Anda di halaman 1dari 6

Jurnal MID-Z (Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan

Vol 3 No 1, Mei 2020 ISSN E: 2621-7015


Hal : 1-6 ISSN P: 2656-8586
Resiko Kejadian Asfiksia Neonatorum pada Ketuban Pecah Dini
di Rumah Sakit Kalisat Jember

1 2
Jenie Palupi , Syiska Atik Maryanti

Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan Jember


E-mail: syiska_hermawan@yahoo.com

Abstrak
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir sebelum ada tanda-tanda persalinan.
Ketuban pecah dini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum karena akibat dari
adanya penekanan pada tali pusat di dalam kandungan sehingga bayi mengalami gangguan pertukaran O2 dan
berlanjut menjadi asfiksia. Tujuan penelitian mengetahui ada resiko kejadian asfiksia neonatorum pada ketuban
pecah dini di Rumah Sakit Kalisat Jember. Desain penelitian analisis korelasi dengan pendekatan case control,
jumlah sampel 69 responden menggunakan data sekunder rekam medik RS Kalisat Jember bulan Oktober -
Desember 2017 dan dianalisa dengan uji chi square, Koefisien Kontingensi dan odd ratio. Hasil penelitian
terdapat 42,02% ketuban pecah dini dan bayi yang mengalami asfiksia sebesar 31,88%. Analisa menggunakan
chi square didapatkan X2 hitung sebesar 20,987 > X2 tabel sebesar 3,841 dan Koefisien Kontingensi 0,483
artinya ada hubungan yang cukup kuat. Analisa menggunakan odd ratio didapatkan nilai 14,727 artinya ada
resiko (efek negatif). Kesimpulan ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan asfiksia neonatorum dan ada
resiko kejadian asfiksia neonatorum pada ketuban pecah dini Sebaiknya bagi tenaga kesehatan di rumah sakit
untuk melakukan pelayanan dan perawatan yang konservatif pada ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah
dini sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir.
Key words: Resiko Kejadian Asfiksia, Ketuban Pecah Dini

Abstract
Early rupture of membranes is the release of amniotic fluid from the birth canal before any signs of labor. Early
rupture of membranes is one of the factors causing asphyxia neonatorum because of the emphasis on the
umbilical cord in the womb so that the baby has an O2 exchange disorder and continues to be asphyxia. The
objective of the study was to know the risk of asphyxia neonatorum occurrence on premature rupture of
membranes at Kalisat Hospital. The research design of correlation analysis with case control approach, the
sample number of 69 respondents use secondary data of Kalisat Jember Hospital Hospital from October to
December 2017 and analyzed by chi square test, Contingency Coefficient and odd ratios. The result showed
42.02% of premature rupture and infant with asphyxia 31,88%. Analysis using chi square got X2 count equal to
20,987> X2 table equal to 3,841 and Contingency Coefficient 0,483 meaning there is relationship strong enough.
Analysis using odd ratio got value 14,727 meaning there is risk (negative effect). Conclusion There is a
relationship between premature rupture of membranes with asphyxia neonatorum and there is a risk of asphyxia
neonatorum occurrence in premature rupture of membranes. Preferably for health workers in hospitals to perform
services and conservative care in mothers who experience premature rupture of membranes so as to reduce the
risk of asphyxia in newborns.
Key words: Risk of Asphyxia Occurrence, Premature rupture of membranes

Pendahuluan faktor plasenta, dan faktor janin. Faktor ibu


Saat ini angka kematian neonatus di yaitu preeklampsia/eklampsia, partus lama,
Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 19 perdarahan antepartum, kehamilan post matur,
kematian per 1.000. Menurut Depkes RI demam selama persalinan, dan ketuban pecah
(2015) neonatal dengan komplikasi adalah dini. Faktor tali pusat yaitu plasenta previa dan
neonatal dengan penyakit atau kelainan yang solusio plasenta. Faktor janin yaitu prematur,
dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. persalinan sulit, kelainan kongenital dan air
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian ketuban bercampur dengan mekonium.
terbanyak yaitu asfiksia neonatorum (27%). Sedangkan faktor tali pusat yang dapat
Asfiksia neonatorum termasuk ke dalam resiko menyebabkan asfiksia yaitu prolapsus tali
tinggi kelahiran neonatus yang menjadi salah pusat, tali pusat pendek, lilitan tali pusat,
satu penyebab kematian bayi baru lahir (Dewi, simpul tali pusat, torsi tali pusat, dan tekanan
2014: 11). Menurut Sukarni (2014: 159) pada tali pusat yang menyebabkan gangguan
Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan pertukaran gas dari ibu ke janin terganggu
untuk memulai dan melanjutkan pernapasan sehingga terjadi asfiksia pada bayi baru lahir.
secara spontan dan teratur pada saat bayi Kompresi tali pusat ini terjadi akibat ketuban
baru lahir atau beberapa saat sudah lahir. pecah dini (Mochtar, 1998).
Adapun faktor penyebab terjadinya asfiksia Ketuban pecah dini adalah keluarnya
neonatorum yaitu faktor ibu, faktor tali pusat, cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum
1
proses persalinan (Rahmawati, 2011: 127). Ya 29 42,02%
Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan Tidak 40 57,97 %
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah
Jumlah 69 100,0 %
dini (Prawirohardjo, 2008: 677).
Ketuban pecah dini akan mengakibatkan Sumber: Data Sekunder 2017
terjadinya oligohidramnion, kondisi ini akan Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
mempengaruhi janin karena sedikitnya volume dari 69 responden yang didapatkan sebagian
air ketuban akan menyebabkan tali pusat besar responden dengan tidak KPD sebanyak
tertekan oleh bagian tubuh janin akibatnya 40 (57,97%) responden.
aliran darah dari ibu ke janin berkurang Analisa data hubungan ketuban pecah dini
sehingga bayi mengalami hipoksia atau dengan asfiksia neonatorum
gangguan pertukaran oksigen (O2) sehingga Tabel 3. Tabel silang hubungan ketuban pecah dini
dengan asfiksia neonatorum Di Rumah Sakit Kalisat
fetal distress dan berlanjut menjadi asfiksia
Jember.
pada bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2008:
679). Dalam penelitian ini ingin diketahui Asfiksia
KPD Total
adanya resiko kejadian asfiksia neonatorum Ya Tidak
pada ketuban pecah dini di Rumah Sakit
Kalisat. Ya 18 11 29
Tidak 4 36 40
Metode Penelitian Total 22 47 69
Penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan pendekatan case control (kasus Sumber: Data Sekunder 2017
kontrol). Populasi penelitian sebanyak 84 ibu Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
bersalin, sampling menggunakan random dari 69 responden yang didapatkan bahwa ibu
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 69 bersalin dengan ketuban pecah dini (KPD)
responden ibu bersalin yang memenuhi kriteria yang melahirkan bayi asfiksia sebanyak 18
inklusi. Instrumen penelitian mengunakan data (26,08%) responden, ibu bersalin dengan
rekam medik responden. ketuban pecah dini (KPD) yang melahirkan
bayi tidak asfiksia sebanyak 11 (15,94%)
Hasil Dan Pembahasan responden, ibu bersalin dengan tidak ketuban
Hasil pecah dini (KPD) yang melahirkan bayi
Pada bab ini membahas mengenai hasil asfiksia sebanyak 04 (5,79%) responden, dan
penelitian dan pembahasan tentang “Resiko ibu bersalin dengan tidak (KPD) melahirkan
Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Ketuban bayi tidak asfiksia sebanyak 36 (52,17%)
Pecah Dini Di Rumah Sakit Kalisat Jember”. responden.
Jumlah responden berdasarkan kriteria inklusi Berdasarkan hasil penelitian dari 69
sebanyak 69 responden. Data yang diperoleh responden dilakukan perhitungan pada SPSS
berupa data khusus, kemudian disajikan dalam didapatkan modusnya adalah ibu bersalin
bentuk tabel distribusi. Dari data penelitian dengan tidak KPD dan bayi baru lahir tidak
yang dilaksanakan maka diperoleh data mengalami asfiksia.
sebagai berikut. Setelah dianalisa dengan perhitungan
Asfiksia Neonatorum SPSS mengunakan uji chi square diperoleh
Tabel 1. Distribusi frekuensi asfiksia neonatorum di x^2 hitung sebesar 20,987. Pada hasil x^2
RS Kalisat Jember. tabel dengan dk=1 dan taraf kesalahan 5%
Asfiksia Jumlah Presentase diketahui sebesar 3,841. Selanjutnya
(%) keduanya dibandingkan sehingga x^2 hitung >
Ya 22 31,88 % x^2 tabel, maka hipotesa nihil ditolak dan
Tidak 47 68,11 % hipotesa kerja diterima, yang artinya ada
hubungan antara ketuban pecah dini dengan
Jumlah 69 100,0 % asfiksia neonatorum.
Sumber: Data Sekunder 2017 Lalu dari hasil analisis diketahui nilai
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa asymp.sig adalah 0,001 dimana nilai tersebut
dari 69 responden yang didapatkan sebagian lebih kecil dari nilai α = 5%. Selanjutnya dapat
besar bayi dari responden dengan tidak dilakukan analisa keeratan hubungan dengan
asfiksia sebanyak 47 (68,11%) bayi. hasil 0,483 yang berarti pada rentang korelasi
Ketuban Pecah Dini (KPD) cukup kuat.
Tabel 2. Distribusi frekuensi ketuban pecah dini Dari hasil perhitungan SPSS dengan
(KPD) di RS Kalisat Jember. menggunakan uji chi square bisa dilanjutkan
KPD Jumlah Presentase (%) untuk perhitungan odd ratio. Berdasarkan hasil
perhitungan SPSS menggunakan odd ratio

2
didapatkan nilai sebesar 14,727 yang hasilnya tanda-tanda bahaya saat kehamilan tersebut
>1 maka berarti ada efek negative yang artinya maka artinya ibu bisa melakukan deteksi dini
ibu bersalin dengan KPD lebih beresiko 14 kali sehingga tidak terjadi komplikasi pada ibu dan
lipat daripada ibu bersalin yang tidak KPD bayi dengan memeriksaan diri ke tenaga
untuk melahirkan bayi yang asfiksia. kesehatan. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa asfiksia neonatorum dapat
Pembahasan dipengaruhi oleh faktor ibu terutama dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada indikasi ketuban pecah dini (KPD).
Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kalisat Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Rumah Sakit
Jember Kalisat Jember
Berdasarkan hasil penelitian dari 69 Berdasarkan hasil penelitian dari 69
responden didapatkan hasil bahwa sebagian responden didapatkan hasil bahwa sebagian
besar 47 (68,11%) responden dengan tidak besar 40 (57,97%) responden dengan tidak
asfiksia dan 22 (31,88%) responden yang KPD dan 29 (42,02%) responden ibu bersalin
mengalami asfiksia. Asfiksia neonatorum dengan KPD. Ketuban pecah dini (KPD)
adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
gagal bernafas secara spontan dan teratur ada tanda-tanda persalinan (Sukarni, 2014
segera setelah lahir (Sondakh, 2013:176). 65). Menurut Prawirohardjo (2009)
Secara umum banyak faktor yang dapat menyatsakan bahwa ketuban pecah dini (KPD)
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir, diakibatkan karena melemashnya kekuatan
yaitu dari faktor ibu, faktor janin, faktor selaput ketuban sehingga terjadi perubahan
plasenta dan faktor tali pusat. biokimia pada selaput ketuban. Perubahan
Dalam penelitian ini didapatan hasil biokimia pada selaput ketuban terjadi di dalam
bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan kolagen matriks ekstra selular amnion, karion,
asfiksia neonatorum sebagian besar karena dan apoptosis membran janin. Membran janin
kejadian ketuban pecah dini (KPD). Persalinan dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperi
dengan ketuban pecah dini merupakan salah infeksi dan peregangan selaput ketuban
satu persalinan yang berisiko, dimana ketuban dengan memproduksi mediator seperti
pecah sebelum ada tanda-tanda persalinan. prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bahaya yang merangsang aktivitas. Berdasarkan dari
dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap 29 responden ibu bersalin dengan KPD, dapat
ibu maupun janin yang di kandung selama dinyatakan bahwa ketuban pecah dalam
kehamilan dan saat melahirkan. persalinan secara umum disebabkan oleh
Setelah melahirkan, bayi yang lahir kontraksi uterus dan peregangan berulang.
mengalami masa transisi dari intrauterine ke Pada selaput ketuban tersebut dapat
ekstrauterin menuju perubahan artinya bayi menentukan semua kekuatan regangan
ketika dalam rahim mendapatkan oksigen membran janin, jika selaput robek maka tidak
melalui plasenta sedangkan saat bayi lahir, akan membungkus air ketuban dan akan
bayi mendapatkan asupan oksigen dengan membuka dorsal janin sehingga dapat
usahanya sendiri. Apabila bayi tidak menyebabkan mudahnya masuk
mendapatkan cukup oksigen dari usahanya mikroorganisme ke dalam rahim yang dapat
maka bayi akan mengalami asfiksia ketika menimbulkan resiko terjadinya infeksi pada
lahir. Adapun faktor lain yang dapat bayi baru lahir dan dapat meningkatkan
menyebabkan asfiksia neonatorum yaitu terjadinya pula asfiksia pada bayi baru lahir.
kurangnya cairan ketuban di dalam rahim Kejadian ketuban pecah dini (KPD)
maka dapat terjadi penekanan pada tali pusat dapat dipicu dari terjadinya adanya penurunan
yang menyebabkan gangguan pertukaran gas kandungan kolagen dalam membran. Ibu yang
dari ibu ke janin terganggu sehingga terjadi mengalami ketuban pecah dini pada
asfiksia pada bayi baru lahir. kehamilan atau menjelang persalinan maka
Saat terjadi adanya peluang asfiksia pada kehamilan berikutnya wanita yang telah
pada bayi baru lahir, bidan harus menyadari mengalami ketuban pecah dini akan lebih
dari hal yang fisiologi bisa berpotensi menjadi beresiko mengalaminya kembali antara 3-4
hal yang patologis sehingga bidan perlu untuk kali daripada wanita yang tidak mengalami
mengantisipasinya dengan memberikan KIE ketuban pecah dini sebelumnya, karena
yang sesuai pada saat kehamilan. Bidan komposisi membran yang menjadi mudah
memberikan KIE tentang tanda-tanda bahaya rapuh dan kandungan kolagen yang semakin
pada saat kehamilan salah satunya yaitu air menurun pada kehamilan berikutnya
ketuban keluar sebelum waktunya yang bisa (Cunningham, 2006).
berpontensi menjadi ketuban pecah dini Pada ibu bersalin yang mengalami
(KPD). Bila ibu sudah menyadari tentang ketuban pecah dini (KPD) jika mendapatkan
3
penangaan yang lambat maka akan atas dan bawah berwarna agak kebiruan.
menyebabkan terjadinya asfiksia pada baru Penyebab asfiksia dapat terjadi karena banyak
lahir karena kurangnya mengerti pada kejadian faktor, bisa dari faktor ibu, faktor janin, faktor
ketuban pecah dini atau terlambatnya dibawa plasenta dan faktor tali pusat. Komplikasi yang
ke rumah sakit, tidak ada kemajuan persalinan terjadi pada faktor ibu dapat menyebabkan
ketika pasien dilakukan tidakan konservatif terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir.
dengan pemberian obat, dan ketika sudah di Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir
RS sering dilakukan pemeriksaan dalam dapat ditangani secara aktif apabila dengan
sehingga dapat beresiko menyebabkan tenaga kesehatan yang terampil dan
terjadinya infeksi. Berdasarkan hal tersebut professional.
dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini Menurut Prawirohardjo (2008)
dapat mempengaruhi terjadinya asfiksia menyatakan bahwa penyebab kematian
neonatorum yang dipengaruhi oleh lemahnya maternal dari faktor reproduksi diantaranya
kekuatan dari selaput ketuban. adalah usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat
Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
Dengan Asfiksia Neonatorum Di Rumah persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian ibu
Sakit Kalisat Jember. pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
Berdasarkan hasil dari SPSS 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi
mengunakan uji chi square x^2 Hitung > x^2 daripada kematian ibu pada usia 20-30 tahun.
Tabel, maka hipotesa nihil ditolak dan hipotesa Kematian maternal meningkat kembali pada
kerja diterima, yang artinya ada hubungan usia 30-35 tahun. Dalam penelitian ini bahwa
antara ketuban pecah dini dengan asfiksia hampir seluruh ibu bersalin berusia 20-30
neonatorum. Lalu dari hasil analisa keeratan tahun, pada usia tersebut merupakan waktu
hubungan (KK) dengan hasil 0,483 berarti ada bersalin yang baik, karena merupakan usia
rentang korelasi cukup kuat antara ketuban reproduksi yang seharusnya tidak
pecah dini (KPD) dengan asfiksia neonatorum. menimbulkan komplikasi bagi ibu bersalin itu
Berdasarkan hasil penelitian ini sendiri. Dari hasil penelitian, terdapat sebagian
diketahui bahwa ibu bersalin dengan KPD besar ibu hamil adalah primigravida dan
yang melahirkan bayi asfiksia sebanyak 18 multigravida serta berusia reproduktif, dimana
(26,08%) responden dan ibu bersalin dengan organ telah siap menerima kehamilan dan
tidak KPD yang melahirkan bayi asfiksia kondisi yang optimal dan kejadian ketuban
sebanyak 4 (5,79%) responden. pecah dini bisa terjadi pada ibu primigravida
Hal diatas sesuai dengan teori menurut atau multigravida. Hal ini disebabkan karena
Rahmawati (2011:130) yang menyatakan ibu yang berusia reproduktif lebih rentan dan
bahwa ketuban pecah dini yang tidak mudah mengalami suatu penyakit atau
dilakukan tindakan dengan cepat dapat komplikasi seperti ketuban pecah dini. Hal ini
menimbulkan resiko infeksi yang disebabkan berkaitan dengan kemunduran dan penurunan
karena tidak ada perlindungan dari dunia luar daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
dengan daerah rahim sehingga mempermudah sering manimpa pada usia reproduktif.
masuknya mikroorganisme ke dalam rahim. Dari hasil penelitian sebagian besar ibu
Saat hal itu terjadi maka ketika bayi baru lahir bersalin mengalami ketuban pecah dini dan
dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia. hampir setengah bayi yang dilahirkan
Sedangkan menurut Prawirohardjo (2008:679) mengalami asfiksia. Oleh sebab itu kejadian
ketuban pecah dini akan mengakibatkan tersebut perlu dilakukan penanganan yang
terjadinya oligohidramnion, kondisi ini akan intensif pada ibu bersalin dengan ketuban
mempengaruhi janin karena sedikitnya volume pecah dini karena bisa menyebabkan
air ketuban akan menyebabkan tali pusat terhambatnya suplai oksigen dari ibu ke janin.
tertekan oleh bagian tubuh janin akibatnya Tindakan yang dilakukan yaitu menganjurkan
aliran darah dari ibu ke janin berkurang ibu bersalin dengan ketuban pecah dini segera
sehingga bayi mengalami hipoksia atau masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
gangguan pertukaran oksigen (O2) hingga pengawasan yang konservatif sehingga dapat
fetal distress dan berlanjut menjadi asfiksia mengurangi resiko terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir. neonatorum.
Asfiksia neonatorum merupakan Besar Resiko Kejadian Asfiksia
kegagalan untuk memulai dan melanjutkan Neonatorum Pada Ketuban Pecah Dini Di
pernapasan secara spontan dan teratur pada Rumah Sakit Kalisat Jember
saat bayi baru lahir atau beberapa saat Hasil perhitungan SPSS menggunakan
sesudah lahir (Sukarni, 2014:159). Asfiksia Odd Ratio (OR) didapatkan nilai sebesar
ditandai dengan megap-megap atau tidak 14,727 yang hasilnya >1 berarti ada efek
menangis secara spontan serta ekstremitas negative yang artinya ibu bersalin dengan KPD
4
lebih beresiko 14 kali lipat daripada ibu 2. Sebagian besar ibu bersalin tidak
bersalin yang tidak KPD untuk melahirkan bayi mengalami KPD di Rumah Sakit Kalisat
yang asfiksia. Jember
Menurut Prawirohardjo (2008: 679) 3. Ada hubungan antara ketuban pecah dini
ketuban pecah dini akan mengakibatkan dengan asfiksia neonatorum di Rumah
terjadinya oligohidramnion, kondisi ini akan Sakit Kalisat Jember.
mempengaruhi janin karena sedikitnya volume 4. Ada resiko kejadian asfiksia neonatorum
air ketuban akan menyebabkan tali pusat pada ketuban pecah dini sebesar 14 kali
tertekan oleh bagian tubuh janin akibatnya lipat di Rumah Sakit Kalisat Jember.
aliran darah dari ibu ke janin berkurang
sehingga bayi mengalami hipoksia atau Saran
gangguan pertukaran oksigen (O2) hingga Saran yang dapat diberikan oleh peneliti
fetal distress dan berlanjut menjadi asfiksia dari kesimpulan diatas adalah sebagi berikut:
pada bayi baru lahir. Adapun pendapat lainnya 1. Bagi institusi pendidikan diharapkan
menurut Rahmawati (2011:130) yang dapat menambah dan
menyatakan bahwa ketuban pecah dini yang mengembangkan ilmu pengetahuan
tidak dilakukan tindakan dengan cepat dapat dan memberikan informasi kepada
menimbulkan resiko infeksi yang disebabkan masyarakat mengenai persalinan
karena tidak ada perlindungan dari dunia luar dengan ketuban pecah dini (KPD)
dengan daerah rahim sehingga mempermudah yang dapat beresiko menyebabkan
masuknya mikroorganisme ke dalam rahim. asfiksia pada bayi baru lahir.
Saat hal itu terjadi maka ketika bayi baru lahir 2. Bagi Rumah sakit diharapkan dapat
dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia. memberikan penanganan ibu bersalin
Berdasarkan hasil dari penelitian yang yang mengalami ketuban pecah dini
didapatkan menyatakan bahwa ketuban pecah (KPD) dan melakukan KIE mengenai
dini merupakah salah satu faktor dari ibu yang dampak terjadinya asfiksia pada bayi
dapat menyebabkan resiko terjadinya baru lahir salah satunya ketuban
komplikasi dalam persalinan. Apabila ketuban pecah dini (KPD).
pecah dini tidak ditangani dengan cepat maka 3. Bagi petugas kesehatan diharpkan
akan terjadi komplikasi persalinan yang dapat tenaga kesehatan semakin intensif
meningkatkan resiko terjadinya asfiksia pada dalam menangani ibu bersalin dengan
bayi baru lahir. Ketuban pecah dini dapat ketuban pecah dini (KPD) sehingga
menimbulkan terjadinya infeksi pada saat kejadian asfiksia neonatorum dapat
persalinan dimana dapat ditimbulkan dari dikurangi.
lamanya proses terjadinya ketuban pecah dini.
Semakin lama ketuban pecah dini terjadi maka Daftar Pustaka
semakin besar resiko terjadinya asfiksia pada Cunningham, G. 2006. Obstetri William vol.1.
bayi baru lahir. Semakin lambat tindakan pada Jakarta: EGC.
ketuban pecah dini maka akan bisa Dewi, Vivian Nanny Lia. 2014. Resusitasi
meningkatkan asfiksia pada bayi lahir pula. Neonatus. Jakarta: Salemba Medika.
Berdasarkan hasil penelitian hampir Dinkes, 2015. Profil kesehatan Provinsi Jawa
setengah jumlah dari ibu bersalin dengan Timur Tahun 2015.
ketuban pecah dini melahirkan bayi dengan Icesmi Sukarni, dkk. 2014. Patologi:
keadaan asfiksia. Asfiksia neonatorum dapat kehamilan, persalinan, nifas, dan
diakibatkan dari berbagai macam komplikasi neonatus resiko tinggi. Yogyakarta:
pada ibu, itu juga dikarenakan berbagai faktor. Nuha Medika.
Jadi, ibu bersalin dengan ketuban pecah dini Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri jilid i
dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke edisi 2. Jakarta: EGC.
rumah sakit, agar dapat mendeteksi atau Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu
mencegah sedini mungkin akan terjadinya kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
komplikasi pada janin seperti asfiksia pada Sarwono Prawirohardjo.
bayi baru lahir. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal
Kesimpulan Dan Saran dan neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Kesimpulan Sarwono Prawirohardjo.
Dari hasil penelitian diatas maka dapat Rahmawati, Eni Nur. 2011. Ilmu praktis
diambil kesimpulan sebagai berikut: kebidanan. Surabaya: Victory Inti Cipta.
1. Sebagian besar bayi baru lahir tidak Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan kebidanan
mengalami asfiksia di Rumah Sakit persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta:
Kalisat Jember Erlangga.
5
6

Anda mungkin juga menyukai