Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN MOW

Disusun Oleh :

Yuspita Sari Mangesa

NIM. P07224219041

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AKADEMIK

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan
Keluarga Berencana (KB). Dengan melakukan konseling berarti petugas
membantu klien dalam memilih dalam memutuskan jenis kontrasepsi yang
akan digunakan sesuai dengan pilihannya dan dapat membuat klien merasa
lebih puas.
Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan
kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga
akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat
meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada. (Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, 2006)
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan aspek
pelayanan KB dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan
pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling
yang baik dan infromasi yang baik, harus di terapkan dan dibicarakan secara
interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya
yang ada. Selanjutnya dengan informasi yang lengkap dan cukup akan
memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih
kontrasepsi (Informed Choice) yang kan digunakannya. (Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, 2006)
Menurut WHO (World Health Organisation) KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi Hartanto,2008).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, (2006), setiap tahun, lebih dari
600.000 wanita di dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan saat
melahirkan, 99% kematian itu terjadi di negara berkembang. Dalam jangka
waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta aborsi akibat kehamilan tak
diinginkan terjadi di muka bumi ini (Dipo Handoko,2011).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan
alat kontasepsi mantap (MOW) menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
2 . Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu alat kontasepsi mantap
(MOW) penulis mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar teori alat kontasepsi mantap
(MOW)
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu
dengan akseptor alat kontasepsi mantap (MOW)
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan akseptor alat
kontasepsi mantap (MOW) dengan pendekatan varney yang
terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu dengan
akseptor KB sederhana kondom dalam bentuk catatan SOAP.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana

2.1.1. Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami


istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Keluarga berencana
adalah suatu usaha mengantur banyaknya kehamilan sedemikian rupa
sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
kehamilan tersebut (Suratun, 2008).
2.1.2. Kontrasepsi

a. Pengertian

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan


yang bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen dan
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas
(Saifuddin, 2010).
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan,
merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan
pendidikan yang maksimal pada anak (Harnawati, 2008).
b. Macam-macam kontrasepsi

Menurut Hartanto (2006), macam kontrasepsi meliputi :

1. Kontrasepsi Metode Sederhana


a) Tanpa Alat
1) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode
kalender, metode suhu basal, metode lendir cerviks.
2) Coitus Interuptus (senggama terputus) adalah suatu
metode kontrasepsi di mana senggama diakhiri
sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi
jauh dari genetalia eksterna wanita.
a) Dengan Alat
1) Mekanis ( barier ), terdiri dari kondom pria, barier intra
vaginal (diafragma, kap servik, spons, kondom ).
2) Kimiawi yang berupa spermisid (vaginal cream,
vagina foam, vagina jelly, vagina tablet dan vagina suble
film).
2. Kontrasepsi Metode Modern
a. Kontrasepsi hormonal
1) Per oral : Pil oral kombinasi (POK), Mini Pil, Morning
after pill.
2) Injeksi / Suntikan : DMPA, NET-EN, Microsphere,
Microcapsules.
3) Sub kutis : Implant (alat kontrasepsi bawah kulit :
AKBK)
a) Implant non biodegradable (Norplant, Norplant 2,
ST 1435, implanon).
b) Implant biodegradable : capronor, pellets
4) IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) : Copper T, Medusa, Seven Copper T
3. Kontrasepsi Metode Mantap
a. Pada Wanita
Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita, penyumbatan
tuba fallopi secara mekanis).
b. Pada pria
Operatif medis pria (Vasektomi, penyumbatan vas deferens
secara mekanis, penyumbatan vas deferens secara
kimiawi.
2.1.3. Medis Operatif Wanita (MOW) / Tubektomi

a. Pengertian

Tubektomi atau kontap wanita ialah suatu kontrasepsi


permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan
mengikat dan atau memotong pada kedua saluran
tuba (Suratun ,dkk, 2008). Tubektomi adalah setiap tindakan pada
kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut
tidak akan mendapat keturunan lagi. Jenis kontrasepsi ini
bersifat permanen karena dilakukan penyumbatan pada saluran
telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong
ataupun dibakar (Proverawati, 2010).

b. Keuntungan Tubektomi

Menurut Proverawati (2010), tubektomi memberikan


keuntungan non kontrasepsi yaitu:
1) Penggunaan sangat efektif, yaitu 0,5 kehamilan per 100
perempuan selama tahun pertama penggunaan.
2) Tidak mempengaruhi terhadap proses menyusui
(breastfeeding).
3) Tidak tergantung pada faktor senggama
4) Baik bagi klien bila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan
yang serius.
5) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
6) Tidak ada efek samping dalam jangka waktu yang panjang.
7) Tidak ada perubahan organ dalam.
c. Keterbatasan Tubektomi

Menurut Proverawati (2010), metode tubektomi ini juga


memiliki keterbatasan-keterbatasan yang harus diperhatikan
yaitu:
1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan kembali).

7
2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.
3) Resiko komplikasi kecil namun dapat meningkat
apabila menggunakan anestesi setelah tindakan
4) Rasa sakit atau ketidaknyamanan muncul dalam waktu
pendek setelah tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis
ginekologi untuk proses laparoskopi.
6) Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS.
d. Syarat-syarat

Beberapa syarat menurut Proverawati (2010), hal yang perlu


diperhatikan ketika akan menggunakan kontrasepsi mantap
tubektomi ini yaitu:
1) Usia lebih dari 26 tahun
2) Jumlah anak (paritas) minimal adalah 2 dengan umur anak
terkecil lebih dari 2 tahun.
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai
dengan keinginannya dan pasangannya.
4) Pada kehamilan akan menimbulkan risiko kesehatan yang
serius.
5) Pasca persalinan dan atau pasca keguguran.
6) Paham dan secara suka rela setuju dengan prosedur
pelaksanaan.
Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu
sebelum pelaksanaan prosedur ini, serta informed concent form
harus ditandatangani oleh klien sebelum prosedur dilaksanakan.

e. Komplikasi Tubektomi dan Penanganannya

Menurut Saifuddin (2010), komplikasi dan penanganan


MOW meliputi:
1) Infeksi Luka

8
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic bila
terdapat abses lakukan drainase dan obati seperti yang
terindikasi
2) Demam pasca operasi
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
3) Luka pada kandung kemih, intestinal
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat, apabila kandung
kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan
reparasi primer, apabila ditemukan pasca operasi dirujuk ke
rumah sakit yang tepat bila perlu.
4) Hematoma (Subkutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut.
Amati hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya
waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ektensif.
5) Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi.
Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi
intensif, termasuk cara intravena, resusitasi kardio pulmonar
dan tindakan penunjang kehidupan lainnya
6) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa
yang ditemukan
7) Perdarahan superficial (tepi kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang
ditemukan.
f. Efek samping MOW

Menurut Hartanto (2006), kontap wanita tidak menimbulkan


efek samping jangka panjang yang jelek. Selama paling sedikit
dua dasawarsa terakhir ini, timbul perdebatan mengenai efek
samping jangka panjang bila memang ada dari kontap wanita.
Persoalan efek samping jangka panjang kontap wanita meliputi
empat hal, yaitu:
1) Perubahan-perubahan hormonal

9
2) Pola haid
3) Problem ginekologis
4) Problem psikologis
g. Waktu pelaksanaan Tubektomi

Menurut Suratun (2008), waktu pelaksanaan tubektomi, yaitu:


1) Pasca persalinan, sebaiknya dalam jangka waktu 48 jam
pasca persalinan.
2) Pasca keguguran, dapat dilaksanakan pada hari yang sama
dengan evakuasi rahim atau keesokan harinya.
3) Dalam masa interval (keadaan tidak hamil), sebaiknya
dilakukan dalam 2 minggu pertama dari siklus haid
ataupun setelahnya, seandainya calon akseptor
menggunakan salah satu cara kontrasepsi dalam siklus
tersebut.
h. Persiapan pra-operatif MOW
Menurut Saifuddin (2010), persiapan pra-operatif MOW, yaitu:

1) Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW termasuk


mekanisme.
2) Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping
yang mungkin terjadi.
3) Berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta
pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu
kontrol.
4) Berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang
diberikan sesudah tindakan pembedahan.
5) Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan
dan minum sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi.
6) Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau
ditemani orang dewasa.

10
7) Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek
dan dibersihkan dengan sabun dan air serta dilanjutkan
dengan cairan antiseptic.
8) Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik
seperti pemerah bibir, pemerah pipi, kutek dan lain-lain.
9) Menghubungi petugas setibanya di klinik.
i. Perawatan dan pemeriksaan Pasca Operasi

Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi menurut Suratun


(2008), yaitu:

1) Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih


selama kurang lebih 4 – 6 jam.
2) Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja
operasi ke kereta dorong dan dari kereta dorong ke tempat
tidur di ruang pulih dilakukan oleh 2 orang perawat dengan
mendekatkan kareta dorong ke meja operasi atau tempat
tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan badannya, bila
klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien
dilakukan oleh 3 – 4 orang.
3) Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai:
a) Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit pertam,
tiap 30 menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya tiap
jam hingga pasien pulang.
b) Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan
pengobatan analgetik.
c) Perdarahan dari luka dan kemaluannya.
d) Suhu badannya.
4) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien
diizinkan minum dan makan, karena rasa mengantuk telah
hilang.

11
5) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien
diizinkan duduk dan latihan berjalan dengan ditemani
keluarganya apabila pasien tidak pusing.

B. Konsep Dasar Manajemen alat kontrasepsi mantap (MOW)

PENGKAJIAN
S:
1. Identitas
Nama :
Umur :Usia PUS (20-55 tahun) mempengaruhi
bagaimana mengambil keputusan dalam
kesehatannya ( Sarwono 2005 )
Agama :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Alasan Kunjungan :
Ibu ingin menggunakan alat kotrasepsi mantap
3. Riwayat Kesehatan Klien :
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit/ Kelainan Reproduksi :
Penyakit Kardiovaskuler :
Penyakit Darah :
Penyakit Saluran Pencernaan :
Penyakit Ginjal & Saluran Kencing :
Penyakit Endokrin :
Penyakit Jiwa :
Penyakit Sistem imunologi :
Penyakit Infeksi :

12
Tidak perlindungan terhadap penularan
infeksi menular seksual, hepatitus B, dan
infeksi virus HIV.
-
b. Riwayat Kesehatan sekarang:
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien merasakan
keluhan s/d pengkajian saat ini (sebelum diberikan asuhan)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM,
hemofilia, kanker payudara) menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS)
menahun (jantung, asma)
(Fraser & Cooper, 2009)
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus, lama haid,
banyaknya, warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore.

6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
. Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnormalitas Laktasi Peny

7. Riwayat Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi yang perlu dikaji adalah jenis alat
kontrasepsi, lama, kapan awal pemakaian, dan pelepasan, serta
komplikasi yang terjadi selama pemakaian. Pemakaian kontrasepsi
sebelumnya dapat menjadi tolak ukur penggunaan kontrasepsi
selanjutnya.

13
8. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Tingkat aktivtas seseorang dapat mempengaruhi
Aktivitas pengambilan keputusan dalam kesehatannya
(Arikunto:2002)
Personal
Hygiene
Kebiasaan

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Masih kuat kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa
setiap mahluk yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu
tidak khawatir memiliki jumlah anak yang banyak.
(Prawirohardjo, S. 2003)

O:
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Antropometri :
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Kepala :tidak tampak lesi, tampak bersih, tidak
tampak benjolan, distribusi rambut merata.

14
 Mata :
- Sklera berwarna kuning menandakan kemungkinan
indikasi adanya/penyakit hati pemilihan alat
kontrasepsi non hormonal lebih diutamakan
 Hidung : tampak simetris, tidak tampak
pengeluaran/secret, tidak tampak benjolan
 Mulut : tampak simetris, tampak lembab, tampak
bersih, tidak tampak stomatitis, lidah
tampak bersih
 Telinga : tampak simetris, tidak tampak
secret/serumen
 Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar
tiroid, getah bening, dan vena jugularis
 Dada : simestris. Tidak ada retraksi dinding dada
 Abdomen :
 Ekstermitas :

Palpasi
 Kepala : tidak teraba benjolan, tidak ada lesi
 Wajah : tidak teraba oedema
 Mata : tidak teraba oedema pada konjungtiva
 Hidung : tidak teraba benjolan
 Telinga : tidak teraba benjolan
 Leher : tidak teraba oedema pada vena jugularis,
kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
 Payudara :
 Abdomen : tidak teraba massa/ benjolan
 Genitalia :
 Ekstermitas :

15
Auskultasi :
- Nafas terdengar vesikuler
- Tidak terdengar suara nafas tambahan
- Bising usus 5-35 x/menit
Perkusi :
- Refleks Ekstremitas atas
Refleks Bisep (+)
Refleks Trisep (+)
- Refleks Ekstremitas Bawah
Patella (+)
Cavilari Refil kembali dalam waktu < 2 detik
Homan Sign (-)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : PAPAH usia ……. Dengan Akseptor KB ……
Masalah : Tidak ada

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

1. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
1. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya

16
2. Beritahukan kepada ibu tindakan pelayanan kontrasepsi yang akan
dilakukan
Rasional : Agar pasien lebih siap dan kooperatif dalam setiap
pelaksanaan tindakan
3. Berikan pelayanan metode kontrasepsi sesuai kebutuhan klien
Rasional : Tindakan pelayanan metode kontrasepsi dilaksanakan
sesuai kebutuhan klien (kontrasepsi hormonal, AKDR,
AKBK, atau metode sederhana). Pastikan 5 T sebelum
memberikan pelayanan kontrasepsi (tepat pasien, tepat
tempat, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu).
4. Lakukan tindakan pasca pelayanan metode kontrasepsi
Rasional : Memberitahukan informasi mengenai KB yang digunakan
berguna untuk mengingatkan klien. Membersihkan alat-
alat yang telah dipakai, merapikan klien, dan mencuci
tangan merupakan tindakan pencegahan infeksi yang
penting dalam setiap tindakan.
5. Lakukan pencatatan pada kartu kunjungan klien dan anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
Rasional : Pendokumentasian serta evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan pada kartu kunjungan klien dapat
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasangan atau
pemberian KB.
Keterlambatan jadwal kunjungan ulang akan
mempengaruhi efektivitas dari cara pemakaian
atau penggunaan KB
6. Jelaskan kembali tentang kekurangan atau kerugian serta efek samping KB
yang digunakan/ingin digunakan klien
Rasional : Penjelasan tentang kekurangan dan kerugian serta efek
samping kb dapat menjadi pertimbangan ibu dalam
menentukan kontrasepsi yang akan digunakan dan
mengingatkan kembali kepada ibu mengenai efek
samping KB, hal ini juga dapat mengurangi kecemasan

17
pada ibu

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

18
BAB III
MANAJEMEN KASUS
Tanggal : 20 Agustus 2020
Waktu : 10.00 wita
Nama klinik : BPM Sri
Nama Pengkaji : yuspita sari mangesa

S:
Identitas
Nama : Ny.S Nama : Tn.R
Umur : 36 thn Umur : 38 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : karyawan
Alamat :Jl. Jaya makmur Alamat : Jl. Jaya makmur
Alasan Kunjungan :
Ibu ingin menggunakan alat kotrasepsi mantap
Riwayat Kesehatan Klien :
1. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit yang parah sehingga dirinya tidak
pernah dirawat di rumah sakit
2. Riwayat Kesehatan sekarang:
Ibu tidak menderita penyakit apapun dan tidak memiliki riwayat penyakit
genetik dan menular
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Ibu tidak memiliki penyakit genetik dan keluarga tidak memiliki penyakit
menular
Riwayat Menstruasi

19
Siklus terartur selama 21 hari,lama haid 5-7hari, berwarna merah segar
serta tidak di sertai dengan nyeri ketika haid
Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
. Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnormalitas Laktasi Peny

1. 1 1 ater - Spo Bida Bpm - La 3300 1 - - 2 tahun -


m ntan n ki- grm/
lak 49c
i m
2 1 2 ater - Spo Bida Rs - Per 3500 1 - - 1,5 -
m ntan n em grm/ tahun
pua 50c
n m

Riwayat Kontrasepsi
Selama ini ibu hanya menggunakan alat kontrasepsi pil progestin

Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi makan 2X/hari,minum 7-8 gelas/hari
Eliminasi BAK 7-8X/hari, BAB 1X/hari
Istirahat Setiap hari istirahat dengan cukup 8 jam
Aktivitas Ibu rumah tangga
Personal Mandi 3X/hari dan mengganti celana dalam
Hygiene 3X/hari
Kebiasaan Melakukan pekerjaan rumah tangga

Riwayat Psikososiokultural Spiritual


 Psikologi : ibu telah yakin dan mantap menggunakan alat kontrasepsi
ini
 Social : baik
 Riwayat pernikahan : Sah, lamanya pernikahan 13 tahun

20
 Persepsi keluarga tentang KB : baik untuk kesejahteraan keluarga
 Penerimaan keluarga dan suami tentang KB : baik
 Kultural : keluarga tidak terlalu memperhatikan budaya mereka
karena sudah percaya dengan tenaga medis
 Spiritual : tidak ada pantangan

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sehat
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80mmHg
Suhu : 36,5 derajat celcius
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 19 x/menit
Antropometri
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 60 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Kepala :tidak tampak lesi, tampak bersih, tidak
tampak benjolan, distribusi rambut merata.
 Mata :
- Sklera berwarna kuning menandakan kemungkinan
indikasi adanya/penyakit hati pemilihan alat
kontrasepsi non hormonal lebih diutamakan
 Hidung : tampak simetris, tidak tampak
pengeluaran/secret, tidak tampak benjolan
 Mulut : tampak simetris, tampak lembab, tampak
bersih, tidak tampak stomatitis, lidah
tampak bersih
 Telinga : tampak simetris, tidak tampak

21
secret/serumen
 Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar
tiroid, getah bening, dan vena jugularis
 Dada : simestris. Tidak ada retraksi dinding dada
 Abdomen : rata, tidak membesar,tidak ada abses, tidak
ada bekas luka oprasi
 Ekstermitas : tidak ada oedem dan varises, reflek patella
kanan dan kiri (+/+)

Palpasi
 Kepala : tidak teraba benjolan, tidak ada lesi
 Wajah : tidak teraba oedema
 Mata : tidak teraba oedema pada konjungtiva
 Hidung : tidak teraba benjolan
 Telinga : tidak teraba benjolan
 Leher : tidak teraba oedema pada vena jugularis,
kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
 Payudara : simetris, puting susu menonjol
 Abdomen : tidak teraba massa/ benjolan
 Genitalia : tidak ada oedem, tidak ada keluar cairan
berbau, tidak ada varises
 Ekstermitas : tidak ada oedem dan varises, reflek patella
kanan dan kiri (+/+)

Auskultasi :
- Nafas terdengar vesikuler
- Tidak terdengar suara nafas tambahan
- Bising usus 5-35 x/menit
Perkusi :
- Refleks Ekstremitas atas

22
Refleks Bisep (+)
Refleks Trisep (+)
- Refleks Ekstremitas Bawah
Patella (+)
Cavilari Refil kembali dalam waktu < 2 detik
Homan Sign (-)

ASSESMENT
Diagnosis : P2002 calon Akseptor KB MOW
Diagnosis potensial : Tidak ada
Masalah : Tidak ada
Masalah Potensial : invertilitas
Tindakan Segera : kolaborasi dengan dokter spesialis
PLANNING
1. Hasil pemeriksaan ; Kesadaran : Compos Mentis, Tanda Vital : tekanan
darah : 120/80mmHg,suhu: 36,5 derajad celcius,nadi: 80 x/menit,
pernafasan: 19 x/menit Antropometri : T:160cm B: 55kg
E : Ibu mengerti dengan keadaannya sekarang
2. Menjelaskan kepada ibu apa itu kontrasepsi MOW. MOW merupakan alat
Kontrasepsi mantap untuk mencegah terjadinya kehamilan, beresiko
pendarahan, kerusakan organ (misalnya lukan pada usus, kandung
kemih,atau pembuluh darah.
E : Ibu mengerti dengan pejelasan yang diberikan
3. Setelah tindakan pembedahan klien di rawat di ruang pulih selama kurang
lebih 4-6 jam
E : Ibu istirahat untuk memulihkan kondisinya
4. Baik ibu harus datang kembali untuk melakuakan kunjungan ulang agar
saya dapat mencatat perkembangannya untuk pemulihannya.
E : Ibu mengerti bahwa ibu harus melakukan kunjungan ulang

23
5. Menjelaskan resiko yang dapat terjadi pada prosedur tubektomi yakni
pendarahan, kerusakan organ(misalnya luka pada usus, kandung kemih,
atau pembuluh darah) efek samping dari obat bius, dan infeksi pasca
tindakan tubektomi. Nyeri pada panggul atau perut yang berkelanjutan
juga dapat terjadi
E : Ibu mengerti dengan penjelasannya tentang resiko yang terjadi pada
kontrasepsi ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB

Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawiroharjo,Sarwono. 2003. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Prawiroharjo,Sarwono. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan

Kebidanan Vol. 2 Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai