Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN ASFIKSIA BERAT DI PUSKESMAS BLEGA
KABUPATEN BANGKALAN

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Patologi
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :

Nama : Laili Agustini


NIM : 21159010022
KELAS :B

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN


ASFIKSIA BERAT DI PUSKESMAS BLEGA
KABUPATEN BANGKALAN

Disusun oleh :

Nama : Laili Agustini

NIM : 21159010022

KELAS :B

Tanggal; April 2022


PEMBERIAN ASUHAN KEBIDANAN
PATOLOGI

Disetujui :

Kepala Ruangan
Tanggal:
Di: Puskesmas Blega ( SRI ANITA KUSUMA )
NIP.19760507 200701 2 013

Pembimbing Institusi
Tanggal:
Di: ( Dr. Zakkiyatus Zainiyah,M.Keb)
NIDN.0704127802

Pembimbing Kasus
Tanggal:
Di: Puskesmas Blega ( NIA KURNIASIH, S.ST.,Bd)
NIP.19701012 200012 2 007
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya

yang dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan

selama di Puskesmas Blega.

Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di

Program Studi Profesi Bidan Stikes Ngudia Husada Madura untuk memenuhi

target yang telah ditetapkan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini

terutama:

1. Dr. M. Hasinuddin, S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKES NGUDIA HUSADA

Madura.

2. Lelly Aprilia Vidayati,S.SiT, M.kes selaku ketua Program Studi Pendidikan

Profesi Bidan

3. Dr.Zakkiyatus Zainiyah, M.Keb selaku pembimbing Akademik Profesi Bidan

stase patologi.

4. Nia Kurniasih,S.ST, Bd. selaku pembimbing klinik di ruang Poned Puskesmas

Blega.

5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan

Asuhan Kebidanan selanjutnya.

Bangkalan,   April 2022


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir

yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah

lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat

mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. Salah satu faktor kegagalan

pernapasan dapat disebabkan oleh adanya gangguan sirkulasi dari ibu ke

janin karena ketuban telah pecah atau ketuban pecah dini (Abdul Rahman &

Lidya 2014:34).

Menurut World Health Organization (WHO) 2012, setiap tahunnya

120 juta bayi lahir di dunia, Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi

mengalami asfiksia neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini

meninggal . Di Indonesia, Asfiksia pada pada bayi baru lahir menjadi

penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa angka

kematian bayi sebagian besar disebabkan oleh asfiksia (20-60%), infeksi

(25-30%), bayi dengan berat lahir rendah (25-30%), dan trauma persalinan

(5-10%) di kawasan Asia Tenggara menempati urutan kedua yang paling

tinggi yaitu sebesar 142 kematian per 1000 kelahiran setelah Afrika.

Indonesia merupakan negara dengan AKB dengan asfiksia tertinggi kelima

untuk negara ASEAN pada tahun 2011 yaitu 35 kematian per 1000

kelahiran, dimana Myanmar 48 kematian per 1000 kelahiran, Laos dan

Timor Laste 48 kematian per 1000 kelahiran, Kamboja 36 kematian per


1000 kelahiran (Maryunani 2013). Data tersebut mengungkapkan bahwa

kira-kira 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernafas,

dari bantuan ringan sampai resusitasi lanjut yang ekstensif, 5% bayi pada

saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan seperti stimulasi

untuk bernafas, antara 1% sampai 10% bayi baru lahir dirumah sakit

membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan

intubasi dan kompresi dada (Saifudin, 2012). Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu

negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut hasil

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa AKB di Indonesia

pada tahun 2012 mencapai 31/1000 KH (kelahiran hidup). Apabila

dibandingkan dengan target dalam Millenium Development Goals (MDGs)

ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di Indonesia masih sangat

tinggi.

Dari pihak yang terkait dalam rangka penurunan angka tersebut

sehingga target (Millinium Development Goals) MDGs khususnya

penurunan angka kematian dapat tercapai. Asfiksia pada bayi baru lahir

(BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan

nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah

lahir. Berbagai faktor pada ibu dan bayi berperan sebagai faktor risiko

asfiksia perinatal. Penilaian perinatal terhadap faktor risiko dan penanganan

perinatal yang baik pada kehamilan risiko tinggi sangat mutlak pada asfiksia

perinatal. Apabila komplikasi asfiksia sudah terjadi maka diperlukan


pendekatan multi disiplin untuk mencegah kerusakan yang sudah terjadi

agar tidak bertambah berat. (Prambudi, 2013).

Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat dan berakibat fatal

pada bayi baru lahir. Redistribusi sirkulasi yang ditemukan pada pasien

hipoksia dan iskemia akut telah memberikan gambaran yang jelas mengapa

terjadi disfungsi berbagai organ tubuh pada bayi asfiksia. Gangguan fungsi

berbagai organ pada bayi asfiksia tergantung pada lamanya asfiksia terjadi

dan kecepatan penanganan.

Berdasarkan hasil penelitian lanjut Riskesdas, asfiksia merupakan

penyebab kematian kedua pada bayi setelah infeksi (Opitasari 2015:111).

Suatu studi mengenai dampak kerusakan organ pada bayi asfiksia

menunjukkan 34% bayi tidak didapatkan kerusakan organ, 23% bayi

didapatkan kerusakan pada satu organ, 34% bayi pada dua organ, dan 9%

bayi pada tiga organ. Beberapa peneliti telah melaporkan frekuensi

disfungsi berbagai organ vital tersebut yaitu otak, kardiovaskular, paru,

ginjal, saluran cerna dan darah. Adapun organ vital yang sering terkena

adalah ginjal (50%), otak (28%), kardiovaskular (25%) dan paru (23%).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas

secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,

umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat

hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,

atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah

persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera

bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh

hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-

faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi

lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi

tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi

bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-

gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).

2.2 Penyebab Asfiksia Neonatorum

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan

gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi

menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan

gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa

faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada


bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut

ini:

a. Faktor ibu

a) Preeklampsia dan eklampsia

b) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

c) Partus lama atau partus macet

d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

e) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

b. Faktor Tali Pusat

a) Lilitan tali pusat

b) Tali pusat pendek

c) Simpul tali pusat

d) Prolapsus tali pusat

c. Faktor Bayi

a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

c) Kelainan bawaan (kongenital)

d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang

berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor

risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya

tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya

faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak


dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu

siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

2.3 Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia

a. Tanda dan Gejala Asfiksia

a) Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

b) Warna kulit kebiruan

c) Kejang

d) Penurunan kesadaran

b. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari

anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat

dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal

yang perlu mendapat perhatian yaitu :

a) Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya,

akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per

menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan

tanda bahaya

b) Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi

pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi

dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada

presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri

persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.


c) Pemeriksaan PH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks

dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah

janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan

turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu

dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

(Wiknjosastro, 1999)

2.4 Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah

menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya

melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien dan efektif

berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan

keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian untuk melakukan resusitasi

semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

a) Penafasan

b) Denyut jantung

c) Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi

atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian

pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak

kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan

vertilasi dengan tekanan positif (VTP).


2.5 Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

a. Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat

resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :

a) 2 helai kain / handuk.

b) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,

selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah

disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.

c) Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.

d) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

e) Kotak alat resusitasi.

f) Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007).

b. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang

dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

a) Memastikan saluran terbuka (Airway)

 Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3

cm.

 Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.


 Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan

saluran pernafasan terbuka.

b) Memulai pernafasan (Breathing)

 Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

 Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan

balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

c) Mempertahankan sirkulasi (Circulation)

 Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

 Kompresi dada.

 Pengobatan

c. Langkah-Langkah Resusitasi

Setiap melakukan tindakan atau langkah  harus didahului dengan

persetujuan tindakan medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik

awal ini meliputi :

a) Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi

wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi.

b) Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia

neonatal.

c) Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.

d) Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.

e) Buat persetujuan tindakan medis, simpan dalam catatan medis.

(Sarwono prawirohardjo,2002).
1. Tahap I Langkah Awal

Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi

baru lahir, 5 langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi

bernafas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi :

1) Jaga bayi tetap hangat

2) Letakkan bayi diatas kain diatas perut ibu

3) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong

tali pusat.

4) Pindahkan bayi diatas kain tempat resusitasi.

5) Atur posisi bayi

 Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.

 Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.

6) Isap lendir

Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara :

 Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.

 Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak

pada waktu memasukkan.

 Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5

cm kedalam mulut, dan jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung).

Hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat

dan bayi tiba-tiba barhenti bernafas.


7) Keringkan dan rangsang bayi.

 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya.dengan sedikit tekanan. Rangsang ini dapat membantu

bayi mulai bernafas.

 Lakukan rangsang taktil dengan cara  menepuk atau menyentil

telapak kaki atau menggosok punggung, perut,dada,tungkai bayi

dan telapak tangan.

8) Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi.

 Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.

 Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi

muka,dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi.

 Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

9) Lakukan penilaian bayi

 Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas

atau megap-megap.

 Bila bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi.

 Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi

bayi.

2. Tahap II Ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan

sejumlah volume udara kedalam paru-paru dengan tekanan positif

untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan

teratur. Langkah-langkahnya :

a) Pasang sungkup
 Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan

dagu bayi.

b) Ventilasi 2 kali

 Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.

 Tiupan awal tabung dan sungkup atau pemompaan awal balon

sunkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi

bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi

terbuka.

c) Lihat apakah dada bayi mengembang.

Saat melakukan pemompaan perhatikan apakah dada bayi

mengembang. Bila tidak mengembang, periksa posisi sunkup

pastikan tidak ada udara yang bocor, periksa posisi kepala pastikan

posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender dimulut bila

masih terdapat lender lakukan penghisapan. Lakukan pemompaan 2

kali, jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.

d) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.

 Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali

dalam 30 detik dengan tekanan 20cm air

 Pastikan dada mengembang saat dilakukan pemompaan, setelah

30 detik lakukan penilaian ulang nafas.

 Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap

dan lakukan asuhan pasca resusitasi.

 Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi.


 Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang

nafas.

 Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik.

 Hentikan ventilasi setiap 30 detik.

 Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau

megap-megap.

 Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi

bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.

 Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi

20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas

setiap 30 detik.

 Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas selama 2 menit

resusitasi.

e) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.

 Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan.

f) Lakukan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.

 Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjutkan

ventilasi selama 10 menit.

 Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak terdengar,

jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta

lakukan pencatatan.

 Bayi yang mengalami asistol 10 menit kemungkinan besar

mengalami kerusakan otak yang permanen.


d. Prinsip-Prinsip Resusitasi Yang Efektif :

a) Tenaga kesehatan yang siap pakai dan terlatih dalam resusitasi

neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.

b) Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa

yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif

dan efesien

c) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus

bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.

d) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan

berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari

pasien.

e) Alat – alat resusitasi harus tersedia dan siap dipakai dalam keadaan

segera.

 
BAB V

PENUTUP

3.1            Kesimpulan Dan Saran

3.1.1  Kesimpulan

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya

akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya

dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang

mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.Penanganannya

adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti

tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

a) 1.      Memastikan saluran terbuka.

b) 2.       Memulai pernafasan

c) 3.       Mempertahankan sirkulasi

Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah langkah

awal, dan tahap kedua adalah ventilasi.

3.1.2  Saran

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu

pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca

semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATHOLOGI BAYI BARU LAHIR DENGAN

ASFIKSIA BERAT

DI PUSKESMAS BLEGA – BANGKALAN

Tanggal : 04 April 2022

Jam : 09.30 WIB

Ruang : Poned Puskesmas Blega

I. PENGKAJIAN DATA

A. Data Subyektif

1. Identitas/Biodata

Nama Bayi : By Ny “T”

Tanggal Lahir : 04 April 2022

Umur : 0 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama : Ny. “T” Nama Suami : Tn. “D”

Umur :24 Tahun Umur :26 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Blega Alamat : Blega


2. Alasan Utama

Ibu melahirkan bayi laki laki pada tanggal 04 – 04 – 2022 jam 09.15 WIB,

lebih bulan, dan bayi tidak segera menangis.

3. Riwayat Antenatal

a. Riwayat kehamilan sekarang

 GIP00000

 Usia kehamilan : 41 minggu

 HPHT : 20 – 06 – 2021

 Keluhan hamil muda : mual, muntah dan pusing kadang – kadang

 Keluhan hamil tua : mudah lelah, dan sering kencing.

 Gerakan janin dirasakan : terasa sejak usia kehamilan memasuki usia 5

bulan

 ANC

 Berapa kali :9x

 Tempat : bidan dan puskesmas terdekat

 Status TT : TT2 (17 – 12 – 2021) pada saat UK 22 minggu 6

hari

 Kebiasaan Waktu Hamil

1) Makanan : Makan 3x/hari, Porsi sedang, sayur, lauk, daging,

buah

2) Obat-obatan/jamu: Fe,Kalk,B6

3) Merokok :-

4) Riwayat Persalinan

Umur Kehamilan : 41 minggu


Tanggal/jam persalinan : 04 – 04 – 2022 / 09.15 WIB

Jenis persalinan : Spontan-B

Penolong Persalinan : Bidan

Tempat persalinan : Poned puskesmas Blega

Komplikasi Ibu : Post-date

Komplikasi BBL : Asfiksia

Bounding Attachment :-

Menetek pertama kali :-

5) Pola Kebutuhan Sehari hari bayi

a) Nutrisi

IMD tidak dilakukan karena bayi mengalami asfiksia

b) Eliminasi

Terdapat mekonium

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Fisik Umum

a. Keadaan Umum : lemah

b. Kesadaran : Somnolen

c. Tanda-tanda Vital : S : 36 OC RR : 25

HR : <100 x/menit

d. Antropometri

BB : 2800 cm LK : 34 cm

PB : 49 cm LD : 32 cm

e. Apgar Score :

- Menit pertama :3
- 5 menit pertama : 4

2. Pemeriksaan Fisik sistematis

Kepala : Simetris,tidak ada cephal hematoma, tidak caput

succedenum

Muka : Tidak ada tanda-tanda paralisis

Mata : Bersih, simetris kanan/kiri, konjungtiva berwarna merah

muda, sclera tidak ikterus

Hidung : Bersih, tampak pernapasan cuping hidung

Mulut : Bibir tampak sianosis

Telinga : Bersih, simetris kanan/kiri

Leher : Tidak, ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

bendungan vena jugularis

Dada : tampak tarikan dinding intercosta

Abdomen : Bersih, tali pusat belum terlepas, tidak terdapat tanda-

tanda infeksi, tidak ada perdarahan pada tali pusat

Genetalia : Pada penis terdapat lubang uretra dan skrotum terdapat 2

testis

Anus : terdapat mekonium

Kulit : Tampak sianosis

Ekstremitas atas & bawah : Simetris kanan/kiri, tampak sianosis, dan

tonus otot buruk.

3. Pemeriksaan Reflek :

Reflek Moro : -) tidak ada reflek ketika dikejutkan


4. Data Penunjang
Apgar Score :

Skore 1 5 10
menit menit menit
A: Appearance colour (warna 0 0 0
kulit)
P: Pulse/ Heart Rate (frekuensi 1 1 1
jantung)
G: Grimace (reaksi terhadap 0 1 1
rangsangan)
A: Activity (tonus otot) 1 1 1
R: Respiration (usaha nafas) 1 1 1
Jumlah 3 4 4

II. INTERPRESTASI DATA DASAR

Dx : Bayi baru lahir usia 15mnt dengan asfiksia berat

Ds : Bayi lahir secara normal, lebih bulan, dan tidak segera menangis

Do : Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Somnolen

Tanda-tanda Vital : S : 36.5 OC Rr : 25

Hr : < 100x/menit

Antopometri : BB : 2800 cm LK : 32 cm

PB : 49 cm LD : 34 cm

Apgar Score : 3-4

Hidung : Bersih, tampak pernapasan cuping hidung

Mulut : Bibir tampak sianosis

Dada : tampak tarikan dinding intercosta


Kulit : Tampak sianosis

Ekstremitas atas & bawah : Simetris kanan/kiri, tampak sianosis, dan

tonus otot buruk.

Masalah : Asfiksia

Kebutuhan : Resusitasi

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Asfiksia berat,hypotermi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Resusitasi pasang O2

V. INTERVENSI

Tanggal : 04 April 2022 Jam : 09.30 WIB

1. Lakukan HAIKAP segera setelah lahir

Rasional : agar bayi dapat segera bernafas setelah lahir

2. Lakukan resusitasi

Rasional memudahkan pernafasan dan meringankan episode

apnea{hypoxia}

3. Pasang O2 5 ipm

4. Pasang infus

5. Lakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir serta pengukuran BB, PB, LIKA,

LIDA

Rasional : untuk mengetahui antrophometri bayi baru lahir

6. Pertahankan kehangatan tubuh bayi

Rasional :menjaga bayi tetap hangat

7. Berikan injeksi vit.K 1 mg secara IM


Rasional :mencegah perdarahan pada bayi

8. Berikan salep mata tetrasiklin 1 gr% pada kedua mata bayi

Rasional : mencegah infeksi mata pada bayi

9. Berikan Imunisasi HB O

Rasional : mencegah penyakit hepatitis

10. motivasi rujuk ke RSUD syamrabu bangkalan

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal : 04 April 2022 Jam : 09.30 WIB

1. Melakukan HAIKAP segera setelah lahir

a. Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Langkah tersebut meliputi :

10) Menjaga bayi tetap hangat

11) Meletakkan bayi diatas kain diatas perut ibu

12) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong

tali pusat.

13) Memindahkan bayi diatas kain tempat resusitasi.

14) Mengatur posisi bayi

 Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.

 Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.

15) Isap lendir

Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara :

 Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.

 Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada

waktu memasukkan.
 Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm

kedalam mulut, dan jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung).

16) Keringkan dan rangsang bayi.

 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya.dengan sedikit tekanan.

 Lakukan rangsang taktil dengan cara  menepuk atau menyentil

telapak kaki atau menggosok punggung, perut, dada, tungkai bayi

dan telapak tangan.

17) Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi.

 Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.

 Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi

muka,dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi.

 Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

18) Lakukan penilaian bayi

 Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal dan spontan, tidak

bernafas atau megap-megap,kulit kemerahan dan tonus otot mulai

aktif.

2 Melakukan resusitasi pada bayi yaitu dengan memaasang oksigen 2lpm, untuk

tetap mempertahankan kestabilan pernafasan.

3 Melakukan observasi dan perawatan pasca tindakan resusitasi.

4.Melakukan pemeriksaan pada BBL, KU lemah, tidak ada kelainan. BB : 2800

gram, PB : 48 cm, lika 33 cm, Lida 32 cm


5.Memberikan injeksi Neo K 1 mg secara IM di paha kiri bagian luar. Injeksi

sudah dilakukan

6.Memberikan salep mata 1gr% pada kedua mata bayi untuk mencegah infeksi,

salf mata sudah diberikan

7.Memberikan imunisasi HB O secara IM di paha kanan bagian luar, imunisasi

sudah diberikan

8.melakukan pra rujukan ke RSUD syamrabu bangkalan

VII. EVALUASI

Tanggal : 04 April 2022 Jam : 10.00 WIB

S :-

O : Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Somnolens

Tanda-tanda Vital : S : 36 OC Rr : 30 x/menit

Hr : 120 x/menit

Eliminasi : Mekonium

A : Bayi baru lahir dengan pasca resusitasi

P : Setelah dilakukan resusitasi keadaan bayi tetap, dan dilakukan observasi

pasca tindakan resusitasi, di dokumentasikan dalam bentuk catatan

perkembangan.
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : By. Ny T

Umur : 0 hari

Ruang : Poned Puskesmas Blega

No. RM :

Tanggal / Jam: Catatan perkembangan: Paraf


04-04-2022/ S : Bayi merintih
10.00 WIB O : K/U : Lemah
N : 120x/menit Rr : 30x/menit
S : 36.8⁰C
A : Bayi baru lahir dengan asfiksia berat
P : Observasi K/U
K/U : lemah
N : 120x/menit Rr : 30x/menit
S : 36⁰C
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan

pustaka dan studi kasus dalam penerapan proses asuhan kebidanan Bayi Baru

Lahir pada By Ny T di Puskesmas Blega Bangkalan tanggal 04 – 04 – 2022.

Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan yang nyata dengan

pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah.

Pada data subjektif didapatkan bahwa keadaan bayi setelah lahir lemah, lahir

secara spontan, tidak menangis, warna kulit sianosis, gerakan tidak ada,

rangsangan taktil dengan apgar score 3-4. Berat badan bayi : 2800 gram, Panjang

badan : 48 cm, Keadaan umum bayi lemah, bayi lahir tanggal 04 – 04 – 2022,

Pukul 09.15 WIB, Bayi lahir spontan, normal, tidak segera menangis, tonus otot

lemah, bayi tampak lesu atau mengantuk, kaki/ tangan dingin disertai gerakan

bayi kurang dari normal dan Bayi belum BAK dan BAB. Pada langkah ini tidak

ditemukan kesenjangan antara terori dan praktek lapangan.

Pada data objektif keadaan umum bayi lemah, kesadaran somnolen. BB :

2800 gram, PB : 48 cm, Denyut jantung : <100 x/ menit, Pernafasan : megap-

megap, Suhu badan : 36°C, pemeriksaan fisik bayi normal tidak ditemukan

kelainan. APGAR SCOR pada menit 1: 3 menit 5: 4 menit 10: 4, Lika=

Circumferentia suboccipital Bregmatica = 32 cm , Circumferentia fronto

occipitalis = 33 cm, Circumferentia manto occipital = 34 cm, Lila = 9 cm, Lida =

32 cm, Reflek : Morrow tidak ada reflek, Pada langkah ini tidak ditemukan

kesenjangan antara terori dan praktek lapangan.


Setelah dilakukan pengkajian dari data subjektif dan objektif dapat

disimpulkan diagnose kebidanan adalah By Ny “T” usia 0 hari dengan Bayi Baru

Lahir dengan asfiksi, Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan praktek lapangan.

Pada kasus ini ditemukan diagnose potensial dikarenakan keadaan bayi

dengan asfiksia. Di dapatkan bawah bayi lahir secara spontan ditolong bidan tidak

segera menangis dan AS: 3-4. Pada kasus ini segera dilakukan pertolongan bayi

baru lahir dengan asfiksi dengan melakukan resusitasi pada neonatus. Pada

langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara terori dan praktek lapangan.

Pada langkah ini dilakukan tindakan sesuai dengan diagnose yang ditegakkan,

langkah ini merupakan langkah kelanjutan menejemen terhadap diagnose dan

masalah yang telah diidentifikasikan atau antisipasi. Perencanaan yang diberikan

pada By Ny “T” adalah sebagai berikut:

1. Lakukan HAIKAP segera setelah lahir

2. Evaluasi keadaan umum bayi setelah dilakukan HAIKAP

3. Siapkan alat dan persiapan untuk resusitasi

4. Perawatan paska resusitasi

5. Lakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir serta pengukuran BB, PB, LIKA,

LIDA

6. Penuhi kebutuhan nutrisi dengan pemberian ASI (colostrum)

7. Pertahankan kehangatan tubuh bayi

8. Keringkan tubuh bayi dari lendir dan darah

9. Berikan injeksi vit.K 1 mg secara IM


10. Berikan salep mata tetrasiklin 1 gr% pada kedua mata bayi

11. Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar

12. Berikan Imunisasi HB O

Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara terori dan praktek

lapangan.

Pada langkah pelaksanaan yang diberikan sesuai dengan langkah perencanaan.

Dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan ini dapat dilaksanakan secara

keseluruhan atau sebagian oleh bidan. Pada langkah ini tidak ditemukan

kesenjangan antara terori dan praktek lapangan.

Dalam proses evaluasi didaptkan bahwa ibu bayi dapat memahami dari

penjelasan petugas kesehatan, bersedia untuk melaksanakannya, serta tidak

ditemukannya kegawatdaruratan pada bayi. Pada langkah ini tidak ditemukan

kesenjangan antara terori dan praktek lapangan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bayi baru lahir dengan asfiksia perlu dilakukan penatalaksanaan awal yang

meliputi :

 Lakukan HAIKAP segera setelah lahir

 Evaluasi keadaan umum bayi setelah dilakukan HAIKAP

 Siapkan alat dan persiapan untuk resusitasi

 Perawatan paska resusitasi

 Lakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir serta pengukuran BB, PB,

LIKA, LIDA

 Penuhi kebutuhan nutrisi dengan pemberian ASI (colostrum)

 Pertahankan kehangatan tubuh bayi

 Keringkan tubuh bayi dari lendir dan darah

 Berikan injeksi vit.K 1 mg secara IM

 Berikan salep mata tetrasiklin 1 gr% pada kedua mata bayi

 Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar

 Berikan Imunisasi HB O

Karena bayi yang dilahirkan juga berada dalam keadaan optimal,

memberi pertolongan dengan segera, aman dan bersih pada bayi baru lahir

adalah bagian esensial dari Asuhan Bayi Baru Lahir


5.2 Saran

1. Mahasiswa

Mahasiswa harusnya mempunyai tanggung jawab atas tugas profesinya.

Mahasiswa mempunyai pegangan etik kebidanan. Mahasiswa dapat

bertindak cepat tanggap dalam menghadapi  permasalahan kebidanan.

2. Klien

Klien harusnya dapat bekerja sama dengan lebih baik dengan petugas

kesehatan, agar asuhan yang diberikan bisa dilakukan secara optimal

3. Fasilitas Kesehatan

Dapat memberikan pelayanan yang sesuai standart yang telah ada dan

melakukan asuhan yang bermutu tinggi untuk kepuasan klien.


DAFTAR PUSTAKA

Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan.

(2007). Jakarta

Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, 1999.Asfiksia pada bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai