Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN PENDAHULUAN

DEAD CONCEPTUS

DI RUANG MELATI RSUD DR. SOEGIRI

RATNA WATININGSIH
(2302032504)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN 2022/2023
2

BAB I

KONSEP MEDIS

1. DEFINISI
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari
ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan,seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot.
Kematian janin fase awal diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi pada 16
minggu kehamilan dan didiagnosis pertama kali pada pemeriksaan USG
(Fatmawati, 2017).
2. ETIOLOGI
Kematian mudigah tidak jarang menyebabkan terjadinya abortus pada
kehamilan muda. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin
dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Komplikasi yang berbahaya dari
abortus adalah perdarahan, infeksi, perforasi dan syok8. Hal-hal yang
menyebabkan kematian mudigah dapat disebabkan oleh hal-hal berikut
ini1(Fatmawati, 2017).
1) Kelainan Ovum
Menurut Hertik dkk, dari 1000 abortus spontan 48,9 % disebabkan oleh
Ovum yang patologis. Ovum yang abnormal 6 % diantaranya terdapat
degenerasi vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh kelainan ovum
berkurang kemungkinannya terjadi abortus kalau kehamilan sudah lebih
dari 1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80 %).
2) Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat.
Faktor-faktor yang rnenyebabkan kelainan dalam pertumbuhan hasil
konsepsi adalah :
3

a. Kelainan Kromosom
Abnormlitas dari kromosom 60% maka terjadi pada trimester pertama
dan kemungkinan hidup lahir hanya 0,6%. Kelainan kromosom yang
sering ditemukan pada abortus spontana dalah Trisomi, Monosomi,
Triploidi, Tetra-ploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromosom sek.
b. Lingkungan Endometrium KurangSempurna
Bilalingkungan endometrium di sekitar tempat implamantasi kurang
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c. Pengaruh dari Luar
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh
ini dinamakan pengaruh teratogen.
d. Kelainan Genitalia Ibu
a) Anomali Kongenital I (Hipoplasia uteri, Uterus bikornis).
b) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
c) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum seperti kurangnya progesterone atau estrogen, eridometritis
dan mioma submukosa.
d) Servik inkompeten yang disebabkan kelemahan bawaan pada
servik, dilatasi serviks yang berlebihan, konisasi, amputasi atau
robekan servik yang tidak dijahit.
e) Gangguan Sirkulasi Plasenta
f) Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomaly plasenta dan endateritis yang
menyebabkan oksigen isasi plasenta terganggu sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
3) Penyakit Ibu
1. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeladan malaria. Kematian fetus yang di sebabkan
karena toksin dan ibu atau invasikumanatau virus kepada fetus.
2. Keracunan, Nikotin dan Alkohol.
4

3. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasikordis, penyakitparu, dan


anemia grafis.
4. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E danibu yang menderita Diabetes
Melitus.
5. Anthagonis Rhesus
Pada anthagonis rhesus darahibu yang melalui plasenta merusak fetus
dan berakibat meninggalnya fetus.
6. Antiphospolipid Syndrome
Ada dua macam antibodi antifosfolipid yang telah dikenal yaitu :
Lupus Anticoagulant ( LA ), dan Anticardiolipin Antibody ( ACA ).
Sedangkan klasifikasi APS terdiri dari APS tanpa penyebab lain
disebut sebagai APS primer, sedangkan APS karena penyakit lain
seperti SLE dinamakan APS sekunder.
7. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus misalnya terkejut,
obatuterotonika, ketakutan, lapartatomi, dan dapat juga trauma
langsung terhadap fetus, selaput janin rusak langsung karena
instrumen, benda dan obat-obatan.
4) PenyakitBapak
Usia lanjut, penyakitkronis, seperti TBC, anemia, dekompensasikordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan, sinar rontgen dan avitaminosis.
3. PATOFISIOLOGI
Sindrom antibody antifosfolipid (APS) adalah salah satu diantara banyak
penyebab kematian hasil konseptus yang ditandai antibodi multiple yang
berbeda yang timbul bersama antibody antifosfolipid dengan thrombosis arteri
dan vena. APS dikenal juga sebagai sindrom Hughes.Trombosis telah
diketahui secara luas sebagai salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
kehamilan. APS adalah penyebab utama trombosis dalam kehamilan yang
bertanggung jawab atas morbiditas dan mortalitas janin serta ibu seperti
preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat, kematian janin dalam rahim,
5

persalinan preterm dan bahkan gangguan proses implantasi mudigahke dalam


endometrium (Fatmawati, 2017).
Jika terjadi kematian janin maka selanjutnya terjadi perdarahan desidua
basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing oleh uterus. Kemudian uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan hasil konsepsi tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, villi khorialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya (Fatmawati, 2017).
Pada kehamilan 8-12 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan secara sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih
dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya, janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus5 (Santi dan Pribadi, 2018)
6

4. WOC

Kelainan Klainan plasenta Infeksi Akut Kelainan


pertumbuhan Teraktus
hasil kontrasepsi Genetalis

Oksigenasi plasenta Takksin bakteri


tergangu virus

Pendarahan dalam desidia basalis

Nekrosis Jaringan sekitar

Hasil Konsepsi Lepas (Dead conceptus)

Lepas Sebagian Pendarahan pervaginah

Plasenta tertinggal dalam rahim Lemah

Uterus Konraksi Tindakan Kuret


MK : Resiko Penurunan Intake
Syok Cairan

Nyeri Abdomen Hemoglobin menurun

MK : Resiko
MK : Resiko Infeksi Hipovolemia

Frekuensi nadi MK : Nyeri Akut


meningkat

Gelisa

Ansietas
7

5. MANISFESTASI KLINIS
Pengeluaran hasil konsepsi biasanya terjadi pada kehamilan sebelum 20
minggu, gejala awal ditandai dengan perdarahan pervaginam yang bisa sedikit
atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku), rasa mulas dan kram
pada daerah simfisis dan sering kali nyeri pinggang, pemeriksaan dalam
didapati servik dan teraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servik atau kavum
uteri, karena sebagaian dari janin atau jaringan sudah keluar, dan uterus
berukuran lebih kecil dari dan seharusnya (Fatmawati, 2017).
6. PENATALAKSANAAN
Antikoagulan Theraphy Di antara wanita yang mengalami dead conceptus
berulang dan positif terdapat antibodi antifosfolipid tes, dua uji klinis
menunjukkan perbaikan tingkat kelahiran hidup dengan penggunaan dosis
profilaksis unfractionated heparin (misalnya, 5000 U subkutandua kali sehari)
dan aspirin dosis rendah, dibandingkan dengan aspirin alone. Strategi ini
menjadi pengobatan standar karena sindrom antifosfolipid, namun percobaan
yang lebih baru yang melibatkan beberapa wanita dengan sindrom ini tidak
menunjukkan peningkatan angka kelahiran hidup secara signifikan dengan
penggunaan dosis profilaksis rendah heparin dan aspirin dosis rendah. Dengan
demikian, peran perawatan ini khusus untuk pencegahan keguguran berulang
masih kontroversial (Fatmawati, 2017).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Ultrasonograf
Histero salpingografi, saline ultrasonografi tiga-dimensi, resonansi
magnetik dan pencitraan dapat membantu mendeteksi kelainan rahim.
Histeros kopi dan laparoskopi berguna jika tes lain telah menunjukkan
bahwa kelainan harus dikonfirmasi, seperti septum rahim. Di masa depan,
prosedur ini cenderung diganti dengan ultrasonografi tiga dimensi atau
pencitraan resonansi magnetik.
Ultrasonografi harus dilakukan pada 6 sampai 6-1/2 minggu dan
diulang setiap 10 sampai 14 hari sampai sekitar 12 minggu kehamilan.
Sering ultrasonografi dan awal memiliki beberapa keuntungan yakni :
melihat kelayakan janin dan ini merupakan indikator yang baik bahwa
8

kehamilan akan berhasil, meningkatkan kemungkinan bahwa jaringan


plasenta dapat diperoleh untuk analisis kromosom. Malformasi uterus,
paling sering didapat adalah arkuata dan septate uteruses (Gambar 1),
terdeteksi dalam 10 sampai 25% dari wanita dengan keguguran berulang
tetapi hanya 5% dari kontrol, dan evaluasi 20 dari rongga rahim (terutama
untuk mencari septum) yang direkomendasikan oleh organisasi profesipada
wanita dengan keguguran berulang. Vascular insufisiensi diperkirakan
mendasari dead kosneptus dalam kasus septate uterus1,2,3.
2. Laboratorium Tes
Uji laboratorium harus dipilih pada dasar temuan riwayat klinis
masing- masing pasien dan hasil pemeriksaan. Tes darah mungkin termasuk
darah lengkap, jumlah sel darah, antibodi antinuklear, anticardio lipin
antibodi, lupus antikoagulan, kadar prolaktin, dan kadar thyrotropin.
Kromosom kedua orang tua harus dievaluasi. Evaluasi meliputi uji
trombofilia untuk protein C, protein C teraktivasi, faktor V Leiden dan
mutasi protrombin, protein S, antithrombin, dan kadar homosistein puasa.
Biopsi endometrium dapat membantu mengkonfirmasi ovulasi atau
mengevaluasi fase luteal yang cacat. Meskipun prosedur ini kontroversial,
tetapi ini merupakan tes terbaik untuk mengevaluasi kelainan endometrium.
Pengujian untuk sitomegalovirus, listeria, dan toksoplasmosis dapat juga
dilakukan mungkin, tetapi umumnya tidak dianjurkan (Fatmawati, 2017).
8. KOMLIKASI
1) Perdarahan
perdarahan akan terjadi banyak dan akan mengakibatkan kematian.
Sedangkan pada Dead conceptus, perdarahan akan terjadi terus-menerus
sehingga dapat mengakibatkan gangguan koagulasi yang pada akhirnya
menyebabkan anemia dan kematian. Perdarahan dapat diatasi dengan
pengolongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
9

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi dan dampak dari kuretase akan menyenankan
perforasi pada dinding uterus yang dapat mengakibatkan gangguan pada
kehamilan berikutnya. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati
dengan teliti jika ada tandabahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
perlu histerektomi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap Dead
conceptus. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
4) Syok
Syok pada Dead conceptus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
(Fatmawati, 2017).
10

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian fokus menurut Doenges (2021)
a. Sirkulasi
Adanya perdarahan pervaginam, amenorea < 20 minggu, terlambat
menstruasi, riwayat peningkatan tekanan darah, masalah jantung, edema,
penurunan pengisian vena, peningkatan nadi, penurunan volume darah,
riwayat penyakit vaskuler, hematokrit meningkat, suhu badan meningkat
(jika keadaan umum buruk, lakukan resusitasi dan stabilisasi).
b. Eliminasi
Penurunan haluaran urine, konsentrasi urine meningkat, nyeri saat
defekasi, darah merah segar menyertai pengeluaran feses, penggunaan
kateterisasi, penurunan volume feses, penurunan frekuensi defekasi, pola
defekasi menurun (konstipasi), mengejan saat defekasi, tidak mampu
mengeluarkan feses, penggunaan laksatif, karakter feses, defekasi terakhir,
adanya hemoroid, adanya perdarahan dalam pengeluaran feses,
peningkatan frekuensi perkemihan, karakter urine, riwayat penyakit ginjal,
riwayat penyakit diuretik, perasaan penuh pada rektum, peningkatan
tekanan abdomen.
c. Makanan / cairan
Penolakan makan dan minum, kebiasaan diet, frekuensi makanan dalam
sehari, terjadi mual muntah, penurunan berat badan, membran mukosa
kering, adanya alergi, anoreksia, adanya nyeri ulu hati, perubahan selera
makan, merasa cepat kenyang, penurunan turgor kulit dan lidah.
d. Aktivitas/istirahat
Enggan untuk tidur, keterbatasan aktifitas, kebiasaan tidur, pembatasan
aktivitas karena tindakan kuretase, gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur, dan menyeringai), kebiasaan aktivitas,
ketidaknyamanan / dispnea saat beraktivitas, kelemahan.
e. Nyeri/ kenyamanan
11

adanya kontraksi uterus, rasa mules, kram perut atas simfisis, kram kaki,
adanya nyeri tekan dan bengkak pada payudara, nyeri abdomen, nyeri
tekan abdomen, nyeri punggung, lokasi nyeri, intensitas, frekuensi, dan
kualitas nyeri, faktor pencetus nyeri, ekspresi wajah, posisi klien untuk
menghindari nyeri, bukti nyeri dapat di amati, pucat.
f. Keamanan
Riwayat penyakit dan inflamasi pelvis, gerakan janin, keluarnya jaringan
hasil konsepsi.
g. Seksualitas
Perdarahan vagina, rentang dari bercak-bercak sampai perdarahan nyata,
riwayat abortus sebelumnya, catat perkiraan tanggal lahir peningkatan
progresif pada ukuran uterus missal TFU, posisi uterus, perubahan
payudara, pembesaran jaringan adiposa.
h. Integritas Ego
Kehamilan mungkin sudah atau belum direncanakan, mungkin sangat
cemas/ketakutan akan kehilangan, menunjukan masalah keputusasaan,
ekonomi dan rencana individu untuk masa datang, kemungkinan
merasakan penolakan misal kehilangan kontak dengan pasangan pria,
perubahan status mental, ansietas, perilaku ekspresif (gelisah, merintih,
menangis, kewaspadaan berlebih, peka rangsangan, menghela nafas
panjang), afektif (gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan,
gugup, perasaan tiak adekuat, gembira berlebihan, marah, menyesal,
perasaan takut, ketidakpastian, dan khawatir); fisiologis (wajah tegang,
peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, terguncang, gemetar, dan
suara bergetar), marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus asa, distress
psikologis, memberi makna kehilangan, perilaku panik, dan kepedihan.
i. Penyuluhan atau Pembelajaran
Harapan individu terhadap tindakan abortus dan kehamilan selanjutnya,
tingkat pengetahuan, pengalaman, keinginan terhadap anak,
mengungkapkan masalah secara verbal, tidak mengikuti instruksi yang
diberikan secara akurat.
12

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


a. Inspeksi
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, dan adanya
keterbatasan fisik.
b. Palpasi :
1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan / tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.
c. Perkusi
1) Menggunakan jari : ketuk lutut, dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, masa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks
/ gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
d. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/ paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
Pemeriksaan Ginekologi Dead conceptus menurut Saktya Airlangga
sebagai berikut :
1) Inspeksi vulva, meliputi perdarahan pervaginam, bekuan darah,
jaringan keluar sebagian.
2) Pemeriksaan dalam spekulum, meliputi perdarahan dari cavum uteri,
ostium uteri terbuka, tampak jaringan keluar dari ostium,
cairan/jaringan berbau busuk dari ostium.
13

3) Pemeriksaan colok vagina, meliputi portio terbuka, teraba jaringan


dalam cavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan, nyeri
pada porsio digoyang, nyeri perabaan adneksa, terasa tumor/tidak,
cavum douglasi menonjol nyeri/tidak..
2.3 DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SESUAI SDKI)
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (D.0077)
2. Ansietas b/d kurang terpapar informasi (D.0080)
3. Risiko syok d.d kekurangan volume cairan (D.0039)
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (SESUAI SLKI DAN SIKI)

No Dx Tujuan & Kriteria hasil Intervensi (SIKI)


No (SLKI)
1. 1. Setelah di lakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
Asuhan Keperawatan
Observasi
selama 3x24 jam di
harapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Kriteriahasil nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
(5) 3. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun (5)kkk memperberat nyeri dan memperingn
3. Sikap protektif menurun nyeri
(5) 4. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Gelisah menurun (5) 5. Identifikasi Pengaruh nyeri pada
5. Kesulitan tidur menurun kualitas hidup
(5) 6. Monitor efek samping pengunaan
6. Berfokus pada diri sendiri analgesik
menurun(5)
Terapeutik
1. Berikan teknik non famakologi
untuk menggurangi rasa nyeri
destraksi relaksasi
Edukasi
1. Anjurkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
14

3. Fasilitas istirahat dan tidur


4. Pertimbangkan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Anjurkan monior yeri secara
mandarin
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik
2. 2. Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (I.09314)
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan tingkat 1. Identifikasi saat tingkat Ansietas
Ansietas menurun dengan berubah
kriterial hasil : 2. Identifikasi kemampuan
(L.09093) mengambil keputusan
1. Prilaku gelisa menurun (5) 3. Monitor tanda tanda ansietas
2. Prilaku tegang menurun Terapiutik
(5) 1. Ciptakan suasana terapiutik untuk
3. Verbalisasi kebingungan mengurangi kecemasan
menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi
4. Verbalisasi khaatir akibat kecemasan
kondisi yang di hadapi 3. Pahami situasi yang membuat
menurun (5) ansietas
5. Pucat menurun (5) 4. Dengarkan dengan penuh
6. Diafiresis menurun (5) perhatian
5. Gunakan pendekatan yang
meyakinkan
6. Motifasi situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
1. Informasikan secara factual
mengenahi diagnosis, pengobatan
dan prognosis
2. Ajarkan keluarga tetap bersama
pasien
3. Anjurkan mengungkap perasaan
4. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
15

3. 3. Setelah di lakukan tindakan PEMANTAUAN CAIRAN


Asuhan Keperawatan selama Tindakan/Observasi
3x24 jam di harapkan Tingkat 1. Monitor frekuensi dan kekuatan
Syok menurun dengan nadi
Kriteria hasil :
2. Monitor frekuensi napas
1. Kekuatan nadi (4 3. Monitor tekanan darah
cukup meningkat) 4. Monitor berat badan
2. Saturasi oksigen (4 5. Monitor waktu pengisian kapiler
cukup meningkat) 6. Monitor elastisitas atau turgor
3. Pucat (5 menurun) kulit
4. Tekanan nadi (5 7. Monitor kadar albumin dan
protein total
membaik)
8. Monitor hasil pemeriksaan serum
5. Frekuensi napas (5
9. Monitor intake dan output cairan
membaik)
10. Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia
11. Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia
12. Identifikasi faktor
ketidakseimbangan cairan

Teraupetik
1. Atur waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
apabila diperlukan
16

2.5 EVALUASI
Setela tindakan keperawatan di laksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacuh pada kriteria evaluasi yang telah di tentukan pada masing masing
diagnoa keperawatan sehingga:
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervnsi di hentikan)
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi di lanjutkan )
3. Maalah teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu di lakukan pengkajian
ulang dan intervensi dirubah)
17

DAFTAR PUSTAKA

AIHW (Australian Institute of Health and Welfare). National perinatal mortality


data reporting project: issues paper, October 2012. Canberra:
Department of Health and Ageing. 2014

Al-Azasi, Abd Abdurrahman Adil Bin Yusuf. Janin (Pandangan Al-Qur’an dan
Ilmu

Kedokteran). Surabaya: Pustaka Rahmat, 2009.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Terjemah Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT Karya


Toha Putra, 1994

An-najjar, Prof. DR. Zaghlul. Sains Dalam Hadis. Jakarta: Amzah, 2011

Benson, Ralph C. Dan Martin L. Pernoll. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Ed. 9; Jakarta: EGC, 2013.

Bothamley, Judy dan Maureen Boyle. Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta:


EGC, 2012.

Centers for Disease and Prevention. Pregnancy Complications. 2016

Chapman, Viky, Cathy Charles. Persalinan dan Kelahiran: Asuhan Kebidanan.

Jakarta: EGC, 2013.

Choudhary, Anjali, dan Vineeta Gupta. Epidemiology of Intrauterine Fetal


Deaths: A Study In Tertiary Referral Centre In Uttarakhand: IOSR
Journal of Dental and Medical Sciences. Vol.13, No.3, Maret 2014.

Cunningham, F.G., Leveno, K.j., Bloom, S.I., Spong, C.Y., Dashe, J.S.,
Hoffman, B.L., Casey, B.M., and Sheeield, J.S. Williams Obstetric
24th edition. New York: McGraw Hill. 2014.

Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa. Profil Kesehatan Kabupaten Gowa. 2014

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.


2016.
18

Divya B, Ashwini Nayak U., dan Asha Swarup O.V.. A study of intrauterine
fetal death in a tertiary care hospital: Int J Reprod Contracept
Obstet Gynecol. Vol. 4. No.6, November- Desember 2015.

Efrida dan Elvinawaty. Imunopatogenesis Treponema pallidum dan


Pemeriksaan Serologi: Jurnal Kesehatan Andalas.Vol.3, No.3,
2014.

Gerungan, Elvi Nola, Meildy Pascoal, dan Anita Lontaan. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD):
ISSN: 2339- 1731. Vol.4, No.1, 9-14. Januari- Juni 2016

Holmes, Debbie dan Philip N. Baker. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta:
EGC, 2012

Hoyert Ph.D, Donna L., dan Elizabeth C.W. Gregory. Cause of Fetal Death:
Data From the Fetal Death Repor, 2014t: Center for Disease
Comtrol and Prevention. Vol.65, No.7. October 2016.

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahannya. 2004.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. 2015.


Kementrian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan Tahun 2015- 2019. Jakarta: KEMENKES, 2015.

Kuswanti, Ina dan Fitria Melina. ASKEB II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2013.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai