Dosen :
Fara imelda Theresia Patty, M. Keb
Di Susun oleh :
Kelompok 1
Ayunama Arum Dwiyanti : P07224219005
Dian Dwi Lestari : P07224219008
Dian Sasmitah : P07224219009
Sholihah Dwicahyaningrum : P07224219033
Sintiya Ayu Candra Kirana : P07224219037
Samarinda,2021
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teori.......................................................................................................6
2.2 Konsep Dasar Manajemen..........................................................................................19
BAB IIITINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan By Ny A dengan Asfiksia Berat di RSUD K...............................31
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................47
4.2 Saran............................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................46
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
(0-7 hari) yang terbanyak adalah respiratorydisorders (35,9%) dan premature
(32,3%). Sedangkan untuk usia 7– 28 hari penyebab kematian yang terbanyak
adalah sepsis neonatorium (20,5%) dan congenitalmalformation (18,1%). (Riset
Kesehatan Dasar, 2007). Faktor angka kematian bayi tersebut banyak
dipengaruhi baik dari faktor intern ibu hamil tanpa pengawasan, hamil dengan
penyulit, hamil dengan komplikasi, sedangkan faktor ekstern yaitu gizi, infeksi
dan trauma pada proses persalinan (Manuaba, 1998).
1. Tujuan Umum
Memberikanasuhan kebidanan pada Neonatus dengan Asfiksia Berat
menggunakan pola pikir ilmiah melalu pendekatan manajemen kebidanan varney
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tinjauan teori tentang Asfiksia Neonatorum
Untuk mengetahui manajemen asuhan kebidanan teori tentang Asfiksia
Neonatorum
a) Dapat melakukanpengkajianpada Neonatus dengan Asfiksia
Neonatorummelalui metode SOAP
b) Dapat melakukan interpretasi data dasarpada neonatusdengan Asfiksia
Neonatorum
c) Dapat melakukanidentifikasidiagnosis dana masalah potensial pada
neonatus dengan Asfiksia Neonatorum
d) Dapat melakukanidentifikasitindakan segera pada neonatus dengan Asfiksia
Neonatorum
e) Dapat melakukan perencanaan (Intervensi) pada neonatus dengan Asfiksia
Neonatorum
f) Dapat melaksanakan implementasi pada neonatus denganAsfiksia
Neonatorum
g) Dapat melakukan evaluasi padaneonatus denganAsfiksia Neonatorum
5
BAB II
KONSEP DASAR TEORI DAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN
Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi bayi tidak dapat segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Penyebab dari hal ini adalah
terjadinya hipoksia pada janin di dalam uterus. Hipoksia ini berhubungan dengan
faktor yang timbul saat persalinan, atau segera setelah bayi lahir, (Prawirohardjo,
2006).
Asfiksia bayi baru lahir merupakan satu diantara penyebab kematian bayi baru
lahir di negara sedang berkembang. Diperkirakan 130 juta bayi baru lahir tiap
tahunnya di seluruh dunia, 4 juta pada usia 28 hari pertama kehidupan, ¾ bayi
meninggal pada minggu pertama dan ¼ bayi meninggal pada usia 24 jam pertama
kehidupan (Hassan dan Alatas, 2005)
Asfiksia berasal dari bahasa Yunani yang berarti tanpa denyut, saat ini digunakan
untuk mendefinisikan keadaan di mana pertukaran gas plasental atau pulmonal
terganggu atau berkurang secara bersamaan sehingga menyebabkan depresi
kardiorespirasi. (Lissauer,tom dkk. At a Glance NEONATOLOGI, 2009)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Asfiksia Neonatorum adalah suatu kondisi yang
terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran.
2. Etiologi
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan Asfiksia Neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini
6
dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama
kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam
persalinan (Sarwono,2006).
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesia dalam
hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran dalam uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
1) Gangguan kontraksi uterus,misalnyahipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat.
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
3) Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusiopalsenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
2 Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-
lain.
3 Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena:
a. Pemakaian obat anestesia / analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial. Kelaianan
kongenital pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru.
7
3. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi asfiksia perinatal antara lain
a. Faktor ibu : hipertensi, ibu dengan DM, gangguan kontraksi uterus, ibu
mengalami hipotensi yang mendadak.
b. Faktor plasenta :solusio plasenta, plasenta previa dengan perdarahan.
c. Faktor janin : kompresi tali pusat akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dan mengganggu pertukaran gas/oksigen antara lain akibat tali pusat menumbung,
lilitan tali pusat dileher .
d. Faktor neonatus : depresi pusat pernafasan pada bayi dapat terjadi akibat partus
lama, pemakaian obat anestesi atau analgetik yang berlebih pada ibu, trauma
persalinan, kelainan kongenital pada bayi seperti hernia diafragmatika
4. Patofisiologi
Bila janin kekurangan oksigen dan kadar karbondioksida bertambah. Timbullah
rangsangan terhadap N.vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila
kekurangan oksigen ini terus berlangsung, maka N. vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbullah kini rangsang dari N.simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irregular
dan menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang
lebih cepat dari 160 kali per menit, halus dan irregular; serta adanya pengeluaran
mekonium.
Kekurangan oksigen juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai
tanda janin dalam asfiksia.
Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
Jika DJJ lebih dari 160 kali per menit dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
Jika DJJ kurang dari100 kali per menit dan ada mekonium : janin dalam keadaan gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine, dan bila kita periksa kemudian,
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.
8
a. DJJ ireguler dan frekuensinya lebih dari 160 kali/menit atau kurang dari 160 kali /
menit.
b. Terdapat mekonium dalam air ketuban
c. Analisa air ketuban atau amnioskopi
d. Kardiotokografi
e. Ultrasonografi
2. Setelah lahir
a. Bayi tampak pucat dan sianosis serta tidak bernafas.
b. Kalau mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neorologik seperti kejang
dan menangis kurang baik atau tidak menangis.
6. Klasifikasi Asfiksia
Berdasarkan Nilai APGAR :
1. Asfiksia berat( nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5%
dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan; dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg
berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
2. Asfiksia ringan sedang(nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas
normal kembali.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia(nilai APGAR 7-9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Tabel 1: Penilaian Asfiksia dengan Apgar
Skor 0 1 2
A : AppreanceColor Pucat Badan merah Seluruh badan
(Warna Kulit) ekstremitas biru kemerahan
P : Pulse (Frekuensi Tidak Ada <100 x/mnt <100 kali/mnt
Jantung)
G : Grimace Tidak Ada Sedikit gerakan Menagis,
(Reaksi Terhadap mimic bantuk/bersin
Rangsangan)
A : Activity (Tonus Lumpuh Ekstremitas dalam Gerakan aktif
9
Otot) fleksi sedikit
R : Respiration Tidak Ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat
(Pernapasan)
(Sinopsis Obstetri Hal : 430)
Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada I menit dan 2 menit sesudah bayi lahir. Tapi
penilaian harus dimulai segera sesudah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi
berdasarkan penilaian pernapasan, denyut jantung atau warna kulit maka penilaian ini harus
dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu
hasil penilaian APGAR 1 menit.
Klasifikasi Klinis
1. Ada 2 macam Asfiksia :
b.AfiksiaPallida (Putih)
10
7. Pemeriksaan dan Diagnosa
a. Pemeriksaan Penunjang dengan Disfungsi Multiorgan:
1) Ensepalopati menggunakan pemeriksaan EEG, aEEG, Ultrasonograi
serebral, MRI, CT Potensial bangkitan.
2) Gagal nafas Hipertensi pulmonalpersisten pada bayi baru lahir(PPHN)
menggunakan Gas darah arterial, Rontgen toraks
3) Disfungsi miokardial menggunakan Gas darah, Enzim miokardial,
Ekokardiografi, EKG-Peningkatan segmen ST
4) Metabolik menggunakan pemeriksaan Glukosa darah, Kalsium,
magnesium, Laktat,Elektrolit,Osmolaritas serum dan urin
5) Gagal ginjal menggunakan pemeriksaan Blood urea nitrogen(BUN),
Kreatinin
6) Gastrointestinal menggunakan pemeriksaan Tes ungsi hati, Guaiac(darah),
Aspirat gaster/tinja yang positif
7) Hematologi menggunakan pemeriksaan Hitung darah lengkap, Skrining
koagulasi
b. Diagnosis Asfiksia
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia
janin. Diagnosa hipoksia atau anoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukan tanda-tanda gawat janin. Untuk menentukan bayi yang akan dilahirkan
terjadi asfiksia, maka ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian :
a. Frekuensi denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah 120-160 kali/menit. Selama his frekuensi ini bisa
turun, tapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula.
b. Mekanisme dalam air ketuban
Mekonium pada presentase sungsang tidak ada artinya akan tetapi pada
presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan terus
timbul kewaspadaan.
c. Pemeriksaan PH pada janin
1. Pemeriksaan itu turun sampai dibawah 7,2 maka hal itu dianggap sebagai
tanda bahaya.
2. Salah satu cara sederhana untuk menilai Asfiksia pada bayi baru lahir
dengan cara sigtuna di bawah tabel ini;
11
Tabel 3 : Penilaian Asfiksia Berdasarakan Cara Sigtuna
Penilaian 0 1 2
Pernapasan Tidak Ada Lemah, tidak Baik
teratur
Frekuensi Jantung Tidak Ada ≤ 120 kali/menit ≥ 120 kali/menit
Warna Kulit Biru Badan merah, Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerahan
(Saifuddin A.B, 2002 hal. 349)
a. Komplikasi Asfiksia
a. Ensepalopati : Kejang
b. Gagal nafas Hipertensi pulmonalpersisten pada bayi baru lahir PPHN:
Hipoksemia, Asidosis respiratorik
c. Disfungsi miokardial : Hipotensi, Aritmia, Iskemia, Asidosis metabolic
d. Metabolik : Hipo/ Hiperglikemia, Hipokalsemia, Hipomagnesi, Asidosis laktat
Hiponatremia-sindrom ketidaksesuaian sekresi ADH(SIADH)
e. Gagal ginjal : Oliguria, Poliuria, Hematuria
f. Gastrointestinal : Perdarahan Iskemia Saluran Cerna- NEC
g. Hematologi : Trombositopenia, Perdarahan-DIC, Trombosis
9. Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi asfiksia neonatus disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala yang
mungkin muncul.
Menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan.
Penilaian dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi.
12
a. Usaha bernafas, apabila bayi bernafas spontan dan memadai lanjutkan dengan
menilai frekuensi jantung dan bila bayi sukar bernafas dilakukan rangsangan
taktil dengan dengan menepuk dan menyentil telapak kaki bayi atau menggosok
punggung bayi sambil memberikian oksigen.
b. Frekuensi denyut jantung, setelah menilai usaha bernafas dan melakukan
tindakan yang diperlukan serta memperhatikan apakah spontan atau tidak. Bila
frekuensi denyut jantung >100 kali/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutakan
dengan menilai warna kulit.
c. Warna kulit, penilaian warna kulit dilakukan bayi bernafas dengan spontan dan
frekuensi jantung >100 kali/menit.
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi:
a. Memastikan saluran nafas terbuka ,yaitu dengan cara Meletakkan bayi dalam
posisi yang benar sehingga jalan nafasnya bebas, Bersihkan mulut, hidung, dan
kalau perlu trakeanya, Jika diperlukan, masukkan selang endotrakeal sehingga
jalan nafas dapat dipastikan terbuka.
b. Memulai pernafasan yaitu lakukan rangsangan taktil, kaki, tangan sehingga
pernafasan mulai, jika perlu lakukan ventilasi dengan tekanan positif disertai
penggunaan sungkup atau pipa ET dan balonnya.
c. Mempertahankan sirkulasi darah. Lakukan kompresi dada, pasang infuse atau
tambahan obat-obatan.
Untuk memulai langkah awal resusitasi, perlu menjawab pertanyaan berikut tentang
bagaimana keadaan bayi saat lahir.
13
Menilai bayi dalam hal pernafasan, frekuensi
jantung,dan warna kulit.
Pemberian oksigen: Pada bayi dengan sianosis, segera beri oksigen bahkan
dengan tekanan.
Bila warna kulit berubah merah, pemberian oksigen
diturunkan perlahan.
Bila sianosis kembali, oksigen ditambah bahkan dengan
tekanan.
Ventilasi tekanan positif: Bayi dengan nafas gasping(megap-megap)
Frekuensi jantung <100 kali/menit
Terdapat sianosis menetap walaupun frekuensi jantung,
>100 kali / menit dan nafasnya masih berat
Pemberian oksigen 10% diteruskan
Bayi premature langsung ventilasi dan intubasi
Perawatan penunjang(suportif). Lakukan evaluasi awal bayi dengan metode nilai Apgar. Nilai
yang rendah memerlukan tindakan resusitasi.
14
Jika hasil resusitasi belum memuaskan, bayi dengan resiko tinggi sebaiknya diletakkan dalam
incubator dengan segala bentuk pemantauannya.
15
Plester1/2 atau ¾ inci
Sempri tuntuk 1,3,5,10,20,50 ml
Jarum berukuran 18,21,25
Kapas alkohol
Baki untuk katerisasi arteria imbilikus
Kateter umbilicus
Sonde lambung berukuran 5f
16
f. Keringkan,stimulasi , ganti kain yang basah dengan kain yang kering dan
reposisi kepala.
g. Tindakan yang dilakukan sejak bayi lahir sampai reposisi kepala dilakukan
tidak boleh lebih dari 30 detik.
h. Menilai pernafasan, jika bayi mulai bernafas secara teratur dan memadai,
periksa denyut jantung .jika denyut jantung > 100 kali/menit danbayi tidak
mengalami sianosis maka hentikan resusitasi.akan tetapi,jika sianosis ditemui
berikan oksigen aliran besar.
Kompresi dada
a. Jika denyut jantung janin masih < 60 kali permenit setelah 30 detik VTP
yang memadai , kompresi dada harus dimulai.
b. Kompresi dilakukan pada sternum di proksimal dari prosesuss
sifodeus,jangan menekan diatas sifoid.Kedua ibu jari petugas yang
meresusitasi digunakan untuk menekan sternum,sementara jari jari
mengelilingi dada atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat
digunakan untuk kompresi sementara tangan lain menahan punggung
bayi.Sternum dikompresi sedalam 1/3 tebal antero posterior dada.
c. Kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron terorganisasi dengan ratio 3
: 1. Kecepatan kombinasi kegiatan tersebut harus 120 /menit ( yaitu 90
kompresi dan 30 ventilasi ).Setelah 30 detik, evaluasi respon ,jika denyut
jantung < 60 denyut/menit kompresi dada dapat dihentikan dan vtp
dilanjutkan hingga denyut mencapai 100 kali/menit dan bayi bernafas
efektif.
17
Pemberian obat
a. Epinefrin harus diberikan jika denyut jantung tetqp < 60 kali permenit
setelah 30 detik VTP dan 30 detik lagi VTP dan kompresi dada.Dosis
epinefrin adalah 0.1 – 0,3 ml/kg berat badan larutan 1 : 10.000 secara
intravena,melalui vena umbilical.Bila diberikan melalui pipa endotrakel
dosis adalah 0,3 – 1,0 ml/kg berat badan
Perawatan lanjutan
a. Catat nilai apgar untuk menit ke-1 dan ke-5 dalam rekaman medic.
b. Jika bayi memerlukan asuhan intensif, rujuk ke rumah sakit terdekat yang
memiliki kemampuan memberikan tekanan ventilator untuk memantau dan
memberikan perawatan pada neonatus.
c. Jika bayi dalam keadaan atabil,pindah ke ruangan neonatal untuk dipantau
dan ditindak lanjuti.
d. Diruangan neonatal,ikuti panduaqn asuhan neonates normal untuk
pemeriksaan fisik dan tindakan profilaksis.Selain itu, monitor secara ketat
tanda tanda vital, sirkulasi, perfusi,status neurologic, dan jumlah urine.serta
pemberian minum ditunda disesuaikan kondisi.sebagai ganti pemberian
minum secara oral berikan glukosa 10 % intravena.uji laboratorium,seperti
analisis gas darah,glukosa dan hematokrit harus dilakukan.
e. Jika sudah tidak terdapat komplikasi selama 24 jam, neonates dapat keluar
dari unit neonatal . informasikan kepada petugas dan orang tua/ keluarga
tentang tanda bahaya.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita
dengan Asfiksia.
1. PENGKAJIAN.
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
19
A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/tanggal lahir :
- Penyebab depresi bayi pada saat lahir
mencakup bayi yang kurang bulan
( pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2010 )
- Faktor Persalinan kurang bulan/lewat bulan
dapat memungkinkannya terjadi implikasi
pada bayi baru lahir berupa asfiksia ( asuhan
kebidanan, hellen varney,2008 )
- Kegagalan adaptasi kardioresprasi saat lahir
menyebabkan kegagalan bernafas (
Lissauer,tom dkk, 2009 ).
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
Riwayat imunisasi :
Riwayat alergi :
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Riwayat tumbuh kembang :
Riwayat pertumbuhan :
Riwayat perkembangan :
- Bayi dengan riwayat menderita
hipoksia jika ia selamat dan hidup
akan berisiko tinggi terjadinya
kelainan neurologis dikemudian
hari (pelayanan kesehatan
22
maternal dan neonatal,sarwono
prawirohardjo,2006)
b. Penyakit menurun :
- Salah satu penyebab hipoksia
intrauteri oleh janin adalah
akibat penyakit jantung atau
pernafasan ( asma) yang diderita
oleh ibu ( buku ajar kebidanan
myles,2009)
-
c. Riwayat penyakit menahun :
5. Pola fungsionalkesehatan
23
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang membengaruhi kesehatan
B. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran :composmentis/apatis/somnolen/ delirium/ semi koma /koma
- Pada hiposksik iskemik tingkat kesadarn pada derajat 1 adalah
iritabel/waspada berlebih.
- Pada derajat 2 tingkat kesadaran adalah letargi.
- Pada derajat 3 tingkat kesadaran adalah koma.
(Lissauer,tom dkk, 2009 ).
b. Nadi :
- Asfiksia yang berkelanjutan akan terjadi penurunan
denyut jantung( pelayanan Kesehatan maternal dan
neonatal. (sarwono prawirohardjo,2006 )
- Frekuensi jantung < 100 merupakan tanda bahwa
bayi mengalami asfiksia ( ilmu kebidanan sarwono
prawirohardjo tahun 2010 )
c. Suhu :
- Pada bayi baru lahir untuk senantiasa memberikan
kehangatan agar tidak terjadinya hipotermia (ilmu
kandungan,sawono pawirohardjo,2010 )
d. Pernafasan :
- Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen
akan mengalami pernafasan yang cepat dan
singkat,bila berlanjut gerakan pernafasan akan
24
berhenti (pelayananKesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2006 )
- Pada asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukan
pernafasan megap – megap yang dalam. (pelayanan
Kesehatan maternal dan neonatal,sarwono
prawirohardjo,2006 )
Antropometri
a. Panjang badan :
b. Berat badan :
c. Lingkar lengan : Matondang, dkk (2000) menyatakan pada anak
berumur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status gizi,
dengan interpretasi sbb :
• < 12,5 cm : gizi buruk (merah)
• 12,5-13,5 cm : gizi kurang (kuning)
• >13,5 cm : gizi baik (hijau)
d. Lingkar kepala :33 – 35 cm (Marmi dan Kukuh, 2014)
• Circumferensia suboccipito bregmatica : 32 cm
• Circumferensia fronto oksipito : 34 cm
• Circumferensia mento oksipito bregmatica : 35 cm
e. Lingkar dada :
f. Lingkar perut :
2. Pemeriksaa fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.
Inspeksi
Kulit :
- Warna kulit terihat biru menunjukan bahwa keadaan
bayi buruk dengan angka penilaian 0 Pada penilaian
apgar (osbtetri fisiologi UNPAD,1983)
- Adanya sianosis pada evaluasi warna kulit
menunjukan adanya tanda tanda asfiksia ( ilmu
kebidanan,sarwono prawirohardjo tahun 2010 )
25
- Pada apnea sekunder, warna bayi berubah dari biru
ke putih karena bayi baru lahir menutup sirkulasi
perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah
ke organ-organ, seperti jantung, ginjal,
adrenal( Helen Varney, 2007 hal.901)
Kepala :
Wajah :
- Pada bayi baru lahir bayi cenderung wajahnya tanpa
ekspresi (pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2006)
Mata :
Telinga :
Hidung :
- Adanya pernafasan cuping hidung menandakan
bahwa bayi baru lahir mengalami gawat nafas (at a
glance neonatologi,2009)
Mulut :
- Terlihat adanya pernafasan megap megap (ilmu
kebidanan sarwono prawirohardjo,2010)
- Adanya sianosis central yang terjadi pada bibir bayi
(At a glance neonatologi,2009)
Leher :
Dada :
- Adanya retraksi didinding dada menandakan bahwa
bayi baru lahir mengalami gawat nafas (At a glance
neonatologi,2009)
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
26
- Pada asfiksia yang berlanjut, bayi akan terlihat
lemas (pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2006)
- Pada penilaian APGAR tonus otot yang lemas
menunjukan bayi dalam keadaan kurang baik
(obstetri fisiologi UNPAD,1983)
Palpasi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ektremitas :
Auskutasi :
- Adanya grunting (nafas berbunyi) merupakan
indikasi bahwa bayi baru lahir mengalami gawat
nafas ( At a glance neonatalogi,2009)
Perkusi :
3. Pemeriksaan neurologis/refleks
Refleks moro :
- Pada bayi asfiksia
refleksmoro negative.
(pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal,
27
sarwono prawirohardjo,
2006)
Refleks tonic neck :
- Pada bayi asfiksia refleks
tonic neck negative.
(pelayanan kesehatan
maternal danneonatal,
sarwono prawirohardjo,
2006)
Refleks rooting :
- Pada bayi asfiksia refleks
rooting negatif(pelayanan
kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono
prawirohardjo,2006)
Refleks sucking :
- Pada bayi asfiksia Refleks
sucking negative (pelayanan
kesehatan maternal dan
neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006)
Refleks graps (plantar & palmar grasp) :
- Pada bayi asfiksia reflex
graps negative (pelayanan
kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono
prawirohardjo,2006)
Refleks babinski ` :
- Pada bayi asfiksia reflex
babinski Negatif (pelayanan
kesehatan maternal dan
neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006)
4. Pemeriksaan penunjang
28
Pemeriksaan laboratorium :
- Neonatus dengan pengambilan sampel Ph
darah tali pusat dan Ph < 7,0 serta terjadi
penyimpangan hasil gas darah merupakan
cerminan dari beratnya asfiksia pada sat
lahir (asuhan kebidanan varney, 2008)
Pemeriksaan USG :
- USG,EEG atau pemindaian CT otak bayi
yang diresusitasi digunakan untuk
menindak lanjuti bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia berat. (asuhan
kebidanan ,Helen varney tahun 2008 )
Pemeriksaan diagnostik lainnya :
29
kondisi patofisologis yang menyebabkan asfiksia meliputi berkurangnya
oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan dan asidosis metabolik
( asuhan kebidanan, HelenVarney, tahun 2008)
Pada kasus asfiksia ,resusitasi yang efektif dapat mengurangi dan dapat
merangsang pernafasan awal serta mencegah asfiksia yang progresif yang bertujuan
memberikan ventilasi yang adekuat ( pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
Sarwono prawirohardjo tahun 2006 )
V . INTERVENSI
VI. IMPLEMENTASI
30
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah melakukan tindakan. Evaluasi
di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan pada By. Ny. A dengan Asfiksia Berat di RSUD K.
1. PENGKAJIAN
S.
1. Identitas
31
a. Identitas klien
Nama : By. Ny. A
Umur/Tanggal lahir : 1 jam
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 15 Juli 2020
Diagnosis medis : Asfiksia Berat
B.Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. F
Nama ibu : Ny. A
Usia ayah / ibu : 23 Thn/27 Thn
Pendidikan ayah / ibu : SMA/SMA
Pekerjaan ayah / ibu : IRT/Swasta
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat :Selowinanggung
2.Alasan MRS dan Keluhan Utama
a.Alasan MRS
Ibu datang kerumah sakit dengan rujukan pre-eklampsia
b.Keluhan Utama
Bayi lahir tidak bernafas spontan, pergerakan lemah, warna kulit merah ekstremitas biru dan
tidak ada reaksi saat diberikan rangsangan.
3. Riwayat Kesehatan Klien
a.Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
Ibu usia kehamilan 37 minggu datang dengan rujukan pre-eklampsia tanggal 14 Juli
2020, pukul 22.00 WITA. Masuk ruang bersalin untuk rencana sectio Caesarea dan
masuk ruang operasi pada tanggal 14 Juli 2020. Setelah lahir telah di lakukan
resusitasi dan keadaan bayi tidak membaik, sehngga berlanjut dari asfiksia sedang ke
asfiksia berat.
32
- riwayat antenatal : ibu mengatakan rajin memeriksakan kehamilan nya
a) corak reproduksi
Umur ibu pada saat hamil 23, kehamilan pertama dan tidak pernah aborsi.
b) kunjungan antenatal :
ibu rutin melakukan ANC setiap bulan ke bidan
ibu rutin menghadiri posyandu
ibu mengatakan ketika masa hamil mengalami riwayat hipertensi
c) keadaan ibu saat hamil
ibu memiliki riwayat hipertensi selama kehamilan
d) makanan ibu saat hamil
ibu mengatakan selama hamil memakan makanan yang mengandung nutrisi ,
karbohidrat , serat dan vitamin seperti sayur sayuran ,kacang kacangan , buah
buahan , ikan telur dan daging serta mengonsumsi susu ibu hamil dan vitamin
yang sudah diberikan bidan . ibu juga mengatakan selama hamil ia tidak
mengalami kesulitan dalam asupan makanan sehari hari .
e) obat obatan yang diminum pada saat hamil
ibu mengatakan ia hanya mengonsumsi vitamin asam folat dan vitamin b6
yang telah diberikan oleh bidan
f) riwayat imunisasi tetanus toksoid
ibu mengatakan bahwa selama hamil ia melakukan vaksin/imunisasi tetanus
toksoid sebanyak 2 kali . vaksin pertama dilakukan pada usia kehamilan di
trimester 3 ketika usia kandungan 7 bulan dan vaksin ke 2 dilakukan 4 minggu
setelah suntikan pertama
g) riwayat terpapar infeksi saat hamil
ibu mengatakan selama hamil tidak terpapar infeksi apapun
h) riwayat merokok dan minum minuman keras / alkohol
ibu mengatakan ia tidak pernah mengonsumsi minum minuman keras seperti
alcohol dan merokok selama hamil
- riwayat intranatal : Ketuban Pecah dini, partus lama. Apgar skor 1 menit 3, Apgar
skor setelah 5 menit 2.
- riwayat postnatal :
Ibu melahirkan di RSUD K
Ibu melahirkan secara sectio Caesarea
33
Bayi masuk ke ruang perinatologi setelah 30 menit lahir dengan diagnosis
Asfiksia berat
Tidak segera menangis
BBL = 2800 gram
Riwayat imunisasi :-
Riwayat alergi :-
Riwayat penyakit yang pernah diderita :-
riwayat operasi/pembedahan : -
riwayat tumbuh kembang :-
riwayat pertumbuhan : -
riwayat perkembangan : -
34
Keluarga bayi tinggal dilingkungan yang sehat
c. Kultural dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada adat istiadat dan kebiasaan atau kepercayaan dalam keluarga yang dapat
mempengaruhi kesehatan bayi
O : Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :lemah
Tanda Vital :Tekanan darah : 60/40mmHg
Denyut jantung: 90x/menit
Nadi :20x/menit
Pernapasan :70x/menit
Suhu :36,5 C
Antropomertri : Panjang badan: 55 cm
Berat badan : 2800 gram
Lingkar lengan : 12 cm
Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 32 cm
2.Pemeriksaan Fisik
Kulit : badan kebiruan atau sianosis
35
Kepala :bentuk simetris, warna rambut hitam tipis, keadaan kotor dan tidak
ada odema, tidak terdapat caput, tidak nyeri tekan, ubunubun tidak
cekung
Wajah :simetris, pucat, ekspresi wajah datar, tidak ada odema dan tidak ada
kelainanan dan tidak ada nyeri tekan
Telinga:bentuk simetris, tidak ada iritasi , tidak ada serumen, tidak ada
peradangan , tdan tidak ada benda asing yang masuk , tidak ada nyeri tekan
Mulut : bibir lembab dan pucat kebiruan, terlihat nafas megap-megap,, tidak
ada lesi , refleks hisap tidak ada
Abdomen :simteris, tidak ada pembesaran pada abdomen , tidak ada kelainan,
tidak ada bekas operasi, terdapat tali pusat yang telah di jepit dengan penjepit
tali pusat,bising usus peristaltik 1x/menit, tidak teraba benjolan atau masa
pada 9 Regio,tidak ada nyeri tekan terdengar hipertympani
3.Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Refleks moro :negative
Refleks swallowing :negative
Refleks tonicneck :negative
Refleks rooting :negative
Refleks sucking :negative
Refleks graps : negative
4.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Tidak dilakukan
A. Assessment
P. Penatalaksanaan
37
keluarganya
Kesadaran :lemah
Tanda Vital :
Tekanan darah : 60/40
mmHg
DJJ : 90x/menit
Nadi :20x/menit
Pernapasan :70x/menit
Suhu :35, 5 °C.
;keluarga mengerti
dengan penjelasan dari
Bidan
01.40 Wita Menjaga bayi agar tetap Bidan Meri
15 Agustus 2020 hangat dengan selimut,
agar bayi terhindar dari
hipotermia : Bayi telah di
bungkus selimut bersih
dan kering agar
mencegah bayi
kehilangan panas.
01.45 Wita Memposisikan bayi Bidan Meri
15 Agustus 2020 dengan baik dengan
posisi ekstensi atau
dengan mengganjal bahu
dengan kain. :
Bayi telah diposisikan
ekstensi untuk membuka
jalan napas sehingga bayi
dapat segera bernapas
Spontan
01.50 Wita Mengkeringkan tubuh Bidan Meri
15 Agustus 2020 bayi dengan kain yang
kering dan hangat sambil
melakukan rangsangan
38
taktil : Bayi telah
diberikan stimulasi
rangsangan taktil agar
dapat merangsang
pernapasan dan
meningkatkan aspirasi
O2.
01.55 Wita Membersihkan jalan Bidan Meri
15 Agustus 2020 napas bayi dengan alat
pengisap lender yang
tersedia seperti deele ;
Jalan nafas telah
dibersihkan sehingga
bayi dapat bernafas
secara spontan tanpa
masalah
02.00 Wita Melakukan tindak Bidan Meri
15 Agustus 2020 Ventilasi Tekanan Positif
(VTP) sebanyak 20x
dalam 30 detik sampai
bayi bernafas spontan dan
teratur ; Telah dilakukan
tindakan VTP terhadap
bayidengan memasukkan
udara kedalam paru
dengan tekanan positif
untuk membuka alveoli
agar bisa bernafas secara
spontan dan teratur.
CATATAN PERKEMBANGAN
39
1. 16 Juli 2020 S:1. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 15
juli 2020, pukul 00:30 wita
5. Tanda-tanda vital
b. Pernapasan: 94x/m
c. Suhu: 36,6 ºc
7. Terpasang O2 1 liter/menit
A.
P.
40
membaik.
b. tanda-tanda vital
b) pernapasan: 94x/m
c) suhu: 36,6ºc
Hasil : terlaksana
menangis
41
3. Reflex hisap dan moro sudah ada
5. Tanda-tanda vital
b. Pernapasan: 58x/menit
c. Suhu: 37ºc
A.
P.
b.Tanda-tanda vital
b) Pernapasan:58 x/menit
c) Suhu:37ºc
42
Hasil : bayi bersih
Hasil : terlaksana
menangis
O:
5. Tanda-tanda vital
b. pernapasan:44x/menit
c. suhu:37ºc
43
A.
P.
saat ini
b. tanda-tanda vital
b) Pernapasan: 44x/menit
c) Suhu: 37ºc
44
11 Agustus 2020 S.
menangis
O.
5. Tanda-tanda vital:
b. Pernapasan: 50x/menit
c. Suhu: 36,6º
A.
P.
45
kondisi dan perkembangan bayinya
b. tanda-tanda vital
a) Frekuensi jantung:140x/menit
b) Pernapasan:50x/menit
c) Suhu:36,7ºc
46
imunisasi
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia
adalah melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu
persalinan.Hipoksia janin yang dapat menyebabkan Asfiksia Neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara
menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak
karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. (Sarwono,2006).
1. Faktor ibu
2. Faktor plasenta
3. Faktor fetus
4. Faktor neonatus
4.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut
1.Bagi pasien
Pasien di ingatkan untuk segera membawa bayi mereka ke tenaga kesehatan terdekat jika
terdapat tanda bahaya pada bayi baru lahir.
2.Bagi Profesi
47
Bidan di harapkan lebih meningkatkan standar pelayanan kebidanan yang sesuai dengan
pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah varney sehingga pelayanan yang di hasilkan
efektif dan efisien dapat tercapai pada pasien.
3.Bagi RSUD
Diharapkan untuk lebih meningkatkan dan memperhatikan mutu pelayanan kesehatan dan
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir khususnya bayi dengan Asfiksia berat.
4.Bagi pendidikan
Diharapkan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa untuk lebih mengetahui dan
memahami asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
DAFTAR PUSTAKA
48
Buku panduan, Poltekkes
Hassan, R., & Alatas H. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia.
49