Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA


NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

Risa Mundari
Akademi Kebidanan Panca Bhakti
risamundari@gmail.com

ABSTRAK
Kematian ibu di Indonesia terbanyak disebabkan oleh komplikasi obstetrik (90%) yaitu
perdarahan (30,77%), Infeksi (22,5%), preeklamsi dan eklamsi (25,18%), lain-lain (11,55%). Pada
preeklampsia dapat menyebabkan perubahan pada plasenta dimana menurunnya aliran darah ke
plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada preeklamsi yang agak lama pertumbuhan
janin terganggu, sedangkan pada preeklamsi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai
kematian karena kekurangan oksigen (hipoksia) dan pada persalinan bahaya ini makin besar,
postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia neonatorum karena hipoksia intrauterin.
Mengetahui hubungan kejadian preeklampsia dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Wates
tahun 2011.
Jenis penelitian observasional analitik dengan desain historikal kohort. Variabel bebas
kejadian preeklampsia dan variabel terikat kejadian asfiksia neonatorum. Populasi keseluruhan ibu
bersalin di RSUD Wates mulai bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2010. Besar sampel
adalah 130 subjek terpapar (preeklampsia) dan 130 subjek tidak terpapar (tidak preeklampsia). Analisa
data menggunakan Chi Square, persentase, dan risiko relatif.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan kejadian
asfiksia neonatorum dengan nilai p = 0,040. Angka kejadian asfiksia neonatorum pada ibu preeklamsi
sebanyak 45 orang (35%), sedangkan angka kejadian asfiksia neonatorum pada ibu tidak preeklamsi
sebanyak 30 orang (23%). Pada nilai Risiko Relatif (RR) yang didapat sebesar 1,7 dengan CI 95%
(1.023-3.043).
Kesimpulan Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan kejadian asfiksia
neonatorum. Ibu dengan preeklampsia memiliki risiko 1,7 kali lebih besar dibanding dengan yang
tidak menderita preeklampsia untuk melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum.

Kata Kunci : Preeklampsia, Asfiksia Neonatorum.

PENDAHULUAN menilai keberhasilan pelayanan kesehatan.


Angka kematian ibu (AKI) dan Hal ini dikarenakan kesehatan dan
angka kematian bayi (AKB) merupakan keselamatan janin dalam rahim sangat
parameter yang baik dan peka untuk
tergantung pada keadaan dan Berdasarkan hasil SDKI 2007 AKB
kesempurnaan bekerjanya sistem dalam sebesar 34/1000 KH, terjadi stagnasi bila
tubuh ibu. Indikator derajat kesehatan dibandingkan dengan SDKI 2003 yaitu
suatu negara ditentukan oleh angka 35/1000 KH.
kematian ibu dan angka kematian bayi. Salah satu sasaran yang ditetapkan
Angka kematian neonatal di Indonesia oleh pemerintah untuk tahun 2010 adalah
sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. menurunkan AKI menjadi 125 / 100.000
Dalam satu tahun sekitar 89.000 bayi usia kelahiran hidup dari 307/ 100.000
satu bulan meninggal, artinya setiap 6 kelahiran hidup (SDKI) 2002
menit ada satu neonatus meninggal.
17
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538

/ 2003. Penyebab kematian ibu di melakukan penelitian apakah ada


Indonesia terbanyak disebabkan oleh hubungan kejadian preeklampsia dengan
komplikasi obstetrik (90%) yaitu kejadian asfiksia neonatorum.
perdarahan (30,77%), Infeksi (22,5%),
METODE
preeklamsi dan eklamsi (25,18%), lain-lain
Jenis penelitian ini adalah
(11,55%).
observasional analitik dan menggunakan
Penyebab kematian neonatus di
desain penelitian dalam bentuk study
negara berkembang berturut-turut
history cohort. Lokasi penelitian ini
disebabkan oleh penyakit infeksi, asfiksia
dilakukan di RSUD Wates Kabupaten
dan trauma lahir, bayi kurang bulan
Kulon Progo Propinsi DIY. Pengambilan
(prematur) dan bayi berat lahir rendah
data dilaksanakan pada tanggal 06 sampai
(BBLR), kelainan bawaan (kongenital) dan
dengan 07 Februari 2012. Populasi dalam
sisanya disebabkan penyakit lain.
penelitian ini adalah semua ibu bersalin di
Penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari
RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
di Indonesia adalah gangguan pernafasan
Propinsi DIY pada 01 Januari 2009 – 31
(36,90%), prematuritas (32,40%), sepsis
Desember 2010 yaitu sebanyak 3484 ibu
(12,00%), hipotermi (6,80%), kelainan
bersalin.
darah/ikterus (6,60%) dan lain-lain.
Sampel yang diambil sebagai
Berdasarkan data register
subjek adalah yang memenuhi kriteria
persalinan, di RSUD Wates Kabupaten
inklusi dari perhitungan, besar sampel
Kulon Progo Propinsi DIY pada tahun
adalah 130 subjek terpapar (preeklampsia)
2009 jumlah ibu bersalin dengan
dan 130 subjek tidak terpapar (tidak
preeklampsia sebanyak 42 orang dan
preeklampsia). Variabel independen dalam
melahirkan neonatus dengan asfiksia
penelitian ini adalah kejadian
sebanyak 21 neonatus (50%) dan tahun
preeclampsia, sedangkan variabel
2010 ibu bersalin dengan preeklampsia
dependen adalah kejadian asfiksia
sebanyak 62 orang dan melahirkan
neonatorum.
neonatus dengan asfiksia sebanyak 31
Data penelitian diambil dari rekam
neonatus (50%).
medik. Instrumen yang digunakan adalah
Berdasarkan data di atas
lembar pengumpul data. Pengumpulan data
menunjukkan terjadinya peningkatan
menggunakan format pengumpulan data
jumlah kejadian preeklampsia pada ibu
yang diambil dari data rekam medis di
bersalin dan asfiksia neonatorum di RSUD
RSUD Wates untuk mengetahui kejadian
Wates Kabupaten Kulon Progo Propinsi
preeklampsia dan kejadian asfiksia. Data
DIY, maka peneliti tertarik untuk
18
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538

yang digunakan adalah data sekunder yang


bersumber dari catatan rekam medik HASIL
RSUD Wates dari bulan Januari 2009 – 1. Hasil Analisis Karakteristik Responden
Desember 2010. berdasarkan Umur, Paritas dan Jenis
Pengumpulan data dilakukan Persalinan
dengan cara mengumpulkan catatan medik Tabel.1
Gambaran Karakteristik Ibu bersalin dengan
ibu bersalin. Pengolahan data meliputi
Preeklampsia dan Tidak Preeklampsia
editing data,coding, transfering data,
Berdasarkan Umur, Paritas dan Jenis
tabulating. Analisis data Pengolahan data Persalinan di RSUD Wates Kulon Progo Tahun
sekunder yang diperoleh meliputi 2009-2010
pemasukan data dan analisis data statistik N Karakteristi Preekla Tidak P

dilakukan secara komputerisasi yaitu O k msi preekla value


msi
dengan melakukan analisis univariat dan
1 20 thn 5 15
bivariat.
20-35 thn 54 62 0,001
Analisis univariat yang digunakan 35 thn 71 53
untuk mendapatkan gambaran distribusi 2 Paritas

kejadian yaitu dengan cara membuat tabel 1 36 31


2-4 66 85 0,024
distribusi frekuensi. Analisis Bivariat yang
>5 28 14
dilakukan adalah tabulasi silang antara dua
3 Jenis
variabel yaitu variabel independen dan Persalinan
variabel dependen. Analisis bivariat Normal 106 99 0,288

digunakan untuk mengetahui hubungan Tindakan 24 31

antara preeklampsia dengan kejadian Sumber : Data Rekam Medik Tahun 2009-

asfiksia di RSUD Wates Kabupaten Kulon 2010

Progo Propinsi DIY tahun 2010 adalah Berdasarkan tabel. 1 menunjukkan

menggunakan statistik non parametric bahwa ibu dengan preeklampsia terbanyak

dengan uji statistik yang digunakan Chi pada umur lebih dari 35 tahun yaitu

Square. Dengan derajat kemaknaan 5 sebanyak 71 ibu, sedangkan pada ibu tidak

persen atau (0.05). Setelah data dianalisis preeklamsia terbanyak pada usia 20-35

dengan Chi Square, selanjutnya dihitung tahun yaitu sebesar 62 ibu. Pada ibu

besarnya nilai risiko relatif (RR). dengan preeklampsia paritas terbanyak


pada ibu dengan paritas 2-4 yaitu sebanyak
66 ibu, sedangkan pada ibu tidak
preeklamsia terbanyak pada paritas 2-4
juga yaitu sebanyak 85 ibu. Pada jenis
19
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538

persalinan ibu dengan preeklampsia


banyak terjadi pada persalinan normal b. Analisis Bivariat
sebanyak 106 ibu dan ibu tanpa Tabel 3.
Tabel Silang Frekuensi Kejadian Preeklampsia
preeklampsia juga banyak terjadi pada
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di
persalinan normal yaitu sebanyak 99 ibu.
RSUD Wates Tahun 2009-2010
2. Hasil Analisis Data
a. Analisis Univariat Asfiksia
Tabel 2. Neonatorum
Distribusi Kejadian Asfiksia Neonatorum Jumlah
Preeklampsia Asfiksia Tidak
di RSUD Wates Kulon Progo Tahun 2009-
Asfiksia
2010
F % F % F %
Asfiksia
Preeklampsia 45 35 85 65 130 100
Neonatorum
Jumlah Tidak
Preeklampsia Asfiksia Tidak 30 23 100 77 130 100
Preeklampsia
Asfiksia
Jumlah 75 29 185 71 260 100
F % F % F %
Uji Chi-square χ2 Hitung = 4,2162 dan
Preeklampsia 45 35 85 65 130 100
χ2 Tabel = 3,841
Tidak
30 23 100 77 130 100 P value = 0,040 dan RR = 1,7
Preeklampsia
CI 95%(1,023-3,043)
Jumlah 75 29 185 71 260 100 Sumber : Data Rekam Medik Tahun 2009-2010
Uji Chi-square χ Hitung = 4,2162 dan
2
Berdasarkan tabel. 3 menunjukkan
χ Tabel = 3,841
2
bahwa dari 130 ibu dengan preeklampsia
P value = 0,040 dan RR = 1,7 sebanyak 45 orang (35%) melahirkan bayi
CI 95%(1,023-3,043) dengan asfiksia neonatorum, sedangkan
Sumber: Data Rekam Medik Tahun 2009-2010 dari 130 ibu tidak preeklampsia 30 orang
(23%) melahirkan bayi dengan asfiksia
Berdasarkan tabel. 2 menunjukkan neonatorum.
bahwa dari 130 ibu dengan preeklampsia Dari data tersebut peneliti
sebanyak 45 orang (35%) melahirkan bayi menganalisis hasil penelitian dengan
dengan asfiksia neonatorum, sedangkan menggunakan uji Chi-square (melalui
dari 130 ibu tidak preeklampsia 30 orang program SPSS.16) hubungan antara
(23%) melahirkan bayi dengan asfiksia preeklampsia dengan kejadian asfiksia
neonatorum. neonatorum signifikan pada α = 0,05 dan
nilai p = 0,040 , dimana nilai p < α dan χ2

20
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538

Hitung (4,2162) > χ2 Tabel (3,841) yang kandungan. Insiden hipertensi karena
artinya Ho ditolak. Hal ini menunjukkan kehamilan meningkat 3 kali lipat pada
bahwa ada hubungan antara kejadian wanita diatas 40 tahun dibandingkan
preeklampsia dengan kejadian asfiksia dengan wanita yang berusia 20 - 30 tahun.
neonatorum di RSUD Wates kulon Progo. Berdasarkan tabel 1. juga
Sedangkan nilai Risiko Relatif (RR) yang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
didapat sebesar 1,7 dengan CI 95% (1,023- preeklampsia dan tidak preeklampsia
3,043) yang berarti ibu yang menderita merupakan paritas kedua sampai keempat.
preeklampsia mempunyai risiko 1,7 kali Hubungan antara paritas dengan kejadian
lebih besar dibanding yang tidak menderita preeklampsia signifikan pada α = 0,05 dan
preeklampsia, untuk melahirkan bayi nilai p = 0,017 yang artinya H o ditolak. Hal
dengan asfiksia neonatorum. ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara paritas dengan kejadian
PEMBAHASAN preeklampsia. Keadaan ini dapat
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan disebabkan karena sebagian besar
bahwa sebagian besar ibu preeklampsia responden berada dalam usia reproduksi
berumur lebih dari 35 tahun dan ibu yang sehat. Hal ini tidak sesuai dengan teori
tidak preeklampsia sebagian besar berumur bahwa wanita yang baru menjadi ibu
antara 20-35 tahun. Hubungan antara umur ternyata 6-8 kali lebih mudah terkena
dengan kejadian preeklampsia signifikan preeklampsia daripada ibu multipara. 2
pada α = 0,05 dan nilai p = 0,017 yang Berdasarkan tabel.1 juga dapat
artinya Ho ditolak. Hal ini menunjukkan diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan
bahwa ada hubungan antara umur dengan preeklamsia bersalin melahirkan bayi
kejadian preeklampsia. Dimana pada usia dengan cara normal. Hubungan antara
tersebut merupakan kurun waktu umur dengan kejadian preeklampsia
reproduksi sehat pada wanita, yaitu antara signifikan pada α = 0,05 dan nilai p =
umur 20 sampai 35 tahun. Pada usia 35 0,288, Hal ini menunjukkan bahwa tidak
tahun atau lebih, mudah terjadi berbagai ada hubungan antara jenis persalinan
penyakit pada ibu, organ kandungan dengan kejadian preeklampsia Hal ini
menua dan jalan lahir tidak lentur lagi. dapat disebabkan karena sebagian besar
Bahaya yang dapat terjadi antara lain, ibu bersalin melahirkan secara normal,
hipertensi/tekanan darah tinggi, sesuai dengan teori bahwa kejadian
preeklampsia, ketuban pecah dini, dan lain asfiksia bisa disebabkan karena narkosa
lain, disebabkan karena terjadinya saat persalinan yang diberikan pada ibu.
perubahan pada jaringan alat-alat Selain itu asfiksia neonatorum dapat terjadi
21
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538

karena depresi pernafasan akibat obat-obat neonatorum 17,00%, perdarahan pasca


anesthesia atau analgetika yang diberikan persalinan 14,00%, kematian neonatal dini
kepada ibu. 9,00%, dan gangguan visus, solusio
Perhitungan hubungan antara plasenta, serta kematian ibu masing-
preeklampsia dengan kejadian asfiksia masing 1 kasus (3,00%).
neonatorum dilakukan dengan software Adanya hubungan antara
SPSS 16.0 menggunakan uji Chi-square, preeklampsia dengan kejadian asfiksia
menunjukkan bahwa ada hubungan antara neonatorum dalam penelitian ini juga dapat
preeklampsia dengan kejadian asfiksia disebabkan karena yang diteliti dalam
neonatorum. Berdasarkan hasil dari uji penelitian ini murni ibu bersalin tanpa
statistik diatas, menunjukkan bahwa komplikasi lain selain preeklampsia. Selain
preeklampsia tidak secara langsung itu karena menggunakan data sekunder,
mempengaruhi kejadian asfiksia peneliti kekurangan data tentang umur
neonatorum, karena dalam penelitian ini kehamilan berapa minggu ibu mulai
meskipun ibu bersalin dengan mengalami preeklampsia, sehingga peneliti
preeklampsia tetapi bayi yang dilahirkan tidak dapat meneliti berapa lama onset
banyak yang tidak mengalami asfiksia terjadinya preeklampsia dengan jarak
neonatorum. Hal ini sesuai dengan teori persalinan dan terapi untuk preeklampsia
bahwa salah satu faktor yang dapat yang sudah diberikan kepada ibu selama
menyebabkan asfiksia neonatus berasal kehamilan.
dari faktor ibu yaitu terjadinya Ibu bersalin dengan preeklampsia
vasokonstriksi arterial pada ibu dengan tidak selalu melahirkan bayi dengan
hipertensi pada hamil dan gestosis asfiksia neonatorum. Selain faktor
preeklampsia – eklampsia. preeklampsia, asfiksia neonatorum juga
Kenaikan morbiditas dan mortalitas dapat disebabkan karena faktor dari ibu
janin pada preeklampsia dan eklampsia, seperti hipoksia ibu yang dapat
secara tidak langsung akibat intrauterine menimbulkan hipoksia janin dengan segala
growth restriction (IUGR), prematuritas, akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi
oligohidramnion, dan solusio plasenta. karena hipoventilasi akibat pemberian obat
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan analgetik atau anestesi dalam gangguan
hasil penelitian bahwa Komplikasi yang aliran darah uterus, berkurangnya aliran
sering ditemukan pada preeklampsia- darah pada uterus akan menyebabkan
eklampsia antara lain BBLR (prematur dan kurangnya aliran oksigen ke plasenta dan
dismatur) sebesar 34,00%, Intra Uterin ke janin. Hal ini sering ditemukan pada
Fetal Death (IUFD) 17,00%, asfiksia keadaan gangguan kontraksi uterus,
22
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538

hipotensi mendadak pada ibu karena perawatan pada ibu hamil dan bersalin
perdarahan. Faktor dari plasenta terutama yang mempunyai riwayat obstetri
pertukaran gas antara ibu dan janin buruk agar dapat mengenali janin dan bayi
dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, yang berisiko paling besar sedini mungkin.
asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, SIMPULAN
misalnya solusio plasenta, perdarahan 1. Angka kejadian asfiksia neonatorum
plasenta. Faktor dari fetus kompresi pada ibu preeklamsi sebanyak 45 orang
umbilikus akan mengakibatkan (35%)
terganggunya aliran darah dalam pembuluh 2. Angka kejadian asfiksia neonatorum
darah umbilikus dan menghambat pada ibu tanpa preeklamsi sebanyak 30
pertukaran gas antara ibu dan janin. orang (23%)
Gangguan ini dapat ditemukan pada 3. Terdapat hubungan antara kejadian
keadaan tali pusat menumbung, tali pusat preeklampsia dengan kejadian asfiksia
melilit leher, kompresi tali pusat antara neonatorum.P= 0,04 dengan RR sebesar
janin dan jalan lahir, dan lain lain. Faktor 1,7 dengan CI 95% (1.023-3.043) yang
dari neonatus depresi pusat pernafasan berarti ibu yang menderita preeklampsia
pada bayi baru lahir dapat terjadi karena mempunyai risiko 1,7 kali lebih besar
beberapa hal seperti pemakaian anestesi dibanding dengan yang tidak menderita
atau analgetik yang berlebihan pada ibu preeklampsia untuk melahirkan bayi
secara langsung dapat menimbulkan dengan asfiksia neonatorum.
depresi pusat nafas, trauma persalinan
seperti perdarahan intrakranial, kelainan SARAN
kongenital (hernia diafragma, 1.Bagi Bidan diharapkan dapat lebih
atresia/stenosis saluran nafas, hipoplasia meningkatkan pengawasan dan
paru). perawatan kehamilan terhadap ibu hamil
Jadi meskipun ibu mengalami dengan preeklampsia sehingga
preeklampsia belum tentu bayi yang persalinan berjalan lancar dan
dilahirkan mengalami asfiksia neonatorum didapatkan bayi yang lahir sehat tanpa
karena masih ada faktor-faktor lain yang asfiksia neonatorum.
lebih berpengaruh terhadap terjadinya 2.Bagi Peneliti Selanjutnya dapat dijadikan
asfiksia neonatorum selain faktor pertimbangan dasar atau bahan data
preeklampsia (hipertensi kehamilan). untuk penelitian selanjutnya dengan
Sehingga diharapkan bidan dapat cara dan teknik yang berbeda serta
meningkatkan upaya pemantauan dan jumlah sampel lebih banyak. Akan lebih
23
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538

baik jika peneliti selanjutnya mengambil Profil, 2010, RSUD Wates Kulon
data langsung pada saat bayi lahir, Progo
sehingga data lebih lengkap dan valid. Rochjati P, 2003. Skrining Antenatal Pada
sehingga data yang didapatkan tidak Ibu Hamil, Pengenalan Faktor Risiko,
terbatas pada beberapa data yang tertulis Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi.
dalam rekam medis atau dengan Surabaya : Airlangga University Press.
menggunakan desain penelitian kohort Saifudin AB, 2008. Ilmu Kebidanan
prospektif. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
DAFTAR PUSTAKA Soefoewan, 2003. Suratman A.L, 1999,
Aminullah, 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi Faktor-Faktor yang Berpengaruh
III.Yayasan Bina Pustakan Sarwono terhadap Kejadian Janin Tumbuh
Prawirohardjo Lambat pada
Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004. Buku Preeklampsia/Eklampsia, Bag,
Ajar Keperawatan Maternitas ; alih Obstetri dan Ginekologi
bahasa oleh Maria A, Peter I. Jakarta : Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta.
EGC. Sudhaberata K, 2001. Profil Penderita
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL et Preeklamsia - Eklamsia di RSU
al, 2005. Obstetri Williams ; alih Tarakan, Kaltim.
bahasa oleh Hartono A, Suyono Y,
Pendit BU . Jakarta: EGC.
Hermiyanti. Ibu Selamat-Bayi sehat-
Suami Siaga 2009 . Available from
http://www.depkes.go.id/index.php/ber
ita/press-release/790-ibu-selamat-bayi-
sehat-suami-siaga.html, diakses tanggal
02 Pebruari 2010.
Manuaba IBG, 2010. Ilmu Kebidanan,
Penyakit kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC.
Notoatmodjo S, 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

24
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia

Anda mungkin juga menyukai