi iskemia regio pada tahun 2016 tinggi. Asfiksia adalah kegagalan
uteroplasenter, akan terjadi superimposed preeklamsi bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan
sampai dengan eklamsi. teratur sehingga menimbulkan gangguan lebih
lanjut, yang mempengaruhi seluruh metabolisme
Gambaran Jenis Persalinan tubuhnya (Manuaba, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
bahwa sebagian besar bayi yang dilahirkan di RSUD yang dilakukan oleh Rupiyanti (2014) di Rumah Sakit
262 NurseLine Journal Vol. 1 No. 2 Nopember 2016: 257-266
Islam Kedal yang menyatakan bayi yang sebanyak 62 (30,5%), bayi dengan ibu preeklamsi
mengalami asfiksia sedang sebanyak 37 (61,7%) berat yang mengalami asfiksia sebanyak 93 (45,8%),
yang disebabkan bayi lahir prematur, ketuban dan bayi yang mengalami asfiksia dengan ibu
pecah dini, dan persalinan sunsang. eklamsi sebanyak 15 (7,4%). Hal ini menunjukkan
Menurut Wiknjosastro (2007), asfiksia terjadi kejadian asfiksia neonatorum dapat terjadi pada bayi
karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari dari ibu yang mengalami penyakit anemia, hipertensi,
ibu kejanin sehingga terdapat gangguan dalam preeklamsi ringan dan berat, maupun eklamsi.
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Penelitian yang dilakukan Ambarwati (2006)
Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat menunjukkan bahwa preeklamsi ringan dapat
kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau menyebabkan komplikasi asfiksia pada bayi yang
secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam dilahirkan. Dan hasil penelitian yang dilakukan Raras
persalinan.Sehingga saat persalinan O2 tidak cukup (2010) bahwa preeklamsi berat dapat mengakibatkan
dalam darah disebut hipoksia dan CO2 tertimbun dalam komplikasi pada neonatal lahir dengan apgar di
darah disebut hiperapnea. Akibatnya dapat bawah delapan yang artinya terjadi asfiksia ringan
menyebabkan asidosis tipe respiratorik atau campuran sampai berat pada neonatal, dan kematian janin.
dengan asidosis metabolik karena mengalami Preeklampsi dan eklampsi dapat mengakibatkan
metabolisme yang anaerob serta juga dapat terjadi keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan
hipoglikemia. atau intra uter-ine growth restriction (IUGR) dan
Pada saat bayi dilahirkan, alveoli bayi diisi kelahiran mati. Dikarenakan preeklampsi dan
dengan cairan paru-paru janin. Cairan paru-paru janin eklampsi pada ibu menyebabkan perkapuran didaerah
harus dibersihkan terlebih dahulu apabila udara harus plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan
masuk ke dalam paru-paru bayi baru lahir. Dalam oksigen dari plasenta, sehingga suplai makanan dan
kondisi demikian, paru-paru memerlukan tekanan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Reeder et
yang cukup besar untuk mengeluarkan cairan tersebut al., 2007). Berdasarkan hasil wawancara yang
agar alveoli dapat berkembang untuk pertama dilakukan dengan wakil kepala ruang bersalin (VK)
kalinya. Untuk mengembangkan paru-paru, upaya RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang mengenai
pernapasan pertama memerlukan tekanan 2 sampai 3 angka kejadian preeklamsi berat yang masih sangat
kali lebih tinggi dari pada tekanan untuk pernapasan tinggi, di antaranya faktor primigravida, penyakit
berikutnya berhasil. Pada saat kelahiran, peredaran diabetes mellitus atau hipertensi, riwayat preeklamsi,
darah di paru-paru harus meningkat untuk stres selama kehamilan, kehamilan multifetus, jumlah
memungkinkan proses oksigenasi yang cukup. ANC yang kurang selama kehamilan dan faktor gaya
Keadaan ini akan dicapai dengan terbukanya arterioli hidup ibu yang kurang memperhatikan kesehatannya
dan diisi darah yang sebelumnya dialirkan dari paru- selama kehamilan seperti konsumsi makanan yang
paru melalui duktus arteriosus. Bayi dengan asfiksia, tidak sehat atau terkontrol, jarang melakukan
hipoksia dan asidosis akan mempertahankan pola aktivitas olah raga, dan lain-lain.
sirkulasi janin dengan menurunnya peredaran darah Menurut Wiknjosastro (2006) penyakit
paru-paru (Prawirohardjo, 2006). hipertensi yang diderita ibu akan mempengaruhi janin
karena meningkatnya tekanan darah yang disebabkan
Hubungan Penyakit Kehamilan Dengan oleh meningkatnya hambatan pembuluh darah perifer
Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr sehingga mengakibatkan sirkulasi uteri plasenta
Dradjat Prawiranegara Serang kurang baik, keadaan ini menimbulkan gangguan
Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar lebih berat terhadap insufiensi plasenta dan
0,025 (p < alfa) yang berarti H0 ditolak artinya berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin,
terdapat hubungan antara penyakit kehamilan gangguan pernafasan. Vasokonstriksi pembuluh darah
dengan kejadian asfiksia neonatorum. Artinya baik mengakibatkan kurangnya suplai darah ke plasenta
penyakit anemia, hipertensi, preeklamsi ringan, sehingga terjadi hipoksia janin.Akibat lanjut dari
preeklamsi berat, maupun eklamsi dapat hipoksia janin adalah gangguan pertukaran gas antara
menyebabkan terjadinya asfiksia. oksigen dan karbondioksida sehingga terjadi asfiksia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan neonatorum.
bahwa, bayi dengan ibu anemia yang mengalami Berdasarkan penelitian yang dilakukan
asfiksia sebanyak 26 (72,2%), bayi dengan ibu oleh Tika (2011) bahwa hipertensi pada kehamilan
hipertensi mengalami asfiksia sebanyak 1 (0,5%), bayi dapat mengakibatkan neonatal mengalami asfiksia.
dengan ibu preeklamsi ringan yang mengalami asfiksia Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada
Hubungan Penyakit Kehamilan Dan Jenis Persalinan 263
menit-menit pertama kemudian disusul dengan sedang. Hal ini disebabkan karena dari 1.150
pernafasan teratur dan tangisan bayi. Proses responden, mayoritas melakukan persalinan buatan
perangsangan pernafasan ini dimulai dari tekanan yang menyebabkan bayi mengalami asfiksia
mekanik dada pada persalinan, disusul dengan sedang sebesar 119 responden (10,4%), sedangkan
keadaan penurunan tekanan oksigen arterial dan persalinan spontan menyebabkan bayi mengalami
peningkatan tekanan karbondioksida arterial, asfiksia sedang sebanyak 123 responden (10,7%).
sehingga sinus bernafas. Bila mengalami hipoksia Menurut DepKes RI (2008) menyatakan
akibat suplai oksigen ke plasenta menurun karena persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi
efek hipertensi dan proteinuria sejak intrauterine, kembar, distosia bahu, seksio sesarea, ekstraksi
maka saat persalinan maupun pasca persalinan vakum dan ekstraksi forseps) adalah faktor
beresiko asfiksia (Reeder et al., 2011). predisposisi asfiksia neonatorum. Bones (1980),
Menurut Manuaba (2009) penyakit anemia dalam Cunningham (2008) juga melaporkan hasil
pada ibu dapat menyebabkan aliran darah menuju akhir pada janin yang dilahirkan dengan ekstraksi
plasenta akan berkurang sehingga O2 dan nutrisi forseps, vakum ekstraksi dan seksio sesarea
semakin tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan merupakan morbiditas dan asfiksia neonatorum.
metabolismenya. Kemampuan transportasi O2 semakin Resiko terjadinya kejadian asfiksia pada
menurun sehingga O2 pada janin tidak terpenuhi, dan persalinan dengan ekstraksi forseps mempunyai
metabolisme janin sebagian menuju metabolisme frekuensi 10%, begitupun dengan vakum ekstraksi
anaerob sehingga terjadi timbunan asam laktat dan sebesar 10% menurut Williams (1991), dalam
piruvat, serta menimbulkan asidosis Cunningham (2008). Persalinan dengan tindakan
metabolik.Semuanya memberikan kontribusi pada seksio sesarea mengakibatkan komplikasi berupa
penurunan konsentrasi O2 dan nutrisi dalam darah asfiksia karena penggunaan obat analgesik maupun
menuju plasenta sehingga O2 dan nutrisi janin semakin anestesi pada ibu sehingga terjadi depresi pusat
menurun, sehingga mengakibatkan bayi mengalami pernapasan pada janin (Aminullah, 2006). Selain
sindrom gawat nafas dan asfiksia. Didukung penelitian akibat penggunaan obat analgesik maupun anestesi,
yang dilakukan oleh (Safitri, 2014) bahwa kejadian tidak adanya kompresi yang terjadi pada persalinan
anemia pada kehamilan juga dapat mengakibatkan tidak spontan kemungkinan menyebabkan asfiksia
komplikasi asfiksia pada neonatal. (Cunningham, 2008). Persalinan menggunakan
forseps dapat berdampak buruk bagi bayi baru lahir,
Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian tekanan dari forseps dapat menyebabkan perdarahan
Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat intrakranial, edema intrakranial serta kerusakan
Prawiranegara Serang medula oblongata sebagai pusat pernapasan, hal
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value inilah yang menyebabkan bayi mengalami asfiksia.
sebesar 0,945 (p > alfa) yang berarti H0 gagal Pada persalinan menggunakan vakum asfiksia dapat
ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang terjadi akibat edema jaringan saraf pusat ataupun
bermakna antara penyakit kehamilan dengan perdarahan (Manuaba, 2009).
kejadian asfiksia neonatorum. Meskipun secara Berdasarkan catatan register perinatalogi di
statistik tidak ada hubungan yang bermakna namun RSUD dr Dradjat prawiranegara Serang tahun 2016,
penelitian menunjukan jenis persalinan dapat diketahui adanya faktor lain yang menyertai kejadian
menyebabkan asfiksia neonatorum. asfiksia pada bayi yang lahir spontan meliputi usia
Berdasarkan hasil penelitian bayi yang gestasi (kehamilan), berat bayi lahir rendah (BBLR),
dilahirkan secara spontan mengalami asfiksia neona- riwayat persalinan gemeli, partus lama, dan lain-lain.
torum sebanyak 90 bayi (44,3%), sedangkan bayi Sehingga dapat disimpulkan faktor-faktor tersebut
yang dilahirkan tidak spontan yaitu dengan cara yang memungkinkan menyebabkan asfiksia pada
vakum yang mengalami asfiksia neonatorum bayi yang lahir spontan. Selain itu, didapatkan pada
sebanyak 39 bayi (19,2%) dan dengan cara sectio beberapa bayi lahir spontan dengan BBLR dan
caessarea mengalami asfiksia neonatorum sebanyak riwayat persalinan kembar (gemeli), kemungkinan
74 bayi (35,5%). Hal ini menunjukkan asfiksia terjadi BBLR dan gemeli yang menyebabkan asfiksia.Bayi
pada bayi yang lahir spontan maupun tidak spontan. dengan riwayat persalinan kembar cenderung
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang mengalami BBLR dan mengalami asfiksia. Wardani
dilakukan oleh Mulastin (2014) di RSIA Kumalasiwi (2007) menyebutkan persalinan kembar (gemeli)
Pecangaan Jepara yang menyatakan dari 1.150 merupakan penyebab terjadinya asfiksia.
terdapat 242 atau (21,0%) bayi mengalami asfiksia Manuaba (2007) menyebutkan terdapat
264 NurseLine Journal Vol. 1 No. 2 Nopember 2016: 257-266
hubungan berat lahir bayi dengan usia gestasi dan masalah yang terjadi saat persalinan berlangsung
(kehamilan) sehingga bayi baru lahir dapat seperti (partus lama), faktor plasenta, faktor janin
dikategorikan KMK (kecil masa kehamilan), SMK (bayi prematur, letak bayi sungsang), faktor tali pusat,
(sesuai masa kehamilan), dan BMK (besar masa dan sistem rujukan yang dimana saat proses
kehamilan), sehingga bayi yang lahir spontan persalinan mengalami suatu masalah dengan
dengan BBLR ini termasuk dalam bayi lahir kecil keterbatasan alat yang minim sehingga mengharuskan
untuk masa kehamilan atau dismaturitas yang pasien dirujuk, mengakibatkan proses persalinan
berisiko menyebabkan terjadinya asfiksia. Dewi tertunda maka bayi mengalami asfiksia.
(2005) dalam penelitiannya menyebutkan kondisi
antepartum dan intrapartum yang menyebabkan SIMPULAN
risiko terjadinya asfiksia pada bayi lahir spontan
adalah air ketuban yang bercampur mekonium, Asfiksia neonatorum di RSUD dr Dradjat
kala II yang lama, KMK (kecil masa kehamilan). Prawiranegara Serang tahun 2016 masih
Wiknjosastro (2006) menyebutkan bahwa mengalami peningkatan dimana sebagian besar
kehamilan preterm berisiko menyebabkan terjadinya bayi dengan asfiksia dilahirkan dengan ibu yang
asfiksia. Hal ini disebabkan sistem organ bayi yang mengalami preeklamsi berat dan berdasarkan hasil
belum matang, yang ditandai dengan masih lemahnya analisis terdapat hubungan antara penyakit
otot pernapasan sehingga bayi prematur sering kehamilan dengan kejadian asfiksia neonatorum
mengalami asfiksia berat, penyakit membran hialin, namun tidak terdapat hubungan antara jenis
dan apnu. Kehamilan posterm dapat menyebabkan persalinan dengan kejadian asfiksia.
terjadinya asfiksia, sebagai akibat penurunan fungsi
respirasi dan nutrisi pada plasenta yang bertambah SARAN
umurnya. Namun, Pada beberapa kasus meskipun
usia kehamilan melebihi 42 minggu, fungsi plasenta Diharapkan petugas kesehatan baik ketika
tetap baik sehingga terjadi anak besar (> 4000 gram) ANC maupun proses melahirkan untuk dapat
yang dapat menyulitkan persalinan dan berakhir memantau kondisi ibu dan janin khususnya ibu
dengan persalinan tidak spontan. Berat bayi lahir dengan penyakit kehamilan untuk terus menjaga
rendah (BBLR) berkaitan dengan tingkat maturitas tekanan darah, memotivasi ibu untuk melakukan
janin. Pada bayi prematur ditandai dengan sistem or- ANC secara rutin serta membantu proses
gan pernapasan yang belum matang, sehingga bayi persalinan secara tepat dan cepat
akan sulit beradaptasi dengan lingkungan ektra uterin
yang berakibat terjadinya asfiksia saat persalinan. KEPUSTAKAAN
UNICEF (2007) dalam Farhania (2008)
menyebutkan bahwa gemeli menjadi faktor risiko Ambarwati, WN. & Irdawati. 2009. Hubungan
terjadinya asfiksia pada bayi yang lahir spontan. Preeklamsi dengan Kondisi Bayi yang di
Secara fisiologis gemeli pada janin menyebabkan Lahirkan Secara Sectio Caesarea di RSUD
janin mendapatkan oksigen yang berasal dari ibu dr. Moewardi Surakarta Tahun 2009.Berita
harus dibagi, keadaan ini yang berisiko Ilmu Kesehatan ISSN 1979-2697. Vol. 2 No.
menyebabkan asfiksia (Cunningham, 2008). Partus 1. Diakses dari https://
lama berisiko menyebabkan asfiksia. Pada ibu publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/
yang mengalami partus lama, kontraksi uterus tanggal 26 Januari 2016.
berlangsung lebih lama dari pada ibu yang bersalin Aminullah, A. 2006. Asfiksia Neonatorum. Jakarta:
normal. Hal ini mengakibatkan peredaran darah Yayasan Bina Pustaka Sarwono
yang membawa oksigen ke janin terhenti lebih Prawiroharjo.
lama, proses ini membuat janin kekurangan suplai Aristianti, R. 2010. Faktor-faktor yang
oksigen yang berakibat pada kejadian asfiksia berhubungan dengan kejadian Asfiksia di
(Cunnningham, 2008). RSB Kasih Insani tahun 2010. Skripsi
Menurut kepala ruangan Perinatalogi Tidak di Publikasi. STIKes Faletehan.
didapatkan bahwa angka kejadian asfiksia tinggi Badriyah, L. & Tjahyani, E. 2013.Hubungan Antara
disebabkan karena faktor ibu seperti (penyakit yang Preeklamsia Berat dengan Kejadian Berat Bayi
diderita ibu saat hamil, usia ibu yang ektrim, paritas ibu, lahir Rendah.Diakses dari http://jurnal-
demam saat kehamilan, dan infeksi yang terjadi saat ibu griyahusada .com/awal/images/files/
hamil), faktor jenis persalinan yang dilakukan HUBUNGAN%20ANTARA%20PRE-
Hubungan Penyakit Kehamilan Dan Jenis Persalinan 265
2007.Skripsi.Fakultas Kedokteran
Muhammidiyah Malang.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.