Risa Mundari
Akademi Kebidanan Panca Bhakti
risamundari@gmail.com
ABSTRAK
Kematian ibu di Indonesia terbanyak disebabkan oleh komplikasi obstetrik (90%) yaitu
perdarahan (30,77%), Infeksi (22,5%), preeklamsi dan eklamsi (25,18%), lain-lain (11,55%). Pada
preeklampsia dapat menyebabkan perubahan pada plasenta dimana menurunnya aliran darah ke
plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada preeklamsi yang agak lama pertumbuhan
janin terganggu, sedangkan pada preeklamsi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai
kematian karena kekurangan oksigen (hipoksia) dan pada persalinan bahaya ini makin besar,
postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia neonatorum karena hipoksia intrauterin.
Mengetahui hubungan kejadian preeklampsia dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Wates
tahun 2011.
Jenis penelitian observasional analitik dengan desain historikal kohort. Variabel bebas
kejadian preeklampsia dan variabel terikat kejadian asfiksia neonatorum. Populasi keseluruhan ibu
bersalin di RSUD Wates mulai bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2010. Besar sampel
adalah 130 subjek terpapar (preeklampsia) dan 130 subjek tidak terpapar (tidak preeklampsia). Analisa
data menggunakan Chi Square, persentase, dan risiko relatif.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan kejadian
asfiksia neonatorum dengan nilai p = 0,040. Angka kejadian asfiksia neonatorum pada ibu preeklamsi
sebanyak 45 orang (35%), sedangkan angka kejadian asfiksia neonatorum pada ibu tidak preeklamsi
sebanyak 30 orang (23%). Pada nilai Risiko Relatif (RR) yang didapat sebesar 1,7 dengan CI 95%
(1.023-3.043).
Kesimpulan Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan kejadian asfiksia
neonatorum. Ibu dengan preeklampsia memiliki risiko 1,7 kali lebih besar dibanding dengan yang
tidak menderita preeklampsia untuk melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum.
antara preeklampsia dengan kejadian Sumber : Data Rekam Medik Tahun 2009-
dengan uji statistik yang digunakan Chi pada umur lebih dari 35 tahun yaitu
Square. Dengan derajat kemaknaan 5 sebanyak 71 ibu, sedangkan pada ibu tidak
persen atau (0.05). Setelah data dianalisis preeklamsia terbanyak pada usia 20-35
dengan Chi Square, selanjutnya dihitung tahun yaitu sebesar 62 ibu. Pada ibu
20
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538
Hitung (4,2162) > χ2 Tabel (3,841) yang kandungan. Insiden hipertensi karena
artinya Ho ditolak. Hal ini menunjukkan kehamilan meningkat 3 kali lipat pada
bahwa ada hubungan antara kejadian wanita diatas 40 tahun dibandingkan
preeklampsia dengan kejadian asfiksia dengan wanita yang berusia 20 - 30 tahun.
neonatorum di RSUD Wates kulon Progo. Berdasarkan tabel 1. juga
Sedangkan nilai Risiko Relatif (RR) yang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
didapat sebesar 1,7 dengan CI 95% (1,023- preeklampsia dan tidak preeklampsia
3,043) yang berarti ibu yang menderita merupakan paritas kedua sampai keempat.
preeklampsia mempunyai risiko 1,7 kali Hubungan antara paritas dengan kejadian
lebih besar dibanding yang tidak menderita preeklampsia signifikan pada α = 0,05 dan
preeklampsia, untuk melahirkan bayi nilai p = 0,017 yang artinya H o ditolak. Hal
dengan asfiksia neonatorum. ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara paritas dengan kejadian
PEMBAHASAN preeklampsia. Keadaan ini dapat
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan disebabkan karena sebagian besar
bahwa sebagian besar ibu preeklampsia responden berada dalam usia reproduksi
berumur lebih dari 35 tahun dan ibu yang sehat. Hal ini tidak sesuai dengan teori
tidak preeklampsia sebagian besar berumur bahwa wanita yang baru menjadi ibu
antara 20-35 tahun. Hubungan antara umur ternyata 6-8 kali lebih mudah terkena
dengan kejadian preeklampsia signifikan preeklampsia daripada ibu multipara. 2
pada α = 0,05 dan nilai p = 0,017 yang Berdasarkan tabel.1 juga dapat
artinya Ho ditolak. Hal ini menunjukkan diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan
bahwa ada hubungan antara umur dengan preeklamsia bersalin melahirkan bayi
kejadian preeklampsia. Dimana pada usia dengan cara normal. Hubungan antara
tersebut merupakan kurun waktu umur dengan kejadian preeklampsia
reproduksi sehat pada wanita, yaitu antara signifikan pada α = 0,05 dan nilai p =
umur 20 sampai 35 tahun. Pada usia 35 0,288, Hal ini menunjukkan bahwa tidak
tahun atau lebih, mudah terjadi berbagai ada hubungan antara jenis persalinan
penyakit pada ibu, organ kandungan dengan kejadian preeklampsia Hal ini
menua dan jalan lahir tidak lentur lagi. dapat disebabkan karena sebagian besar
Bahaya yang dapat terjadi antara lain, ibu bersalin melahirkan secara normal,
hipertensi/tekanan darah tinggi, sesuai dengan teori bahwa kejadian
preeklampsia, ketuban pecah dini, dan lain asfiksia bisa disebabkan karena narkosa
lain, disebabkan karena terjadinya saat persalinan yang diberikan pada ibu.
perubahan pada jaringan alat-alat Selain itu asfiksia neonatorum dapat terjadi
21
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538
hipotensi mendadak pada ibu karena perawatan pada ibu hamil dan bersalin
perdarahan. Faktor dari plasenta terutama yang mempunyai riwayat obstetri
pertukaran gas antara ibu dan janin buruk agar dapat mengenali janin dan bayi
dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, yang berisiko paling besar sedini mungkin.
asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, SIMPULAN
misalnya solusio plasenta, perdarahan 1. Angka kejadian asfiksia neonatorum
plasenta. Faktor dari fetus kompresi pada ibu preeklamsi sebanyak 45 orang
umbilikus akan mengakibatkan (35%)
terganggunya aliran darah dalam pembuluh 2. Angka kejadian asfiksia neonatorum
darah umbilikus dan menghambat pada ibu tanpa preeklamsi sebanyak 30
pertukaran gas antara ibu dan janin. orang (23%)
Gangguan ini dapat ditemukan pada 3. Terdapat hubungan antara kejadian
keadaan tali pusat menumbung, tali pusat preeklampsia dengan kejadian asfiksia
melilit leher, kompresi tali pusat antara neonatorum.P= 0,04 dengan RR sebesar
janin dan jalan lahir, dan lain lain. Faktor 1,7 dengan CI 95% (1.023-3.043) yang
dari neonatus depresi pusat pernafasan berarti ibu yang menderita preeklampsia
pada bayi baru lahir dapat terjadi karena mempunyai risiko 1,7 kali lebih besar
beberapa hal seperti pemakaian anestesi dibanding dengan yang tidak menderita
atau analgetik yang berlebihan pada ibu preeklampsia untuk melahirkan bayi
secara langsung dapat menimbulkan dengan asfiksia neonatorum.
depresi pusat nafas, trauma persalinan
seperti perdarahan intrakranial, kelainan SARAN
kongenital (hernia diafragma, 1.Bagi Bidan diharapkan dapat lebih
atresia/stenosis saluran nafas, hipoplasia meningkatkan pengawasan dan
paru). perawatan kehamilan terhadap ibu hamil
Jadi meskipun ibu mengalami dengan preeklampsia sehingga
preeklampsia belum tentu bayi yang persalinan berjalan lancar dan
dilahirkan mengalami asfiksia neonatorum didapatkan bayi yang lahir sehat tanpa
karena masih ada faktor-faktor lain yang asfiksia neonatorum.
lebih berpengaruh terhadap terjadinya 2.Bagi Peneliti Selanjutnya dapat dijadikan
asfiksia neonatorum selain faktor pertimbangan dasar atau bahan data
preeklampsia (hipertensi kehamilan). untuk penelitian selanjutnya dengan
Sehingga diharapkan bidan dapat cara dan teknik yang berbeda serta
meningkatkan upaya pemantauan dan jumlah sampel lebih banyak. Akan lebih
23
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia
Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana” Volume 2 NO 1 Edisi 1 September 2017 ISSN:2541-538
baik jika peneliti selanjutnya mengambil Profil, 2010, RSUD Wates Kulon
data langsung pada saat bayi lahir, Progo
sehingga data lebih lengkap dan valid. Rochjati P, 2003. Skrining Antenatal Pada
sehingga data yang didapatkan tidak Ibu Hamil, Pengenalan Faktor Risiko,
terbatas pada beberapa data yang tertulis Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi.
dalam rekam medis atau dengan Surabaya : Airlangga University Press.
menggunakan desain penelitian kohort Saifudin AB, 2008. Ilmu Kebidanan
prospektif. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
DAFTAR PUSTAKA Soefoewan, 2003. Suratman A.L, 1999,
Aminullah, 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi Faktor-Faktor yang Berpengaruh
III.Yayasan Bina Pustakan Sarwono terhadap Kejadian Janin Tumbuh
Prawirohardjo Lambat pada
Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004. Buku Preeklampsia/Eklampsia, Bag,
Ajar Keperawatan Maternitas ; alih Obstetri dan Ginekologi
bahasa oleh Maria A, Peter I. Jakarta : Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta.
EGC. Sudhaberata K, 2001. Profil Penderita
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL et Preeklamsia - Eklamsia di RSU
al, 2005. Obstetri Williams ; alih Tarakan, Kaltim.
bahasa oleh Hartono A, Suyono Y,
Pendit BU . Jakarta: EGC.
Hermiyanti. Ibu Selamat-Bayi sehat-
Suami Siaga 2009 . Available from
http://www.depkes.go.id/index.php/ber
ita/press-release/790-ibu-selamat-bayi-
sehat-suami-siaga.html, diakses tanggal
02 Pebruari 2010.
Manuaba IBG, 2010. Ilmu Kebidanan,
Penyakit kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC.
Notoatmodjo S, 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
24
Risa Mundari : Hubungan Kejadian Preeklamsi Dengan Kejadian Asfiksia