Anda di halaman 1dari 27

SOSIALISASI HASIL PENGKAJIAN DI RUANG RAWAT INAP

ASTER DAN RAJAWALI LANTAI II GEDUNG LAMA


RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN

Oleh

KELOMPOK I

Ahmad Priyani S.Kep Erwin Yanto S.Kep


Akhyarul Huda S.Kep Fitri Mariana S.Kep
Anjelina Laia S.Kep Heni Kristiani S.Kep
Anugerah Dian S.Kep Indah Hutni S.Kep
Ayu Angelica S.Kep JefriManullang S.Kep
Dian Rahmat S.Kep Kristian Laia S.Kep
Efrina Dewi S.Kep Lina Mariana S.Kep
Eli Nova S.Kep Martynova S.Kep
Sowa Azaro S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Manajemen keperawatan pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf


keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Manajemen
mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi
dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen
(Sitorus,R 2011).

Gillies (1986) mengartikan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja


melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling mendukung.

Proses keperawatan pada manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data,


isentifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil, karena manajemen
keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang
pegawai, maka setiap tahapan dalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan
dengan proses keperawatan (Nursalam, 2013).

Peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pelayanan secara efisien dan


efektif yaitu dengan menyesuaikan standar profesi, standar pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien, pemanfaatan teknologi tepat guna dan hasil penelitian
untuk mengembangkan pelayanan kesehatan dan keperawatan sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2012).

1
Keperawatan tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin
keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan
kategori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang
timbul akibat penggunaan motode tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan fropesional. Dibawah pemimpin perawat akan dapat bekerja sama untuk
memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien disebut untuk tim
yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim.model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam menrencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab
perawat yang tinggi (Tappen 2012).

Metode tim merupakan salah satu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat propesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif, metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yng tinggi sehingga
diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat (Suyanto, 2012).

Suyanto, (2012) mengatakan Salah satu metode pemberian pelayanan asuhan


keperawatan yang memungkinkan manajemen ruangan perawatan inap dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya adalah dengan menerapkan metode penugasan tim.
Hal ini disebabkan bahwa metode tim akan dapat memetuhi semua fungsi manajemen
seperti : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dan atau
kontrol. Dengan demikian metode tim akan dapt mendayagunakan sumber daya yang
tersedia secara optimal dan dapat meningkatkan praktik keperawatan yang bermutu
dan propesional

Pre dan post conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Konferensi sebaiknya dilakukan
ditempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. Pre confrece
merupakan komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk

2
rencana kegiatan pada shif tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (Sitorus,R 2011).

Post conference merupakan komunikasi katim dan perawat pelaksanaan tentang hasil
kegiatan yang dilakukan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi
post conference merupakan hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting
untuk operan kepada yang dinas berikutnya . Post conference dipimpin oleh katim
atau penanggung jawab tim (Sitorus,R 2011).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selam 4 hari pada tanggal 01 maret
sampai 4 maret 2017 dilantai 2 gedung lama ditemukan perawat jarang sekali
melakukan pre dan post konference ketidaktepatan waktu dalam pemberian obat,
tidak tersedianya tempat sampah infeksius, penggunaan komunikasi teraupetik tidak
efektif, tidak terlaksananya five moment. Berdasarkan wawancara dengan kepala
ruangan lantai 2 gedung lama pada tanggal 06 maret 2017, jarang sekali melakukan
pre dan post konference ketidaktepatan waktu dalam pemberian obat, tidak
tersedianya tempat sampah infeksius, penggunaan komunikasi teraupetik tidak efektif,
tidak terlaksananya five moment.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengkajian di lantai II Gedung Lama RSU Sari Mutiara Medan,
diharapkan kelompok mampu mengidentifikasi masalah dan mampu
mengidentifikasi masalah dan menetapkan prioritas pemecahan masalah.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengkajian melalui wawancara dan observasi,kuesioner
diharapkan kelompok mampu :
a. Mampu mengidentifikasi masalah terkait ketidakefektifan perawat dalam
melaksanakan pre dan post konference, ketidaktepatan waktu dalam
pemberian obat, tidak tersedianya tempat sampah infeksius, kurang efektifnya
penggunaan tempat sampah , dirumah sakit khususnya lantai II Gedung lama.

3
b. Mampu mensosialisalikan pengertian pre dan post konference kepada perawat
lantai II gedung lama.
c. Mampu mensosialisalikan manfaat pre dan post konference kepada perawat
lantai II gedung lama.
d. Mampu melaksanakan pre dan post konference kepada perawat lantai II
gedung lama.

C. Manfaat
1. Bagi rumah sakit
Sebagai masukan yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atau masukan
untuk pengembangan program manajement rumah sakit.

2. Bagi perawat
Sebagai masukan yang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengembang
sistem keperawatan manajemen yang lebih baik dan berkualitas bagi keselamatan
pasien.

3. Bagi institusi pendidikan


Diharapkan dapat terus meningkatkan kemampuan mahasiswa khususnya dalam
manajemen keperawatan dengan pendekatan praktik profesional.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses perubahan atau transformasi dari
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui
pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan,
pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan. (Depkes RI, 2001).

Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan berhubungan dengan


perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staff (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya
keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit departemen yang
harus dilakukan.

2. Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana
masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Gillies,2005 dikutip dari
(Kholid Rosyid 2013)

Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personal, peralatan
dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output
adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. (Nursalam, 2007).

Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan,
surveI kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

5
3.   Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan
Seperti juga pendekatan manajemen umumnya, peran dan fungsi manajemen
keperawatan terdiri dari planning, organizing, staffing, directing, dan controlling.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan landasan pokok dan menjadi salah satu fungsi
manajemen yang memegang peranan penting dalam menjamin tercapainya tujuan
yang diinginkan. Dalam penyusunan rencana yang baik, butuh dana dan informasi
yang akurat dari penelitian dan pembuktian lapangan.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian yaitu menggerakkan sumber daya manusia dan suber daya yang
dimiliki institusi untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan
proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi
sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar manjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat
dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang
harus mengerjakan, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokan, siapa yang
bertanggungjawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus
diambil.

Pengorganisasian manajemen keperawatan adalah pengelompokan/pengaturan


kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang meliputi
supervisi, koordinasi dengan unit kerja lain baik secara vertikal maupun
horizontal. (Depkes RI, 2001).

c. (staffing)
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya adalah
rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan
mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf

6
d. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian,
cara berkomunikasi, dan fasilitas untuk kolaborasi .

e. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang dimaksud untuk mengetahui
apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam
artian pengawasan membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan
mengadakan koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari
rencana yang telah disusun.

4. Prinsip – Prinsip Manajemen


Prinsip – prinsip manajemen menurut Arwani (2006) adalah: 
a. Division of work/pembagian pekerjaan,
b. Authority and responsibility/kewenangan dan tanggung jawab,
c. Dicipline/disiplin,
d. Unity of command/kesatuan komando,
e. Unity of direction/kesatuan arah,
f. Sub ordination of individual to generate interest/kepentingan individu tunduk pada
kepentingan umum,
g. Renumeration of personal/penghasilan pegawai,
h. Centralization/sentralisasi,
i. Scalar of hierarchy/jenjang hirarki,
j. Order/ketertiban,
k. Stability of tenure of personal/stabilitas jabatan pegawai,
l. Equity/keadilan,
m. Inisiative/prakarsa,
n. Esprit de Corps/kesetiakawanan korps.

Menurut Nursalam (2007), prinsip-prinsip manajemen keperawatan adalah :


1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang efektif dan terencana.

7
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan
ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana
yang telah diorganisasikan.
7.  Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan.

Berdasarkan prinsip- prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama-sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi -
fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

8
5. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasarbagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya (Nursalam, 2015).

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif


seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan
perawat pelaksana meliputi:

1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan.


2.  Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
3.  Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan.
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam


kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut agar
penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah:
1. Kemampuan menerapkan pengetahuan
2.  Ketrampilan kepemimpinan

9
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

b. Manajemen Asuhan Keperawatan


Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

B. METODE PERAWATAN TIM


1. Pengertian
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan,
dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau
tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini
digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kemampuannya. (Arwani, 2006)

Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan


asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda
penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat kepada
pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada
setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan
dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan
pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas
kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tim


a. Kelebihan :
1) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
2) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty
dipertanggung jawabkan.
3) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
4) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.

10
b. Kekurangan :
1.   Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2.   Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi,
karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3.   Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan
dengan anggota tim.

3. Tujuan Metode Tim, yaitu:


a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep
berikut:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada
kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):

4. Tanggung Jawab
a. Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
2) Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.

11
b. Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.

c. Tanggung jawab kepala ruang:


1) Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/
penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
i) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan
j) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
k) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
l) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
m) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
n) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.

12
Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien

Sistem pemberian asuhan keperawatan tim


( Marquis & Huston, 1998)

C. PRE DAN POST CONFERENCE DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Definisi Pre dan Post Conference


Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.

Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :


a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim
atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP,
2006)
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara

13
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara

b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP,
2006)
Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.

2. Tujuan Pre dan Post Conference


Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara
kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana
antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan
keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non
kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian
asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan
frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

14
a. Tujuan pre conference adalah:
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

b. Tujuan post conference adalah:


Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.

3. Syarat Pre dan Post Conference


a) Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim

4. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi


Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut:
(Ratna Sitorus, 2006).
a) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi
atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana
b) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
c) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
a. Utama klien
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
e. Masalah keperawatan

15
f. Rencana keperawatan hari ini.
g. Perubahan keadaan terapi medis
h. Rencana medis.

d) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang


masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
a) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
b) Ketepatan pemberian infuse.
c) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
d) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
e) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
f) Ketepatan dokumentasi.

e) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.


f) Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing –masing perawatan asosiet.
g) Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan.

16
BAB III
ANALISA SITUASI

A. ANALISA SITUASI RUANGAN


1. Gambaran Umum Ruangan
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan adalah salah satu rumah sakit swasta yang bertipe B
yang memiliki dua gedung yaitu gedung lama dan gedung baru. Gedung lama lantai
dua tempat kelompok melaksanakan praktek manajemen keperawatan. Lantai ini
memiliki 9 ruangan dari aster 1 samapai aster 9 dengan kapasitas tempat tidur
berjumlah 56 tempat tidur. Untuk ruang pegawai terdiri 2 ruang kerja kantor (nurse
station) di aster dan rajawali.

2. Ketenagaan
Lantai 2 gedung lama dikelola oleh satu orang kepala ruangan dengan 2 ruangan yaitu
aster dan rajawali dengan jumlah anggota keperawatan 30 orang dengan tingkat
pendidikan lulusan D-III Keperawatan dan S-I KEPERAWATAN.
N NAMA PENDIDIKAN LAMA KERJA
O
1 Sari Yanti D3 28.9 Tahun
2 Lesmida Berutu D3 12.11 Tahun
3 Santri Sarmita Sinaga S1(NERS) 3 Tahun
4 Netty Manullang D3 7.11tahun
5 Netty A Sitorus D3 11.4 Tahun
6 Siska Iriani Damanik S1 (NERS) 7 Tahun
7 Asri Khairini D3 5.11 Tahun
8 Srinauli Pasaribu D3 6.7 Tahun
9 Roslin Siahaan D3 4.1 Tahun
10 Uti Mas Berlin Hulu D3 2.6 Tahun
11 Citra D.S Lahagu D3 2.6 Tahun
12 Lophyta Sari Simbolon D3 2.5 Tahun
13 Rismawati Sidabutar D3 11 Bulan
14 Santa Patria D3 4 Bulan
15 Romatua Andrena Sirait D3 4 Bulan
16 Juli Sartika D3 2.7 Tahun
17 Bedsi Dayarni Lingga D3 16.2tahun
18 Hotmi Junida S D3 10.2 Tahun
19 Suaidah D3 12 Tahun
20 Jerniati Nainggolan D3 7 Tahun
21 Risnawati Tobing D3 6 Tahun
22 Meri Susanti Purba D3 7 Tahun
23 Eftina Pasaribu D3 6.6 Tahun
24 Ryen N Hutagalung D3 3.5 Tahun

17
25 Sakina Aini D3 2.8 Tahun
26 Yenni W. Hutahaean D3 2.4 Tahun
27 Silvia Anatasia G D3 2.2 Tahun
28 Munawarah S1(NERS) 1 Tahun
29 Etaria Siringo-Ringo D3 4 Bulan
30 Rosa Margaretha Januaty D3 8.8 Tahun

3. Hasil Pengkajian
Analisa hasil pengkajian yang dilakukan dengan mempelajari dengan seksama
informasi-informasi yang diperoleh melalui beberapa pendekatan yaitu meliputi:

a. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan selama 4 hari dari 1 Maret s/d 4 Maret 2017 di
lantai 2 gedung lama ditemukan perawat jarang sekali melakukan pre dan post
conference, ketidaktepatan waktu dalam pemberian obat, pembuangan sampah
infeksius dan non infeksius yang belum benar tempatnya , tidak terlaksananya five
moment.

b. Wawancara
Setelah dilakukan wawancara dengan kepala ruangan, diperoleh gambaran bahwa
perawat lantai 2 gedung lama sebagian perawat tidak melaksanakan metode tim sesuai
dengan prosedur

18
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN PERAWAT
1. Data Demografi Perawat

Diagram I
Karakteristik Perawat Berdasarkan Usia di LT. II Gedung Lama RSU Sari Mutiara
Medan 2017

usia
20%
37%

< 25 Tahun
25-30 Tahun
> 30 Tahun

43%

Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan Tahun
2017, sebagian besar usia perwat 25 – 30 tahun yaitu sebanyak 13 orang (43%).

Diagram II
Karakteristik Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin di Lt.II Gedung Lama RSU Sari
Mutiara Medan 2017

Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan

100%

19
Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan tahun
2017, semua perawat berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 30 orang (100%).

Diagram III
Karakteristik Perawat Berdasarkan Lama Bekerja di Lt. II Gedung Lama RSU Sari
Mutiara Medan 2017

Lama Kerja
15%

< 5 Tahun
5-10 Tahun
> 10 Tahun
55%
30%

Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan Tahun
2017, mayoritas perawat bekerja selama < 5 tahun yaitu sebanyak 16 orang (55%).

Diagram IV
Karakteristik Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Lt. II Gedung Lama
RSU Sari Mutiara Medan 2017

Pendidikan
15%

D3 Keperawatan
Ners

85%

Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan 2017,
mayoritas pendidikan perawat D-III Keperawatan sebanyak 27 orang (85%).

20
C. PRE DAN POST CONFERENCE
1. Pengetahuan

Pengetahuan
26%
32%

Baik
cukup
kurang

42%

Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan 2017,
mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (42%) .

2. Sikap

Sikap
19%
35%

baik
cukup
kurang

46%

Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan 2017,
sebagian besar sikap cukup sebanyak 14 orang (46%).

21
c. Pelaksanaan

Pelaksanaan
27%
33%

Dilakukan
Jarang dilakukan
Tidak dilakukan

40%

Dari diagram diatas terlihat bahwa di Lt. II gedung lama RSU Sari Mutiara Medan 2017,
sebagian besar perawat pelaksanaan jarang dilakukan sebanyak 12 orang (40%)

D. PEMBAHASAN
Masalah yang didapat :
1. Pre dan Post Conference
2. Ketidaktepatan dalam pemilahan sampah Infeksius dan non infeksius.
3. Ketepatan waktu pemberian obat.

E. ANALISIS SWOT
1. Pre dan Post Conference
N STRENGTH WEAKNES OPPORTUNITY THREATH
O
1 Rumah sakit sari Masih ada yang Adanya Tidak terlaksana
mutiara bertipe B belum mengerti Mahasiswa manajemen
menggunakan Metode tentang Pre dan Profesi Ners yang Pelayanan dan
TIM, Post Conference, sedang Praktek manajemen
Adanya SOP Pre dan tidak tepat nya asuhan
Post conference waktu datang keperawatan
perawat, tidak akan berdampak
bersedianya dalam keadaan
perawat pasien yang
buruk

22
2. Ketidaksadaran Perawat Dalam Pemilahan Sampah Infeksius Dan Non
Infeksius
N STRENGTH WEAKNES OPPORTUNITY THREATH
O
1 Rumah sakit Masih ada adanya akan bisa
menyediakan tempat sebagian perawat penyuluhan menyebabkan
sampah infeksius dan yang belum mengenai sampah infeksi
non infeksius pada mengerti tentang infeksius nasokomial baik
setiap ruangan. pemilahan untuk pasien dan
sampah infeksius juga untuk tenaga
dan non infeksius kesehatan

3. Tidak Tepatnya Jam Pemberian Obat


NO STRENGTH WEAKNES OPPORTUNITY THREATH
1 Adanya SOP Kecepatan dalam Adanya Prosedur Akan memberi
Pemberian obat. pemberian obat dalam pemberian efek buruk dalam
dari jam yang obat, reaksi tubuh
telah di tentukan, Adanya
Ketidak Mahasiswa
tersediaan obat di Profesi Ners yang
Tempat, adanya sedang Praktek
Perawat yang
bertugas untuk
injeksi obat
untuk semua
ruangan

F. RENCANA TINDAKAN
N MASALAH RENCANA PENANGU WAKTU TEMPAT
O YANG DI TINDAKAN NG PELAKSAN PELAKSANA
TENTUKAN JAWAB AAN AN
1. Pre dan Post Melakukan Di ruang lantai
Conference Role Play/ II Gedung
demonstrasi lama
Pre dan Post
Conference
sesuai dengan
SOP
2. Ketidaksadaran Melakukan Di ruang lantai
perawat dalam penyuluhan II Gedung
pemilahan tentang lama
sampah sampah
Infeksius dan infeksius dan
non infeksius non infeksius
dan membuat
Label
Sampah

23
Infeksius dan
Non infeksius
3. Tidak tepatnya Melakukan Di ruang lantai
jam pemberian penyuluhan II Gedung
obat tentang lama
prosedur
dalam
pemberian
obat sesuai
SOP

G. PERUMUSAN MASALAH
1. Analisa Data
N DATA MASALAH
O
1. Dari hasil kuesioner didapatkan pengetahuan perawat Pre dan Pro Conference
mengenai pre dan post conference masih mayoritas
cukup 13 orang (42%), sedangkan sikap perawat dalam
pre dan post conference masih cukup 14 orang (46%),
sedangkan pelaksanaan pre dan post conference jarang
dilakukan 12 orang (40%). Hal ini didukung oleh
jawaban dari hasil kuesioner yang diisi oleh perawat di
Aster dan Rajawali Lt. II Gedung Lama, dimana
mayoritas tingkat pendidikan perawat adalah D-III
Keperawatan sebanyak 27 orang (85%)

2 Dari hasil observasi didapatkan bahwa masih ada Ketidaksadaran perawat


sampah infeksius yang berada pada tempat sampah non dalam pemilahan sampah
infeksius dan ditempat sampah infeksius ditemukan ada infeksius dan sampah non
spuit yang seharusnya berada di safety box. infeksius

3 Dari hasil observasi didapatkan bahwa masih ada Ketidak tepatan waktu
perwat yang belum melakukan permberian obat sesuai pemberian obat
SOP yang ada di rumah sakit

2. Prioritas Masalah
1. Pre dan Pro Conference
2. Ketidaksadaran perawat dalam pemilahan sampah infeksius dan sampah non
infeksius
3. Ketidak tepatan waktu pemberian obat

24
H. RENCANA PENYELESAIAN MASALAH

NO TANGGAL MASALAH INTERVENSI

1 13-15 Maret Pre dan Post 1. Memberikan penjelasan mengenai


2017 Conference Pre dan Pro Conference.
2. Melakukan Role Play Pre dan Pro
Conference.
3. Melakukan Pre dan Pro Conference
bersama pegawai lantai 2 gedung
lama.

I. IMPLEMENTASI
N
TANGGAL IMPLEMENTASI
O
1 13 Maret 2017 Memberikan penjelasan mengenai Pre dan Pro Conference.
Melakukan Role Play Pre dan Pro Conference.

2 14 Maret 2017 Memberikan penjelasan mengenai Pre dan Pro Conference.


Melakukan Role Play Pre dan Pro Conference.
Melakukan Pre dan Pro Conference bersama pegawai lantai 2
gedung lama.

3 15 Maret 2017 Memberikan penjelasan mengenai Pre dan Pro Conference.


Melakukan Role Play Pre dan Pro Conference.
Melakukan Pre dan Pro Conference bersama pegawai lantai 2
gedung lama.

J. EVALUASI
N TANGGAL EVALUASI
O
1 20 Maret 1. Perawat sudah mengetahui tentang Pre Conference dan
2017 Post Conference.
2. Perawat sudah dapat melakukan Pre Conference dan Post
Conference.
3. Perawat diruangan tampak hanya 80% yang melakukan
Pre Conference dan Post Conference.
4. Kesadaran perawat diruangan masih kurang terkait
dengan pentingnya dilakukan Pre Conference dan Post
Conference

25
H. Sasaran pencapaian dalam pelaksanaan pre dan post.
Sasaran dalam pelaksanaan pre dan post conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana.
Target yang harus dicapai yaitu:
1. Mengenali masalah pasien
2. Membuat rencana asuhan keperawatan
3. Pembagian tugas perawat pelaksana
4. Mengetahui perkembangan pasien
5. Mengetahui pencapaian tujuan asuhan keperawatan
6. Menegetahui kendala yang dihadapi selama pemberian asuhan keperawata.
7. Mengetahui kejadian-kejadian lain selama pemberian askep dengan cara:
a) Analisis kritikan, penilaian alternative, pemecahan masalah dan pendekatan
kreatif

26

Anda mungkin juga menyukai