Terdiri dari :
I. Abortus
II. Mola Hidatidosa
III. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Emergensi Obstetri
Eklampsi/ Preeklampsi
3
I. ABORTUS
Perdarahan pada kehamilan muda atau abortus per
definisi adalah perdarahan yang terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu (5 bulan ) atau janin
kurang dari 500 gram.
Angka kejadian : 25 %
Secara garis besar menurut usia kehamilan, terdiri atas:
Perdarahan pada usia kehamilan 0 - 12 minggu (trimester
I).
Perdarahan pada kehamilan 12 - 20 minggu (trimester II).
Penyebab
Gangguan kromosom.
Gangguan hormonal.
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC
(Toksoplasma,Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes virus tipe 1 atau
2), penyakit akibat hubungan seksual, penyakit infeksi umum seperti
malaria dll.
Kelainan alat genitalia seperti terdapat tumor kandungan (mioma
uteri), kelainan padaaa mulut rahim (cervical incompetence).
Terdapat antibodi antikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan
darah di belakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin
karena kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut.
Cacat bawaan berat pada janin.
Penyakit metabolk- endokrin seperti kencing manis.
Gejala Klinis
Usia Kehamilan < 20 minggu
6
PENATALAKSANAAN
Tanpa komplikasi : Puskesmas / DTP
Dg komplikasi : RS
Prinsip Pengelolaan :
- Lihat kondisi umum
- Tingkat klinis abortus
- Ada tidaknya kpenyulit
Tindakan :
- Teruskan kehamilan
- Terminasi kehamilan :
> Langsung kuretase
> Pengobatan penyulit dulu, baru kuretase
II. MOLA HIDATIDOSA
Definisi :
PU mengalami pengeluaran spontan sebelum kehamilan
20 minggu ( molar abortion )
Pemeriksaan USG : “Snow storm” “Theca luteincyst”
yang dapat menyebabkan pembesaran ovarium bilateral.
Perdarahan pervaginam yang terjadi sering
memperlihatkan adanya gelembung mola (gelembung
mola adalah villi chorialis yang mengalami degenerasi
hidropik)
Dx pasti MH.
Definisi
Kehml abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk akibat
kegagalan pembentukan janin
Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut
mirip dengan gerombolan buah anggur
Penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan calon
plasenta(trofoblas plasenta) dan diserai dengan degenerasi kistik
villi serta perubahan hidropik
Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang telah
dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding rahim hingga
berkembang menjadi plasenta serta membran yang memberi
makan hasil pembuahan
Penyebab penyakit ini belum diketahui pasti, namun diduga karena
kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahim.
Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal
akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan
tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi
kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.
Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai
tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi.
Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi
choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion.
Tidak terbentuk fetus
Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara
pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
a.Faktor ovum : ovum memang sudah patologik
sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
b.Imunoselektif dari tropoblast
c.Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
d.Paritas tinggi
e.Kekurangan protein
f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
a. Komplet (klasik) janin (-)
b. Inkomplit / Parsial disertai janin atau bagian janin.
15
III. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Definisi : keh ektopik adalah kehml yg tempat
implantasi/ nidasi/ melekatnya buah kehml di luar
tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim
Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan
ektopik yang mengalami abortus / ruptur pada
dinding tuba
Pembagian menurut lokasi
a. Kehamilan ektopik tuba pars interstisialis (2%),
isthmus (12%), ampulla (80%), infundibulum +
fimbria.(%)
b. Kehamilan ektopik uterus: kanalis servikalis,
divertikulum, kornu, tanduk rudimenter.
c. Kehamilan ektopik ovarium
d. Kehamilan ektopik intraligamenter
e. Kehamilan ektopik abdominal
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik yang paling banyak terjadi adalah
di tuba ok adanya hambatan perjalanan ovum yang
telah dibuahi ke kavum uteri
Penyebab :
a) Adanya sikatrik pada tuba
b) Kelainan bawaan pada tuba
c) Gangguan fisiologis pada tuba karena pengaruh
hormonal
Faktor Risiko
Faktor tuba : Risiko meningkat 5 – 10 x lipat pada :
- Riwayat salfingitis - Perlekatan lumen tuba
- Kelainan anatomi tuba - Pasca rekonstruksi tuba
- R/operasi pada tuba falopii termasuk pasca tubektomi
- Pasca terapi konservatif pada kehamilan ektopik
Kelainan zygote
Faktor ovarium
- Migrasi Eksterna Hormon eksogen
Keh yg terj pd px dg kontrasepsi oral yang hanya mgd
progestin (Progestin-only pill) efek relaksasi otot polos
progesteron
- Faktor AKDR - Riwayat abortus yang sering terjadi
Gejala
Nyeri panggul atau abdomen
- Nyeri unilateral atau bilateral
- Terlokalisir atau menyebar
- Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu
Perdarahan
- Perdarahan uterus abnormal (berupa bercak perdarahan )
terjadi pada 75% kasus yang merupakan akibat dari lepasnya
sebagian desidua.
Amenorea
“Desidual cast”─ 5 – 10% kasus kehamilan ektopik
mengeluarkan ”desidual cast” yang sangat menyerupai hasil
konsepsi.
Tanda
Abdomen tegang ─ Rasa tegang abdomen yang
“generalized” atau “localized” terdapat pada 80% kasus
KET
Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa)
terdapat pada 75% kasus kehamilan ektopik.
Masa adneksa ─ Masa unilateral pada adneksa dapat
diraba pada ⅓ sampai ½ kasus KE. Kadang-kadang
dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi
(hematocele)
Perubahan pada uterus ─ Terdapat perubahan-
perubahan seperti pada kehamilan normal.
Pemeriksaan Penunjang
Lab : Hematokrit Tergantung pada populasi dan derajat
perdarahan abdominal yang terjadi. Sel darah putih
Sangat bervariasi dan sering terlihat adanya leukositosis.
Tes kehamilan Pada kehamilan ektopik hampir 100%
menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada
kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG
meningkat 2 kali lipat setiap dua hari. 2/3 kasus
kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan
titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang
normal.
Pemeriksaan Khusus
D & C ─ Dilakukan untuk konfirmasi diagnosa pada kasus
dimana pasien tak menghendaki kehamilan. Bila hasil
kuretase hanya menunjukkan desidua, maka kemungkinan
adanya kehamilan ektopik harus ditegakkan.
Laparotomi ─ Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik
terganggu dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik
dan definitif).
Kuldosintesis ─ Memasukkan jarum kedalam cavum
Douglassi transvaginal untuk menentukan ada atau tidak
adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu
dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal
sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.
USG
Kantung kehamilan (gestational sac) intrauterine terlihat
sebagai “double-ring” yang menggambarkan desidua dan
selaput amnion.
Pada kehamilan ektopik, hanya terlihat adanya penebalan
dan reaksi desidua pada endometrium.
Dalam keadaan lanjut, terlihat adanya pelepasan desidua
sehingga terlihat adanya cairan atau darah intrakaviter
sehingga disebut sebagai “pseudogestational sac” yang
kecil dan iregular dibandingkan dengan kantung
kehamilan yang sebenarnya.
Patofisiologi
Pada sebagian besar kasus, kehamilan ektopik berakhir pada kehamilan 6
– 10 minggu melalui beberapa cara : Abortus Tuba atau Ruptura Tuba
Abortus Tuba :
- Terjadi pada 65% kasus
- Lokasi fimbriae dan ampula
- Perdarahan kecil berulang pada tuba menyebabkan lepasnya dan
yang diikuti dengan kematian hasil konsepsi.
- Perjalanan selanjutnya adalah : Absorbsi lengkap secara spontan.
- Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menuju
cavum peritoneum.
- Absorbsi sebagian shg tdp konsepsi yang terbungkus bekuan darah
yg menyebabkan distensi tuba Pembentukan “tubal blood mole”.
RUPTURA TUBA
- Terjadi pada 35% kasus
- Sering terjadi di Pars isthmika & pars ampularis
- Terjadi pada kehamilan 6 – 10 minggu
- Ruptura pars isthmica dpt terjadi pd usia kehamilan yg lebih awal.
- Ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual
- Bila ruptur pd sisi mesenterik tuba, mk dpt terj hematoma lig latum.
- Pada pars interstitisialis, ruptura dpt terj pd usia keh yg lbh “tua” dan
menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.
27
Penanganan
Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung
kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka
insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila
mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan
kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Injeksi methrotexate
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan
kecil serta kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan
injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau
diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian MTX : Ukuran kantung kehamilan < 4
cm Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik
bila : Masa tuba < 3.5 cm Usia kehamilan < 6 minggu
Janin mati Kadar β-hCG < 1500 mIU/ml
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
- Laktasi
- Status Imunodefisiensi
- Alkoholisme
- Penyakit ginjal dan hepar
- Diskrasia darah
- Penyakit paru aktif
- Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan
pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negatif.
Bila perlu lakukan “second look operation”.
Prognosis
PROGNOSIS 60% pasien pasca kehamilan ektopik
akan mengalami kehamilan berikutnya dengan resiko
berulangnya kejadian sebesar 10%. (pada wanita
normal 1%).
Pada mereka yang menjadi hamil lakukan
pengamatan teliti dan konfirmasi kehamilan
intrauterin dengan TVS pada minggu ke 6 – 8.
TERIMA KASIH