Anda di halaman 1dari 9

SEMINAR IV ILMU KEBIDANAN

PERSALINAN ABNORMAL "PARTUS PRESIPITATUS"

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK B1

AI SAPUROH 2110101219
IMAGHRISA NURATHOHIROH 2110101220
RITA AFRIANI 2110101221
RESTU UTAMI 2110101224
TITIN MALADEWI 2110101225
ROSI ASTUTI 2110101227
ANSELINA KOMERA 2110101229
DEVI ADELIA 2110101231
ENDAH NUR FITRIANI 2110101233
RISFINA AULIA DAHNIAR 2110101235
SILVIA MONIKA 2110101236
INDRIANI TARMUN 2110101238

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN


PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan ialah proses bergabungnya sperma dan ovum (gamet pria dan wanita)

untuk menciptakan suatu sel tunggal yang disebut dengan zigot, yang kemudian

menggandakan diri berkali – kali melalui pembelahan sel untuk menjadi lahir

(Papalia, 2008). Kehamilan ialah periode dimana seorang wanita menyimpan embrio

atau fetus di dalam tubuhnya, yang terjadi selama 40 minggu. Istilah medis untuk

wanita hamil ialah gravid, dan manusia didalam rahimnya disebut embrio pada

minggu- minggu awal dan selanjutnya disebut janin hingga kelahiran (Jahja, 2011).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan placenta) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) yang ditandai dengan

perubahan serviks secara progresif (Ari dan Esti, 2010).WHO memperkirakan

diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 jiwa per tahun meninggal saat

hamil atau bersalin. Menurut data WHO sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah

persalinan atau kelahiran terjadi di negaranegara berkembang. AKI di negara-negara

berkembang merupakan yang tertinggi dengan 516 kematian ibu per 100 ribu

kelahiran hidup (KH), sedangkan AKB pada tahun 2011 42 per 1.000 kelahiran hidup.

Jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu disembilan negara maju dan 51 negara

persemakmuran. (Mudanija, 2011).

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka

kematian Ibu di Indonesia ialah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut

sedikit menurun dibandingkan dengan AKI pada tahun 1991 yaitu sebanyak 390 per
100.000 kelahiran hidup. Namun, mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan

AKI pada tahun 2007 sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI,

2014).

Komplikasi yang sering pada ibu, terjadi perdarahan post partum pada kala IV.

Kejadian perdarahan post partum disebabkan karena terlalu cepatnya isi dalam kavum

uteri keluar, sementara otot-otot rahim belum maksimal berkontraksi. (Sastrawinata

dkk, 2016)

Bidan berperan sangat penting sebagai mitra perempuan dan merupakan tenaga

kesehatan professional strategis dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak di

Indonesia. (PPIBI, 2016)

Bidan terutama berperan dalam upaya kesehatan ibu dan anak. Selain ikut membantu

proses persalinan, bidan juga membantu memonitor proses kehamilan, pasca

persalinan, serta kondisi kesehatan bayi/anak yang dilahirkan. Oleh karena itu

kecukupan dan kompetensi bidan menjadi hal penting. (Kemenkes RI, 2014)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi partus presipitatus?

2. Apakah penyebab partus presipitatus?

3. Apakah tanda dan gejala partus presipitatus?

4. Apakah dampak partus presipitatus pada ibu?

5. Apakah dampak partus presipitatus pada fetus dan neonatus?

6. Apa penanganan pada partus presipitatus?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi partus presipitatus.

2. Untuk mengetahui penyebab partus presipitatus.

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala partus presipitatus.


4. Untuk mengetahui dampak partus presipitatus pada ibu.

5. Untuk mengetahui dampak partus presipitatus pada fetus dan neonatus.

6. Untuk mengetahui penanganan pada partus presipitatus.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Partus Presipitatus

Partus presipitatus adalah persalinan berlangsung sangat cepat. Kemajuan cepat dari

persalinan, berakhir kurang 3 jam dari awitan kelahiran, dan melahirkan di luar rumah

sakit adalah situasi kedaruratan yang membuat 5terjadi peningkatan resiko komplikasi

dan hasil tidak baik pada janin (Doenges, 2012).

Partus presipitatus adalah persalinan yang berlangsung dalam waktu yang sangat

cepat, atau persalinan yang sudah selesai kurang dari 3 jam (Prawirohardjo, 2012).

Persalinan presipitatus data terjadi akibat dilatasi atau penurunan yang sangat cepat.

Dilatasi presipitatus didefinisikan sebagai dilatasi fase aktif ≥ 5 cm/jam pada

primipara atau ≥ 10 cm/jam pada multipara. Persalinan presipitatus biasanya

diakibatkan oleh kontraksi yang sangat kuat (misalnya induksi atau akibat solusio

plasenta) atau tahanan jalan lahir yang rendah (misalnya multiparitas). Hentikan

oksitosin jika digunakan. Namun, tidak ada pengobatan yang efektif dan upaya-upaya

fisik untuk menunda pelahiran merupakan kontraindikasi absolut (Ralph C, Benson,

2014).

B. Penyebab Partus Presipitatus

1. Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir

2. Abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat

3. Pada keadan yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya rasa nyeri pada saat

his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses-proses persalinan yang sangat

kuat
4. Penyebab kejadian ini adalah terlalu kuatnya kontraksi uterus dan kurang

lunaknya jaringan mulut rahim. Kasus seperti ini sering terjadi pada ibu yang

sudah pernah melahirkan lebih dari sekali (anak kedua dan seterusnya) (Doenges,

2012).

C. Tanda dan Gejala Partus Presipitatus

Dapat mengalami ambang nyeri yang tidak biasanya atau tidak menyadarikontraksi

abdominal. Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat diraba, bila terjadi pada ibu

yang obsesitas. ketidaknyamanan punggung bagian bawah (tidak dikenal sebagai

tanda kemajuan persalinan). Kontraksi uterus yang lama/hebat, ketidak adekuatan

relaksasi uterus diantara kontraksi (Doenges, 2012).

D. Dampak Partus Presipitatus Pada Ibu

Akibatnya dari kontraksi uterus yang kuat disertai serviks yang panjang serta kaku,

dan vagina, vulva atau perineum yang tidak dapat menimbulkan ruptur uteri atau

laserasi yang luas pada serviks, vagina, atau perineum. Dalam keadaan yang terakhir,

emboli cairan ketuban yang langka itu besar kemungkinannya untuk terjadi. Uterus

yang mengadakan kontraksi dengan kekuatan yang tidak lazim sebelum proses

persalinan bayi, kemungkinan akan menjadi hipotonik setelah proses persalinan

tersebut dan sebagai konsekuensinya, akan disertai dengan perdarahan dari tempat

impalntasi palsenta (Saifuddin, 2015).

E. Dampak Partus Presipitatus Pada Fetus dan Neonatus

Mortalitas dan mordabilitas perinatal akibat partus preipitatus dapat meningkat cukup

tajam karena beberapa hal. Pertama kontarksi uterus yang mata kuat dan sering

dengan relaksasi yangsangat singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan

oksigenasi darah janin. Kedua tahanan yang diberikan oleh jalan lahir terhadap proses

ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan trauma intrakronial meskipun keadaan ini
seharusnya jarang terjadi. Ketiga pada proses kelahiran yang tidak didampingi bayi

bisa jatuh kelantai dan mengalami cedera atau memerlukan resusitasi yang tidak

segera tersedia (Saifuddin, 2013).7

F. Penanganan Partus Presipitatus

Kontraksi uterus spontan yang kuat dan tidak lazim, tidak mungkin dapat diubah

menjadi kontaraksi yang bermakna oleh pemberian anastesi. Jika tindakan anastesi

hendak dicoba, takarannya harus sedemikian rupa sehingga keadaan bayi yang akan

dilahirkan itu tidak bermtabah buruk dengan pemberian anastesi kepada ibunya

Penggangguan anastesi umum dengan preparat yang bisa mengganggu kemampuan

kontraksi rahim, seperti haloton dan isofluran, seringkali merupakan tindakan yang

terlalu berani. Tentu saja, setiap preparat oksitasik yang sudah diberikan harus

dihentikan dengan segera. Preparat tokolitik, seperti ritodrin dan magnesium sulfat

parenteral, terbukti efektif. Tindakan mengunci tungkai ibu atau menahan kepala bayi

secara langsung dalam upaya untuk memperlambat persalinan tidak akan bisa

dipertahankan. Perasat semacam ini dapat merusak otak bayi tersebut (Saifuddin,

2013). 7
BAB III

DISKUSI KELAS

A. Pertanyaan

B. Jawaban
DAFTAR PUSTAKA

Doenges. (2012). Buku Kebidanan dan Pendokumentasian. Jakarta: EGC.9

Prwairohardjo. (2012). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin. (2015). Buku Acuan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka9

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di

Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Saku Pelayanan Kesehatan

Neonatal Esensial. Jakarta: WHO

Anda mungkin juga menyukai