ASKEP ABORTUS
Disusun oleh:
Tingkat 2B
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Berkat rahmat dan karunianya, serta di dorong kemauan yang keras
disertai kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
membahas tentang ”Askep Abortus” dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Makalah berisi tentang “Askep Abortus”. Dengan adanya makalah ini, diharapakan
dapat membantu proses pembelajaran dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan,
dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui materi tentang Askep Abortus. Makalah ini mungkin kurang sempurna,
untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus
spontan” (Manuaba, 2011).
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan
aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya
akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan
13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu
melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka
kematian ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per
100.000 kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk
juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada
tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000
kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari
angka 300 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan
mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah
tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di
tunjang oleh fasilitas yang memadai.
Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta
ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar
500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan,
sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman
dan sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia,
(Ericca, 2011).
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44 kematian
per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran
hidup dan di singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat
1 dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang
dan yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang
mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan
pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang
mengalami kematian 6 orang(Susanto, C.E, 2011).
B. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16
minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat
fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi
BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus.
berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu
B. Penyebab
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.
3. Faktor maternal
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi,amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada Wanita dengan riwayat keguguran yang
berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-
hipofise.
Infeksi
Infeksi kronis
f. Trauma fisik.
(3) Retroversikronis.
2) Mola hidatidosa.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%
kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh
janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan
adekuat.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,tercium bau
busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
D. Pathway
E. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus abortus adalah pemeriksaan tanda vital
untuk memastikan stabilitas hemodinamik karena adanya perdarahan pervaginam, serta
pemeriksaan obstetri seperti perabaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual, inspekulo,
dan pemeriksaan denyut jantung janin.
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan abortus bisa ditemukan ukuran rahim tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Selain daripada itu, nyeri tekan ekstraurine juga perlu diperiksa untuk
mendeteksi adanya kehamilan ektopik atau ruptur uterus. Apabila janin sudah keluar, maka
tidak akan ditemukan denyut jantung janin.Pemeriksaan bimanual dan inspekulo dapat
dilakukan jika pasien tidak stabil untuk melihat apakah terdapat jaringan di serviks uteri yang
menyebabkan stimulus vagal.
F. Analisa Data
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu stelah kehamilan.
b. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
H. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
a. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat
b. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah
c. Risiko syok d.d kekurangan volume cairan
d. Risiko ketidakseimabangan cairan d.d perdarahan
e. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Identifikasi pasien adalah suatu system identiikasi kepada pasien untuk membedakan
antara pasien satu dengan yang lain, sehingga memperlancar atau mempermudah dalam
pemberian pelayanan kepada pasien. Identifikasi pasien juga digunakan untuk proses
pencatatan data pasien yang benar sehingga dapat menetapkan dan mempersamakan data
tersebut dengan individu yang bersangkutan.Identifikasi dilakukan dengan minimal 2 cara
identifikasi, yaitu : nama lengkap dan tanggal lahir pasien/nomor rekam medis. Nomor kamar
dan nama ruangan tidak boleh dipakai. Untuk pasien yang tidak sadar melalui gelang
tangan.Identifikasi pasien ini dilakukan untuk memberikan identitas pada pasien, untuk
membedakan pasien satu dengan yang lain serta menghindari terjadinya kesalahan medis/
malpraktik.
B.Saran
Sebagai perawat kita harus teliti dan sangat hati – hati dalam mengidentifikasi
pasien, karena jika terjadi sedikit kesalahan akan merugikan pasien dan kita sebagai perawat.
Dalam melakukan tindakan terutama mengidentifikasi pasien seorang perawat harus
melakukannya dengan SOP yang benar, hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan ketika melakukan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/mengidentifikasi-pasien-dengan-benar
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6418/BAB%201.pdf?sequence=5
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/13939
file:///C:/Users/ACER/Downloads/pdf-makalah-identifikasi-pasien_compress.pdf