Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No.

2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
FAKTOR IBU DAN JANIN YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN ASFIKSIA
Warjidin Aliyanto*, Yeyen Putriana*
* Dosen Jurusan Kebidanan Poltekes Tanjungkarang

Salah satu ukuran dalam menilai derajat kesehatan suatu negara adalah dengan memperhatikan angka
kematian bayi (AKB). AKB di Indonesia pada tahun 2013 menempati peringkat ke-7 setelah Singapura,
Brunei Darusalam, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Adapun angka kematian bayi terbesar
adalah pada masa neonatal dini yaitu (0-7 hari). Penyebab kematian pada masa neonatal dini adalah
asfiksia. Di Provinsi Lampung penyebab kematian bayi terutama disebabkan oleh asfiksia pada tahun
2013.Terjadi peningkatan kematian bayi akibat asfiksia dari tahun 2013 hingga tahun 2014 di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ibu dan bayi
yang berhubungan dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir. Desain penelitian analitik dan pendekatan
case control. Populasi adalah bayi yang dirawat di RSUD Dr. Hi.Abdul Moeloek dalam kurun waktu
tahun 2014. Pengambilan sampel secara random sampling. Perbandingan sample 1:1, jumlah sampel
kasus 48 dan jumlah kasus kontrol 48. Analisis bivariat menggunakan uji chi square .Analisis multivariat
dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan hanya satu variabel yang berhubungan
dengan kejadian asfiksia adalah faktor meconium campur ketuban (p-value=0,00), demikian pula pada
analisis multivariat . Kesimpulan tidak ada hubungan preeklampsia- eklampsia, perdarahan antepartum,
partus lama, demam selama kehamilan, infeksi berat selama persalinan, post matur, prematur,
persalinan sulit, kelainan kongenital, dengan kejadian asfiksia dan hanya air ketuban bercampur
meonium yang mempunyai hubungan dengan kejadian asfiksia. Faktor yang paling dominan dalam
analisis regresi adalah faktor air ketuban campur mekonium.Saran bagi RSUD Dr Hi Abdul Moeloek
untuk memberikan pelatihan penangan asfiksia bagi para bidan dan perawat yang baru maupun yang
sudah lama. Bagi bidan untuk lebih mematuhi standar pelayanan ANC. Bagi dinas kesehatan agar
melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan standar pelayanan ANC dan memfasilitasi bidan
melakukan deteksi dini menggunakan USG sederhana.

Kata Kunci : eklamsia, perdarahan, antepartum.

LATAR BELAKANG dan solusio plasenta), hipertensi pada


kehamilan, gangguan his (tetani atau
Asfiksia neonatorum adalah suatu hipertonik), riwayat diabetes, anemia pada
keadaan bayi tidak dapat segera bernafas kehamilan, riwayat obstetri dan
secara spontan dan teratur setelah lahir primigravida tua. Sedangkan gangguan
(JNPK-KR, 2008). Bayi yang lahir dalam sirkulasi oksigen menuju janin adalah
keadaan asfiksia dapat menyebabkan akibat ketuban pecah dini, kehamilan lewat
kematian, apabila bayi dapat bertahan waktu, lilitan tali pusat, simpul tali pusat,
hidup, diprediksi akan menderita cacat tekanan pada tali pusat, dan pengaruh obat-
mental(akan mempengaruhi kemampuan obatan. Selain itu dari faktor persalinan
mental anak yang membawa manifestasi dan pelahiran adalah kelahiran sungsang,
lanjut berupa retardasi atau persalinan dengan tindakan seperti forcep,
keterbelakangan mental), seperti epilepsi vakum dan seksio sesarea.
dan bodoh pada masa mendatang Berdasarkan teori determinan
(Wiknjosastro, 2007; Oxorn, 2010). kesehatan dari Hendrik L.Bloom, terdapat
Asfiksia neonatorum menurut beberapa faktor yang juga mempengaruhi
(Manuaba, 2010) dan Rudolph (2006) kesehatan, seperti faktor lingkungan,
dapat disebabkan oleh lebih dari satu perilaku, pelayanan kesehatan dan
faktor yaitu ; faktor ibu, gangguan sirkulasi keturunan/hereditas (Ryadi,S,2012). Faktor
O2 ke janin dan faktor persalinan. Faktor lingkungan dan perilaku yang berkaitan
ibu adalah preeklamsia-eklamsi, dengan status kesehatan bayi baru lahir
perdarahan antepartum (plasenta previa diantaranya perilaku ibu hamil untuk

[279]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

melakukan ANC (antenatal care), perilaku HASIL


konsumsi jamu pada ibu hamil dan
pemeriksaan kesehatan di fasilitas Hasil Univariat
pelayanan kesehatan.
Hasil studi pendahuluan yang Tabel 1: Distribusi responden kasus dan
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kontrol berdasarkan preeklamsia/
(RSUD) Dr. H. Abdul Moeloek Bandar eklamsia
Lampung terjadi penurunan kejadian
Kasus Kontrol
kasus asfiksia yaitu pada tahun 2013 Preklamsia/eklamsia
f % f %
terdapat 323 dari 1192 pasien (27%)
Ya 3 6.2 5 10.4
menjadi 236 dari 1265 pasien(19%), akan Tidak 45 93.8 43 89.6
tetapi ditemukan peningkatan angka Jumlah 48 100 48 100
kematian akibat kasus aspiksia dari 16 %
(54 bayi) di tahun 2013 menjadi 23% (56 Berdasarkan tabel 1 didapatkan data
bayi) di tahun 2014 (rekam medik bahwa sebanyak 3 (6.2%) responden
RSUDDr. H. Abdul Moeloek, 2013 dan preklamsia/eklamsia pada kelompok kasus
2014). dan 5 (10.4%) pada kelompok kontrol.
Berdasarkan paparan diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian Tabel 2: Distribusi responden kasus dan
tentang faktor ibu dan bayi yang Kontrol berdasarkan Perdarahan
mempengaruhi kejadian asfiksia bayi baru Antepartum
lahir di RSUD Dr. H. Abdul
MoeloekBandar Lampung. Perdarahan Kasus Kontrol
antepartum f % f %
Ya 5 10.4 7 14.6
METODE Tidak 43 89.6 41 85.4
Jumlah 48 100 48 100
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan pendekatan case Berdasarkan tabel 2 didapatkan
control.Populasi dalam penelitian ini imformasi bahwa sebanyak 5 (10.4%)
adalah seluruh bayi baru lahir yang perdarahan antepaertum pada kelompok
dirawat di RSUD Dr HAbdul Moeloek kasus dan 7 (14.6%) pada kelompok
pada tahun 2014. Pengambilan sampel kontrol.
tehnik dengan non probability sampling
dengan metoda quota sampling , dengan Tabel 3: Distribusi responden kasus dan
kriteria inklusi bayi lahir dengan usia Kontrol berdasarkan Partus Lama
kehamilan lebih dari 28 minggu . kriteria
ekslusi yaitu bayi lahir dengan kelainan tali Partus Lama Kasus Kontrol
pusat. Berdasarkan rumus besar sampel f % f %
menurut Lemeshow (2011), didapatkan Ya 9 18.8 5 10.4
besar sampel sejumlah 48 bayi asfiksia Tidak 39 81.2 43 89.6
sebagai kelompok kasus dan 48 bayi tidak Jumlah 48 100 48 100
asfiksia sebagai kelompok control. Tehnik
pengambilan sampel adalah simple random Berdasarkan tabel 3 didapatkan
sampling. bahwa sebanyak 9 (18.8%) responden
partus lama pada kelompok kasus dan 5
(10.4%) responden pada kelompok kontrol.

[280]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Tabel 4: Distribusi responden kasus dan Tabel 7: Distribusi responden kasus dan
Kontrol Berdasarkan Demam Kontrol berdasarkan Persalinan
Selama Persalinan Sulit

Demam selama Kasus Kontrol Persalinan Sulit Kasus Kontrol


kehamilan f % f % f % f %
Ya 9 18.8 8 16.7 Ya 12 25 11 22.9
Tidak 39 81.2 40 83.3 Tidak 36 75 37 77.1
Jumlah 48 100 48 100 Jumlah 48 100 48 100

Berdasarkan tabel 4 didapatkan Berdasarkan tabel 7 didapatkan


bahwa yang mengalami deman sela ma bahwa yang mengalami persalinan sulit
kehamilan sebanyak 9 (18.8%) responden pada kelompok kasus sebanyak 12 (25%)
pada kelompok kasus dan 8 (16.7%) responden dan pada kelompok kontrol
responden pada kelompok kontrol sebanyak 11 (22.9%) responden.

Tabel 5: Distribusi Responden Kasus dan Tabel 8: Distribusi responden kasus dan
Kontrol Berdasarkan Infeksi Kontrol berdasarkan Prematur
dalam Persalinan pada bayi

Infeksi dalam Kasus Kontrol Kasus Kontrol


Prematur
persalinan f % f % f % f %
Ya 8 16.7 9 18.8 Ya 19 39.6 11 22.9
Tidak 40 83.3 38 82.3 Tidak 29 60.4 37 77.1
Jumlah 48 100 48 100 Jumlah 48 100 48 100

Berdasarkan tabel 5 didapatkan Berdasarkan tabel 8, didapatkan


bahwa yang mengalami infeksi dalam bahwa yang mengalami usia kehamilan
persalinan pada kelompok kasus sebanyak prematur pada bayi kelompok kasus
8 (16.7%) responden dan pada kelompok sebanyak 19 (39.6%) responden dan pada
kontrol sebanyak 9 (18.8%) responden. kelompok kontrol sebanyak sebelas
(22.9%) responden.
Tabel 6: Distribusi responden Kasus dan
Kontrol berdasarkan Post Matur Tabel 9: Distribusi Responden Kasus
pada Ibu Bersalin Kontrol Berdasarkan Kelainan
Konginetal pada Janin
Post matur Kasus Kontrol
f % f % Kelainan Kasus Kontrol
Ya 6 12.5 8 16.7 Konginetal f % f %
Tidak 42 87.5 40 83.3 Ya 7 14.6 16 33.3
Jumlah 48 100 48 100 Tidak 41 85.4 32 66.7
Jumlah 48 100 48 100
Berdasarkan tabel 6 didapatkan
bahwa yang mengalami post matur pada Berdasarkan tabel 9 didapatkan
kelompok kasus sebanyak 6 (12.5%) bahwa yang mengalami kelainan
responden dan pada kelompok kontrol konginetal pada kelompok kasus sebanyak
sebanyak 8 (16.7%) responden. 7 (14.6%) responden dan pada kelompok
kontrol sebanyak 16 (33.3%) responden .

[281]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Tabel 10: Distribusi responden kasus dan Pada tabel 12 didapatkan informasi
Kontrol berdasarkan Air bahwa dari 48 responden kelompok
Ketuban Campur Mekoneum asfiksia terdapat 5 responden (10.4%)
yang mengalami perdarahan antepartum.
Air Ketuban Kasus Kontrol Sedangkan dari 48 responden dari
Campur kelompok tidak asfiksia terdapat 7
f % f %
Mekoneum responden (14.6) yang mengalami
Ya 19 39.6 3 6.3 perdarahan antepartum. Hasil uji bivariat
Tidak 29 60.4 45 93.8 diperoleh p-value sebesar 0.759. Nilai ini
Jumlah 48 100 48 100 jika dibandingkan dengan harga α =0.05
maka p-value=0.05 maka p-value > 0.05
Berdasarkan tabel 10 didapatkan yang ini berarti bahwa tidak ada hubungan
bahwa yang mengalami air ketuban perdarahan antepartum dengan kejadian
campur mekoneum pada kelompok kasus asiksia.
sebanyak 19 (39.6%) responden dan pada
kelompok kontrol sebanyak 3 (6.3%) Tabel 13: Hubungan Partus lama dengan
responden. Asfiksia Bayi Baru lahir
Analisis Bivariat Kasus Kontrol p-
Partus lama
f % f % value
Tabel 11: Hasil Analisis Bivariat Ya 9 18.8 5 10.4
Hubungan preeklamsia-eklamsia Tidak 39 81.2 43 89.6 0.386
dengan Asfiksia Bayi Baru lahir Total 48 100 48 100

Preeklamsia/e Kasus Kontrol p- Pada tabel 13 didapatkan informasi


klamsia f % f % value bahwa dari 48 responden kelompok
Ya 3 6.2 5 10.4 asfiksia terdapat 9 responden (18.8%) yang
Tidak 45 93.8 43 89.6 0.714 mengalami partus lama, sedangkan dari 48
Total 48 100 48 100
kelompok tidak asfiksia terdapat 5 (10.4%)
responden yang mengalami partus lama.
Pada tabel 11 didapatkan informasi Hasil uji bivariat diperoleh p-value sebesar
bahwa dari 48 responden kelompok 0.386. Nilai ini jika dibandingkan dengan
asfiksia terdapat 3 orang responden (6.2%) harga α =0.05 maka p-value > 0.05 yang
yang mengalami pre eklamsia-eklamsia, berarti bahwa tidak ada hubungan partus
sedangkan dari 48 kelompok responden lama dengan kejadian asfiksia.
yang tidak asfiksia ada 5 (10.4%) yang
mengalami pre eklamsia-eklamsia. Hasil Tabel 14: Hubungan demam selama
uji bivariat diperoleh p-value sebesar persalinan dengan Asfiksia
0.714. Nilai ini jika dibandingkan dengan Bayi Baru lahir
harga α = 0.05 maka p-value > 0,05 yang
berarti tidak ada hubungan preeklamsia- Demam Kasus Kontrol
eklamsia dengan kejadian asfiksia. p-
selama
f % f % value
persalinan
Tabel 12: Hubungan Perdarahan Ya 9 18.8 8 16.7
Antepartum dengan Asfiksia Tidak 39 81.2 40 83.3 1.000
Total 48 100 48 100
bayi Baru lahir

Perdarahan Kasus Kontrol p- Pada tabel 14 didapatkan imformasi


antepartum f % f % value bahwa dari 48 responden yang asfiksia
Ya 5 10.4 7 14.6 terdapat 9 responden (18.8%) yang
Tidak 43 89.6 41 85.4 0,759 mengalami demam selama persalinan.
Total 48 100 48 100 Sedangkan dari kelompok yang tidak
mengalami asfiksia terdapat 8 (16.7%)
yang mengalami demam selama

[282]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

persalinan. Hasil uji bivariat diperoleh p Tabel 17: Hubungan Post Matur dengan
value sebesar 1.000. Nilai ini jika Asfiksia Bayi Baru lahir
diabndiangkan dengan harga α = 0.05
maka p value > 0.05 yang berarti bahwa Persalinan Kasus Kontrol p-
tidak ada hubungan demam selama sulit f % f % value
Ya 12 25 11 22.9
persalinan dengan kejadian asfiksia.
Tidak 36 75 37 77.1 1.000
Total 48 100 48 100
Tabel 15: Hubungan Infeksi Berat dengan
Asfiksia Bayi Baru lahir Pada tabel 17 didapatkan informasi
bahwa dari 48 responden kelompok
Infeksi Kasus Kontrol p-
berat f % f % value
asfiksia terdapat 12 (25%) responden yang
Ya 8 16.7 9 18.8 mengalami persalinan sulit, sedangkan dari
Tidak 40 83.3 39 81.2 1.00 48 responden kelompok tidak asfiksia
Total 48 100 48 100 terdapat 11 (22.9%) responden yang
mengalami persalinan sulit. Hasil uji
Pada tabel 15 didapatkan imformasi bivariat diperoleh p-value sebesar 1.000
bahwa dari 48 responden kelompok .nilai ini jika dibandingkan dengan harga α
asfiksia terdapat 8 (16.7%) yang = 0.05 maka p-value > 0.05 yang berarti
mengalami infeksi berat, sedangkan dari bahwa tidak ada hubungan persalinan sulit
48 responden kelompok tidak asfiksia dengan kejadian asfiksia di RSUD Dr H
terdapat 9 (18.8%) yang mengalami infeksi Abdul Moeloek Tahun 2014.
berat. Hasil uji bivariat diperoleh p value
sebesar 1.000.nilai ini jika dibandingkan Tabel 18: Hubungan Prematur dengan
dengan dengan harga α= 0,05 maka p- Asfiksia Bayi Baru lahir
value > 0,05 yang berarti bahwa tidk ada
hubungan infeksi berat dengan kejadian Premature Kasus Kontrol p-
asfiksia. f % f % value
Ya 19 39.6 11 22.9
Tidak 39 60.4 37 77.1 0.123
Tabel 16: Hubungan Post Matur dengan Total 48 100 48 100
Asfiksia Bayi Baru lahir
Pada tabel 18 didapatkan imformasi
Kasus Kontrol p-
Post Matur bahwa dari 48 responden kelompok
f % f % value
Ya 6 12.5 8 16.7 asfiksia terdapat 19 (39.6%) yang
Tidak 42 87.5 40 83.3 0.773 prematur, sedangkan dari 48 responden
Total 48 100 48 100 dari kelompok tidak asfiksia terdapat 11
(22.9%) yang prematur. Hasil uji bivariat
Pada tabel 16 didapatkan imformasi diperoleh p-value 0,123. Nilai ini jika
bahwa dari 48 responden kelompok dibandingkan dengan harga α= 0,05 maka
asfiksia terdapat 6 responden (12.5%) yang p-value >0,05 yang berarti bahwa tidak ada
mengalami post matur, sedangkan dari 48 hubungan premature dengan kejadian
kelompok tidak asfiksia terdapat 8 (16.7%) asfiksia.
yang mengalami post matur. Hasil uji
bivariate diperoleh p-value 0,773. Nilai ini Tabel 19: Hubungan Kelainan konginetal
jika dibandingkan dengan harga α= 0,05 dengan Asfiksia
yang berarti tidak ada hubungan post matur
dengan kejadian asfiksia. Kelainan Kasus Kontrol p-
konginetal f % f % value
Ya 7 14.6 16 33.3
Tidak 41 85.4 32 66.7 0.054
Total 48 100 48 100

[283]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Pada tabel 19 didapatkan imformasi untuk memperkirakan secara valid


bahwa dari 48 responden kelompok hubungan variabel independent dan
asfiksia terdapat 7 (14.6%) yang dependen adalah pembuatan model regresi
mengalami kelainan konginetal, sedangkan logistic.
dari kelompok tidak asfiksia terdapat 16 Sebelum dilakukan analisis
(33.3%) yang mengalami kelainan multivariate, maka dilakukan dulu seleksi
konginetal. Hasil uji bivariat diperoleh p- menentukan determinan yang akan
value sebesar 0.054. Nilai ini jika diikutsertakan dalam permodelan dengan
dibandingkan dengan harga α = 0,05 maka kriteria p-value b<0,025. Dengan demikian
p-value > 0,05, yang berarti bahwa tidak berdasarkan hasil bivariat maka hanya
ada hubungan kelainan konginetal dengan faktor ketuban campur meconium saja
kejadian asfiksia. yang paling berpengaruh kejadian asfiksia
bayi baru lahir di RSUD Dr Hi Abdul
Tabel 20: Hubungan air ketuban campur Moeloek Tahun 2014.
mekoneum dengan Asfiksia
Bayi Baru lahir PEMBAHASAN

Air ketuban Kasus Kontrol Preeklamsia-eklamsia


campur p-value Hasil distribusi responden
f % f %
mekoneum
Ya 19 39.6 3 6.2
berdasarkan preeklamsia/eklamsia pada
Tidak 29 60.4 45 93.8 0.000 kelompok asfiksia sebesar 6.2% sementara
Total 48 100 48 100 pada yang tidak asfiksia 10.4% terlihat
OR (95% CI) 9.828 (2.668-36.206) bahwa ibu yang mengalami eklamsia lebih
besar pada kelompok yang tidak
Pada tabel 4.20 didapatkan mengalami asfiksia.
informasi bahwa dari 48 responden Hasil penelitian ini masih sesuai
kelompok asfiksia terdapat 19 (39.6%) dengan teori yang dikemukakan
responden yang mengalami air ketuban Wiknjosastro (2007) bahwa kejadian
campur mekonium, sedangkan dari 48 preeklamsia dilaporkan berkisar-3-10%.
responden kelompok tidak asfiksia terdapat Hasil penelitian ini lebih rendah bila
3 (6,2%) yang mengalami air ketuban dibandingkan dengan penelitian Evi
campur meconium. Hasil uji bivariat Desvausa di RS Pringadi medan (2007)
diperoleh p-value sebesar 0.000. Nilai ini bahwa distribusi responden berdasarkan
jika dibandingkan dengan harga α = 0,05 variabel preeklamsia pada kelompok kasus
maka p-value < 0.05 yang berarti bahwa menunjukkan angka14.71% dan pada
ada hubungan air ketuban campur kelompok kontrol sebesar 4,90%.
meconium dengan kejadian asfiksia. Hasil Begitupula dengan hasil penelitian yang
analisis selanjutnya diperoleh nilai OR dilakukan oleh Nurlaila Pratiwi (2013) di
9,828 dan CI 2.668-36,206) hal ini berarti RS A Yani Metro yang menyatakan
janin yang mengalami air ketuban campur kejadian preeklamsia pada kelompok kasus
meconium berpeluang mengalami asfiksia sebesar 33% dan pada kelompok kontrol
9,828 kali lebih besar bila dibandingkan sebesar 7.9%.
dengan bayi yang tidak mengalami air Hasil penelitian yang berbeda ini
ketuban campur meconium. diduga disebabkan karena sejak tahun
2014 dengan makin ketatnya system
Analisis Multivariat rujukan (BPJS) maka tidak semua kasus
Preeklamsia di rujuk ke RSUAM
Analisis multivariate bertujuan untuk mengingat bahwa RS ini merupakan
mengetahui hubungan yang paling tempat rujukan tertinggi di provinsi
signifikan yang mempengaruhi kejadian Lampung. Preeklamsia dapat dicegah
asfiksia bayi baru lahir di RSUD Dr Hi angka mordibitas dan mortalitasnya
Abdul Moeloek Tahun 2104.Langkah awal dengan dilakukan deteksi dini pada saat

[284]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

ANC. Pemerintah sudah mencanangkan Untuk daerah perkotaan di Bandar


adanya program ANC terpadu salah Lampung masyarakat dapat memeriksakan
satunya adalah dengan pemeriksaan lab kehamilan dengan USG karena fasilitas
(termasuk potein urin ) sejak tahun 2008 pelayanan sudah mencapai sampai di
namun belum pernah dilakukan evaluasi puskesmas-puskesmas rawat inap. Untuk
terhadap pelaksanaan program tersebut di daerah pedesaan dan daerah terpencil
berbagai institusi pelayanan kebidanan. masyarakat mengalami kesulitan untuk
Sebagian besar (>80%) responden dapat memeriksakan kehamilan dengan
telah melakukan pemeriksaan ANC secara USG, dibutuhkan kebijakan dari dinas
teratur, ini menunjukkan kesadaran kesehatan setempat untuk memfasilitasi
masyarakat pentingnya ANC sudah baik. pengadaan dan pelatihan USG ini kepada
Bidan sebagai pelaksana kebidanan yang bidan-bidan sebagai upaya deteksi dini
ditingkat primer telah memiliki standar perdarahan antepartum.
pelayanan dalam mendeteksi dan
penanganan sementara dalam menangani Partus Lama
kasus Preeklamsia. Akan tetapi masih tetap Hasil distribusi responden
diperlukan pelatihan secara berkala dalam berdasarkan variabel partus lama pada
meningkatkan keterampilannya terutama kelompok asfiksia sebesar 18.8%
penanganan kasus preeklamsia. sedangkan pada kelompok yang tidak
asfiksia 10.4%.Hasil tersebut menunjukkan
Perdarahan Antepartum bahwa persentase ibu yang mengalami
Hasil distribusi responden partus lama lebih besar terjadi kelompok
berdasarkan variabel perdarahan asfiksia di bandingkan dengan kelompok
antepartum, pada kelompok asfiksa sebesar yang tidak asfiksia. Hasil penelitian ini
10.4% sedangkan pada kelompok tidak lebih besar dibandingkan dengan teori
asfiksia sebesar 14.6%.hasil temuan yang dikemukan oleh Rustam Mochtar
tersebut menunjukkan bahwa persentase (1998), bahwa angka kejadian partus lama
ibu yang mengalami perdarahan berkisar antara 2,8-4,9% . Penggunaan
antepartum pada kehamilan lebih kecil partograf yang sesuai standar sebagai
terjadi pada kelompok yang asfiksia deteksi awal dapat mengurangi angka
dibandingkan pada kelompok yang tidak kesakitan dan kematian ibu dan janin
asfiksia. akibat partus lama.
Hasil penelitian ini terkait dengan
teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro Demam selama persalinan
(2007) bahwa frekuensi perdarahan Hasil distribusi responden
antepartum 3% dari semua persalinan. berdasarkan variabel demam selama
Perdarahan antepartum ini disebabkan oleh persalinan pada kelompok asfiksia sebesar
plasenta previa, solusio palsenta, vasa pre 18.8% sedangkan pada kelompok yang
via dan ruftur uteri antepartum (Thomas tidak asfiksia 16. 7%. Hal tersebut
Rabe, 2003). Hasil penelitian ini hampir menunjukkan bahwa persentase ibu yang
sama dengan hasil penelitian yang mengalami demam selama persalinan lebih
dilakukan oleh Evi Desvausa (2007) di RS besar terjadi pada kelompok asfiksia
Pringadi Medan, yang menyebutkan bahwa dibandingkan kelompok yang tidak
distribusi variabel perdarahan antepartum asfiksia.
pada kelompok asfiksia sebesar 9,80% dan Hasil penelitian ini lebih rendah bila
kelompok asfiksia sebesar 1,96%. dibandingkan dengan teori yang
Angka kesakitan dan kematian ibu dikemukakan oleh Wiknjosastro (2008)
dan janin akibat perdarahan antepartum yang menyatakan bahwa angka kejadian
dapat dicegah melalui pengawasan demam selama persalinan adalah
antenatal dan pemeriksaan kebidanan 25%.Kejadian demam selama persalinan
khusus yaitu dengan pemeriksaan USG erat dengan keadaan anemia pada saat
(Ultrasonografi) (Thomas Rabe,2003). kehamilan. Pemberian tablet FE dapat

[285]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

mencegah terjadinya anemia dalam bahwa persentase ibu yang mengalami


kehamilan serta dapat meningkatkan daya postmatur lebih besar pada kelompok
tahan ibu terhadap demam selama asfiksia dibandingkan dengan pada
kehamilan, persalinan dan masa nifas. kelompok yang tidak asfiksia.
Hasil penelitian ini lebih rendah bila
Infeksi berat dibandingkan dengan teori yang
Hasil distribusi responden dikemukakan oleh Obstetri William (2002)
berdasarkan variabel infeksi berat pada yang menyebut angka kejadian persalinan
kelompok asfiksia sebesar 16.7% sulit adalah sekitar 20%. Penggunaan
sedangkan pada kelompok yang tidak partograph yang sesuai standar dapat
asfiksia adalah sebesar 18.8%.Hasil mendeteksi adanya persalinan sulit.
tersebut menunjukkan persentase ibu yang
mengalami infeksi berat lebih besar pada Prematur
kelompok yang tidak asfiksia. Hasil distribusi responden
Hasil penelitian ini lebih tinggi bila berdasarkan variabel premature pada
dibandingkan dengan teori yang kelompok asfiksia sebesar 39.6%
dikemukakan oleh Jusuf Sulaiman Efendi sedangkan pada kelompok tidak asfiksia
dalam Prawirohardjo (2008) yang sebesar 22.9%.hasil tersebut menunjukka
menyatakan bahwa infeksi dalam bahwa persentase bayi yang mengalami
persalinan angka kejadiannya adalah premature lebih besar pada kelompok yang
sebesar 3-8% .Pengawasan ANC yang asfiksia.
teratur dan sesuai standar dapat mencegah Hasil penelitian ini lebih tinggi
kejadian infeksi dalam persalinan dan dibandingkan teori yang dikemukakan oleh
pencegahan khusus pada daerah yang Anantyo Binarso Mochtar dalam
endemik malaria seperti daerah Hanura Prawirhardjo (2008) yang menyebukan
dan Padang Cermin Pesawaran. bahwa angka kejadian persalinan preterm
adalah sekitar 6-10% .Untuk mengurangi
Kehamilan post matur kejadian preterm salah satunya adalah
Hasil distribusi responden meningkat promosi kesehatan mencegah 4
berdasarkan variabel post matur pada T pada ibu bersalin (terlalu muda, terlalu
kelompok asfiksia sebesar 12.5% tua, terlalu sering, dan terlalu banyak).
sedangkan pada kelompok yang tidak
asfiksia adalah sebesar 16.7%. Hasil Kelainan konginetal
tersebut menunjukkan bahwa persentase Hasil distribusi responden
bayi yang mengalami post matur lebih berdasarkan variabel kelainan konginetal
besar pada kelompok yang tidak asfiksia. pada kelompok asfiksia sebesar 14.6%
Hasil penelitian ini sedikit lebih sedangkan pada kelompok yang tidak
tinggi dibandingkan dengan teori yang asfiksia sebesar 33.3% .Hasil tersebut
dikemukakan oleh Anantyo Binarso menunjukkan bahwa persentase bayi yang
Muchtar dalam Prawirohardjo (2008) yang mengalami kelainan konginetal lebih lebih
menyebutkan bahwa angka kejadian post kecil bila dibandingkan dengan kelompok
matur adalan sekitar 3,4-14% atau rata-rata asfiksia.
10%. Untuk menentukan diagnosa post Hasil penelitian ini lebih tinggi bila
matur dapat dilakukan dengan ANC secara dibandingkan dengan teori yang
teratur. dikemukakan oleh Idham Amir dalam
Prawirohadjo (2008), bahwa angka
Persalinan Sulit kejadian kelainan 2-3% dari persalinan.
Hasil distribusi responden Pencegahan kelainan konginetal berkenaan
berdasarkan variabel persalinan sulit pada dengan pemenuhan gizi yang adekuat salah
kelompok asfiksia sebesar 25% sedangkan satunya asam folat yang dapat diberikan
pada kelompok yang tidak asfiksia adalah sebelum usia kehamilan 7 minggu.
sebesar 22.9%.hal tersebut menunjukkan

[286]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Air ketuban campur mekonium baru lahir bahkan dapat menyebabkan


Hasil distribusi responden kematian neonatal.
berdasarkan variabel air ketuban campur Hasil penelitian ini juga berbeda
mekonium pada kelompok asfiksia sebesar dengan hasil penelitian Evi Desvauza
39.6% sedangkan pada kelompok yang (2007) di RS Pringadi Medan yang
tidak asfiksia 6.2%. hasil tersebut menyatakan ada hubungan antara
menunjukkan bahwa persentase janin yang preeklamsia dengan kejadian
mengalami air ketuban campur mekonium asfiksia.Demikian pula penelitian Nurlaila
lebih besar terjadi pada kelompok asfiksia Pratiwi (2013) di RSUD A Yani Metro
dibandingkan pada kelompok yang tidak yang menyatakan ada hubungan
asfiksia. preeklamsia dengan asfiksia.
Hasil penelitian ini lebih tinggi bila Hasil analisis penelitian ini tidak
dibandingkan dengan teori yang sesuai dengan teori dan penelitian
dikemukakan oleh Hidayatwijayanegara dimungkinkan karena jumlah sampel yang
dalam Prawirohardjo (2008) yang terbatas , karena sejak tahun 2014 jumlah
menyebutkan kejadian ketuban campur pasien rujukan hanya 33% selebihnya 67%
mekoneum adalah 15% dari bukan pasien rujukan. Rendahnya jumlah
persalinan.Kejadian air ketuban campur pasien rujukan disebabkan mulai
meconium dapat diprediksi bila terjadi diberlakukannya BPJS sehingga sistim
hipoksia kronik dan asidosis intrauterine. rujukan disiplin diterapkan. Artinya tidak
Diperlukan pemeriksaan khusus semua pasien preeklamsia-eklamsia di
laboratorium darah untuk mengetahui rujuk ke RSUD Dr H Abdul Moeloek.
asidosis .
Hubungan perdarahan antepartum
Hubungan Preeklamsia-eklamsia dengan asfiksia
dengan asfiksia Hasil ujibivariat yaitu hasil
Hasil uji bivariat yaitu hasil analisis hubungan perdarahan atepartum dengan
bivariat hubungan preeklamsia dan kejadian asfiksia di RSUD Dr Hi Abdul
eklamsia dengan asfiksia di RSUD Abdul Moeloek Tahun 2014, diperoleh p-value
Moeloek Tahun 2014 diperoleh p-value sebesar 0.759, nilai ini jika dibandingkan
sebesar 0,714 . Nilai ini jika dibandingkan dengan harga α =0,05 maka p-value > 0,05
dengan harga α=0,05 maka p-value > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan
yang berarti bahwa tidak ada hubungan perdarahan antepartum dengan kejadian
atau pengaruh preeklamsia/eklamsia asfiksia di RSUD Dr H Abdul Moeloek
dengan kejadian asfiksia di RSUD Dr Hi Tahun 2014.
Abdul Moeloek Tahun 2014. Hasil penelitian ini berbeda dengan
Hasil penelitian ini tidak sesuai teori yang dikemukakan oleh Rukiyah
dengan teori yang dikemukakan oleh (2010) yang menyatakan bahwa
Bobak (2005) bahwa vasospasme siklik perdarahan antepartum dapat
pada preeklamsia dan eklamsia lebih lanjut menyebabkan gangguan pernapasan bayi
menurunkan perfusi organ dengan baru lahir.Pada plasenta previa terdapat
menghacurkan sel-sel darah, sehingga gangguan aliran darah dalam talipusat
kapasitas maternal menurun. Selain itu karena tertekannya tali pusat, adanya
juga tidak sesuai dengan teori yang depresi pernapasan karena obat-obat
diungkapkan oleh Manuaba (2010) bahwa anestesi/analgetik yang diberikan kepada
preeklamsia dapat meyebabkan asfiksia , ibu sehingga mempengaruhi janin,
karena pada preeklamsia terjadi perubahan akibatnya dapat terjadi asfiksia bayi baru
pada plasenta yaitu menurunkan aliran lahir.
darah ke plasenta sehingga menyebabkan Hasil penelitian ini juga tidak sejalan
gangguan fungsi , aliran oksigen ke janin dengan penelitian yang dilakuan oleh Evi
berkurang yang meyebabkan hipoksia Desvauza (2008) di RS Pringadi Medan
janin dan sampai terjadinya asfiksia bayi yang menyatakan ada hubungan

[287]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

perdarahan antepartum dengan asfiksia (p- ini. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
value <0,05), demikian pula dengan pemilihan sampel yang terbatas pada
penelitian yang dilakukan oleh Ria RSUD Dr H Abdul Moeloek yang
Herawati (2011) di RSUD Kabupaten sebagian besar bukan pasien rujukan
Rokan Hulu (p-value 0.0005). (67,7%).
Berdasarkan teori dan hasil Pencegahan terjadinya partus lama
penelitian terkait di atas menunjukkan dapat dimulai pada ANC yang teratur dan
hasil yang tidak sejalan dengan penelitian pada saat persalinan bidan menerapkan
ini. Hal tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan partograp secara benar.
pemilihan sampel yang ada terbatas pada
wilayah kota Bandar lampung saja, hal ini Hubungan demam selama kehamilan
terlihat dari data bahwa kasus rujukan dengan kejadian asfiksia
sebesar 33% saja, selebihnya bukan pasien Hasil uji bivariat yaitu hasil analisis
rujukan. bivariate hubungan demam selama
Perdarahan antepartum yang kehamilan dengan kejadian asfiksia di
sebagian besar disebabkan oleh placenta RSUD Dr Hi Abdul Moeloek Tahun 2014
previa dan solusio plasenta sulit di deteksi diperoleh p-value 1,000 .nilai ini jika
bila tidak diperiksa dengan USG. dibandingkan dengan harga α=0,05 maka
Diperlukan dukungan dari dinas kesehatan p-value > 0,05 yang berarti bahwa tidak
setempat untuk menfasilitasi penggunaan ada hubungan demam selama kehamilan
USG oleh bidan-bidan terutama di daerah dengan kejadian asfiksia di RSUD Dr Hi
yang jauh dari RS rujukan tingkat pertama. Abdul Moeloek Tahun 2014.
Hasil penelitian ini tidak sesuai
Hubungan partus lama dengan kejadian dengan teori yang dikemukakan oleh
asfiksia Varney (2002) yang menyatakan demam
Hasil uji bivariat yaitu hasil analisis selama kehamilan dapat menyebabkan
bivariat hubungan partus lama dengan asfiksia pada bayi baru lahir. Ibu yang
asfiksia di RSUD Dr H Abdul Moeloek mengalami demam selama kehamilan
Tahun 2014 diperoleh p-value sebesar terjadi efek yang tidak baik seperti seperti
0,386. Nilai ini jika dibandingkan dengan dehidrasi, asupan nutrisi yang buruk dan
harga α=0,05 maka p-value > 0,05 yang ketidakseimbangan elektrolit dan bahaya
berarti bahwa tidak ada hubungan partus pada janin adalah dapat menyebabkan
lama dengan kejadian asfiksia di RSUD Dr kelainan konginetal .hasil penelitian ini
H Abdul Moeloek Tahun 2014 . yang tidak sesuai dengan teori
Hasil penelitian ini tidak sesuai dimungkinkan karena jumlah sampel yang
dengan teori yang dikemukan oleh tidak mencukupi.
Muchtar (1998) yang menyatakan partus Deteksi dini adanya infeksi pada ibu
lama dapat menyebabkan terjadinya hamil dapat dilakukan dengan pengawasan
asfiksia bagi janin. Pada partus lama ANC yang teratur, serta nutrisi yang
terjadi pemanjangan fase laten (lebih dari 8 adekuat.
jam), persalinan telah berlangsung lebih
dari 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi Hubungan infeksi berat selama
dan dilatasi servik uteri di kanan garis persalinan dengan asfiksia
waspada pada partograf. Hasil uji bivariat yaitu hasil analisis
Hasil penelitian ini tidak sejalan bivariat hubungan infeksi berat selama
dengan penelitian Ning Aprilia (2012) di persalinan dengan kejadian asfiksia di
RS Abidin Zainal Banda Aceh, yang RSUD DR Hi Abdul Moeloek Tahun 2014
menyatakan ada hubungan partus lama , diperoleh p-value sebesar 1,000. Nilai ini
dengan asfiksia (p-value jika dibandingkan dengan harga α = 0,05
0,022).Berdasarkan teori dan hasil maka p-value > 0,05 yang berarti tidak ada
penelitian terkait di atas menunjukkan hubungan infeski berat selama persalinan
hasil yang tidak sejalan dengan penelitian

[288]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

dengan kejadian asfiksia di RSUD Dr Hi dengan kejadian asfiksia di RSUD Dr Hi


Abdul Moeloek Tahun 2014. Abdul Moeloek Tahun 2014 diperoleh p-
Hasil penelitian ini tidak sesuai value 0,054. Nilai ini jika dibandingkan
dengan teori yang dikemukan oleh JNPK- dengan harga α= 0,05 maka p value >
KR (2008) yang menyatakan salah satu 0,054. Yang berarti bahwa tidak ada
penyebab terjadinya asfiksia adalah adanya hubungan kelainan konginetal dengan
infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) kejadian asfiksia di RSUD Dr Hi Abdul
saat persalinan. Moeloek Tahun 2014.
Untuk memperkecil risiko terjadinya Hasil penelitian ini tidak sesuai
asfiksia akibat infeksi berat ini pemerintah dengan teori yang dikemukakan oleh
telah menerapkan standar ANC terpadu, Gomella (2009) yang menyebutkan bahwa
salah satu butirnya adalah pemeriksaan salah satu faktor penyebab kegagalan
darah untuk menapis malaria, sifilis TBC pernafasan pada bayi adalah kelainan
dan HIV. konginetal seperti hernia diafragmatika,
atresia pernafasan , hypoplasia paru dan
Hubungan post matur dengan kejadian lain-lain.
asfiksia Pencegahan terjadinya kelainan
Hasil uji bivariat yaitu hasil analisis konginetal berkaitan dengan faktor nutrisi
analisis bivariat hubungan post matur yang adekuat bagi seorang calon ibu juga
dengan kejadian asfiksia di RSUD Dr Hi perlindungan dari bahan-bahan yang
Abdul Moeloek Tahun 2014 diperoleh p- toksigenik seperti radiasi, obat-obatan dan
value 0,773. Nilai ini jika dibandingkan racun di sekitar ibu termasuk juga paparan
dengan harga α=0,05 maka p-value >0,05 asap rokok. Pemberian asam folat efektif
yang berarti bahwa tidak ada hubungan mencegah kelainan konginetal sebelum
post matur dengan kejadian asfiksia di usia kehamilan 6 minggu karena saat itulah
RSUD Dr Hi Abdul Moeloek Tahun 2014. mulai terjadinya pembentukan organ-organ
Hasil penelitian ini tidak sesuai tubuh bayi.
dengan teori yang dikemukakan oleh
Prawirohardjo (2010) yang menyatakan Hubungan air ketuban campur
salah satu faktor penyebab terjadinya meconium dengan kejadian asfiksia.
asfiksia adalah post matur karena terjadi Hasil uji bivariat yaitu hasil analisis
insufiensi plasenta/penuaan yang bivariat hubungan air ketuban campur
mengakibatkan suplai makanan dan mekonium dengan kejadian asfiksia di
oksigen menurun di samping adanya RSUD Dr H Abdul Moeloek Tahun 2014,
spasme arteri spiralis. Sirkulasi diperoleh p-value 0,000. Nilai ini jika
uteroplasenter akan berkurang dengan dibandingkan dengan harga α= 0,05 maka
50%menjadi hanya 250 ml/menit. p-value < 0,05 yang artinya ada hubungan
Hasil penelitian ini berbeda dengan air ketuban campur mekonium dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wahyu kejadian asfiksia di RSUD Dr H Abdul
pujiastuti (2013) di kota Magelang. Hasil Moeloek Tahun 2014.
penelitian Wahyu pujiastuti menyatakan Hasil penelitian ini sesuai dengan
ada hubungan post matur dengan kejadian teori yang dikemukakan oleh Manuaba
asfiksia. (2008) yang menyatakan bahwa air
Post matur dapat dicegah melalui ketuban yang bercampur meconium
pengawasan ANC yang teratur serta merupakan salah satu penyebab terjadinya
pemeriksaan USG untuk memastikan usia asfiksia pada bayi baru lahir. Jika janin
kehamilan dengan tepat. tidak tidak mendapakan cukup oksigen
selama kehamilan dan persalinan janin
Hubungan kelainan konginetal dengan akan mengeluarkan mekonium akibat
kejadian asfiksia adanya peningkatan peristaltic usus dan
Hasil uji bivariate yaitu hasil analisis terjadinya rileksasi spingter ani sehingga
bivariat hubungan kelainan konginetal isi rectum diekresikan.

[289]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Hasil penelitian ini sejalan dengan terjadinya rileksasi spingter ani sehingga
penelitian yang dilakukan oleh Eka Ayu isi rectum diekresikan.
Setiana (2012) di RSUD Kota Salatiga Hasil analisis ini berbeda dengan
yang menyebutkan bahwa ada hubungan penelitian yang dilakukan oleh Evi
air ketuban campur mekonium dengan Desvauza (2007) di RS Pringadi Medan
asfiksia pada bayi baru lahir (p-value menunjukkan bahwa anemia merupakan
0,00). faktor yang paling dominan mempengaruhi
Untuk mencegah terjadinya air asfiksia. Penelitian lain yaitu Fahrudin di
ketuban campur mekonium adalah dengan kabupaten Purworejo (2003) menyatakan
mencegah terjadinya infeksi pada ibu bahwa faktor dominan yang
hamil, menjauhi paparan asap rokok, mempengaruhi asfiksia adalah ketuban
pengawasan ANC yang ketat pada ibu pecah dini. Adanya perbedaan faktor yang
hamil dengan diabetes, hipertensi dan mempengaruhi kejadian asfiksia ini
kelainan pada jantung. Pencegahan yang dikarenakan karakteristik responden yang
lain adalah mencegah terjadinya persalinan berbeda dan variabel-variabel yang diteliti
sulit. berbeda.
Kualitas air ketuban amat
Variabel yang paling dominan menentukan kualitas janin yang ada di
berhubungan dengan asfiksia dalamnya, artinya ketuban yang tidak
Hasil penelitian ini menunjukkan bercampur mekonium dan jumlahnya
bahwa air ketuban campur meconium cukup akan menjamin kecukupan nutrisi
adalah variabel yang paling dominan dan oksigen untuk janin. Semakin pekat
berhubungan asfiksia bayi baru lahir. Hal dan keruh air ketuban semakin besar
ini dapat terlihat pada p-value 0,00 dan ancaman terhadap kesejahteraan
besar nilai OR/Exp (B) 10,488: (95% janin.Kesulitannya warna air ketuban baru
CI2.668-36.206) angka ini menunjukkan dapat diketahui bila sudah memasuki
bahwa janin yang mengalami air ketuban persalinan. Bila sudah diketahui adanya
campur mekonium saat kehamilan dan ketuban yang keruh karena bercampur
persalinan berpeluang untuk terjadi meconium bayi harus segera dilahirkan,
asfiksia sebesar 10.488 kali dibandingkan dan tindakan 290ection caesaria (SC)
dengan janin yang tidak mengalami air adalah tindakan pilihan untuk memperkecil
ketuban campur mekonium . Besar peluang risiko terjadinya asfiksia.
variabel lain secara berurutan adalah Tindakan preventif lainnya adalah
prematur (2,946) dan kelainan konginetal therapy yang adekuat bila ibu hamil terjadi
(0.561). penyakit infeksi, mencegah terjadi post
Dalam penelitian ini air ketuban matur dan pengawasan ANC yang ketat
campur mekonium menjadi variabel bila ibu menderita asma.
dominan mempengaruhi asfiksia
dimungkinkan karena adanya demam KESIMPULAN
selama kehamilan dan infeksi saat
persalinan serta berhubungan dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
partus lama. pembahasan maka dapat ditarik
Hasil penelitian ini sejalan dengan kesimpulan bahwa tidak ada hubungan
teori yang dikemukakan oleh Manuaba preeklampsia-eklampsia, perdarahan
(2008) yang menyatakan bahwa air antepartum, partus lama, demam selama
ketuban yang bercampur meconium persalinan, infeksi berat selama
merupakan salah satu penyebab terjadinya kehamilan, kehamilan post matur,
asfiksia pada bayi baru lahir. Jika janin persalinan sulit, bayi baru lahir prematur,
tidak tidak mendapakan cukup oksigen dan kelainan kongenital pada bayi baru
selama kehamilan dan persalinan janin lahir dengan kejadian asfiksia neonatorum
akan mengeluarkan mekonium akibat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
adanya peningkatan peristaltic usus dan Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun

[290]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

2014. Sedangkan untuk variabel air adanya deteksi dini ini ibu dan keluarga
ketuban bercampur mekonium mempunyai cukup waktu untuk melakukan
berhubungan dengan kejadian asfiksia persiapan sebelum dirujuk seperti
neonatorum di Rumah Sakit Umum persiapan donor darah, kendaraan dan
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar finansial.
Lampung tahun 2014.
Analisis lebih lanjut disimpulkan
bahwa faktor ibu dan bayi yang paling DAFTAR PUSTAKA
dominan mempengaruhi kejadian asfiksia
neonatorum di Rumah Sakit Umum Aprilia, Ning, 2012, Hubungan pre
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar eklamsia dan persalinan macet
Lampung tahun 2014 adalah faktor air dengan kejadian asfiksia bayi baru
ketuban campur mekonium . lahir di Badan Layanan Umum
Dalam upaya menurunkan angka Daerah Rumah Sakit Daerah DR
kematian ibu dan bayi akibat berbagai Zainul Abidin Banda Aceh Tahun
komplikasi kehamilan serta persalinan 2012 , http://ejournal.uui.ac.id [8
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Oktober 2015]
Berbagai upaya yang harus dilakukan itu Bobak, 2005, Buku Ajar keperawatan
harus menyeluruh atau komprehensif Maternitas, EGC, Jakarta
sepanjang siklus kehidupan (continuum of Desvauza, Evi, 2007, Faktor- faktor yang
care)yang diawali dari peningkatan Mempengaruhi Kejadian Asfiksia
kesehatan (promosi kesehatan) dan Neonatorum di RSU Dr. Pringadi
pencegahan (preventif) yang ada di Medan, [16 Nopember 2014],
masyarakat sampai pengobatan dan Fahrudin, 2003, Analisis Beberapa Faktor
rehabilitasi di rumah sakit. Risiko Kejadian Asfiksia
Upaya yang dilakukan di tingkat Neonatorum di Kabupaten
masyarakat (promosi kesehatan dan Purworejo,
preventif) membutuhkan kerjasama dari http://eprints.undip.ac.id/14393/ [16
berbagai lintas sektoral seperti penyediaan Nopember 2014],
lingkungan sekitar yang sehat dan aman Gomella T.L, M . Douglas Cunningham,
dari paparan racun (asap rokok), aman dari Fabianyal, 2009, Neonatology,6 th,
penyakit malaria, prilaku sex yang aman United States of America: The
dari pasangan suami istri (mencegah HIV, McGraw-Hill Companies,Inc
AIDS dan penyakit menular seksual), serta Herawati, Rika, 2011, Faktor- faktor yang
pemenuhan gizi yang optimal (tidak Menyebabkan Terjadinya Asfiksia
berlebihan karena ibu yang hamil dengan Neonatorum di Rumah Sakit Umum
berat badan lebih cenderung terjadi Daerah Kabupaten Rokan Hulu
preekalmsia eklamsia). Tahun 2011,
Pada sektor pelayanan dimulai dari http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.ph
pelayanan primer (bidan praktik mandiri p/kesmas/article/viewfile [8
dan puskesmas) hendaknya benar-benar Desember 2014],
berkomitmen melaksanakan pengawasan JNPK-KR, 2008, Asuhan Persalinan
ANC sesuai standar. Bidan yang berada di Normal, Jakarta
daerah yang terpencil dan jauh dari Lemeshow, 1997, Besar Sampel dalam
pelayanan puskemas dan pelayanan Penelitian Kesehatan, Gajah Mada
PONED hendaknya difasilitasi untuk University Press, Yogyakarta.
mampu mendeteksi dan mempunyai alat Manuaba, Ida Bagus Gede, 2010, Ilmu
Ultrasonografi (USG) sederhana yang Kebidanan, Penyakit Kandungan
dapat mendeteksi keadaan patologis pada dan Keluarga Berencana untuk
ibu yang dapat mengancam keselamatan Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
ibu dan bayi (keadaan placenta previa, Mochtar, Rustam, 2010, Sinopsis Obstetri,
solusio plasenta dan CPD) . Dengan EGC, Jakarta

[291]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Oxorn, dan Forte, 2010, Ilmu Rabe, Thomas, 2003, Buku saku Ilmu
Kebidanan:Patologi dan Fisiologi Kebidanan, Hipokrates, Jakarta
Persalinan, ANDI,YEM, Yogyakarta Setiana Eka Ayu, 2012, Hubungan partus
Pratiwi, Nurlaila, 2013, Hubungan lama dengan keadaan air ketuban
Preeklamsia dengan kejadian asfiksia dengan kejadian asfiksia bayi baru
di RS Ahmad Yani Metro, Skripsi lahir (studi kasus di RSUD Kota
DIV, Perpustakaan Prodi DIV Salatiga Tahun 2012),
Kebidanan Metro http://akbid.adila.ac,id, [1 Oktober
Rudolph, et. All., 2006, Buku Ajar 2015]
PediatriRudolth Volume I, EGC, Varney, Hellen; Kriebs, Jan; Gegor
Jakarta jCarolyn, 2006, Buku Ajar Asuhan
Rukiyah, 2010, Asuhan Kebidanan 4 Kebidanan Volume 2, EGC, Jakarta
(Patologi), Trans Info Medika, Wiknjosastro, Hanifa, 2007. Ilmu
Jakarta Kebidanan, YP-SP, Jakarta
Ryadi, Slamet 2012, Dasar-Dasar
Epidemiologi, Salemba Medika,
Jakarta

[292]

Anda mungkin juga menyukai