Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA BAYI NY. S


BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA DI KLINIK
PRATAMA ANUGRAH BINJAI UTARA

Oleh :
KELOMPOK III

1. ANUGRAH DIAN S. BATE’E,S.Kep 160202042


2. EFRINA DEWI,S.Kep 160202057
3. ELINOVA SIMARMATA,S.Kep 160202058
4. ERWIN YANTO HULU,S.Kep 160202059
5. JEFRI SIMANULLANG,S.Kep 160202083
6. MEILANI BR SITANGGANG,S.Kep 160202142
7. NOVRI ARDIANSYAH,S.Kep 160202102
8. PETER EMANUEL,S.Kep 160202112
9. RAHMAT JAYA LAIA,S.Kep 160202116
10. SOWAAZARO LAIA,S.Kep 160202125
11. WIWI SHANDOVA GINTING,S.Kep 160202132

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan rahmat-Nya praktek belajar lapangan dan laporan dengan
judul “ Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan
Asfiksia Di Klinik Pratama Anugrah Tahun 2017”. dapat diselesaikan pada
waktunya, terselenggaranya praktek belajar lapangan dan penyusunan laporan ini
karena adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami
kelompok mengucapkan terima kasih kepada:
1. Parlindungan purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatann Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Prodi Fakultas Studi Ners
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku Kordinator Profesi
Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia.
6. Ns. Rosetty Sipayung, M.Kep, selaku Kordinator Stase Keperawatan
Maternitas.
7. Ns. Eva Kartika, M.Kep, selaku Preseptor Akademik Stase Keperawatan
Maternitas yang telah memberikan bimbingan berupa saran dan kritik pada
penulisan asuhan keperawatan maternitas ini.
8. Ns. Lasma Rina Sinurat, M.Kep, selaku Preseptor Akademik Stase
Keperawatan Maternitas yang telah memberikan bimbingan berupa saran
dan kritik pada penulisan asuhan keperawatan maternitas ini.
9. Irma Sitanggang, SKM, selaku Preseptor Klinik dan Kepala Klinik
Pratama Anugrah yang telah banyak mendukung dan memberi ijin kepada
mahasiswa/i profesi yang sedang melakukan PBL di Klinik Pratama
Anugrah selama dua minggu.
10. Seluruh pegawai Klinik Pratama Anugrah yang telah banyak mendukung
dan membimbing dalam menjalankan asuhan keperawatan maternitas
dengan baik selama dua minggu.
11. Kelompok menyadari laporan tentang Asuhan Keperawatan Keluarga
masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan laporan ini dan kami berharap semoga laporan ini
dapat bermanfat bagi kita semua.
12. Rekan-rekan kelompok 3 Mahasiswa/i Profesi Ners Universitas Sari
Mutiara Indonesia yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya
selama penyusunan asuhan keperawatan maternitas ini.

Kelompok menyadari laporan tentang Asuhan Keperawatan Maternitas


masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan laporan ini dan kami berharap semoga laporan ini
dapat bermanfat bagi kita semua

Medan,
April 2017

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus
ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur
satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Asfiksia neonatus
adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2009).

Ketuban Mekonium merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian karena menjadi
salah satu penyebab utama kematian neonatal. Ketuban Mekonium adalah cairan amnion
yang mengandung mekonium terjadi pada gawat janin yang di sebabkan oleh beberapa
faktor antara lain ; partus lama, lilitan tali pusat, ketuban pecah dini, postmatur atau usia
kehamilan lebih dari 37 – 42 minggu, toxemia gravidarum dan lainnya (Prawiroharjo,
2010 dalam Yuli 2015).

Ketuban mekonium dan asfiksia bayi baru lahir menja di penyebab tingginya angka
kematian bayi (AKB) di Indonesia. Karena kondisi bayi sudah mengalami gawat janin
sebelum lahir dan akibat menghisap mekonium kental masuk dalam paru dapat
mengalami ketidakmampuan bernafas secara spontan dan teratur pada menit-menit
pertama kelahiran, yang di sebut asfiksia neonatorum (Prawiroharjo, 2010 dalam Yuli
2015).

Sebagian bayi baru lahir mampu mengatasi transisi dari intrauteri ke ekstrauteri, namun
terkadang mengalami masalah yaitu terjadi asfiksia neonatorum yang merupakan salah
satu kegawatan bayi baru lahir, yang berupa depresi pernafasan berkelanjutan sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh karena itu asfiksia perlu intervensi dan
resusitasi segera untuk meminimalkan mortalitas dan mordibitas (Wahyudi, 2003 dalam
Suroso, 2012).
Berdasarkan survey pendahuluan di Klinik Pratama Anugrah diketahui bahwa bayi yang
menderita asfiksia tahun 2017 bulan Januari-April sebanyak 40 % . Berdasarkan uraian
diatas maka penulis tertarik dan termotivasi untuk menyusun laporan asuhan
keperawatan maternitas sebagai salah satu laporan kelompok 3 dengan mengambil kasus
berjudul “ Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan Asfiksia
Di Klinik Pratama Anugrah Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan
masalah yaitu “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Bayi Ny. S Baru Lahir
Dengan Asfiksia Di Klinik Pratama Anugrah Tahun 2017 ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Meningkatkan keterampilan, kemampuan mengetahui dan menerapkan Asuhan


Keperawatan Maternitas Pada Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan Asfiksia Di Klinik
Pratama Anugrah Tahun 2017 ?”

2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan Asfiksia.
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan
Asfiksia.
3. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada Bayi Ny. S Baru
Lahir Dengan Asfiksia
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan pada
Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan Asfiksia.
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Bayi Ny. S Baru Lahir
Dengan Asfiksia.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori Medis


1. Definisi Asfiksia Neonatorum
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan
keadaan ibu dan tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan
(Prambudi, 2013).

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir (Sarwono, 2007). Asfiksia neonatus adalah keadaan
bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2
dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut (Manuaba, 2008). Menurut Mochtar, 2008 Asfiksia Neonatus adalah
suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur
setelah dilahirkan.

2. Etiologi

Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia menurut Mochtar
(1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2
b. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
c. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri
d. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
e. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
f. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
g. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
h. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
i. Paralisis pusat pernafasan
j. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
k. Trauma dari dalam : akibat obat bius

Menurut Betz et al. (2001), terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
hipertensi pada penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.

3. Manifestasi Klinis
Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaraya :
a. Fungsi jantung terganggu akibat peningkatan beban kerja jantung
b. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami
gangguan.

Gejala klinis :
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam
periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular
berkurang secara berangsur-agsur berkurang dari bayi memasuki periode apneu
primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat

Gejala lanjut pada asfiksia :


1. Pernafasan megap-megap yang dalam.
2. Denyut jantung terus menurun.
3. Tekanan darah mulai menurun.
4. Bayi terlihat lemas (flaccid).
5. Menurunnya tekanan O2 (PaO2).
6. Meningginya tekanan CO2 (PaO2).
7. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler.
4. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan
O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya
ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi
dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

5. Klasifikasi
Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai
Frekuensi Tidak Ada Kurang dari Lebih dari
Jantung 100 100
X/menit X/menit
Usaha Tidak Ada Lambat, Menangis
Bernafas Tidak Kuat
Teratur
Tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan
Otot Fleksi Aktif
Sedikit
Refleks Tidak Ada Gerakan Menangis
Sedikit
Warna Biru/Pucat Tubuh Tubuh dan
Kulit Kemerahan, Ekstremitas
Ekstremitas Kemerahan
Biru

a. Nilai 0-3 : Asfiksia berat


b. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 : Normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
apgar)
Asfiksia neonatorum di klasifikasikan :
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak
ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia
berat.
6. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan terganggu
sehingga darah yang seharusnya dialirkan keginjal menurun. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pengeluaran urine sedikit.
3. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari hipoksia
janin.Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan/menit, selama his frekuensi
ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai di bawah 100 kali permenit di luar his, dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa
klinik elektrokardigraf janin digunakan untuk terus-menerus menghadapi
keadaan denyut jantung dalam persalinan.

2. Mekonium dalam air ketuban


Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin


Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh (sampel) darah
janin.Darah ini diperiksa pH-nya.Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
gawat janin mungkin disertai asfiksia.

Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya


asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Berat bayi
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan

8. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan ET untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil. Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kaki.Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat,
mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif.

3. Mempertahankan sirkulasi darah :


Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki
ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan, cara terbaik dengan
intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia
berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB.
Kedua obat ini disuntikan kedalam intra vena perlahan melalui vena
umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit
banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah
tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi
ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi
tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak
berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi.

b. Asfiksia ringan dan sedang


Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-
60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera
dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasal dengan aliran
1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan
dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan
tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit,
sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera
dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari
mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari
mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi
dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan
nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung
atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan,
bikarbonat natrium dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit
setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi
telah dilakukan dengan adekuat.
B. Konsep Teoritis Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut:
a. Identitas klien/bayi dan keluarga.
b. Diagnosa medik yang ditegakkan saat klien masuk rumah sakit.
c. Alasan klien/bayi masuk ruang perinatologi.
d. Riwayat kesehatan klien/bayi saat ini.
e. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu.
f. Riwayat kelahiran klien/bayi.
g. Pengukuran nilai apgar score, Bila nilainya 0-3 asfiksia berat, bila nilainya 4-6
asfiksia sedang.
h. Pengkajian dasar data neonatus:
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44-45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang).
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor
(misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada
kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung
bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan
elektroda internal).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b. Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
c. Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
d. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan
ventilasi.
e. Asietas b/d ancaman kematian
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
No Rasionalisasi
Kperawatan Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan TJ : Setelah 1. Mengauskultasi
1. Obstruksi jalan
nafas tidak dilakukan tindakan suara nafas napas dapat
efektif keperawatan sebelum dan dimanefestasikan
berhubungan selama proses sesudah suction. dengan adanya bunyi
dengan keperawatan 2. Memberitahu napas tambahan
penumpukan diharapkan jalan keluarga tentang seperti krekels,
mukus lendir. nafas lancar suction ronki,wheezing.
Kriteria Hasil: 3. Mengobservasi2. Sebelum melakukan
1. Rata-rata repirasi adanya tanda- tindakan berikan
dalam batas tanda distres penkes kepada
normal (30- pernafasan keluarga agar tidak
40x/menit) 4. Memposisikan terjadi kepanikan/
2. Pengeluaran bayi miring kesalhpahaman. Dan
sputum melalui kekanan setelah agar ada kerjasama
jalan nafas. memberikan dari keluarga pasien.
3. Tidak ada suara makan 3. Untuk
nafas tambahan Kolaborasi membersihkan sisa –
(ronchi/wheezeng)
1. Melakukan hisap sisa air ketubn
mulut dan4. Untuk mencegah
nasopharing terjadinya aspirasi
2. dengan spuit
Gangguan TJ: pernafasan sesuai kebutuhan
pemenuhan kembali normal
kebutuhan O2
b/d ekspansi Kriteria Hasil:
yang kurang 1. Klien tidak
adekuat mengalami sesak
napas Mandiri
2. RR klien normal
1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan napas
(30-40x/menit) kedalaman biasanya meningkat
3. Kulit klien tidak pernapasan dan 2. Bunyi napas
pucat ekspansi dada menurun atau tidak
2. Auskultasi bunyi ada bila jalan napas
napas obstruksi
3. Posisikan bayi 3. Posisi ini dapat
pada abdomen memudahkan
atau posisi pernapasan dan
telentang dengan menurunkan episode
gulungan popok asfiksia
dibawah bahu 4. Merangsang SSP
untuk untuk meningkatkan
menghasilkan gerakan tubuh dan
sedikit kembalinya
hiperektensi pernapasan yang
4. Berikan rangsang spontan
taktil yang segera5. Memaksimalkan
( mis, gosokkan bernapas dan
punggung bayi ) menurunkan kerja
bila terjadi apnea. napas
5. Mengobservasi
warna kulit.
Kolaborasi :
6. Berikan oksigen
tambahan
IMPLEMENTASI

Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan

meninjau kembali dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya,

dengan tujuan utama pada pasien dapat mencakup pola napas yang efektif,

peredaan nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang baik, pemenuhan istirahat

tidur yang adekuat, pengurangan kecemasan, peningkatan pengetahuan

5. Evaluasi
a. Klien tampak rileks dalam bernafas
b. Jalan nafas klien kembali lancar
c. Kesadaran klien kembali membaik.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tempat Praktek : Klinik Pratama Anugrah
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2017
Pukul : 17 : 45 wib

I. Data Demografi
a. Biodata
Nama Klien : Ny. S
Umur Klien : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medik : Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Tanggal Masuk : 29 Maret 2017
b. Identitas penanggung jawab
Nama Suami : Tn. Z
Umur Suami : 35 Tahun
Agama : Islam
Hubungan dengan Klien : Suami
Alamat : Jl. Linggis, Lingkungan 2 No. 7 Binjai Utara

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama

Bayi baru lahir dengan asfiksia


b. Riwayat Penyakit Sekarang

Bayi baru lahir dengan persalinan normal dengan skor APGAR 6, jenis kelamin
perempuan, bayi tidak langsung nangis, reflex gerakan bayi sedikit dan tonus otot
ekstremitas fleksi sedikit, BB 3000 gram, PB: 49 cm, Lingkar Kepala 35
cm,lingkar dada 35 cm. Hasil TTV : Nadi : 135 x/m, RR : 46 x/m, S : 350 C.
c. Riwayat penyakit dahulu

Tidak terkaji
4. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun dan
menular seperti HIV, hepatitis, TBC, DM, HT.
5. Riwayat kehamilan
G3 P2 A0, umur kehamilan 40 minggu, ANC: 8x.
6. Riwayat persalinan
Bayi baru lahir dengan asfiksia bayi tidak langsung nangis, nafas tidak spontan,
APGAR Score: 2-3-6.
APGAR Score 1 menit 5 menit 10 menit
1. Appearance/ warna kulit 1 1 2
2. Pulse/ nadi 1 1 1
3. Grimace 0 0 1
4. Respiratory 0 1 1
5. Activity/ tonus otot 0 0 1
TOTAL 2 3 6

7. Riwayat imunisasi
Belum mendapat imunisasi Hbo dan lainnya
8. Genogram
Tidak terkaji
9. Kebutuhan cairan
Bayi usia 0 hari, rumus: 100ml/BB(kg) /hari atau 120-140ml/kg BB/hari
Jadi kebutuhannya 100ml/2,75kg/hari=275ml/hari atau
120/2,75kg/hari=330ml/hari. 140ml/2,75kg/hari=385ml/hari, jadi kebutuhannya
330-385ml/hari.
10. Kebutuhan kalori
Bayi usia 0 hari, rumus: 80-90kkal/kgBB/hari
= 80x2.75kg =220kkal/hari
= 90x2,75kg =247,5kkal/hari
Jadi kebutuhan kalorinya 220-247,5kkal/hari
C. PENGKAJIAN FUNGSIONAL (GORDON)
1. Pola persepsi Manajemen Kesehatan
Jika ada keluarga yang sakit maka langsung di bawa ke klinik terdekat.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
Diit ditunda
3. Pola Eliminasi
bayi sudah BAK 3x bau khas, warna kuning jernih dan BAB 1x mekonium warna
hijau kehitaman
4. Pola Aktivitas dan Latihan
bayi sudah bergerak aktif namun gerakannya masih lemah
5. Pola Tidur/Istirahat
bayi tidur selama ±5jam dan terbangun menangis jika BAB/BAK atau sebab lain
yang mengganggu kenyamanan bayi
6. Pola Persepsi Kognitif
tidak terkaji
7. Pola Konsep Diri
tidak terkaji

8. Pola Peran dan Hubungan


Bayi adalah anak ketiga yang kelahirannya sangat diharapkan oleh kedua orang
tuanya dan keluarga lain.
9. Pola Seksualitas/Reproduksi
Alat reproduksi lengkap yaitu jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan pada
lubang saluran urinnya, dapat BAK tanpa kesulitan dan kesakitan.
10. Pola Koping dan Toleransi Stress
bayi selalu menangis jika merasa tidak nyaman
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Setelah bayi lahir di klinik pratama anugrah, bayi beragama islam sama dengan
orang tuanya.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV : N: 135 x/m, RR : 46 x/m, S : 350 C
2. Keadaan umum : lemah
3. Antropometri : BB: 3000 gram, PB: 49 cm, LK: 35 cm, LD : 32cm
4. Kepala : Normal
5. Mata : Simetris, sklera tak ikterik, konjungtiva tak anemis, tidak
ada kotoran yang melekat di mata
6. Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada kelainan bentuk
telinga
7. Mulut : mukosa bibir agak kering,
8. Hidung : simetris, tidak ada polip, ada sekret
9. Dada : Simetris
10. Jantung
a. Inspeksi : normal
b. Perkusi : bunyi normal
c. Palpasi : tidak teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan
d. Auskultasi : S1-S2 Reguler, tidak ada bunyi tambahan

Paru
a. Inspeksi : expansi dada tidak optimal
b. Perkusi : terdengar bunyi sonor
c. Palpasi : fokal fremitus seimbang antara kanan dan kiri
d. Auskultasi : bunyi vesikuler, ada bunyi nafas tambahan ronkhi.
11. Abdomen
a. Inspeksi : tali pusat masih basah, perut cembung.
b. Auskultasi : peristaltik 12 x/mnt
c. Perkusi : tympani
d. Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar
12. Punggung : simetris
13. Kulit : elastis, akral dingin, terlihat kemerahan
14. Ekstermitas
a. Atas : lengkap kedua tangan, untuk bergerak masih lemah, tidak ada
kelainan bentuk tangan
b. Bawah :lengkap kedua kaki, untuk bergerak masih lemah, akral dingin
15. Genetalia : alat kelamin perempuan.
16. Anus : Berlubang, tidak ada kecacatan

E. REFLEK
1. Moro : (+) masih lemah
2. Roothing : (+) masih lemah
3. Walking : (+) masih lemah
4. Grosping : (+) masih lemah
5. Sucking : (+) masih lemah
6. Tonick neck : (+) masih lemah
7. Swallowing : (+) masih lemah
F. ELIMINASI
1. Miksi : (+) kuning jernih
2. Mekonium : (+) hijau kehitaman
G. HASIL KOLABORASI
1. Inj. Vit K 1mg
2. Inj. Hepatitis B0

B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : Bersihan jalan tidak
Paralisis pusat
DO : efektif
pernafasan
- Bayi tampak sesak

Asfiksia

Paru-paru terisi
cairan

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
DS : Pola nafas tidak efektif
Janin kekurangan O2
DO :
dan kadar CO2
- Bayi mengalami
meningkat
bradipneu : 25x/m
- Suara nafas
melemah Nafas cepat
- Ekspansi dada
berkurang
Apneu

DJJ dan TD menurun


Pola nafas tidak efektif
2. Rumusan Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Intervensi
No. Tujuan dan KH (
Tgl/jam Intervensi ( NIC )
dx NOC)
29/3/2017 1 Setelah di lakukan 1. Cek dan observasi
tindakan keperawatan KU dan TTV
selama 1x15 menit di 2. Atur posisi untuk

harapkan bersihan jalan memaksimalkan

nafas efektif dengan ventilasi

KH : 3. Lakukan pengisapan

1. Tidak ada menggunakan

secret suction

2. Tidak 4. Beri oksigen sesuai

sianosis program

3. Tidak ada
bunyi
tambahan
4. RR dapat
dipertahanka
n 30 – 60
x/mnt
5. Dapat
menangis
keras
2. - Tak tampak
retraksi dinding dada
29/3/2017 2 Setelah di lakukan 1. Cek dan observasi
tindakan keperawatan KU dan TTV
selama 3x24 jam di 2. Selimuti bayi dan
harapkan hipotermi gunakan tutup
teratasi dengan KH : kepala
1. Suhu tubuh 3. Gunakan pakaian
bayi normal hangat dan kering
36-37OC 4. Tempatkan bayi
2. Akral hangat dalam incubator
3. Tidak 5. Pelihara suhu
sianosis lingkungan stab
4. Tidak pucat 6. cek dan pantau
suhu

4.IMPLEMENTASI

DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL

4.IMPLEMENTASI

N TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTASI


O L KEPERAWAT
AN
1 29/3/2017 Bersihan jalan
nafas tidak 1. MENCek dan MENGobservasi KU
efektif b.d dan TTV BAYI
produksi mukus 2. MENGAtur posisi untuk

banyak. memaksimalkan ventilasi YANG


DIBUTUHKAN BAI
3. MELAKUKAN pengisapan
menggunakan suction
2 29/3/2017 Pola nafas tidak 1. MENCek dan observasi
efektif b.d KU dan TTV
hipoventilasi/ 2. MENYELIMUTI bayi

hiperventilasi DENGAN BEDONG dan


tutup kepala
3. MENGGunakan pakaian
hangat dan kering
4. MELETAKKAN bayi dalam
incubator

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam kasus bayi Ny. S diperoleh data-data sebagi brikut yakni data subjektif
yang langsung dilihat selama masa persalinan mulai dari kala 1-4 bahwa ibu telah
melairkan bayinya secara normal dengan gangguan asfiksia pada 29 Maret 2017
jam 13.00 wib. Data objektifnya keadaan umum ibu baik, kesadaran, tanda-tanda
vital ibu dalam batas normal dan pemeriksaan fisik lainnya yang mendukung
seperti kontraksi baik, TPU 3 JARI prosese xepodius.
A. Pengkajian
Pada pengkajian bayi baru lahir dengan asfiksia bayi tidak langsung
menangis, reflex gerakan bayi sedikit dan tonus otot ekstremitas fleksi sedikit,,
denyut jantung cepat, bayi akan terlihat lemas (flaccid), apnue, tekanan darah,
kadar oksigen dalam darah (PaO2) menurun, bayi tidak bereaksi terhadap
rangsangan, tidak menunjukan upaya pernafasan secara spontan, warna kulit
kebiruan kemerahan
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa bayi Ny. S dengan gangguan asfiksia adalah Bersihan jalan


nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak, Pola nafas tidak
efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

C. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada bayi Ny. S pada diagnosea Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d produksi mukus banyak : Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 1x15 menit di harapkan bersihan jalan nafas efektif dengan
KH :Tidak ada secret, Tidak sianosis, Tidak ada bunyi tambahan, RR dapat
dipertahankan 30 – 60 x/mnt, Dapat menangis keras, Tak tampak retraksi dinding
dada. Intervensi yang diberikan pada bayi Ny. S pada diagnosea Pola nafas tidak
efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi : Setelah di lakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam di harapkan hipotermi teratasi dengan KH : Suhu tubuh bayi
normal 36-37OC, Akral hangat, Tidak sianosis, Tidak pucat

C. Implementasi

Setelah dilakukan implemaentasi keperawatan pada masing-masing diagnose


selama 1 × 15 menit pada Ny. S bayi Tidak ada secret, Tidak sianosis, Tidak ada
bunyi tambahan, RR dapat dipertahankan 30 – 60 x/mnt, Dapat menangis keras,
Tak tampak retraksi dinding dada. : Suhu tubuh bayi normal 36-37OC, Akral
hangat, Tidak sianosis, Tidak pucat. pada diagnosea Pola nafas tidak efektif b.d
hipoventilasi/ hiperventilasi Suhu tubuh bayi normal 36-37OC, Akral hangat,
Tidak sianosis, Tidak pucat

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir. Untuk menentukan
derajat asfiksia dapat menggunakan APGAR score. Dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada bayi dengan asfiksia diperlukan perawatan dan penatalaksanaan
yang tepat dan cepat sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi / keadaan
bayi yang bertambah buruk. Sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Bayi dengan asfiksia pertolongan pertamanya dapat di lakukan dengan
tindakan Resusitasi. Resusitasi (respirasi artifisialis) adalah usaha dalam
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya. Dalam asuhan keperawatan Pada Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan Asfiksia
Di Klinik Pratama Anugrah sesuai dengan prinsip keperawatan maternitas.
B. Saran
1. bagi petugas kesehatan
Diharapkan selalu siap melakukan resusitusi bayi pada setiap pertolongan
persalinan
2.bagi klien
a. Mampu menjaga kehangatan tubuh bayi dengan dekapan
b. Segera memberikan Asi kepada bayinya

Anda mungkin juga menyukai