Oleh
KELOMPOK I
1
Keperawatan tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin
keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan
kategori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang
timbul akibat penggunaan motode tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan fropesional. Dibawah pemimpin perawat akan dapat bekerja sama untuk
memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien disebut untuk tim
yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim.model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam menrencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab
perawat yang tinggi (Tappen 2012).
Metode tim merupakan salah satu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat propesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif, metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yng tinggi sehingga
diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat (Suyanto, 2012).
Pre dan post conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Konferensi sebaiknya dilakukan
ditempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. Pre confrece
merupakan komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
2
rencana kegiatan pada shif tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (Sitorus,R 2011).
Post conference merupakan komunikasi katim dan perawat pelaksanaan tentang hasil
kegiatan yang dilakukan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi
post conference merupakan hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting
untuk operan kepada yang dinas berikutnya . Post conference dipimpin oleh katim
atau penanggung jawab tim (Sitorus,R 2011).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selam 4 hari pada tanggal 01 maret
sampai 4 maret 2017 dilantai 2 gedung lama ditemukan perawat jarang sekali
melakukan pre dan post konference ketidaktepatan waktu dalam pemberian obat,
tidak tersedianya tempat sampah infeksius, penggunaan komunikasi teraupetik tidak
efektif, tidak terlaksananya five moment. Berdasarkan wawancara dengan kepala
ruangan lantai 2 gedung lama pada tanggal 06 maret 2017, jarang sekali melakukan
pre dan post konference ketidaktepatan waktu dalam pemberian obat, tidak
tersedianya tempat sampah infeksius, penggunaan komunikasi teraupetik tidak efektif,
tidak terlaksananya five moment.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengkajian di lantai II Gedung Lama RSU Sari Mutiara Medan,
diharapkan kelompok mampu mengidentifikasi masalah dan mampu
mengidentifikasi masalah dan menetapkan prioritas pemecahan masalah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengkajian melalui wawancara dan observasi,kuesioner
diharapkan kelompok mampu :
a. Mampu mengidentifikasi masalah terkait ketidakefektifan perawat dalam
melaksanakan pre dan post konference, ketidaktepatan waktu dalam
pemberian obat, tidak tersedianya tempat sampah infeksius, kurang efektifnya
penggunaan tempat sampah , dirumah sakit khususnya lantai II Gedung lama.
3
b. Mampu mensosialisalikan pengertian pre dan post konference kepada perawat
lantai II gedung lama.
c. Mampu mensosialisalikan manfaat pre dan post konference kepada perawat
lantai II gedung lama.
d. Mampu melaksanakan pre dan post konference kepada perawat lantai II
gedung lama.
C. Manfaat
1. Bagi rumah sakit
Sebagai masukan yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atau masukan
untuk pengembangan program manajement rumah sakit.
2. Bagi perawat
Sebagai masukan yang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengembang
sistem keperawatan manajemen yang lebih baik dan berkualitas bagi keselamatan
pasien.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses perubahan atau transformasi dari
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui
pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan,
pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan. (Depkes RI, 2001).
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personal, peralatan
dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output
adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. (Nursalam, 2007).
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan,
surveI kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
5
3. Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan
Seperti juga pendekatan manajemen umumnya, peran dan fungsi manajemen
keperawatan terdiri dari planning, organizing, staffing, directing, dan controlling.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan landasan pokok dan menjadi salah satu fungsi
manajemen yang memegang peranan penting dalam menjamin tercapainya tujuan
yang diinginkan. Dalam penyusunan rencana yang baik, butuh dana dan informasi
yang akurat dari penelitian dan pembuktian lapangan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian yaitu menggerakkan sumber daya manusia dan suber daya yang
dimiliki institusi untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan
proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi
sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar manjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat
dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang
harus mengerjakan, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokan, siapa yang
bertanggungjawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus
diambil.
c. (staffing)
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya adalah
rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan
mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf
6
d. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian,
cara berkomunikasi, dan fasilitas untuk kolaborasi .
e. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang dimaksud untuk mengetahui
apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam
artian pengawasan membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan
mengadakan koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari
rencana yang telah disusun.
7
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan
ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana
yang telah diorganisasikan.
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip- prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama-sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi -
fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
8
5. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasarbagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya (Nursalam, 2015).
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
9
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
10
b. Kekurangan :
1. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi,
karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan
dengan anggota tim.
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep
berikut:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada
kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):
4. Tanggung Jawab
a. Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
2) Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.
11
b. Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
12
Kepala Ruang
Pasien Pasien
13
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP,
2006)
Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.
14
a. Tujuan pre conference adalah:
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
15
f. Rencana keperawatan hari ini.
g. Perubahan keadaan terapi medis
h. Rencana medis.
16
BAB III
ANALISA SITUASI
2. Ketenagaan
Lantai 2 gedung lama dikelola oleh satu orang kepala ruangan dengan 2 ruangan yaitu
aster dan rajawali dengan jumlah anggota keperawatan 30 orang dengan tingkat
pendidikan lulusan D-III Keperawatan dan S-I KEPERAWATAN.
N NAMA PENDIDIKAN LAMA KERJA
O
1 Sari Yanti D3 28.9 Tahun
2 Lesmida Berutu D3 12.11 Tahun
3 Santri Sarmita Sinaga S1(NERS) 3 Tahun
4 Netty Manullang D3 7.11tahun
5 Netty A Sitorus D3 11.4 Tahun
6 Siska Iriani Damanik S1 (NERS) 7 Tahun
7 Asri Khairini D3 5.11 Tahun
8 Srinauli Pasaribu D3 6.7 Tahun
9 Roslin Siahaan D3 4.1 Tahun
10 Uti Mas Berlin Hulu D3 2.6 Tahun
11 Citra D.S Lahagu D3 2.6 Tahun
12 Lophyta Sari Simbolon D3 2.5 Tahun
13 Rismawati Sidabutar D3 11 Bulan
14 Santa Patria D3 4 Bulan
15 Romatua Andrena Sirait D3 4 Bulan
16 Juli Sartika D3 2.7 Tahun
17 Bedsi Dayarni Lingga D3 16.2tahun
18 Hotmi Junida S D3 10.2 Tahun
19 Suaidah D3 12 Tahun
20 Jerniati Nainggolan D3 7 Tahun
21 Risnawati Tobing D3 6 Tahun
22 Meri Susanti Purba D3 7 Tahun
23 Eftina Pasaribu D3 6.6 Tahun
24 Ryen N Hutagalung D3 3.5 Tahun
17
25 Sakina Aini D3 2.8 Tahun
26 Yenni W. Hutahaean D3 2.4 Tahun
27 Silvia Anatasia G D3 2.2 Tahun
28 Munawarah S1(NERS) 1 Tahun
29 Etaria Siringo-Ringo D3 4 Bulan
30 Rosa Margaretha Januaty D3 8.8 Tahun
3. Hasil Pengkajian
Analisa hasil pengkajian yang dilakukan dengan mempelajari dengan seksama
informasi-informasi yang diperoleh melalui beberapa pendekatan yaitu meliputi:
a. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan selama 4 hari dari 1 Maret s/d 4 Maret 2017 di
lantai 2 gedung lama ditemukan perawat jarang sekali melakukan pre dan post
conference, ketidaktepatan waktu dalam pemberian obat, pembuangan sampah
infeksius dan non infeksius yang belum benar tempatnya , tidak terlaksananya five
moment.
b. Wawancara
Setelah dilakukan wawancara dengan kepala ruangan, diperoleh gambaran bahwa
perawat lantai 2 gedung lama sebagian perawat tidak melaksanakan metode tim sesuai
dengan prosedur
18
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN PERAWAT
1. Data Demografi Perawat
Diagram I
Karakteristik Perawat Berdasarkan Usia di LT. II Gedung Lama RSU Sari Mutiara
Medan 2017
usia
20%
37%
< 25 Tahun
25-30 Tahun
> 30 Tahun
43%
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan Tahun
2017, sebagian besar usia perwat 25 – 30 tahun yaitu sebanyak 13 orang (43%).
Diagram II
Karakteristik Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin di Lt.II Gedung Lama RSU Sari
Mutiara Medan 2017
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
100%
19
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan tahun
2017, semua perawat berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 30 orang (100%).
Diagram III
Karakteristik Perawat Berdasarkan Lama Bekerja di Lt. II Gedung Lama RSU Sari
Mutiara Medan 2017
Lama Kerja
15%
< 5 Tahun
5-10 Tahun
> 10 Tahun
55%
30%
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan Tahun
2017, mayoritas perawat bekerja selama < 5 tahun yaitu sebanyak 16 orang (55%).
Diagram IV
Karakteristik Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Lt. II Gedung Lama
RSU Sari Mutiara Medan 2017
Pendidikan
15%
D3 Keperawatan
Ners
85%
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan 2017,
mayoritas pendidikan perawat D-III Keperawatan sebanyak 27 orang (85%).
20
C. PRE DAN POST CONFERENCE
1. Pengetahuan
Pengetahuan
26%
32%
Baik
cukup
kurang
42%
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan 2017,
mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (42%) .
2. Sikap
Sikap
19%
35%
baik
cukup
kurang
46%
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan 2017,
sebagian besar sikap cukup sebanyak 14 orang (46%).
21
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan
27%
33%
Dilakukan
Jarang dilakukan
Tidak dilakukan
40%
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan 2017,
sebagian besar perawat pelaksanaan jarang dilakukan sebanyak 12 orang (40%)
D. PEMBAHASAN
Masalah yang didapat :
1. Pre dan Post Conference
2. Ketidaktepatan dalam pemilahan sampah Infeksius dan non infeksius.
3. Ketepatan waktu pemberian obat.
E. ANALISIS SWOT
1. Pre dan Post Conference
N STRENGTH WEAKNES OPPORTUNITY THREATH
O
1 Rumah sakit sari Masih ada yang Adanya Tidak terlaksana
mutiara bertipe B belum mengerti Mahasiswa manajemen
menggunakan Metode tentang Pre dan Profesi Ners yang Pelayanan dan
TIM, Post Conference, sedang Praktek manajemen
Adanya SOP Pre dan tidak tepat nya asuhan
Post conference waktu datang keperawatan
perawat, tidak akan berdampak
bersedianya dalam keadaan
perawat pasien yang
buruk
22
2. Ketidaksadaran Perawat Dalam Pemilahan Sampah Infeksius Dan Non
Infeksius
N STRENGTH WEAKNES OPPORTUNITY THREATH
O
1 Rumah sakit Masih ada adanya akan bisa
menyediakan tempat sebagian perawat penyuluhan menyebabkan
sampah infeksius dan yang belum mengenai sampah infeksi
non infeksius pada mengerti tentang infeksius nasokomial baik
setiap ruangan. pemilahan untuk pasien dan
sampah infeksius juga untuk tenaga
dan non infeksius kesehatan
F. RENCANA TINDAKAN
N MASALAH RENCANA PENANGU WAKTU TEMPAT
O YANG DI TINDAKAN NG PELAKSAN PELAKSANA
TENTUKAN JAWAB AAN AN
1. Pre dan Post Melakukan Di ruang lantai
Conference Role Play/ II Gedung
demonstrasi lama
Pre dan Post
Conference
sesuai dengan
SOP
2. Ketidaksadaran Melakukan Di ruang lantai
perawat dalam penyuluhan II Gedung
pemilahan tentang lama
sampah sampah
Infeksius dan infeksius dan
non infeksius non infeksius
dan membuat
Label
Sampah
23
Infeksius dan
Non infeksius
3. Tidak tepatnya Melakukan Di ruang lantai
jam pemberian penyuluhan II Gedung
obat tentang lama
prosedur
dalam
pemberian
obat sesuai
SOP
G. PERUMUSAN MASALAH
1. Analisa Data
N DATA MASALAH
O
1. Dari hasil kuesioner didapatkan pengetahuan perawat Pre dan Pro Conference
mengenai pre dan post conference masih mayoritas
cukup 13 orang (42%), sedangkan sikap perawat dalam
pre dan post conference masih cukup 14 orang (46%),
sedangkan pelaksanaan pre dan post conference jarang
dilakukan 12 orang (40%). Hal ini didukung oleh
jawaban dari hasil kuesioner yang diisi oleh perawat di
Aster dan Rajawali Lt. II Gedung Lama, dimana
mayoritas tingkat pendidikan perawat adalah D-III
Keperawatan sebanyak 27 orang (85%)
3 Dari hasil observasi didapatkan bahwa masih ada Ketidak tepatan waktu
perwat yang belum melakukan permberian obat sesuai pemberian obat
SOP yang ada di rumah sakit
2. Prioritas Masalah
1. Pre dan Pro Conference
2. Ketidaksadaran perawat dalam pemilahan sampah infeksius dan sampah non
infeksius
3. Ketidak tepatan waktu pemberian obat
24
H. RENCANA PENYELESAIAN MASALAH
I. IMPLEMENTASI
N
TANGGAL IMPLEMENTASI
O
1 13 Maret 2017 Memberikan penjelasan mengenai Pre dan Pro Conference.
Melakukan Role Play Pre dan Pro Conference.
J. EVALUASI
N TANGGAL EVALUASI
O
1 20 Maret 1. Perawat sudah mengetahui tentang Pre Conference dan
2017 Post Conference.
2. Perawat sudah dapat melakukan Pre Conference dan Post
Conference.
3. Perawat diruangan tampak hanya 80% yang melakukan
Pre Conference dan Post Conference.
4. Kesadaran perawat diruangan masih kurang terkait
dengan pentingnya dilakukan Pre Conference dan Post
Conference
25
H. Sasaran pencapaian dalam pelaksanaan pre dan post.
Sasaran dalam pelaksanaan pre dan post conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana.
Target yang harus dicapai yaitu:
1. Mengenali masalah pasien
2. Membuat rencana asuhan keperawatan
3. Pembagian tugas perawat pelaksana
4. Mengetahui perkembangan pasien
5. Mengetahui pencapaian tujuan asuhan keperawatan
6. Menegetahui kendala yang dihadapi selama pemberian asuhan keperawata.
7. Mengetahui kejadian-kejadian lain selama pemberian askep dengan cara:
a) Analisis kritikan, penilaian alternative, pemecahan masalah dan pendekatan
kreatif
26