Anda di halaman 1dari 5

S1 Kep Stikes Rajawali smstr 2 : 2019 (Yanti Nurscanti: 2019)

BIDANG KEAHLIAN : KEPERAWATAN PEDIATRIK

KASUS : ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

KAJIAN MASALAH :

F-1

a. Angka kematian Bayi di Indonesia mencapai 1 juta bayi meninggal setiap tahunnya
kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia dari seluruh kematian
bayi sebanyak 57% meninggal. Diantaranya penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia
adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum,
infeksi lain dan kelainan kongenital
b. Angka kematian bayi (AKB) dihitung berdasarkan jumlah kematian bayi dengan umur
kehamilan lebih dari 22 minggu yang lahir dalam keadaan meninggal dalam masa 28 hari
setelah persalinan, kemudian dibandingkan dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor
yang mempengaruhi AKB salah satu diantaranya yaitu asfiksia bayi baru lahir. Dampak
terjadinya asfiksia dapat menyebabkan risiko kematian BBL, sehingga diperlukan penanganan
yang cepat dan tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut.
c. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012angka kematian
bayi sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian
per 1.000 kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI 2007, lebih dari tiga perempat dari semua
kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi
terjadi pada periode neonatus.Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah
satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir
setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). (Depkes RI, 2008). Adapun penyebab langsung
kematian bayi baru lahir 29% disebabkan BBLR, asfiksia(13 %), tetanus (10 %), masalah
pemberian makan (10 %), infeksi (6,7 %), gangguan hematologik (5 %), dan lain-lain (27 %).
d. Asfiksia jika berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak
dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Asfiksia juga dapat menimbulkan cacat
seumur hidup seperti buta, tuli, cacat otak dan kematian. Asfiksia atau APGAR skor yang
rendah dapat menyebabkan cedera otak. Cedera otak ini dapat mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan kognitif tertunda.
e. Asfiksia adalah salah satu faktor yang menyebabkan kematian neonatal, sedangkan bayi yang
dapat bertahan hidup akibat asfiksia dapat mengalami komplikasi neurologis seperti epilepsi,
cerebral palsy dan keterlambatan perkembangan.
f. Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan
motorik salah satunya adalah asfiksia. Asfiksia mengakibatkan cedera otak parah. Cedera
otak parah membuat perkembangan kognitif terhambat, perkembangan motorik tertunda
dan cerebral palsy.
g. Faktor penyebab kejadian asfiksia salah satunya adalah ketuban pecah dini, dengan pecahnya
ketuban bisa menyebabkan terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, karena semakin sedikit air ketuban, maka janin semakin gawat.3 Ketuban
pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/ sebelum inpartu,
pada pembukaan

F-2

a. Sectio Caesaria didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui incisi pada dinding perut dan
rahim anterior {Hacker, 2001).
b. Sectio Caesarea adalah metode pembedahan guna melahirkan anak melalui incisi pada
dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 1996)
c. Indikasi sectio caesarea antara lain disproporsi capalo pelvic, gawat janin, plasenta previa,
pernah sectio caesarea sebelumnya, kelainan letak, incoordinate uterine action, eklampsia,
dan hipertensi (Mansjoer, 1999).
d. Angka persalinan dengan sectio caesarea di Indonesia terbilang cukup tinggi. WHO
menyatakan, angka sectio caesarea maksimum sekitar 10 sampai 15%. Oleh karena itu, perlu
dikaji pengambilan keputusan melakukan tindakan sectio caesarea berdasarkan prinsip-
prinsip etika kesehatan.
e. Trend persalinan sectio caesarea sangat tinggi mencapai 70%. Persalinan sectio caesarea
hampir seluruhnya disebabkan indikasi medis. Trend persalinan melalui tindakan sectio
caesarea yang sangat tinggi tidak serta merta menunjukkan bahwa terdapat hal yang
bertentangan dengan etika pelayanan kesehatan. Banyak faktor di luar indikasi medis, baik
dari sisi ibu maupun bayi, yang menyebabkan sectio caesarea dipilih, antara lain faktor psikis
ibu, peralatan medis yang tidak siap digunakan untuk persalinan normal, hak pasien dalam
memilih tindakan medis yang ingin dilakukan, regulasi yang lemah dalam mengendalikan
rumah sakit yang menawarkan paket sectio caesarea, serta regulasi yang dipandang merusak
sistem jasa medis yang telah berjalan baik sehingga mendorong moral hazard dari para
dokter untuk membiarkan adanya permintaan persalinan melalui sectio caesarea tanpa
indikasi medis yang adekuat.
f. KPD merupakan masalah penting yang dapat menempatkan ibu dan anak pada risiko infeksi.
Infeksi sekunder secara asenderen dapat terjadi pada KPD yang kemudian dapat menyebabkan
desiduitis, korioamnionitis ataupun infeksi pada janin. Korioamnionitis dapat dikaitkan dengan
rendahnya kesejahteraan bayi saat lahir yang dinilai dengan skor APGAR, kebutuhan untuk
resusitasi pada saat kelahiran, dan kejang neonatal.
Spider Web

Ibu eklampsi

Kelahairan SC

Gawat janin Asfiksia

KPD
KEASLIAN PENULISAN
No Judul Penelitian & Variabel Jenis Hasil
Penulis Penelitian
1 Section Caesar  Sectio Caesar Quasy Sectio Caesar
sebagai factor resiko  Asfiksia eksperimental memiliki pengaruh
kejadian asfiksia terhadap asfiksia
neonaturum ( Fanny
: 2015)
2 Hubungan antara  Preeklamasi Quasy Preeklamasi
preeklamasi dalam  Asfiksia Eksperimental berpengaruh
kehamilan dengan terhadap asfiksia
kejadian asfiksia
pada bayi baru lahir
(Indah:2016)
3 Hubungan  Konoamionitis Beberapa kasus
konoamnionitis  Asfiksia Konoamnionitis
dengan asfiksia  Ketuban pecah dini dan ketuban pecah
neonatus pada dini bs
kehamilan dengan berpengaruh
ketuban pecah dini. asfiksia
(H.Kristanto :
2018)
4 Hubungan  Persalinan pervagina Deskripsi Asfiksia bisa
persalinan  Persalinan sectio analitik cross terjadi pada
pervagina dan saecar sectional persalinan
persalinan section  Asfiksia pervagina dan
Caesar dengan persalinan sectio
kejadian asfiksia caesar
neonatorum

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pengaruh sectio caesar,
preeklamasi, dan ketuban pecah dini terhadap asfiksia. Variabel penelitian adalah sectio caesar.
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif pre eksperimental.
1. Masalah
Pengaruh sectio caesar, preeklamasi dan ketuban pecah dini terhadap asfiksia pada bayi
baru lahir.
2. Rumusan masalah
a. Apakah ada pengaruh sectio caesar terhadap asfiksia pada bayi baru lahir?
b. Apakah ada pengaruh preeklamasi dan ketuban pecah dini terhadap asfiksia pada
bayi baru lahir?
3. Tujuan penelitian
Tujuan umum : menjelaskan pengaruh sectio caesar, preeklamasi dan ketuban pecah
dini terhadap asfiksia pada bayi baru lahir.
Tujuan khusus
a. Menjelaskan pengaruh sectio caesar, preeklamasi dan ketuban pecah dini
terhadap asfiksia pada bayi baru lahir.
b. Menganalisis pengaruh sectio caesar, preeklamasi dan ketuban pecah dini
terhadap asfiksia pada bayi baru lahir.
4. Manfaat
Manfaat teoritis:
Hasil penelitian dapat menjelaskan pengaruh sectio caesar, preeklamasi dan ketuban
pecah dini terhadap asfiksia pada bayi baru lahir.
Manfaat praktis:
1. Mengetahui pengaruh sectio caesar, preeklamasi dan ketuban pecah dini terhadap
asfiksia pada bayi baru lahir
2. Menjadikan bahan pertimbangan pada ibu muda yg berangapan sectio saecar
sebagai trend
5. Judul
Pengaruh sectio caesar, preeklamasi dan ketuban pecah dini terhadap asfiksia pada bayi
baru lahir di perawatan perinatology RS Hermina Sukabumi

Anda mungkin juga menyukai