HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Laporan
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. K Umur 20 Tahun P1A0 Postpartum
Dengan Pre Eklamsia Ringan Di RS PKU Aisyiyah Boyolali”
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:
1. Ibu Ninik Murdiasih, Amd.Keb selaku pembimbing lahan di RS PKU
Aisyiyah Boyolali
2. Bapak Sarwoko, S.Ag., S.Kep. Ns., M.Kes sebagai Ketua Stikes Estu Utomo.
3. Ibu Novita Nurhidayati, S.S.T., M.Kes sebagai Ka.Prodi Profesi Bidan
4. Ibu Allania Hanung PSN,SST.M.Keb sebagai pembimbing akademik
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna
memperbaiki laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini berguna untuk kita
bersama.
Boyolali, …………2022
Penulis
4
DAFTAR ISI
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas masa yang sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi nifas (Sulistyawati, 2019). Pre eklampsi dalam kehamilan dan
persalinan sebagian besar berlanjut pada masa nifas. Jika seorang ibu
pascapartum menunjukkan tanda-tanda yang berhubungan dengan pre
eklamsia, bidan harus waspada kemungkinan tersebut dan harus melakukan
observasi tekanan darah dan urine dan mencari bantuan medis (Fraser, 2019).
Pentingnya diagnosa secara dini membantu penatalaksanaan secara dini
sehingga penatalaksanaan pre-eklamsi yang baik dapat mengurangi angka
mortalitas dan morbiditas ibu dan janin (Cunningham et al, 2013).
Meskipun belum diketahui penyebab utama preeklampsia/eklampsia, namun
angka kejadian preeklampsia/eklampsia dan perdarahan ini dapat diturunkan melalui
berbagai cara, di antaranya upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi.
Pencegahan dapat dilakukan apabila mengetahui faktor-faktor risiko preeklampsia/
eklampsia. Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya
preeklampsia dan perdarahan, di antaranya yaitu faktor risiko umur dan gravida.
Pengelompokan umur dan status gravida merupakan salah satu faktor penting
dalam deteksi dini komplikasi pada program Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.
Penyebab perdarahan sudah banyak dijelaskan dalam teori, seperti perdarahan
antepartum disebabkan oleh solusio plasenta dan plasenta previa, perdarahan
postpartum yang banyak disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta.
Namun, terdapat beberapa faktor risiko yang jika dilakukan pengawasan dan
penanganan sedini mungkin dapat mengurangi terjadinya perdarahan pada ibu.
Faktor risiko perdarahan tersebut meliputi usia ibu, paritas, jarak antar kehamilan,
riwayat persalinan buruk, dan perawatan antenatal. Deteksi dini besarnya faktor
risiko pada masing-masing kelompok umur dan gravida terkait dengan kejadian
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan perlu dilakukan, dengan diketahuinya
besar risiko pada masing-masing kelompok umur akan memudahkan merancang
strategi intervensi yang tepat dalam penanganan preeklampsia dan perdarahan,
6
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. K
umur 20 tahun P1A0 postpartum dengan Pre Eklamsia Ringan di RS PKU
Aisyiyah Boyolali.
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu:
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data Subyektif.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data Obyektif.
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada kasus ibu nifas dengan
pre eklamsia ringan
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada kasus ibu nifas
dengan pre eklamsia ringan
e. Mahasiswa mampu melakukan analisis kasus ibu nifas dengan pre
eklamsia ringan
f. Mahasiswa mampu melakukan analisis jurnal sesuai kasus dan
memberikan penatalaksanaan kasus sesuai Evidanse based kebidanan.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
8
A. Tinjauan Kasus
1. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil (Cunningham et al, 2013).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009)
Setelah kelahiran bayi dan keluarnya plasenta, ibu memasuki
masa penyembuhan fisik dan psikologis. Dari sudut pandang medis
dan fisiologis, masa ini disebut dengan nifas, yang dimulai sesaat
setelah keluarnya plasenta dan selaput janin serta berlanjut hingga 6
minggu (Fraser, 2009).
b. Tahapan masa nifas
Menurut Sulistyawati (2009), masa nifas dibagi menjadi 3
tahap yaitu:
1) Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam
hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3) Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan
untuk pulih dan sehat yang sempurna, terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,
9
e) Perubahan hormon
Pada akhir kehamilan sebagian besar hormon steroid
berasal dari plasenta walaupun korpus luteum dan ovarium
terus menghasilkan sebagian. Kadar esprogen dan
progesteron turun ketingkat sebelum hamil dalam 72 jam
setelah persalinan. Hormon protein plasenta memiliki waktu
paruh yang lebih lama sehingga kadar plasenta turun lebih
lambat. Selama kehamilan, pembentukan gonadotropin
tertekan. Kadar FSH pulih ke konsentrasi prahamil dalam 3
minggu setelah persalinan, tetapi pemulihan sekresi LH
memerlukan waktu lebih lama, bergantung pada lama laktasi.
Kadar oksitosin dan prolaktin juga bergantung pada kinerja
laktasi.
2) Perubahan pada sistem hematologis dan kardiovaskular
a) Sistem pernafasan
Penurunan konsentrasi progesteron setelah pengeluaran
plasenta memulihkan sensitivitas tubuh terhadap karbon
dioksida sehingga tekanan parsial karbon dioksida kembali ke
kadar sebelum hamil. Diagfragma dapat meningkatkan jarak
gerakkannya setelah uterus tidak lagi menekannya sehingga
ventilasi lobus-lobus basal paru dapat berlangsung penuh.
Compliance dinding dada, volume alun nafas, dan kecepatan
pernafasan kembali ke normal dalam 1-3 minggu.
b) Sistem perkemihan
Pada masa nifas terjadi diuresis untuk mengembalikan
peningkatan air ekstrasel. Diuresis biasanya terjadi antara
hari kedua dan kelima pasca persalinan. Distensi pada
kandung kemih juga berpengaruh terhadap kontraksi uterus
sehingga dapat menyebabkan perdarahan. Kebanyakan pasien
dapat berkemih secara spontan dalam 8 jam setelah
melahirkan.
14
bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat
terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang untuk
melahirkan bayinya.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat
buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus
maka semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar.
Feses yang tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras
karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu terserap
oleh usus. Bidan harus dapat meyakinkan pasien untuk tidak
takut buang air besar karena buang air besar tidak akan
menambah parah luka jalan lahir. Untuk meningkatkan volume
feses, anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak
minum air putih (Chunningham, 2013).
4) Higiene
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil,
biasanya ibu postpartum masih belum cukup kooperatif untuk
membersihkan dirinya. Bidan harus bijaksana dalam memberikan
motivasi ini tanpa mengurangi keaktifan ibu untuk melakukan
personal hygiene secara mandiri. Pada tahap awal, bidan dapat
melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu
(Chunningham, 2013).
5) Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu
untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi
menyusui bayinya nanti (Sulistyawati, 2009). Jika ibu kurang
istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi
ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidakmampuan
merawat bayi (Bahiyatun, 2009).
21
6) Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan
agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan
yang bersangkutan (Sulistyawati, 2009).
7) Latihan/ Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,
sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan
catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada
penyulit postpartum.
retensi garam dan air belum diketahui benar. Fungsi ginjal pada
pre-eklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat dari
clearance asam urik. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50%
dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun ; pada
keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
4) Perubahan pada retina
Pada pre-eklampsia tampak edema retina, spasmus
setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri; jarang
terlihat perdarahan atau eksudat. Retinopatia arteriosklerotika
menunjukkan penyakit vaskuler yang menahun. Keadaan tersebut
tak tampak pada pre-eklampsia, kecuali bila terjadi atas dasar
hipertensi menahun atau penyakit ginjal. Spasmus arteri retina
yang nyata menunjukkan adanya pre-eklampsia berat, walaupun
demikian, vasospasmus ringan tidak selalu menunjukkan pre-
eklampsia ringan. Pada pre-eklampsia jarang terjadi ablasio
retina. Keadaan ini diserta dengan buta sekonyong-konyong.
Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera.
Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2
hari sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang
ditemukan. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita pre-
eklampsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya
eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
5) Perubahan pada paru-paru
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian
penderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.
6) Perubahan pada otak
McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah
dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi
26
2) Penatalaksanaan Medis
Menurut Agus Abadi dkk dalam buku Pedoman Diagnosis
dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan,
Surabaya penatalaksanaan pre eklampsia terbagi atas:
a) Perawatan Konserfatif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bag.
Obstetri dan Ginekologi RSU Dr. Soetomo (tahun 1995),
menyimpulkan perawatan konserfatif pada kehamilan
premature ≤ 32 minggu terutama < 30 minggu memberikan
prognosa yang buruk. Diperlukan perawatan konserfatif
sekitar 7 – 15 hari.
(1) Indikasi
Pada UK < 34 minggu estimasi berat janin < 2000
gram tanpa ada tanda – tanda impending Eklampsia).
(2) Pengobatan
(a) Dikamar bersalin (selama 24 jam)
- Tirah baring.
- Infuse RL (Ringer Laktat) yang mengandung 5%
dextrose 60 – 125 cc/ jam.
- 10 MgSO4 50% im setiap 6 jam s/d 24 jam pasca
persalinan (kalau tidak ada kontraindikasi dalam
pemberian MgSO4).
- Diberikan anithipertensi , yaitu Nifedipin 5 – 10
mg setiap 8 jam. Dapat diberikan bersamaan
dengan Methyldopa 250 – 500 mg setiap 8 jam.
Nifedipin dapat diberikan ulang sublingual 5- 10
mg dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan
sistolik ≥180 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg
(cukup 1 kali saja).
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : 20 Juni 2022
Pukul : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Nifas
A. DATA SUBJEKTIF
IDENTITAS PASIEN
Istri Suami
Nama Ny.K Tn.S
Umur 21 tahun 25 tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia Jawa/ Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Musuk, Boyolali
B. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama :
Ibu merasa pusing dan nyeri pada luka jahitan perinium.
2. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, pernikahan pertama, umur saat menikah 20 tahun,
lamanya pernikahan ± 1 tahun
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
40
4. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
5. Data Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita tekanan darah tinggi
sebelumnya, ibu tidak pernah sesak nafas, batuk lebih dari 3
bulan, penyakit kuning dan tidak pernah mengalami masalah
pembekuan darah.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan alasan dirawat di rumah sakit karena
melahirkan bayi kembar dan kekurangan darah.
c. Riwayat penyakit ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita perdarahan di luar haid
dan tumor pada rahim.
d. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan ia masuk rumah sakit sejak 19 Juni 2022
e. Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun.
f. Riwayat kembar
Di keluarga ibu ada yang mempunyai riwayat kembar, dari
neneknya.
g. Riwayat alergi
Ibu tidak mempunyai riwayat alergi makanan, obat, dan cuaca.
41
b. Keadaan bayi
1) Tanggal lahir : 19 Juni 2022 Pukul 07.45 WIB
2) Antopometri : BB 3000 gram, PB 50 cm, LK/LD 30
cm/30 cm.
3) Keadaan secara umum : baik, bayi lahir spontan
pervaginam langsung menangis, warna kulit kemerahan,
tonus otot aktif
4) Rawat gabung : Tidak
42
7. Kebutuhan Fisik
a. Nutrisi
1) Makan : makan ibu 3x1 hari dengan porsi cukup dan
menu gizi seimbang dan sering ngemil makanan
2) Minum : ibu minum >10 gelas perhari minum air putih,
susu
b. Eliminasi
1) BAK : ibu BAK sebanyak 6x/hari. Warna urine kuning,
bau khas urin.
2) BAB : ibu BAB 1 hari sekali.
c. Personal hygiene : ibu belum mandi
d. Ambulasi/Aktivitas : ibu sudah duduk dan berjalan.
e. Hubungan seksual : ibu belum melakukan hubungan seksual,
akan melakukannya jika masa nifas sudah berakhir.
8. Riwayat perkawinan : ibu sudah menikah selama 1 tahun dan ini
merupakan pernikahan yang pertama. Ibu menikah pada usia 19
tahun. Suami berperan dalam pengambilan keputusan keluarga.
9. Psikologi, Sosio dan Spiritual : penerimaan ibu terhadap kelahiran
bayi sangat senang dan bahagia begitupun tanggapan dari keluarga.
Bahkan keluarga sangat mendukung untuk pemberian ASI secara
eksklusif.
10. Pengetahuan : ibu mendapatkan pengetahuan masa nifas dari sejak
kehamilan dari ibu KIA dan penyuluhan dari tenaga kesehatan.
C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran umum : cukup Tensi : 140/100 mmHg
BB terakhir : 55 kg Nadi : 84 x/m
TB : 151 cm Suhu : 36,4 oC
LILA : 27 cm Respirasi : 20 x/m
43
2. Pemeriksaan fisik
a) Rambut : Tampak bersih
b) Muka : Tidak pucat dan tidak oedem
c) Mata : Conjungtiva tidak anemis, skiera tidak
ikterik
d) Hidung : Simetris, tidak tampak adanya
serumen, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
e) Telinga : Simetris dan tidak tampak
f) Mulut : adanya serumen
Bersih tidak ada karies dan bibir merah
muda, lidah bersih
g) Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid
dan vena jugularis
h) Mammae : Bentuk simetris, tidak tampak benjolan
abnormal, terdapat hiperpigmentasi
pada kedua aerola, puting susu
menonjol, sudah ada pengeluaran
kolostrum.
i) Abdomen
Inspeksi Tidak ada luka bekas operasi, ada linea
Palpasi : nigra dan tidak ada strie albican/livide.
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi
baik, teraba membundar dan keras.
: Tidak ada varises, tidak ada oedem, ada
pengeluaran darah merah segar ± 100
j) Genitalia cc (lochea rubra), dan ada jahitan pada
: bagian perineum
Terpasang foley cateter, urine ± 500 ml
k) Anus : Tidak terdapat hemoroid
44
D. ANALISIS DATA
1. Diagnosa Kebidanan
Ny.K Umur 21 Tahun P1A0 postpartum dengan Preeklamsia Ringan
2. Masalah
Berdasarkan hasil data subjektif dan objektif yang dilakukan maka
ditemukan beberapa masalah yang dialami Ny.K yaitu : Pusing,
Oedem kaki, Hipertensi.
.
E. DIAGNOSA POTENSIAL
45
F. PENATALAKSAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga pasien
tentang kondisi ibu bahwa tekanan darah ibu masih tinggi yaitu 140/110
mmHg mmHg dan kaki ibu masih bengkak dan protein urine positif.
Hasil : Ibu dan keluarga telah mengetahui kondisi ibu.
2. Menjelaskan tentang keluhan yang dirasakan ibu bahwa pusing yang
ibu rasakan disebabkan karena tekanan darah ibu yang masih tinggi,
Hasil : Ibu sudah mengerti dan memahami penyebab sakit kepala
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter :
a. Memberikan terapi :
Melanjutkan pemberian infus RL 500 cc dan terapi yaitu Injeksi ketorolac
30mg / 8j, Injeksi Cefotaxiem 1 gr/ 12 j, Nifedipin 2 x 10 mg per oral,
Metildopa 3 x 250 mg per oral, Zink 1x1 per oral
b. Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP), rendah garam, memberikan
makanan sesuai diet 3 kali sehari
c. Membatasi cairan intravena yang masuk agar tidak terjadi oedema
paru.
Hasil : 500 cc RL terpasang, Injeksi ketorolac 30mg / 8j, Injeksi Cefotaxiem 1
gr/ 12 j, Nifedipin 2 x 10 mg per oral, Metildopa 3 x 250 mg per oral, Zink 1x
50 mg per oral.
4. Melakukan perawatan dengan :
a. Melakukan observasi:
1) Melakukan observasi tanda-tanda vital ibu
2) Melakukan observasi intake dan output cairan terutama
pemantauan urine setiap 1 jam.
3) Memberitahukan ibu untuk istirahat total (bedrest total)
Hasil : Ibu sudah istirahat total (bedrest total) sejak masuk rumah sakit.
5. Memberikan aromatherapi lavender pada ibu
Hasil : ibu menyukai aromatherapi lavender dan merasa lebih nyaman
6. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan
Hasil : ibu telah dilakukan dokumentasi
46
CATATAN PERKEMBANGAN
47
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari Laporan Asuhan Kebidanan Nifas Patologis pada Ny.K
umur 21 tahun P1A0 Postpartum dengan PEB di PKU AISYIYAH Boyolali, dengan
menggunakan managemen kebidanan SOAP adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan data subjektif Ny. K telah melahirkan bayinya pada tanggal
19 Juli 2022, ibu mengeluh nyeri luka jahitan dan khawatir dengan
tekanan darahnya yang tinggi.
2. Berdasarkan data objektif serta yang telah dilakukan tekanan darah
140/100 mmHg, kaki oedema, hasil laboratorium protein urin +1.
3. Dilakukan analisa sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang
telah didapat sehingga didapatkan diagnosa Ny. K usia 21 tahun P1A0
postpartum dengan pre eklamsi.
4. Dari analisa data tersebut dapat dilakukan penatalaksanaan asuhan
kebidananpada ibu nifas yang sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan
Ny. K dengan melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk
pemberian terapi dan tindakan.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Untuk lebih menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu sehingga dapat
digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
5. Bagi Masyarakat
Agar menambah informasi kepada masyarakat tentang asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan PEB.
DAFTAR PUSTAKA