LAPORAN PENDAHULUAN
DEAD CONCEPTUS
RATNA WATININGSIH
(2302032504)
TAHUN 2022/2023
2
BAB I
KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari
ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan,seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot.
Kematian janin fase awal diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi pada 16
minggu kehamilan dan didiagnosis pertama kali pada pemeriksaan USG
(Fatmawati, 2017).
2. ETIOLOGI
Kematian mudigah tidak jarang menyebabkan terjadinya abortus pada
kehamilan muda. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin
dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Komplikasi yang berbahaya dari
abortus adalah perdarahan, infeksi, perforasi dan syok8. Hal-hal yang
menyebabkan kematian mudigah dapat disebabkan oleh hal-hal berikut
ini1(Fatmawati, 2017).
1) Kelainan Ovum
Menurut Hertik dkk, dari 1000 abortus spontan 48,9 % disebabkan oleh
Ovum yang patologis. Ovum yang abnormal 6 % diantaranya terdapat
degenerasi vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh kelainan ovum
berkurang kemungkinannya terjadi abortus kalau kehamilan sudah lebih
dari 1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80 %).
2) Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat.
Faktor-faktor yang rnenyebabkan kelainan dalam pertumbuhan hasil
konsepsi adalah :
3
a. Kelainan Kromosom
Abnormlitas dari kromosom 60% maka terjadi pada trimester pertama
dan kemungkinan hidup lahir hanya 0,6%. Kelainan kromosom yang
sering ditemukan pada abortus spontana dalah Trisomi, Monosomi,
Triploidi, Tetra-ploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromosom sek.
b. Lingkungan Endometrium KurangSempurna
Bilalingkungan endometrium di sekitar tempat implamantasi kurang
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c. Pengaruh dari Luar
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh
ini dinamakan pengaruh teratogen.
d. Kelainan Genitalia Ibu
a) Anomali Kongenital I (Hipoplasia uteri, Uterus bikornis).
b) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
c) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum seperti kurangnya progesterone atau estrogen, eridometritis
dan mioma submukosa.
d) Servik inkompeten yang disebabkan kelemahan bawaan pada
servik, dilatasi serviks yang berlebihan, konisasi, amputasi atau
robekan servik yang tidak dijahit.
e) Gangguan Sirkulasi Plasenta
f) Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomaly plasenta dan endateritis yang
menyebabkan oksigen isasi plasenta terganggu sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
3) Penyakit Ibu
1. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeladan malaria. Kematian fetus yang di sebabkan
karena toksin dan ibu atau invasikumanatau virus kepada fetus.
2. Keracunan, Nikotin dan Alkohol.
4
4. WOC
MK : Resiko
MK : Resiko Infeksi Hipovolemia
Gelisa
Ansietas
7
5. MANISFESTASI KLINIS
Pengeluaran hasil konsepsi biasanya terjadi pada kehamilan sebelum 20
minggu, gejala awal ditandai dengan perdarahan pervaginam yang bisa sedikit
atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku), rasa mulas dan kram
pada daerah simfisis dan sering kali nyeri pinggang, pemeriksaan dalam
didapati servik dan teraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servik atau kavum
uteri, karena sebagaian dari janin atau jaringan sudah keluar, dan uterus
berukuran lebih kecil dari dan seharusnya (Fatmawati, 2017).
6. PENATALAKSANAAN
Antikoagulan Theraphy Di antara wanita yang mengalami dead conceptus
berulang dan positif terdapat antibodi antifosfolipid tes, dua uji klinis
menunjukkan perbaikan tingkat kelahiran hidup dengan penggunaan dosis
profilaksis unfractionated heparin (misalnya, 5000 U subkutandua kali sehari)
dan aspirin dosis rendah, dibandingkan dengan aspirin alone. Strategi ini
menjadi pengobatan standar karena sindrom antifosfolipid, namun percobaan
yang lebih baru yang melibatkan beberapa wanita dengan sindrom ini tidak
menunjukkan peningkatan angka kelahiran hidup secara signifikan dengan
penggunaan dosis profilaksis rendah heparin dan aspirin dosis rendah. Dengan
demikian, peran perawatan ini khusus untuk pencegahan keguguran berulang
masih kontroversial (Fatmawati, 2017).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Ultrasonograf
Histero salpingografi, saline ultrasonografi tiga-dimensi, resonansi
magnetik dan pencitraan dapat membantu mendeteksi kelainan rahim.
Histeros kopi dan laparoskopi berguna jika tes lain telah menunjukkan
bahwa kelainan harus dikonfirmasi, seperti septum rahim. Di masa depan,
prosedur ini cenderung diganti dengan ultrasonografi tiga dimensi atau
pencitraan resonansi magnetik.
Ultrasonografi harus dilakukan pada 6 sampai 6-1/2 minggu dan
diulang setiap 10 sampai 14 hari sampai sekitar 12 minggu kehamilan.
Sering ultrasonografi dan awal memiliki beberapa keuntungan yakni :
melihat kelayakan janin dan ini merupakan indikator yang baik bahwa
8
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi dan dampak dari kuretase akan menyenankan
perforasi pada dinding uterus yang dapat mengakibatkan gangguan pada
kehamilan berikutnya. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati
dengan teliti jika ada tandabahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
perlu histerektomi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap Dead
conceptus. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
4) Syok
Syok pada Dead conceptus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
(Fatmawati, 2017).
10
BAB II
2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian fokus menurut Doenges (2021)
a. Sirkulasi
Adanya perdarahan pervaginam, amenorea < 20 minggu, terlambat
menstruasi, riwayat peningkatan tekanan darah, masalah jantung, edema,
penurunan pengisian vena, peningkatan nadi, penurunan volume darah,
riwayat penyakit vaskuler, hematokrit meningkat, suhu badan meningkat
(jika keadaan umum buruk, lakukan resusitasi dan stabilisasi).
b. Eliminasi
Penurunan haluaran urine, konsentrasi urine meningkat, nyeri saat
defekasi, darah merah segar menyertai pengeluaran feses, penggunaan
kateterisasi, penurunan volume feses, penurunan frekuensi defekasi, pola
defekasi menurun (konstipasi), mengejan saat defekasi, tidak mampu
mengeluarkan feses, penggunaan laksatif, karakter feses, defekasi terakhir,
adanya hemoroid, adanya perdarahan dalam pengeluaran feses,
peningkatan frekuensi perkemihan, karakter urine, riwayat penyakit ginjal,
riwayat penyakit diuretik, perasaan penuh pada rektum, peningkatan
tekanan abdomen.
c. Makanan / cairan
Penolakan makan dan minum, kebiasaan diet, frekuensi makanan dalam
sehari, terjadi mual muntah, penurunan berat badan, membran mukosa
kering, adanya alergi, anoreksia, adanya nyeri ulu hati, perubahan selera
makan, merasa cepat kenyang, penurunan turgor kulit dan lidah.
d. Aktivitas/istirahat
Enggan untuk tidur, keterbatasan aktifitas, kebiasaan tidur, pembatasan
aktivitas karena tindakan kuretase, gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur, dan menyeringai), kebiasaan aktivitas,
ketidaknyamanan / dispnea saat beraktivitas, kelemahan.
e. Nyeri/ kenyamanan
11
adanya kontraksi uterus, rasa mules, kram perut atas simfisis, kram kaki,
adanya nyeri tekan dan bengkak pada payudara, nyeri abdomen, nyeri
tekan abdomen, nyeri punggung, lokasi nyeri, intensitas, frekuensi, dan
kualitas nyeri, faktor pencetus nyeri, ekspresi wajah, posisi klien untuk
menghindari nyeri, bukti nyeri dapat di amati, pucat.
f. Keamanan
Riwayat penyakit dan inflamasi pelvis, gerakan janin, keluarnya jaringan
hasil konsepsi.
g. Seksualitas
Perdarahan vagina, rentang dari bercak-bercak sampai perdarahan nyata,
riwayat abortus sebelumnya, catat perkiraan tanggal lahir peningkatan
progresif pada ukuran uterus missal TFU, posisi uterus, perubahan
payudara, pembesaran jaringan adiposa.
h. Integritas Ego
Kehamilan mungkin sudah atau belum direncanakan, mungkin sangat
cemas/ketakutan akan kehilangan, menunjukan masalah keputusasaan,
ekonomi dan rencana individu untuk masa datang, kemungkinan
merasakan penolakan misal kehilangan kontak dengan pasangan pria,
perubahan status mental, ansietas, perilaku ekspresif (gelisah, merintih,
menangis, kewaspadaan berlebih, peka rangsangan, menghela nafas
panjang), afektif (gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan,
gugup, perasaan tiak adekuat, gembira berlebihan, marah, menyesal,
perasaan takut, ketidakpastian, dan khawatir); fisiologis (wajah tegang,
peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, terguncang, gemetar, dan
suara bergetar), marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus asa, distress
psikologis, memberi makna kehilangan, perilaku panik, dan kepedihan.
i. Penyuluhan atau Pembelajaran
Harapan individu terhadap tindakan abortus dan kehamilan selanjutnya,
tingkat pengetahuan, pengalaman, keinginan terhadap anak,
mengungkapkan masalah secara verbal, tidak mengikuti instruksi yang
diberikan secara akurat.
12
Teraupetik
1. Atur waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
apabila diperlukan
16
2.5 EVALUASI
Setela tindakan keperawatan di laksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacuh pada kriteria evaluasi yang telah di tentukan pada masing masing
diagnoa keperawatan sehingga:
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervnsi di hentikan)
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi di lanjutkan )
3. Maalah teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu di lakukan pengkajian
ulang dan intervensi dirubah)
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Azasi, Abd Abdurrahman Adil Bin Yusuf. Janin (Pandangan Al-Qur’an dan
Ilmu
An-najjar, Prof. DR. Zaghlul. Sains Dalam Hadis. Jakarta: Amzah, 2011
Benson, Ralph C. Dan Martin L. Pernoll. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Ed. 9; Jakarta: EGC, 2013.
Cunningham, F.G., Leveno, K.j., Bloom, S.I., Spong, C.Y., Dashe, J.S.,
Hoffman, B.L., Casey, B.M., and Sheeield, J.S. Williams Obstetric
24th edition. New York: McGraw Hill. 2014.
Divya B, Ashwini Nayak U., dan Asha Swarup O.V.. A study of intrauterine
fetal death in a tertiary care hospital: Int J Reprod Contracept
Obstet Gynecol. Vol. 4. No.6, November- Desember 2015.
Gerungan, Elvi Nola, Meildy Pascoal, dan Anita Lontaan. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD):
ISSN: 2339- 1731. Vol.4, No.1, 9-14. Januari- Juni 2016
Holmes, Debbie dan Philip N. Baker. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta:
EGC, 2012
Hoyert Ph.D, Donna L., dan Elizabeth C.W. Gregory. Cause of Fetal Death:
Data From the Fetal Death Repor, 2014t: Center for Disease
Comtrol and Prevention. Vol.65, No.7. October 2016.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.