Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

“ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM


USIA 1 JAM”

Dosen  :
Fara imelda Theresia Patty, M. Keb

Di Susun oleh :
Kelompok 1
Ayunama Arum Dwiyanti : P07224219005
Dian Dwi Lestari : P07224219008
Dian Sasmitah : P07224219009
Sholihah Dwicahyaningrum : P07224219033
Sintiya Ayu Candra Kirana : P07224219037

PRODI DIII KEBIDANAN


TINGKAT 2
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
2020/2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat tuhan yang maha kuasa,


atas petunjuk dan bimbingan-nya sehingga pembuatan Makalah “Asuhan
Kebidanan Neonatus dengan Asfiksia Neonatorum Usia 1 jam” ini dapat
diselesaikan meskipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Makalah
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita ini dibuat dengan maksud dan
tujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca, terutama untuk memenuhi
tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra
Sekolah.
Penyusunan Makalah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Balita ini tidak akan terlaksana tanpa bimbingan, bantuan, dan pengarahan dari
semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Fara Imelda theresia patty,M.Keb selaku dosen pengampu
2. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan doa dalam
kelancaran pembuatan Makalah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita
ini.
Namun, berkat bantuan dari dosen pengampu, hambatan dan
kesulitan itu dapat diatasi. Seperti peribahasa, “tak ada gading yang tak retak”.
Makalah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita ini tentu masih banyak
kekurangannya. Maka dari itu, saya dengan hati terbukamenerima saran dan kritik
yang bersifat membangun demi baiknya Makalah ini. Akhirnya, betapa pun
kecilnya mudah-mudahan Makalah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita
ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca.

Samarinda,2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teori.......................................................................................................6
2.2 Konsep Dasar Manajemen..........................................................................................19
BAB IIITINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan By Ny A dengan Asfiksia Berat di RSUD K...............................31
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................47
4.2 Saran............................................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................46

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Kelahiran merupakan proses yang menyebabkan perubahan kedudukan


dan situasi dari bayi yang hangat dalam rahim menuju keadaan yang lebih
dingin diluar rahim. Perubahan ini memerlukan upaya yang mantap dari
kehidupan bayi dalam rahim menuju suasana diluar rahim. Kegagalan
beradaptasi memerlukan pertolongan adekuat agar bayi mampu mengatasi
keadaan diluar. Kegagalan itu sering diikuti dengan kematian bayi yang baru
lahir. Penyebab kematian tersebut diantaranya asfiksia pada bayi baru lahir.

Asfiksia terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2


dari ibu ke janin. Gangguan pertukaran gas dan transport O2 dapat terjadi
karena kelainan dalam kehamilan atau persalinan yang bersifat menahun atau
mendadak, kelainan menahun seperti gizi ibu yang buruk atau penyakit
menahun pada ibu (anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain) dapat
ditanggulangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal ibu yang terakhir.
Kelainan yang bersifat mendadak antara lain pada persalinan hampir selalu
mengakibatkan anoksiahipoksia yang berakhir dengan asfiksia bayi.

Kematian bayi di seluruh Indonesia pada tahun  menurut SDKI 2002-


2003 angka kematian menjadi menurun yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup,
penurunan yang sangat lambat merupakan masalah prioritas yang belum
teratasi, sedangkan harapan yang ingin dicapai 15 per 1000 kelahiran hidup,
penanganan masalah ini tidak mudah karena faktor yang melatarbelakangi
kematian bayi sangat kompleks (Depkes RI, 2003).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2013kurang lebih


146.000 bayi usia 0–1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0-28 hari) meninggal
setiap tahun di Indonesia. AKB di Indonesia adalah sekitar 32 per 1000
Kelahiran Hidup (Kementerian Kesehatan, 2013).Penyebab kematian perinatal

4
(0-7 hari) yang terbanyak adalah respiratorydisorders (35,9%) dan premature
(32,3%). Sedangkan untuk usia 7– 28 hari penyebab kematian yang terbanyak
adalah sepsis neonatorium (20,5%) dan congenitalmalformation (18,1%). (Riset
Kesehatan Dasar, 2007). Faktor angka kematian bayi tersebut banyak
dipengaruhi baik dari faktor intern ibu hamil tanpa pengawasan, hamil dengan
penyulit, hamil dengan komplikasi, sedangkan faktor ekstern yaitu gizi, infeksi
dan trauma pada proses persalinan (Manuaba, 1998).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan padaNeonatus Adengan Asfiksia


BeratdiRSUDK.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Memberikanasuhan kebidanan pada Neonatus dengan Asfiksia Berat
menggunakan pola pikir ilmiah melalu pendekatan manajemen kebidanan varney

2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tinjauan teori tentang Asfiksia Neonatorum
Untuk mengetahui manajemen asuhan kebidanan teori tentang Asfiksia
Neonatorum
a) Dapat melakukanpengkajianpada Neonatus dengan Asfiksia
Neonatorummelalui metode SOAP
b) Dapat melakukan interpretasi data dasarpada neonatusdengan Asfiksia
Neonatorum
c) Dapat melakukanidentifikasidiagnosis dana masalah potensial pada
neonatus dengan Asfiksia Neonatorum
d) Dapat melakukanidentifikasitindakan segera pada neonatus dengan Asfiksia
Neonatorum
e) Dapat melakukan perencanaan (Intervensi) pada neonatus dengan Asfiksia
Neonatorum
f) Dapat melaksanakan implementasi pada neonatus denganAsfiksia
Neonatorum
g) Dapat melakukan evaluasi padaneonatus denganAsfiksia Neonatorum

5
BAB II
KONSEP DASAR TEORI DAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernafas
secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang
mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya. Keadaan depresi pernafasan yang
dimaksud adalah keadaan asfiksia dan terjadi kesulitan untuk mempertahankan
pernafasan normal menyebabkan gangguan tonus otot. (Buku Ajar Patologi
Obstetri EGC, Manuaba, 2009)

Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi bayi tidak dapat segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Penyebab dari hal ini adalah
terjadinya hipoksia pada janin di dalam uterus. Hipoksia ini berhubungan dengan
faktor yang timbul saat persalinan, atau segera setelah bayi lahir, (Prawirohardjo,
2006).

Asfiksia bayi baru lahir merupakan satu diantara penyebab kematian bayi baru
lahir di negara sedang berkembang. Diperkirakan 130 juta bayi baru lahir tiap
tahunnya di seluruh dunia, 4 juta pada usia 28 hari pertama kehidupan, ¾ bayi
meninggal pada minggu pertama dan ¼ bayi meninggal pada usia 24 jam pertama
kehidupan (Hassan dan Alatas, 2005)

Asfiksia berasal dari bahasa Yunani yang berarti tanpa denyut, saat ini digunakan
untuk mendefinisikan keadaan di mana pertukaran gas plasental atau pulmonal
terganggu atau berkurang secara bersamaan sehingga menyebabkan depresi
kardiorespirasi. (Lissauer,tom dkk. At a Glance NEONATOLOGI, 2009)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Asfiksia Neonatorum adalah suatu kondisi yang
terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran.

2. Etiologi
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan Asfiksia Neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini

6
dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama
kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam
persalinan (Sarwono,2006).

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :

1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesia dalam
hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran dalam uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
1) Gangguan kontraksi uterus,misalnyahipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat.
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
3) Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2.  Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusiopalsenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.

2 Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-
lain.

3 Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena:
a. Pemakaian obat anestesia / analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial. Kelaianan
kongenital pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru.

7
3. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi asfiksia perinatal antara lain

a. Faktor ibu : hipertensi, ibu dengan DM, gangguan kontraksi uterus, ibu
mengalami hipotensi yang mendadak.
b. Faktor plasenta :solusio plasenta, plasenta previa dengan perdarahan.
c. Faktor janin : kompresi tali pusat akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dan mengganggu pertukaran gas/oksigen antara lain akibat tali pusat menumbung,
lilitan tali pusat dileher .
d. Faktor neonatus : depresi pusat pernafasan pada bayi dapat terjadi akibat partus
lama, pemakaian obat anestesi atau analgetik yang berlebih pada ibu, trauma
persalinan, kelainan kongenital pada bayi seperti hernia diafragmatika

4. Patofisiologi
Bila janin kekurangan oksigen dan kadar karbondioksida bertambah. Timbullah
rangsangan terhadap N.vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila
kekurangan oksigen ini terus berlangsung, maka N. vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbullah kini rangsang dari N.simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irregular
dan menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang
lebih cepat dari 160 kali per menit, halus dan irregular; serta adanya pengeluaran
mekonium.
Kekurangan oksigen juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai
tanda janin dalam asfiksia.
Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
Jika DJJ lebih dari 160 kali per menit dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
Jika DJJ kurang dari100 kali per menit dan ada mekonium : janin dalam keadaan gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine, dan bila kita periksa kemudian,
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.

4 Gambaran Klinis (Tanda dan Gejala)


Gejala asfiksia yang khas antara lain meliputi pernapasan cepat, pernapasan
cuping hidung,
sianosis dan nadi cepat.
1. Sebelum lahir

8
a. DJJ ireguler dan frekuensinya lebih dari 160 kali/menit atau kurang dari 160 kali /
menit.
b. Terdapat mekonium dalam air ketuban
c. Analisa air ketuban atau amnioskopi
d. Kardiotokografi
e. Ultrasonografi
2. Setelah lahir
a. Bayi tampak pucat dan sianosis serta tidak bernafas.
b. Kalau mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neorologik seperti kejang
dan menangis kurang baik atau tidak menangis.

6. Klasifikasi Asfiksia
Berdasarkan Nilai APGAR :
1. Asfiksia berat( nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5%
dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan; dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg
berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
2. Asfiksia ringan sedang(nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas
normal kembali.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia(nilai APGAR 7-9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Tabel 1: Penilaian Asfiksia dengan Apgar

Skor 0 1 2
A : AppreanceColor Pucat Badan merah Seluruh badan
(Warna Kulit) ekstremitas biru kemerahan
P : Pulse (Frekuensi Tidak Ada <100 x/mnt <100 kali/mnt
Jantung)
G : Grimace Tidak Ada Sedikit gerakan Menagis,
(Reaksi Terhadap mimic bantuk/bersin
Rangsangan)
A : Activity (Tonus Lumpuh Ekstremitas dalam Gerakan aktif

9
Otot) fleksi sedikit
R : Respiration Tidak Ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat
(Pernapasan)
(Sinopsis Obstetri Hal : 430)

Menurut pengamatan di berbagai klinik, hanya sebagian kecil bayi yang


memerlukanresusitasisehingga pernafasan spontannya dapat mulai dengan segera,
memotong mata rantai metabolism anaerob sehingga tak akan terjadi timbunan karbon
dioksida dan hasil metabolisme lainnya yang akan menganggu kelanjutannya.
Timbunan karbondioksida akan menimbulkan asfiksia yang progresif dan berakhir pada
kematian.

Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada I menit dan 2 menit sesudah bayi lahir. Tapi
penilaian harus dimulai segera sesudah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi
berdasarkan penilaian pernapasan, denyut jantung atau warna kulit maka penilaian ini harus
dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu
hasil penilaian APGAR 1 menit.

 Klasifikasi Klinis
1. Ada 2 macam Asfiksia :

a. Asfiksia Livida (Biru)

b.AfiksiaPallida (Putih)

Tabel 2 : Perbedaan Asfiksia Livida Dan Pallida

Perbedaan Asfiksia Pallida Asfiksia Livida


Warna kulit Pucat Kebiru-biruan

Tonus Otot Sudah Kurang Masih Baik

Reaksi Rangsangan Negative Positif

Bunyi jantung Tak Teratur Masih teratur

Prognosis Jelek Lebih Baik

(Sinopsis Obstetri, Hal : 428)

10
7. Pemeriksaan dan Diagnosa
a. Pemeriksaan Penunjang dengan Disfungsi Multiorgan:
1) Ensepalopati menggunakan pemeriksaan EEG, aEEG, Ultrasonograi
serebral, MRI, CT Potensial bangkitan.
2) Gagal nafas Hipertensi pulmonalpersisten pada bayi baru lahir(PPHN)
menggunakan Gas darah arterial, Rontgen toraks
3) Disfungsi miokardial menggunakan Gas darah, Enzim miokardial,
Ekokardiografi, EKG-Peningkatan segmen ST
4) Metabolik menggunakan pemeriksaan Glukosa darah, Kalsium,
magnesium, Laktat,Elektrolit,Osmolaritas serum dan urin
5) Gagal ginjal menggunakan pemeriksaan Blood urea nitrogen(BUN),
Kreatinin
6) Gastrointestinal menggunakan pemeriksaan Tes ungsi hati, Guaiac(darah),
Aspirat gaster/tinja yang positif
7) Hematologi menggunakan pemeriksaan Hitung darah lengkap, Skrining
koagulasi

b. Diagnosis Asfiksia
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia
janin. Diagnosa hipoksia atau anoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukan tanda-tanda gawat janin. Untuk menentukan bayi yang akan dilahirkan
terjadi asfiksia, maka ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian :
a. Frekuensi denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah 120-160 kali/menit. Selama his frekuensi ini bisa
turun, tapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula.
b. Mekanisme dalam air ketuban
Mekonium pada presentase sungsang tidak ada artinya akan tetapi pada
presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan terus
timbul kewaspadaan.
c. Pemeriksaan PH pada janin
1. Pemeriksaan itu turun sampai dibawah 7,2 maka hal itu dianggap sebagai
tanda bahaya.
2. Salah satu cara sederhana untuk menilai Asfiksia pada bayi baru lahir
dengan cara sigtuna di bawah tabel ini;
11
Tabel 3 : Penilaian Asfiksia Berdasarakan Cara Sigtuna

Penilaian 0 1 2
Pernapasan Tidak Ada Lemah, tidak Baik
teratur
Frekuensi Jantung Tidak Ada ≤ 120 kali/menit ≥ 120 kali/menit
Warna Kulit Biru Badan merah, Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerahan
(Saifuddin A.B, 2002 hal. 349)

a. Komplikasi Asfiksia

Meliputi beberapa organ :

a. Ensepalopati : Kejang
b. Gagal nafas Hipertensi pulmonalpersisten pada bayi baru lahir PPHN:
Hipoksemia, Asidosis respiratorik
c. Disfungsi miokardial : Hipotensi, Aritmia, Iskemia, Asidosis metabolic
d. Metabolik : Hipo/ Hiperglikemia, Hipokalsemia, Hipomagnesi, Asidosis laktat
Hiponatremia-sindrom ketidaksesuaian sekresi ADH(SIADH)
e. Gagal ginjal : Oliguria, Poliuria, Hematuria
f. Gastrointestinal : Perdarahan Iskemia Saluran Cerna- NEC
g. Hematologi : Trombositopenia, Perdarahan-DIC, Trombosis

9. Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi asfiksia neonatus disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala yang
mungkin muncul.

Menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan.

Penilaian dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi.

12
a. Usaha bernafas, apabila bayi bernafas spontan dan memadai lanjutkan dengan
menilai frekuensi jantung dan bila bayi sukar bernafas dilakukan rangsangan
taktil dengan dengan menepuk dan menyentil telapak kaki bayi atau menggosok
punggung bayi sambil memberikian oksigen.
b. Frekuensi denyut jantung, setelah menilai usaha bernafas dan melakukan
tindakan yang diperlukan serta memperhatikan apakah spontan atau tidak. Bila
frekuensi denyut jantung >100 kali/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutakan
dengan menilai warna kulit.
c. Warna kulit, penilaian warna kulit dilakukan bayi bernafas dengan spontan dan
frekuensi jantung >100 kali/menit.
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi:

a. Memastikan saluran nafas terbuka ,yaitu dengan cara Meletakkan bayi dalam
posisi yang benar sehingga jalan nafasnya bebas, Bersihkan mulut, hidung, dan
kalau perlu trakeanya, Jika diperlukan, masukkan selang endotrakeal sehingga
jalan nafas dapat dipastikan terbuka.
b. Memulai pernafasan yaitu lakukan rangsangan taktil, kaki, tangan sehingga
pernafasan mulai, jika perlu lakukan ventilasi dengan tekanan positif disertai
penggunaan sungkup atau pipa ET dan balonnya.
c. Mempertahankan sirkulasi darah. Lakukan kompresi dada, pasang infuse atau
tambahan obat-obatan.
Untuk memulai langkah awal resusitasi, perlu menjawab pertanyaan berikut tentang
bagaimana keadaan bayi saat lahir.

a. Apakah air ketuban bercampur mekonium


b. Apakah segera menangis atau bernafas
c. Apakah tonus otot baik
d. Bagaimana warna kulit, apakah merah muda
Apakah kehamilan cukup bulanApabila semuanya baik, resusitasi tidak diperlukan. Bila
“TIDAK”, resusitasi diperlukan. Resusitasi dapat dijabarkan menjadi tiga langkah utama,
yaitu:

Awal: Mencegah hilangnya panas tubuh bayi.


Membuka jalan nafas sehingga aliran udara menjadi
longgar.

13
Menilai bayi dalam hal pernafasan, frekuensi
jantung,dan warna kulit.
Pemberian oksigen: Pada bayi dengan sianosis, segera beri oksigen bahkan
dengan tekanan.
Bila warna kulit berubah merah, pemberian oksigen
diturunkan perlahan.
Bila sianosis kembali, oksigen ditambah bahkan dengan
tekanan.
Ventilasi tekanan positif: Bayi dengan nafas gasping(megap-megap)
Frekuensi jantung <100 kali/menit
Terdapat sianosis menetap walaupun frekuensi jantung,
>100 kali / menit dan nafasnya masih berat
Pemberian oksigen 10% diteruskan
Bayi premature langsung ventilasi dan intubasi

Setelah resusitasi berhasil, masih diperlukan tindak lanjut sebagai berikut.

Perawatan rutin: Sebagian besar bayi adalah wellbornbaby, tidak


memerlukan perawatan khusus setelah tindakan awal
resusitasi sederhana dan bayi langsung menangis.
Untuk mempertahankan panas tubuh, diperlukan
langkah membersihkan jalan nafas dan membersihkan
bayi kemudian membendung dengan kain linen kering.
Kini bayi langsung didekekapkan pada dada
ibunya,samba diizinkan mengisap putting susu ibu.
Rangsangan putng susu akan mempercepat lepasnya
plasenta dan kontraksi otot rahim.
Observasi dilakukan terhadap pernafasan, frekuensi
jantung bayi, atau warna kulitnya.
Bila terjadi penurunan keadaan, langsung dilakukan
resusitasi.

Perawatan penunjang(suportif). Lakukan evaluasi awal bayi dengan metode nilai Apgar. Nilai
yang rendah memerlukan tindakan resusitasi.

14
Jika hasil resusitasi belum memuaskan, bayi dengan resiko tinggi sebaiknya diletakkan dalam
incubator dengan segala bentuk pemantauannya.

10. Persiapan Resusitasi


Persiapan alat
a. Alat pemanas siap pakai
b. Oksigen
c. Alat penghisap
 Penghisap lendir kaca
 Penghisap mekanis
 Kateter penghisap
 Sonde lambung
 Penghisap mekonium
d. Alat sungkup dan balon resusitasi
 Sungkup berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan
 Balon resusitasi neonates dengan katup penurun tekanan
e. Alat intubasi
 Larongoskop
 Lampu dan bateraiekstra untuk laringoskop
 Stilet
 Gunting,sarung tangan
f. Obat obatan
 Epinefrin 1 : 1000 dalam ampul 3 ml atau 10 ml
 Nalokson hidroklorid 0,4 mg/dl dalam ampul 1 ml atau 1 mg/ml
dalam ampul 2 ml
 Volume expander : 5 % larutan albumin saline, larutan nacl, laruran
 RL
 Bikarbonas natrikus 4,2 % dalam ampul 10 ml
 Larutan dekstrose 5% 10 % 250 ml
 Aquadest steril 25 ml
 Narutan NaCL 0,9% 25 ml
g. Lain lain
 Stetoskop bayi

15
 Plester1/2 atau ¾ inci
 Sempri tuntuk 1,3,5,10,20,50 ml
 Jarum berukuran 18,21,25
 Kapas alkohol
 Baki untuk katerisasi arteria imbilikus
 Kateter umbilicus
 Sonde lambung berukuran 5f

Langkah Resusitasi untuk keberhasilan resusitasi


a. Jangan menunggu untuk melakukan apgar satu menit untuk memulai resusitasi
semakin lambat memulai,semua akan semakin sulit melakukan resusitasi.
b. Semua petugas yang terlibat dalam persalinan harus telah dilatih secara
memadai,efisien dapat bekerja secara tim dan semua peralatan yang diperlukan
harus tersedia dan dalam keadaan berfungsi baik.
Setelah persalinan ,saat bayi lahir,lakukan penilaian sebagai berikut

 Apakah kehamilan cukup bulan ?


 Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium ?
 Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ?
 Apakah tonus otot bayi baik ?
Bila salah satu pertanyaan tidak ada maka lakukanlah awal resusitasi
Langkah awal resusitasi
a. Tempatkan bayi di bawah pemanas radian/infan warmer
b. Letakkan bayi terlentang pada posisi setengah tengadah untuk membuka jalan
nafas Sebuah gulungan handuk ditaruh dibawah bahu untuk membantu
mencegah fleksi leher dan penyumbatan jalan nafas.
c. Bersihkan jalan nafas atas dengan menghisap mulut terlebih dahulu kemudian
hidung, dengan menggunakan alat penghisap lendir.perhatikan untuk menjaga
bayi dari kehilangan panas setiap saat.
d. Penghisapan yang kontinyu dibatasi 3-5 detik pada satu penghisapan.mulut
diisapterlebih dahulu untuk mencegah terjadinya aspirasi.
e. Penghisapan lebih agresif hanya boleh dilakukan jika terdapat mekonium
pada jalan nafas

16
f. Keringkan,stimulasi , ganti kain yang basah dengan kain yang kering dan
reposisi kepala.
g. Tindakan yang dilakukan sejak bayi lahir sampai reposisi kepala dilakukan
tidak boleh lebih dari 30 detik.
h. Menilai pernafasan, jika bayi mulai bernafas secara teratur dan memadai,
periksa denyut jantung .jika denyut jantung > 100 kali/menit danbayi tidak
mengalami sianosis maka hentikan resusitasi.akan tetapi,jika sianosis ditemui
berikan oksigen aliran besar.

Ventilasi Tekanan Positif


a. Jika tidak terdapat pernafasan atau bayi megap megap, VTP diawali dengan
menggunakan balon resusitasi dan sungkup , dengan frekuensi 40 -60 kali
permenit
b. Jika denyut jantung < 100 kali/menit, bahkan dengan pernafasan memadai,
VTP harus dimulai pada kecepatan 40- 60 / menit.
c. Intubasi indo terkea dilakukan jika bayi tidak berespom terhadap VTP
denganmenggunakan balon dan sungkup .Lanjutkan VTP dan bersiaplah
untuk memindahkan bayi ke Neonatal Intensive care unit (NICU)

Kompresi dada
a. Jika denyut jantung janin masih < 60 kali permenit setelah 30 detik VTP
yang memadai , kompresi dada harus dimulai.
b. Kompresi dilakukan pada sternum di proksimal dari prosesuss
sifodeus,jangan menekan diatas sifoid.Kedua ibu jari petugas yang
meresusitasi digunakan untuk menekan sternum,sementara jari jari
mengelilingi dada atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat
digunakan untuk kompresi sementara tangan lain menahan punggung
bayi.Sternum dikompresi sedalam 1/3 tebal antero posterior dada.
c. Kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron terorganisasi dengan ratio 3
: 1. Kecepatan kombinasi kegiatan tersebut harus 120 /menit ( yaitu 90
kompresi dan 30 ventilasi ).Setelah 30 detik, evaluasi respon ,jika denyut
jantung < 60 denyut/menit kompresi dada dapat dihentikan dan vtp
dilanjutkan hingga denyut mencapai 100 kali/menit dan bayi bernafas
efektif.
17
Pemberian obat
a. Epinefrin harus diberikan jika denyut jantung tetqp < 60 kali permenit
setelah 30 detik VTP dan 30 detik lagi VTP dan kompresi dada.Dosis
epinefrin adalah 0.1 – 0,3 ml/kg berat badan larutan 1 : 10.000 secara
intravena,melalui vena umbilical.Bila diberikan melalui pipa endotrakel
dosis adalah 0,3 – 1,0 ml/kg berat badan

Obat lain tambahan


a. Cairan penambah volume darah (volume expander) diindikasikan untuk
pasien yang telah diketahui atau dicurigai mengalami kehilangan darah dan
berespon buruk terhadap tindakan resusitasi lain.NaCl 0,9% atau ringer
laktat dapat diberikan dalam bentuk bolus 10 ml/kg selama 5-10 menit.jika
kehilangan darah akut cukup untuk menimbulkan syok, maka pemberian
darah o negative dapat dibenarkan.
b. Natrium bikarbonat direkomendasikan untuk bayi dengan resusitasi
memanjang yang tidak berespon terhadap tindakan resusitasi lain.
c. Nalokson hidroklorida diindikasikan pada bayi dengan keadaan sebagai
berikut.Depresi pernafasan memanjang pada bayi dari ibu yang mendapat
anastesi narkotik dalam waktu 4 jam sebelum persalinan ,tetapi frekuensi
denyut jantung dan warna bayi normal .Nalokson merupakan
kontraindikasi bagi bayi yang ibunya pecandu narkotika.Nalokson tidak
dianjurkan diberikan dikamar bersalin pada resusitasi awal.
d. Kateterisasi pembuluh umbilicus direkomendasika jika akses vasikuler
diperlukan vena umbilicus berukuran besar, berada ditengah ,memiliki
dinding tipis dan datar.kateter radioopak 3,5 – 5,0 Fr diinsersikan ke
dalam vena sampai aliran darah bebas dapat. diaspirasikan

Sindrom aspirasi mekonium


a. sindrom aspirasi mekonium ( SAM ) yang terdiri atas sumbatan jalan nafas
kecil. Terperangkapnya udara dan pneumonitis inflamatoris paling sering
ditemui pada bayi yang lahir dengan asfiksia dan mekonium kental.
b. Ketika mekonium kental atau bayi berada dalam keadaan apneu atau
depresi,bayi harus diintubasi dan mekonium diisap memalui pipa
endotrakea dengan menggunakan aspirator mekonium. Atau diisap dengan
18
kateter penghisap lubang besar .Kemudian bayi dikeringkan , dilakukan
rangsangan taktil dan diposisikan kembali.Jika bayi tetap menunjukan
depresi pernafasanm berikan ventilasi tekanan positif serta segera
pindahkan bayi ke unit neonatal untuk dukungan pernafasan sesuai dengan
kebutuhan.
c. Pastikan adanya pasokan oksigen meksimal melalui sungkup atau kanul
hidung jika intubasi tidak mungkin dilakukan di fasilitas anda.

Perawatan lanjutan
a. Catat nilai apgar untuk menit ke-1 dan ke-5 dalam rekaman medic.
b. Jika bayi memerlukan asuhan intensif, rujuk ke rumah sakit terdekat yang
memiliki kemampuan memberikan tekanan ventilator untuk memantau dan
memberikan perawatan pada neonatus.
c. Jika bayi dalam keadaan atabil,pindah ke ruangan neonatal untuk dipantau
dan ditindak lanjuti.
d. Diruangan neonatal,ikuti panduaqn asuhan neonates normal untuk
pemeriksaan fisik dan tindakan profilaksis.Selain itu, monitor secara ketat
tanda tanda vital, sirkulasi, perfusi,status neurologic, dan jumlah urine.serta
pemberian minum ditunda disesuaikan kondisi.sebagai ganti pemberian
minum secara oral berikan glukosa 10 % intravena.uji laboratorium,seperti
analisis gas darah,glukosa dan hematokrit harus dilakukan.
e. Jika sudah tidak terdapat komplikasi selama 24 jam, neonates dapat keluar
dari unit neonatal . informasikan kepada petugas dan orang tua/ keluarga
tentang tanda bahaya.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita
dengan Asfiksia.
1. PENGKAJIAN.

Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :

19
A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/tanggal lahir :
- Penyebab depresi bayi pada saat lahir
mencakup bayi yang kurang bulan
( pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2010 )
- Faktor Persalinan kurang bulan/lewat bulan
dapat memungkinkannya terjadi implikasi
pada bayi baru lahir berupa asfiksia ( asuhan
kebidanan, hellen varney,2008 )
- Kegagalan adaptasi kardioresprasi saat lahir
menyebabkan kegagalan bernafas (
Lissauer,tom dkk, 2009 ).

Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :

b. Identitas orang tua


Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/Ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
2. Alasan MRS dan keluhan utama
a. Alasan MRS:
Alasan MRS adalah alasan klien masuk Rumah sakit, bisa di sebabkan
klien datang sendiri karena adanya keluhan atau rujukan
20
b. Keluhan utama:
- Beberapa bayi mengalami depresi dengan
menunjukan gejala tonus otot yang menurun
dan mengalami kesulitan dalam
mempertahankan pernafasan yang wajar
(pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2010)

3. Riwayat kesehatan klien


a. Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk
mengatasi
(Pada riwayat perjalanan penyakit, disusun cerita yang
kronologis, terinci dan jelas, pada dokumentasi SOAP
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
terdapat keluhan sampai ia di bawa berobat)
b. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat antenatal:
- Penyebab depresi pada bayi saat lahir
mencangkup obat-obatan yang diberikan atau
diminum oleh ibu (pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal,sarwono
prawirohardjo,2010)
- Ketuban pecah dini dapat terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadinya asfiksia atau hipoksia. (ilmu
kebidanan,sarwono praworihardjo 2010 )
- Hipontensi maternal dapat mengakibatkan
komplikasi pada bayi baru lahir berupa
asfiksia (asuhan kebidanan,Helen varney )
Riwayat intranatal :
- Transisi abnormaldapat terganggu oleh
berbagai peristiwa antepartum atau
intrapartum yang menyebabkan depresi
21
kardiorespirasi, asfiksia, atau keduanya.
(Lissauer,tom dkk, 2009).
- Adanya prolaps tali pusat merupakan
komplikasi pada bayi baru lahir berupa
asfiksia (asuhan kebidanan,Helen varney).
- Hipoksia pada janin dapat terjadi akibat
incoordinate uterine action (ilmu kebidanan
sarwono,2010)

Riwayat post natal :


- Curah jantung yang terganggu menurunkan
perfusi jaringan sehingga menyebabkan cedera
hipoksik iskemik pada otak dan organ lainnya.
Cedera ini dapat terjadi sebelum kelahiran,
selama persalinan dan kelahiran atau sesudah
lahir. Istilah asfiksia saat lahir tidak tepat dan
menyiratkan bahwa kondisi bayi merupakan
konsekuensi kelahiran maka istilah tersebut
dihilangkan. Untuk menggambarkan bayi
dengan kriteria asfiksia diantaranya skor Apgar
0-3 selama > 5 menit.( Lissauer,tom dkk, 2009 )

Riwayat imunisasi :
Riwayat alergi :
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Riwayat tumbuh kembang :
Riwayat pertumbuhan :

Riwayat perkembangan :
- Bayi dengan riwayat menderita
hipoksia jika ia selamat dan hidup
akan berisiko tinggi terjadinya
kelainan neurologis dikemudian
hari (pelayanan kesehatan
22
maternal dan neonatal,sarwono
prawirohardjo,2006)

4. Riwayat kesehatan keluarga


a. Penyakit menular :

b. Penyakit menurun :
- Salah satu penyebab hipoksia
intrauteri oleh janin adalah
akibat penyakit jantung atau
pernafasan ( asma) yang diderita
oleh ibu ( buku ajar kebidanan
myles,2009)
-
c. Riwayat penyakit menahun :
5. Pola fungsionalkesehatan

Kebutuhan dasar Keterangan


Pola nutrisi Bayi yang mengalami asfiksia akan lemas sehingga
kesulitan untuk menyusu. (Sarwono, 2006)
Pola eliminasi Bayi terlahir bersama mekonium (sarwono,2006)
Pola istirahat Bayi akan mengalami kesulitan mempertahankan yang
wajar. Asfiksia dapat mempengaruhi fungsi organ vital
lainnya( Sarwono, 2006).
Pola personal hygiene BBL perlu mandi setiap hari. Popok perlu diganti setiap
kali area nya kotor dan perawatan tali pusat yang sesuai
dapat mencegah infeksi (varney, 2007)
Pola aktifitas gejala tonus otot yang menurun dan mengalami
kesulitan dalam mempertahankan pernafasan yang
wajar Pada asfiksia berlanjut, bayi akan terlihat
lemas/flaccid
( Sarwono, 2006 ).

6. Riwayat psosiokultural spiritual


a. Komposisi fungsi,dan hubungan keluarga

23
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang membengaruhi kesehatan

B. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran :composmentis/apatis/somnolen/ delirium/ semi koma /koma
- Pada hiposksik iskemik tingkat kesadarn pada derajat 1 adalah
iritabel/waspada berlebih.
- Pada derajat 2 tingkat kesadaran adalah letargi.
- Pada derajat 3 tingkat kesadaran adalah koma.
(Lissauer,tom dkk, 2009 ).

Tanda – tanda vital


a. Tekanan darah :
- Apabila asfiksia berlanjut akan mengakibatkan
penurunan tekanan darah bayi(pelayanan Kesehatan
maternal dan neonatal. (sarwono
prawirohardjo,2006 )

b. Nadi :
- Asfiksia yang berkelanjutan akan terjadi penurunan
denyut jantung( pelayanan Kesehatan maternal dan
neonatal. (sarwono prawirohardjo,2006 )
- Frekuensi jantung < 100 merupakan tanda bahwa
bayi mengalami asfiksia ( ilmu kebidanan sarwono
prawirohardjo tahun 2010 )
c. Suhu :
- Pada bayi baru lahir untuk senantiasa memberikan
kehangatan agar tidak terjadinya hipotermia (ilmu
kandungan,sawono pawirohardjo,2010 )
d. Pernafasan :
- Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen
akan mengalami pernafasan yang cepat dan
singkat,bila berlanjut gerakan pernafasan akan
24
berhenti (pelayananKesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2006 )
- Pada asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukan
pernafasan megap – megap yang dalam. (pelayanan
Kesehatan maternal dan neonatal,sarwono
prawirohardjo,2006 )

Antropometri

a. Panjang badan :
b. Berat badan :
c. Lingkar lengan : Matondang, dkk (2000) menyatakan pada anak
berumur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status gizi,
dengan interpretasi sbb :
• < 12,5 cm : gizi buruk (merah)
• 12,5-13,5 cm : gizi kurang (kuning)
• >13,5 cm : gizi baik (hijau)
d. Lingkar kepala :33 – 35 cm (Marmi dan Kukuh, 2014)
• Circumferensia suboccipito bregmatica : 32 cm
• Circumferensia fronto oksipito : 34 cm
• Circumferensia mento oksipito bregmatica : 35 cm
e. Lingkar dada :
f. Lingkar perut :

2. Pemeriksaa fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.
Inspeksi
Kulit :
- Warna kulit terihat biru menunjukan bahwa keadaan
bayi buruk dengan angka penilaian 0 Pada penilaian
apgar (osbtetri fisiologi UNPAD,1983)
- Adanya sianosis pada evaluasi warna kulit
menunjukan adanya tanda tanda asfiksia ( ilmu
kebidanan,sarwono prawirohardjo tahun 2010 )

25
- Pada apnea sekunder, warna bayi berubah dari biru
ke putih karena bayi baru lahir menutup sirkulasi
perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah
ke organ-organ, seperti jantung, ginjal,
adrenal( Helen Varney, 2007 hal.901)

Kepala :
Wajah :
- Pada bayi baru lahir bayi cenderung wajahnya tanpa
ekspresi (pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2006)
Mata :
Telinga :
Hidung :
- Adanya pernafasan cuping hidung menandakan
bahwa bayi baru lahir mengalami gawat nafas (at a
glance neonatologi,2009)

Mulut :
- Terlihat adanya pernafasan megap megap (ilmu
kebidanan sarwono prawirohardjo,2010)
- Adanya sianosis central yang terjadi pada bibir bayi
(At a glance neonatologi,2009)
Leher :
Dada :
- Adanya retraksi didinding dada menandakan bahwa
bayi baru lahir mengalami gawat nafas (At a glance
neonatologi,2009)
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :

Ekstremitas :

26
- Pada asfiksia yang berlanjut, bayi akan terlihat
lemas (pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono prawirohardjo,2006)
- Pada penilaian APGAR tonus otot yang lemas
menunjukan bayi dalam keadaan kurang baik
(obstetri fisiologi UNPAD,1983)

Palpasi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ektremitas :

Auskutasi :
- Adanya grunting (nafas berbunyi) merupakan
indikasi bahwa bayi baru lahir mengalami gawat
nafas ( At a glance neonatalogi,2009)
Perkusi :

3. Pemeriksaan neurologis/refleks
Refleks moro :
- Pada bayi asfiksia
refleksmoro negative.
(pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal,
27
sarwono prawirohardjo,
2006)
Refleks tonic neck :
- Pada bayi asfiksia refleks
tonic neck negative.
(pelayanan kesehatan
maternal danneonatal,
sarwono prawirohardjo,
2006)
Refleks rooting :
- Pada bayi asfiksia refleks
rooting negatif(pelayanan
kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono
prawirohardjo,2006)
Refleks sucking :
- Pada bayi asfiksia Refleks
sucking negative (pelayanan
kesehatan maternal dan
neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006)
Refleks graps (plantar & palmar grasp) :
- Pada bayi asfiksia reflex
graps negative (pelayanan
kesehatan maternal dan
neonatal,sarwono
prawirohardjo,2006)
Refleks babinski ` :
- Pada bayi asfiksia reflex
babinski Negatif (pelayanan
kesehatan maternal dan
neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006)
4. Pemeriksaan penunjang
28
Pemeriksaan laboratorium :
- Neonatus dengan pengambilan sampel Ph
darah tali pusat dan Ph < 7,0 serta terjadi
penyimpangan hasil gas darah merupakan
cerminan dari beratnya asfiksia pada sat
lahir (asuhan kebidanan varney, 2008)

Pemeriksaan USG :
- USG,EEG atau pemindaian CT otak bayi
yang diresusitasi digunakan untuk
menindak lanjuti bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia berat. (asuhan
kebidanan ,Helen varney tahun 2008 )
Pemeriksaan diagnostik lainnya :

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosis: NKB/NCB/NLB , KMK/SMK/BMK, Usia …….. (jam/hari) dengan .....

Contoh:NCB-SMK,Usia 1 jam dengan asfiksia

Keterangan : NKB : Neonatus kurang bulan


NCB : Neonatus cukup bulan
NLB : Neonatus lebih bulan
KMK : Kecil Masa Kehamilan
SMK : Sesuai Masa Kehamilan
BMK : Besar Masa Kehamilan
 Bayi usia ….. (bulan) dengan …………….
 Balita usia …… (tahun) dengan …………….
 Anak usia …….. (tahun) dengan ……………………

Masalah : bayi lahir dengan mengalami asfiksia.

29
kondisi patofisologis yang menyebabkan asfiksia meliputi berkurangnya
oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan dan asidosis metabolik
( asuhan kebidanan, HelenVarney, tahun 2008)

Kebutuhan: pemberian oksigen segera

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS MASALAH POTENSIAL

Berdasarkan buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal apabila asfiksia


berlanjut makan akan menimbulkan kerusakan otak yang menyebabkan kelainan
kelainan pada fungsi tubuh (kecacatan) bahkan dapat menyebabkan kematian neonatal.
(Sarwono Prawirohardjo,2006)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Pada kasus asfiksia ,resusitasi yang efektif dapat mengurangi dan dapat
merangsang pernafasan awal serta mencegah asfiksia yang progresif yang bertujuan
memberikan ventilasi yang adekuat ( pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
Sarwono prawirohardjo tahun 2006 )

V . INTERVENSI

- Memberikan kehangatan pada bayi dan daerah sekitar tempat resusitasi.


Rasional : Bayi yang kedinginan dengan mudah dapat terjadi hipotermi (At a Glance
neonatalogi tahun 2009 )
- Mengganjal bahu dengan gulungan handuk / kain.
Rasional : Mengganjal bahu dengaan gulungan handuk merupakan cara agar kepala
ekstensi yang membuat jalan nafas menjadi terbuka( ilmu kebidanan sarwono
prawirohardjo tahun 2010 )
- Memberikan stimulasi Berupa rangsangan taktil
Rasional : usaha nafas kembali pada bayi dapat dilakukan dengan pemberian stimulasi
berupa rangsangan taktil yang adekuat (asuhan kebidanan varney,2008)
- Membersihkan jalan nafas .
Rasional : adanya sumbatan pada jalan nafas merupakan indikasi dari ventilasi yang
tidak adekuat (asuhan kebidanan Helen varney tahun 2008)

VI. IMPLEMENTASI

30
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI

Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah melakukan tindakan. Evaluasi
di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan pada By. Ny. A dengan Asfiksia Berat di RSUD K.

Tanggal Pengkajian : 15 Juli 2020

Tempat Pengkajian : RSUD

Waktu Pengkajian : 00.30WITA

Nama Pengkaji : Bidan Meri

1. PENGKAJIAN
S.
1. Identitas

31
a. Identitas klien
Nama : By. Ny. A
Umur/Tanggal lahir : 1 jam
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 15 Juli 2020
Diagnosis medis : Asfiksia Berat
B.Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. F
Nama ibu : Ny. A
Usia ayah / ibu : 23 Thn/27 Thn
Pendidikan ayah / ibu : SMA/SMA
Pekerjaan ayah / ibu : IRT/Swasta
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat :Selowinanggung
2.Alasan MRS dan Keluhan Utama
a.Alasan MRS
Ibu datang kerumah sakit dengan rujukan pre-eklampsia
b.Keluhan Utama
Bayi lahir tidak bernafas spontan, pergerakan lemah, warna kulit merah ekstremitas biru dan
tidak ada reaksi saat diberikan rangsangan.
3. Riwayat Kesehatan Klien
a.Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
Ibu usia kehamilan 37 minggu datang dengan rujukan pre-eklampsia tanggal 14 Juli
2020, pukul 22.00 WITA. Masuk ruang bersalin untuk rencana sectio Caesarea dan
masuk ruang operasi pada tanggal 14 Juli 2020. Setelah lahir telah di lakukan
resusitasi dan keadaan bayi tidak membaik, sehngga berlanjut dari asfiksia sedang ke
asfiksia berat.

b . Riwayat Kesehatan yang lalu


 riwayat kehamilan dan kelahiran :

32
- riwayat antenatal : ibu mengatakan rajin memeriksakan kehamilan nya
a) corak reproduksi
Umur ibu pada saat hamil 23, kehamilan pertama dan tidak pernah aborsi.
b) kunjungan antenatal :
 ibu rutin melakukan ANC setiap bulan ke bidan
 ibu rutin menghadiri posyandu
 ibu mengatakan ketika masa hamil mengalami riwayat hipertensi
c) keadaan ibu saat hamil
ibu memiliki riwayat hipertensi selama kehamilan
d) makanan ibu saat hamil
ibu mengatakan selama hamil memakan makanan yang mengandung nutrisi ,
karbohidrat , serat dan vitamin seperti sayur sayuran ,kacang kacangan , buah
buahan , ikan telur dan daging serta mengonsumsi susu ibu hamil dan vitamin
yang sudah diberikan bidan . ibu juga mengatakan selama hamil ia tidak
mengalami kesulitan dalam asupan makanan sehari hari .
e) obat obatan yang diminum pada saat hamil
ibu mengatakan ia hanya mengonsumsi vitamin asam folat dan vitamin b6
yang telah diberikan oleh bidan
f) riwayat imunisasi tetanus toksoid
ibu mengatakan bahwa selama hamil ia melakukan vaksin/imunisasi tetanus
toksoid sebanyak 2 kali . vaksin pertama dilakukan pada usia kehamilan di
trimester 3 ketika usia kandungan 7 bulan dan vaksin ke 2 dilakukan 4 minggu
setelah suntikan pertama
g) riwayat terpapar infeksi saat hamil
ibu mengatakan selama hamil tidak terpapar infeksi apapun
h) riwayat merokok dan minum minuman keras / alkohol
ibu mengatakan ia tidak pernah mengonsumsi minum minuman keras seperti
alcohol dan merokok selama hamil
- riwayat intranatal : Ketuban Pecah dini, partus lama. Apgar skor 1 menit 3, Apgar
skor setelah 5 menit 2.
- riwayat postnatal :
 Ibu melahirkan di RSUD K
 Ibu melahirkan secara sectio Caesarea

33
 Bayi masuk ke ruang perinatologi setelah 30 menit lahir dengan diagnosis
Asfiksia berat
 Tidak segera menangis
 BBL = 2800 gram
 Riwayat imunisasi :-
 Riwayat alergi :-
 Riwayat penyakit yang pernah diderita :-
 riwayat operasi/pembedahan : -
 riwayat tumbuh kembang :-
 riwayat pertumbuhan : -
 riwayat perkembangan : -

4.Riwayat Kesehatan Keluarga


a.Riwayat penyakit menular
ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular
b.Riwayat penyakit menurun
ibu mengatakan di keluarganya memiliki penyakit menurun Hipertensi
c.Riwayat penyakit menahun
ibu mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menahun

5. Pola Fungsional Kesehatan


Kebutuhan Dasar Keterangan
Nutrisi Bayi belum menyusui
Eliminasi Belum ada BAB dan BAK
Istirahat Bayi terlihat terganggu dan sulit tidur akibat nafas
megap-megap
Personal Hygiene Tampak bersih
Aktivitas Bayi terlihat lemas

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi,. Fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
Bayi tinggal dengan keluarga dan perkawinan ibu dan ayah si bayi bukan keluarga
dekat (konsanguinasi)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar

34
Keluarga bayi tinggal dilingkungan yang sehat
c. Kultural dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada adat istiadat dan kebiasaan atau kepercayaan dalam keluarga yang dapat
mempengaruhi kesehatan bayi

O : Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :lemah
Tanda Vital :Tekanan darah : 60/40mmHg
Denyut jantung: 90x/menit
Nadi :20x/menit
Pernapasan :70x/menit
Suhu :36,5 C
Antropomertri : Panjang badan: 55 cm
Berat badan : 2800 gram
Lingkar lengan : 12 cm
Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 32 cm

Nilai apgar score


Bayi lahir secara sc pada 15 juli 2000 pada jam 22.00 WITA, dengan jenis kelamin
perempuan, dengan apgar score 2/2.
TANDA 1 MENIT 5 MENIT
FREKUENSI JANTUNG 1 1
USAHA BERNAFAS 1 1
TONUS OTOT 1 0
REFLEKS 0 0
WARNA 0 0
TOTAL 3 2

2.Pemeriksaan Fisik
Kulit : badan kebiruan atau sianosis

35
Kepala :bentuk simetris, warna rambut hitam tipis, keadaan kotor dan tidak
ada odema, tidak terdapat caput, tidak nyeri tekan, ubunubun tidak
cekung

Wajah :simetris, pucat, ekspresi wajah datar, tidak ada odema dan tidak ada
kelainanan dan tidak ada nyeri tekan

Mata :bentuk simetris, konjungtiva tidak pucat , sklera tidak ikterus

Telinga:bentuk simetris, tidak ada iritasi , tidak ada serumen, tidak ada
peradangan , tdan tidak ada benda asing yang masuk , tidak ada nyeri tekan

Hidung: bentuk simetris , posisi ditengah , terdapat pernafasan cuping hidung,


tidak ada lesi,tidak ada benjolan, tidak ada polip , tidak ada benda asing yang
masuk , keadaan hidung bersih

Mulut : bibir lembab dan pucat kebiruan, terlihat nafas megap-megap,, tidak
ada lesi , refleks hisap tidak ada

Leher :simertis, tidak terdapat bendungan vena jugularis


Dada : simetris, terdapat retraksi dinding dada, nafas dalam dan cepat, BJ 1
menutupnya katup mitral dan trikuspidalis dan Bj 2 menutupnya aorta dan
pulmonalis,

Abdomen :simteris, tidak ada pembesaran pada abdomen , tidak ada kelainan,
tidak ada bekas operasi, terdapat tali pusat yang telah di jepit dengan penjepit
tali pusat,bising usus peristaltik 1x/menit, tidak teraba benjolan atau masa
pada 9 Regio,tidak ada nyeri tekan terdengar hipertympani

Genetalia eksterna : labia mayor belum menutupi labia minor, klitoris


menonjol, tidak ada lesi serta tidak ada massa, dan tidak ada kelainan

Anus : berlubang, tidak odema , tidak ada kelainan , tidak ada


hemaroid/wasir
36
Ekstremitas: Simestris kiri dan kanan, jumlah jari-jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada pergerakan aktif, warna biru dan terabah dingin.
Atas: CRT normal , tidak terdapat edema,
bawah: tonus otot melemah, refleks babinskynegative, tidak terdapat odeme

3.Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Refleks moro :negative
Refleks swallowing :negative
Refleks tonicneck :negative
Refleks rooting :negative
Refleks sucking :negative
Refleks graps : negative

4.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Tidak dilakukan

A. Assessment

Diagnosis. : NCB-SMK Usia 1 jam dengan Asfiksia Neonatorum Berat


Masalah : Bayi belum bernafas spontan
Diagnosa potensial : Gagal Nafas dan kejang
Masalah potensial: Kematian Bayi
Kebutuhan Segera : Membersihkan jalan nafas

P. Penatalaksanaan

JAM/TANGGAL PENATALAKSANAAN PARAF


Pukul 01.30 Wita Menjelaskan hasil
15 Agustus 2020 pemeriksaan bayi kepada

37
keluarganya
Kesadaran :lemah
Tanda Vital :
Tekanan darah : 60/40
mmHg
DJJ : 90x/menit
Nadi :20x/menit
Pernapasan :70x/menit
Suhu :35, 5 °C.
;keluarga mengerti
dengan penjelasan dari
Bidan
01.40 Wita Menjaga bayi agar tetap Bidan Meri
15 Agustus 2020 hangat dengan selimut,
agar bayi terhindar dari
hipotermia : Bayi telah di
bungkus selimut bersih
dan kering agar
mencegah bayi
kehilangan panas.
01.45 Wita Memposisikan bayi Bidan Meri
15 Agustus 2020 dengan baik dengan
posisi ekstensi atau
dengan mengganjal bahu
dengan kain. :
Bayi telah diposisikan
ekstensi untuk membuka
jalan napas sehingga bayi
dapat segera bernapas
Spontan
01.50 Wita Mengkeringkan tubuh Bidan Meri
15 Agustus 2020 bayi dengan kain yang
kering dan hangat sambil
melakukan rangsangan

38
taktil : Bayi telah
diberikan stimulasi
rangsangan taktil agar
dapat merangsang
pernapasan dan
meningkatkan aspirasi
O2.
01.55 Wita Membersihkan jalan Bidan Meri
15 Agustus 2020 napas bayi dengan alat
pengisap lender yang
tersedia seperti deele ;
Jalan nafas telah
dibersihkan sehingga
bayi dapat bernafas
secara spontan tanpa
masalah
02.00 Wita Melakukan tindak Bidan Meri
15 Agustus 2020 Ventilasi Tekanan Positif
(VTP) sebanyak 20x
dalam 30 detik sampai
bayi bernafas spontan dan
teratur ; Telah dilakukan
tindakan VTP terhadap
bayidengan memasukkan
udara kedalam paru
dengan tekanan positif
untuk membuka alveoli
agar bisa bernafas secara
spontan dan teratur.

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Hari/Tanggal Catatan Perkembangan

39
1. 16 Juli 2020 S:1. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 15
juli 2020, pukul 00:30 wita

2. Ibu mengatakan bayinya lahir tidak langsung


menangis dan saat ini sudah bisa menangis

3. Ibu merasa sedikit legah dan bahagia dengan


keadaan bayinya

DO: 1. Bayi sudah bisa menangis tapi belum


kuat

2. Tonus otot mulai membaik

3. Reflex hisap dan moro sudah ada

4. Tali pusat masih tampak basah dan tidak ada


tanda infeksi

5. Tanda-tanda vital

a. Frekuensi jantung: 112 x/menit

b. Pernapasan: 94x/m

c. Suhu: 36,6 ºc

6. Terpasang infus dekstrosa 10% dengan 8


tpm

7. Terpasang O2 1 liter/menit

A.

Bayi Ny ‘A’ umur 2 hari NCB/SMK dengan


asfiksia berat

P.

Tanggal 16 juli 2020 pukul 08:00 wita

1. Memberitahu keluarga kondisi bayi saat ini


bahwa bayi sudah mulai

40
membaik.

Hasil: ibu dan keluarga sudah mengetahui

2. Mengobservasi keadaan umum bayi

Hasil: a. keadaan umum bayi baik

b. tanda-tanda vital

a) frekuensi jantung: 112x/m

b) pernapasan: 94x/m

c) suhu: 36,6ºc

3. Menjaga personal hygiene

Hasil : terlaksana

4. Memantau berat badan bayi setiap hari

Hasil : a. BBL : 2800 gram

b. BBS : 2700 gram

2. 17 Juli 2020 S. : 1. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 15


Juli 2020, pukul 00:30 WITA

2. Ibu mengatakan bayinya lahir tidak segera


menangis dan saat ini sudah biasa

menangis

3. Kondisi bayinya sekarang sudah sedikit


lebih baik

4. Ibu bahagia bayinya dalam keadaan baik-


baik saja

O.: 1. Bayi sudah bisa menangis

2. Tonus otot mulai membaik

41
3. Reflex hisap dan moro sudah ada

4. Tali pusat masih tampak basah dan tidak ada


tanda infeksi

5. Tanda-tanda vital

a. Frekuensi jantung: 120x/menit

b. Pernapasan: 58x/menit

c. Suhu: 37ºc

A.

Bayi Ny ‘A’ umur 3 hari NCB/SMK dengan


asfiksia berat

P.

Tanggal 17 Juli 2020, pukul 08:00 WITA

1. Memberitahu keluarga kondisi dan


perkembangan bayinya

Hasil : ibu dan keluarga mengetahui

2. Mengobservasi keadaan umum bayi

Hasil : a. keadaan umum bayi baik

b.Tanda-tanda vital

a) Frekuensi jantung: 120x/ menit

b) Pernapasan:58 x/menit

c) Suhu:37ºc

3. Melakukan perawatan tali pusat

Hasil : tali pusat masih tampak basah dan tidak


ada tanda infeksi

4. Menjaga personal hygiene

42
Hasil : bayi bersih

5. Memantau berat badan bayi setiap hari

Hasil : a. BBL : 2800 gram

b. BBS : 2700 gram

6. Memberikan ASI pada bayi sesuai


kebutuhan

Hasil : terlaksana

3. 24 Juli 2020 S: 1. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 15


juli 2020 pikul 00:30 wita

2. Ibu mengatakan bayinya lahir tidak


menangis dan sekarang sudah bisa

menangis

3. Bayinya sekarang dalam keadaan baik

4. Ibu merasa bahagia karena kondisi bayinya

O:

1. Keadaan umum bayi sudah baik

2. Tonus otot sudah baik

3. Reflex hisap dan moro sudah ada

4. Tali pusat sudah puput

5. Tanda-tanda vital

a. Frekuensi jantung: 138x/menit

b. pernapasan:44x/menit

c. suhu:37ºc

43
A.

Bayi Ny ‘A’ umur 10 hari

P.

Tanggal 24 juli 2020, pukul 10:00 wita

1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang


kondisi dan perkembangan bayinya

saat ini

Hasil : ibu dan keluarga mengerti

2. Mengobservasi keadaan umum bayi

Hasil : a. keadaan umum bayi baik

b. tanda-tanda vital

a) Frekuensi jantung: 138x/menit

b) Pernapasan: 44x/menit

c) Suhu: 37ºc

3. Menjaga personal hygiene

Hasil : bayi bersih

4. Memantau berat badan bayi setiap hari

Hasil : a. BBL :2800 gram

b. BBS :3000 gram

5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI


secara ondemand atau sesuai kebutuhan bayi

Hasil : ibu bersedia

6. Memberitahu ibu untuk menjaga bayinya


dengan baik

Hasil : ibu mngerti dan akan menjaga baiknya

44
11 Agustus 2020 S.

1. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 15 juli


2020, pukul 00:30 wita

2. Ibu mengatakan bayinya tidak menangis


setelah lahir dan sekarang sudah bisa

menangis

3. Ibu bahagia dan besyukur karena bayinya


dalam keadaan baik

4. Sekarang bayinya sudak aktif seperti bayi


lainnya

5. Bayinya sudah berumur 28 hari

O.

1. Keadaan umum bayi baik

2. Tonus otot baik

3. Refleks hisap dan moro ada

4. Tali pusat sudah puput

5. Tanda-tanda vital:

a. Frekuensi jantung: 140x/menit

b. Pernapasan: 50x/menit

c. Suhu: 36,6º

A.

Bayi Ny ‘A’ umur 28 hari

P.

Tanggal 11 agustus 2020, pukul 10:00 wita

1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang

45
kondisi dan perkembangan bayinya

Hasil : ibu dan keluarga mengerti

2. Mengobservasi keadaan umum bayi

Hasil : a. keadaan umum bayi baik

b. tanda-tanda vital

a) Frekuensi jantung:140x/menit

b) Pernapasan:50x/menit

c) Suhu:36,7ºc

3. Menjaga personal hygiene

Hasil : bayi bersih

4. Memantau berat badan bayi setiap hari

Hasil : a. BBL : 2800 gram

b. BBS : 3500 gram

5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI


kepada bayinya secara ondemand

yaitu sesuai kebutuhan bayi

Hasil : ibu bersedia

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga bayinya


dengan baik

Hasil : ibu mengerti dan akan menjaganya

7. Menganjurkan ibu untuk membawah


bayinya imunisasi di pusat pelayanan

kesehatan pada usia 1 bulan tanggal 15 agustus


2020

Hasil : ibu bersedia membawah bayinya

46
imunisasi

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia
adalah melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu
persalinan.Hipoksia janin yang dapat menyebabkan Asfiksia Neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara
menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak
karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. (Sarwono,2006).

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :

1. Faktor ibu
2. Faktor plasenta
3. Faktor fetus
4. Faktor neonatus

4.2 Saran

Dari kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut

1.Bagi pasien

Pasien di ingatkan untuk segera membawa bayi mereka ke tenaga kesehatan terdekat jika
terdapat tanda bahaya pada bayi baru lahir.

2.Bagi Profesi

47
Bidan di harapkan lebih meningkatkan standar pelayanan kebidanan yang sesuai dengan
pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah varney sehingga pelayanan yang di hasilkan
efektif dan efisien dapat tercapai pada pasien.

3.Bagi RSUD

Diharapkan untuk lebih meningkatkan dan memperhatikan mutu pelayanan kesehatan dan
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir khususnya bayi dengan Asfiksia berat.

4.Bagi pendidikan

Diharapkan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa untuk lebih mengetahui dan
memahami asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat.

DAFTAR PUSTAKA

48
Buku panduan, Poltekkes

Cooper,fraser.mylesbuku ajar kebidanan. Jakarta.EGC:2009

Hassan, R., & Alatas H. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia.

Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Prawirohardjo, sarwono.IlmuKebidanan.Jakarta.YBP –SP : 2010

Lissauer,tomDkk.At a GlanceNEONATOLOGI.Jakarta.penerbiterlangga :2009

Varney,Helendkk.Buku ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta.EGC:2008

Manuaba. Patologi Obstetri. Jakarta. EGC:2008

49

Anda mungkin juga menyukai