Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASKEP ABORTUS

Mata kuliah: Keperawatan Maternitas

Dosen pengampu: Eli Rusmita

Disusun oleh:

Lusiani Tigin Lestari 10521056

Fahsa Fatmanisa 10521049

Nida Amalia A 10521051

Amelia Ayu Supita 10521047

Muhammad Daffa 10521057

Tingkat 2B

Prodi DIII Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat
dan   hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Berkat rahmat dan karunianya, serta di dorong kemauan yang keras
disertai kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
membahas tentang ”Askep Abortus” dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas.
          Makalah berisi tentang “Askep Abortus”. Dengan adanya makalah ini, diharapakan
dapat membantu proses pembelajaran dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan,
dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui materi tentang Askep Abortus. Makalah ini mungkin kurang sempurna,
untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Bandung, September 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus
spontan” (Manuaba, 2011).
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan
aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya
akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan
13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu
melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka
kematian ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per
100.000 kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk
juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada
tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000
kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari
angka 300 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan
mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah
tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di
tunjang oleh fasilitas yang memadai.
Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta
ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar
500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan,
sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman
dan sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia,
(Ericca, 2011).
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44 kematian
per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran
hidup dan di singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat
1 dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang
dan yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang
mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan
pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang
mengalami kematian 6 orang(Susanto, C.E, 2011).

B. Sistematika Penulisan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum

janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16

minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat

fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi

BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus.

Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh

akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau

berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu

untuk hidup diluar kandungan.

B. Penyebab

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.

Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada

kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

 Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering

untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat

kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah

trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

 Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang


sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi

terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil

konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu

pendek jarak kehamilan.

 Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan

alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi

baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh

ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain

misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta,

misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam


vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga

palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.

3. Faktor maternal

seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.Penyakit-penyakit


maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan
inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung
dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan
untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,khususnya
preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat.
Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,


pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui
plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat control metabolik
pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya
abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun
tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia


seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma
uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi,amputasi).

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma.

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada Wanita dengan riwayat keguguran yang
berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal.

Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus


pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus
luteum dalam produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-
hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal

1) Penyebab secara umum:

 Infeksi

a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.

c. Parasit, misalnya malaria

 Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b. Tuberkulosis paru aktif.

c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat,


penyakit jantung, toxemia gravidarum

e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

f. Trauma fisik.

 Penyebab yang bersifat lokal:

(1) Fibroid, inkompetensia serviks.

(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

(3) Retroversikronis.

(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan

hiperemia dan abortus.

 Penyebab dari segi Janin

1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.

2) Mola hidatidosa.

3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%
kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh
janin.

5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.

6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan
adekuat.

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat

3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi


4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus

5. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,tercium bau
busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri

d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

D. Pathway
E. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus abortus adalah pemeriksaan tanda vital
untuk memastikan stabilitas hemodinamik karena adanya perdarahan pervaginam, serta
pemeriksaan obstetri seperti perabaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual, inspekulo,
dan pemeriksaan denyut jantung janin.

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan abortus bisa ditemukan ukuran rahim tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Selain daripada itu, nyeri tekan ekstraurine juga perlu diperiksa untuk
mendeteksi adanya kehamilan ektopik atau ruptur uterus. Apabila janin sudah keluar, maka
tidak akan ditemukan denyut jantung janin.Pemeriksaan bimanual dan inspekulo dapat
dilakukan jika pasien tidak stabil untuk melihat apakah terdapat jaringan di serviks uteri yang
menyebabkan stimulus vagal.
F. Analisa Data

No Data Etiolgi Masalah Keperawatan


1. DS : Perdarahan dalam desidia Nyeri akut b.d agen
basalis
→ Pasien menagatakan pendera fisiologis d.d

sakit dibagian perut Nekrosis jaringan sekitar frekuensi nadi

DO : meningkat
Hasil konsepsi
→ TD : 100/70 mmHg lepas(abbortus)

→ Suhu : 36,50C
Vili koliaris merembas
→ Nadi : 90 x/menit lebih dalam(8-9mg)

→ RR : 20 x/menit
Lepas sebagian
→ Skala nyeri : 5 ↓
Plasenta tertinggal dalam
rahim

Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensi nadi
meningkat

Nyeri Akut
2. DS : Perdarahan dalam desidia Ansietas b.d
basalis
→ Pasien mengeluh kebutuhan tidak

pusing Nekrosis jaringan sekitar terpenuhi d.d tampak

DO : gelisah
Hasil konsepsi
→ TD : 100/70 mmHg lepas(abbortus)

→ Suhu : 36,50C Vili koliaris merembas
→ Nadi : 90 x/menit lebih dalam(8-9mg)

→ RR : 20 x/menit Lepas sebagian
→ Pasien tampak pucat ↓
Plasenta tertinggal dalam
→ Pasien tampak rahim
gelisah ↓
Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensi nadi meningkat

Gelisah

Ansietas
3. Perdarahan dalam desidia Risiko syok d.d
basalis kekurangan volume
↓ cairan
Nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi
lepas(abbortus)

Vili koliaris merembas
lebih dalam(8-9mg)

Lepas sebagian

Perdarahan pervagina

Lemas

↓ intake cairan

Risiko Syok
4. Perdarahan dalam desidia Risiko
basalis ketidakseimabangan
↓ cairan d.d perdarahan
Nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi
lepas(abbortus)

Vili koliaris merembas
lebih dalam(8-9mg)

Lepas sebagian

Perdarahan pervagina

Lemas

↓ intake cairan

Risiko
Ketidakseimbangan
Cairan
5. DS : Perdarahan dalam desidia Resiko infeksi b.d
Basalis
→ Pasien mengatakan tidak adekuatnya

dirinya lemas Nekrosis jaringan sekitar pertahanan sekunder

DO : Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)

→ TD : 90/80 mmHg Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)

→ Nadi : 90 x/menit Lepas sebagian
→ RR : 20 x/menit ↓
Plasenta tertinggal dalam
→ HB 9,5 g/dl (>11 Rahim
g/dl) ↓
Tindakan kuret
↓ Hb


Risiko Infeksi

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu stelah kehamilan.
b. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

H. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
a. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat
b. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah
c. Risiko syok d.d kekurangan volume cairan
d. Risiko ketidakseimabangan cairan d.d perdarahan
e. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Identifikasi pasien adalah suatu system identiikasi kepada pasien untuk membedakan
antara pasien satu dengan yang lain, sehingga memperlancar atau mempermudah dalam
pemberian pelayanan kepada pasien. Identifikasi pasien juga digunakan untuk proses
pencatatan data pasien yang benar sehingga dapat menetapkan dan mempersamakan data
tersebut dengan individu yang bersangkutan.Identifikasi dilakukan dengan minimal 2 cara
identifikasi, yaitu : nama lengkap dan tanggal lahir pasien/nomor rekam medis. Nomor kamar
dan nama ruangan tidak boleh dipakai. Untuk pasien yang tidak sadar melalui gelang
tangan.Identifikasi pasien ini dilakukan untuk memberikan identitas pada pasien, untuk
membedakan pasien satu dengan yang lain serta menghindari terjadinya kesalahan medis/
malpraktik.

B.Saran

Sebagai perawat kita harus teliti dan sangat hati –  hati dalam mengidentifikasi
pasien, karena jika terjadi sedikit kesalahan akan merugikan pasien dan kita sebagai perawat.
Dalam melakukan tindakan terutama mengidentifikasi pasien seorang perawat harus
melakukannya dengan SOP yang benar, hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan ketika melakukan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

https://krakataumedika.com/info-media/artikel/mengidentifikasi-pasien-dengan-benar

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6418/BAB%201.pdf?sequence=5

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/13939

file:///C:/Users/ACER/Downloads/pdf-makalah-identifikasi-pasien_compress.pdf

Anda mungkin juga menyukai